Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah salah satu dari tiga

penyebab kematian utama kematian neonatus. BBLR dapat berakibat

panjang terhadap tumbuh kembang anak dimasa yang akan datang.

Dampak dari berat bayi lahir rendah adalah pertumbuhannya yang akan

lambat, kecendruangan berpenampilan intelektual lebih rendah dari pada

bayi yang lahir normal. Selain itu, bayi BBLR dapat mengalami gangguan

mental dan fisik pada usia dan tumbuh kembang selanjutnya sihingga

membutuhkan perawatan yang tinggi (Pantiwi, 2013)

Tahun 2015 diperkirakan ada 5,9 juta balita di dunia meninggal

dengan kematian 42,5/1000 kelahiran hidup, dan dari seluruh kematian

balita 45% adalah kematian neonatal (kematian dalam 28 hari pertama

kehidupan) dengan kematian 19/1000 kelahiran hidup, sehingga kematian

bayi sudah menjadi masalah kesehatan global diseluruh dunia, terutama

pada negara berkembang (World Health Organization, 2016,

http://who.int,diperoleh tanggal 06 Oktober 2017).

Menurut Muchtar, et al (2016), dari hasil SDKI (Survei Demografi

Kelahhiran Indonesia) 2007 dan SDKI 2012, indonesia sebagai salah satu

negara berkembang memiliki angka kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup

menjadi 32/1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target

SDGS (Sustainable Development Goals) 2030 25/1000 kelahiran hidup,

sekitar 56% kematian terjadi pada periode neonatal (28 hari pertama

kehidupan) dengan penyebab utama kematian menurut SKRT (Survei


2

Kesehasehatan Ruah Tangga) Berat Badan Lahir rendah (30,3%), Asfiksia

(27%), Tetanus (9,5%), dan Infeksi (5,4%) (Maryunani, 2013; WHO, 2016)

Persentase balita (0-59 bulan) pada bayi BBLR sebesar 10,2%.

Persentase bayi BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah

(16,8%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%). Untuk Jawa Barat dengan

persentase (10,8%), namun masih dibawah rata-rata presentase standar

yaitu (10,2%) (Riset Kesehatan Dasar, 2013, http://www.depkes.go.id,

diperoleh tanggal 06 Oktober 2017).

Angka kematian bayi Jawa Barat tahun 2014 sebanyak 3.979

dengan angka kematian bayi tertinggi terdapat di kab. Sukabumi (403)

kasus, Kab. Indramyu (308) kasus, Kab. Tasikmalaya (298) kasus, dan

Kab. Garut (217) kasus, Kab. Bogor (216) kasus, dan Cirebon (206) kasus,

dengan penyebab kematian Berat badan lahir rendah (31%), Asfiksia

(23%), dan lainya bayi cacat lahir bawaan (5-10%) (Yanuar, 2015,

http://www.pikirsn-rakyat.com, diperoleh 06 Oktober 2017)

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Cimahi tahun 2016 mencapai

66 per 10.341 kelahiran hidup atau sekitar 6,3 per 1.000 kelahiran hidup.

Kejadian BBLR di Kota Cimahi pada tahun 2016 tercatat sebesar 334 bayi

lahir dengan BBLR, dari jumlah tersebut terdapat 32 bayi yang meninggal

dunia karena BBLR. Penyebabnya adalah 20 kasus (5,99%) Ibu dengan

anemia, 28 kasus (8,38%) ibu dengan KEK, 98 kasus (29,34%) lahir

prematur, 32 kasus (9,58%) gemeli dan 156 kasus (46,71%) penyebab lain.

Komplikasi yang terjadi pada Bayi dengan BBLR di kota Cimahi adalah 42

kasus asfiksia dengan 12 diantaranya meninggal, 9 kasus hipotermi

dengan 1 bayi meninggal, 15 kasus ikterus dengan 2 bayi meninggal dan


3

17 bayi dengan BBLR meninggal dengan sebab lainnya yang tidak

disebutkan. Angka Kejadian BBLR di Kota Cimahi berdasarkan data

statistik pada tahun 2016 yaitu sebanyak 90 kasus (7,79 %) Sedangkan

data yang diperoleh dari profil kesehatan provinsi Jawa Barat (2012)

menunjukan angka kejadian BBLR mencapai 18.997 (2,1%) per 931.219

KH(Dinas Kesehatan Kota Cimahi tahun 2016).

Sedangkan data awal di Puskesmas Cigugur Tengah pada bulan

Januari-Desember tahun 2017 didapatkan data bayi Berat Badan Lahir

Rendah berjumlah 32 bayi. Per 71 KH Dan kematian yang di sebabkan

oleh BBLR sebanyak 2 bayi. (2017)

Menurut Maryunani (2013), mengatakan pada tahun 2007

prevalensi bayi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dengan batasan 3,3%-38%. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

bayi BBLR didapatkan di negara berkembang dengan sosial – ekonomi

rendah.

