Anda di halaman 1dari 3

Strategi agar dapat bersaing dipasar global

dengan meningkatkan kualitas faktor internal

Arus globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia bergerak begitu cepat mendorong
semakin meningkatnya keterbukaan hubungan ekonomi antar-bangsa dan mendorong
persaingan yang semakin meningkat. Menurut Forum Ekonomi Dunia (World Economic
Forum) tentang daya saing global, Indonesia berada pada posisi ke-69 (di antara 177
negara yang diteliti) pada tahun 2004 dan turun menjadi peringkat ke-74 pada tahun
2005. Namun, secara mengejutkan pada tahun 2011 peringkat tersebut meningkat
menjadi ke-44 di antara 139 negara yang diteliti. Lonjakan peringkat daya saing tersebut
adalah yang tertinggi sejak tahun 2005.

Dalam era global, faktor kreativitas, inovasi dan tehnologi memiliki peran penting
dalam proses pembangunan. Dalam era global, konektivitas perdagangan, konsumsi, dan
informasi terjadi melalui tehnologi informasi dan dunia maya. Interaksi antara
kreativitas, inovasi, dan tehnologi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan budaya berpotensi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing dan kesempatan kerja.

Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan
pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam pengembangan ekonomi dan
persaingan global. Dalam era new economy fokus pembangunan ekonomi beralih dari
sumber daya alam (SDA) ke sumber daya manusia (SDM). Pergeseran orientasi
ekonomi dunia yang mengedepankan aset sumber daya manusia ini menyebabkan
persaingan luar biasa dalam dunia kreatif (global competition of talents).

Masa depan ekonomi dunia berada di tangan orang-orang kreatif yang mampu
mengubah pengetahuan dan kreativitas menjadi inovasi yang melahirkan mesin ekonomi
yang luar biasa. Gagasan dan ide merupakan kunci utama dalam ekonomi kreatif. Daya
kreativitas, gagasan dan ide inovatif merupakan input sumber daya manusia yang
terbarukan. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi kreatif diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan
penyerapan tenaga kerja (sumber daya manusia yang kreatif) dan juga dapat
meningkatkan citra dan brand Indonesia di era global.
Kita ketahui sekarang ini dengan melonjaknya jumlah pebisnis yang terlalu
tajam tentunya juga meningkatkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Bahkan
untuk sekarang ini persaingan antara para pengusaha satu sama lain sudah dalam
kondisi yang semakin lebih kompleks. Sehingga masing-masing pengusaha akan
selalu berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi-inovasi yang baru untuk selalu
dapat eksis dari tahun ke tahun.

Tentu saja bagi pengusaha yang monoton atau tidak ada perkembangan
inovasi akan semakin tergeser dalam persaingan bisnis tersebut. Seperti contoh,
dahulu perusahaan yahoo sangat berkuasa dalam masa-masa keemasannya. Tetapi
berjalannya waktu karena tidak ada inovasi yang baru semakin lama semakin
tergeser eksistensi nya di dunia internet. Sehingga sekarang ini posisinya
digantikan oleh google yang sekarang ini menguasai pangsa pasar di dunia online.
Tentu saja hal yang dialami perusahaan yahoo jangan sampai terjadi di usaha
Anda. Untuk itu Anda sebagai pebisnis haruslah melakukan inovasi terus menerus
agar dapat eksis di dunia bisnis yang telah Anda bangun.

Abad 21 diwarnai oleh era globalisasi; kesiapan pemerintah dalam menghadapinya


perlu didukung oleh para pelaku bisnis dan akademisi. Strategi SDM perlu dipersiapkan
secara seksama khusunya oleh perusahan-perusahan agar mampu menghasilkan keluaran
yang mampu bersaing di tingkat dunia. Perdagangan bebas tidak hanya terbatas pada
ASEAN, tetapi antar negara-negara di dunia.

Situasi tersebut akan merupakan suatu ciri khas dari era global. Untuk
mengantisipasi peragangan bebas ditingkat dunia, para pemimpin negara ASEAN pada
tahun 1992 memutuskan didirikannya AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang bertujuan
meningkatkan keunggulan bersaing regional karena produksi diarahkan pada orientasi
pasar dunia melalui eliminasi tarif/bea maupun menghilangkan hambatan tarif. Tarif
diperkirakan akan berkisar sekitar 0 – 5 persen, berarti relatif sangat rendah.
Enam negara telah menanda tangani persetujuan CEPT (The Common Effective
Preferential Tariff) yang pada dasarnya menyetujui penghapusan bea impor setidak-tidaknya
60 persen dari IL (inclusion list) pada tahun 2003. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 53.294
produk dalam IL yang merupakan kurang lebih 83 dari semua produk ASEAN.

Globalisasi ekonomi dan sistem pasar bebas dunia menempatkan Indonesia bagian dari
sistem tersebut. Pada kompetisi tingkat ASEAN saja, kita dituntut benar-benar siap, apalagi
menghadapi persaingan dunia. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang
akan merupakan pangsa pasar yang potensial.

Bisnis baru akan banyak muncul, baik yang merupakan investasi dalam negeri
maupun yang merupakan investasi modal asing. Fakta menunjukkan bahwa akhir-akhir
ini Indonesia “kebanjiran” barang-barang luar negeri seperti dari Cina, Taiwan dan
Korea yang relatif murah harganya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan
Indonesia tidak hanya bersaing dengan perusahaan didalam negeri namun mereka mau
tidak mau harus bersaing dengan perusahaan Multinasional dan perusahaan-perusahaan
dari negara lain.

Anda mungkin juga menyukai