Data jumlah kejadian BBLR yang didapatkan dari Dinas Kesehatan

Kota Cimahi mengenai jumlah dan penyebab BBLR tercatat bahwa kasus

BBLR nomor 2 tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Cigugur Tengah

yaitu sebanyak 36 kasus BBLR dan terdapat 2 bayi yang meninggal karena

BBLR dengan penyebab bayi lahir prematur dan komplikasi asfiksia. Pada

kasus BBLR ini, penyebab terbanyak yaitu penyebab lain seperti karena

usia ibu terlalu tua, terlalu muda dan paritas berisiko sebanyak 37 kasus

(41,1%), BBLR karena prematur sebanyak 25 kasus (27,8%), BBLR karena

ibu hamil anemia sebanyak 11 kasus (12,2%), BBLR karena kehamilan


4

gemeli sebanyak 11 kasus (12,2%), dan BBLR karena ibu hamil KEK

sebanyak 6 kasus (6,7%). (Dinas Kesehatan Kota Cimahi tahun 2016)

Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa presentase Balita

(0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%. Presentase BBLR di Jawa

Barat sebesar 11%. Masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur

terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi

berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan

terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR

yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan

saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gasrtointestinal, ginjal dan

termoregulasi. (Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013)

Dinas kesehatan Jawa Barat tahun 2012 menunjukkan AKI di Jawa

Barat sebesar 339 per 100.000 KH, sedangkan AKB di Jawa Barrat

sebesar 9,17 per 1000 KH (Dinkes Jawa Barat, 2012).

Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di kota Cimahi pada tahun

2012 terdapat 84,65 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun

2013 terjadi peningkatan menjadi 131,44 per 100.000 kelahiran hidup dan

angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2012 sebanyak 7,62 per 1000

kelahiran hidup tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi

6,85 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Cimahi, 2013).

Dari jumlah angka kelahiran hidup di Jawa Barat yaitu 951.319 ibu

yang mengalami kehamilan dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 386

orang. (Bidang Yankes Dinkes Provinsi Jabar dan Profil Kesehatan

Kabupaten/Kota, 2014).
5

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan rutin Kab/Kota tahun

2015 jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi di Kota Cimahi tercatat

sebanyak 2,369 dari 11,844 ibu hamil. (Pemkot Cimahi 2015).

Sedangkan data yang di peroleh Di Puskesmas Cigugur Tengah

pada bulan Januari-Desember Tahun 2017 didapatkan ibu yang

mengalami kehamilan dengan usia kurang dari 20 tahun sebanyak 32

orang dan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 99 orang .

Resiko terbesar BBLR adalah pada wanita yang melahirkan pada

usia remaja/kurang dari 20 tahun dan pada usia lebih 35 tahun

kemungkinan dapat melahirkan bayi dengan BBLR yaitu berat lahir bayi

kurang dari 2500 gram atau lahir premature (bayi lahir kurang dari 37

minggu kehamilan). Pada penelitian di Canada tahun 2002 ditemukan

resiko ini sebesar 40% untuk BBLR dan 20% lahir premature (suara

merdeka,2003). Menurut penelitian Suradi,dkk (2000) usia ibu kurang dari

20 tahun mempunyai peluang 1,27 kali untuk melahirkan bayi dengan

BBLR dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun dan usia ibu lebih dari 35

tahun mempunyai peluang 2,10 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR

dibandingkan dengan usia 20-35 tahun.

Berdasarkan latar belakang pengambilan data awal di Puskesmas

Cigugur Tengah, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

“Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian BBLR di Puskesmas Cigugur

Tengah Tahun 2018”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana


6

“Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas

Cigugur Tengah Tahun 2018”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia ibu

dengan berat bayi lahir di Puskesmas Cigugur tengah tahun 2018.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran usia ibu yang memiliki resiko tinggi di

Puskesmas Cigugur tengah tahun 2018

b. Untuk mengetahui gambaran berat bayi lahir rendah di Puskesmas

Cigugur Tengah tahun 2018

c. Untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan berat bayi lahir

rendah di Puskesmas Cigugur tengah tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk implementasi daripada ilmu

kebidanan khususnya untuk menambah wawasan bagi peneliti.

2. Bagi institusi

a. Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

tambahan bagi rekan-rekan sejawat dan bisa dijadikan bahan

acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

b. Bagi lahan praktik


7

Sebagai bahan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan yang

lebih baik. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang

hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai

bahan informasi dan bahan acuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan menambah pengalaman dalam memberikan

asuhan kebidanan kepada masyarakat

Anda mungkin juga menyukai