PENCEMARAN KEBISINGAN
DISUSUN OLEH:
ANGGIH
ANGGARAINI
NIM : 11.4.0.1.0002
CHAIRI RIZAL NIM : 11.4.0.1.0006
ELSA SAGITA NIM : 11.4.0.1.0010
FERSSY OKTAFANI NIM : 11.4.0.1.0011
GEFIA NANDA JANNAH NIM : 11.4.0.1.0013
RAHMI AGUSTRI NIM : 11.4.0.1.0026
SUHERMAN NIM : 11.4.0.1.0032
TUTI SEPTRIANA NIM : 11.4.0.1.0035
WIDYA AYU LESTARI NIM : 11.4.0.1.0037
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
yang disajikan berdasarkan informasi yang penyusun peroleh dari buku dan
internet.Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
kuliah Ekonomi Kesehatan Bapak Beni Yulianto, M.KL yang telah membimbing
penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Manfaat.......................................................................................................... 2
D. Tujuan............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bising........................................................................................... 4
B. Sumber Bising................................................................................................ 6
C. Pengaruh Bising............................................................................................. 7
D. Pernyataan Tingkat Kebisingan..................................................................... 10
E. Pengukuran Kebisingan................................................................................. 11
F. Upaya pengendalian Kebisingan.................................................................... 13
G. Metode rediksi Kebisingan............................................................................ 16
A. Kesimpulan.................................................................................................... 19
B. Saran.............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap aktifitas manusia disadari atau tidak, dapat menjadi sumber bising. Seiring
hidupnya. Namun kebanyakan aktifitas dalam suatu industri terutama proses produksi, dapat
yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan
(Suma’mur, 1984). Pengaruh bising pada kesehatan berupa gangguan pendengaran dan
akan berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Upaya pengawasan
dan pengendalian kebisingan menjadi faktor yang menentukan kualifikasi suatu perusahaan
termasuk polusi yang mengganggu dan bersumber pada suara / bunyi. Oleh karena itu
bila bising tidak dapat dicegah atau dihilangkan, maka yang dapat dilakukan yaitu mereduksi
akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.1,2 Tuli akibat bising merupakan jenis
1
Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85
desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada
telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua
telinga.
Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain
intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan
mengendalikan kebisingan
7. Memberi tahu metode untuk memprediksi kebisingan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bising
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki, defenisi ini
menunjukkan bahwa bising itu sangat subjektif, tergantung dari masing-masing individu,
waktu dan tempat terjadinya bising. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan
perilaku pemukiman, ketidak nyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari.
Saat ini kebisingan telah menjadi masalah yang banyak di hadapi penduduk. Untuk kegiatan
lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur dan lain-lain (Suma’mur, 1996).
Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan penyimpangan tekanan,
pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis
merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber
3
Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi yang tidak
definisi bising adalah “bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
lingkungan.
Kebisingan dapat juga diartikan sebagai bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat
dan waktunya, sehingga secara umum kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang
yang tidak terlihat, tapi efeknya cukup besar. Kebisingan adalah bahaya yang umum di
tempat kerja.
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada
Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan
longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan
dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan
kesehatan.
B. Sumber Bising
4
Sumber bising dapat dibedakan berdasarkan dua 2 kategori, yaitu sumber bising
industri, kebisingan kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga dan seni, dan
kebisingan lalu lintas. Selanjutnya, emisi kebisingan dipantulkan melalui lantai, atap, dan
alat-alat.
Sumber bising secara umum (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003):
a. Indoor : manusia, alat-alat rumah tangga dan mesin;
b. Outdoor: lalu lintas, industri dan kegiatan lain.
Pembagian sumber bising lain dapat dibedakan menjadi:
a. Sumber terbesar: lalu lintas (darat, laut dan udara)
Tingkat tekanan suara dari lalu lintas dapat diprediksi dari:
1) Kecepatan lalu lintas;
2) Kecepatan kendaraan;
3) Kondisi permukaan jalan.
b. Industri: tergantung kepada jenis industri dan peralatan. Di Industri, sumber
gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada
roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3) Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam
kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa,
5
sebagai sumbunya dengan menyebar ke udara dengan kecepatan sekitar 360 m/det.
selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan
yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian
akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia.
Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu
pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang
adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah.
Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan karena
energi kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi
jantung, perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada
efek psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising. Bising
tunggal (Single exposure) terhadap intensitas yang tinggi dan terjadi secara tiba-
6
bising akan kembali normal. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TTS
adalah intensitas dan frekuensi bising, lama waktu pemaparan dan lama waktu
terjadi pemulihan. Ini dapat disebabkan oleh efek kumulatif pemaparan terhadap
atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10
mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang
akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas
disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
mempengaruhi sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, akan
7
perubahan tekanan darah itu menetap. Kenaikan tekanan darah yang terus- menerus
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan
isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung mengakibatkan bahaya pada keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan
interval waktu tertentu. Salah satu perhitungan tingkat tekanan bunyi adalah tingkat
tekanan bunyi ekuivalen dimana nilai tertentu bunyi yang fluktuatif selama waktu
8
tertentu setara dengan tingkat bunyi yang steady state pada selang waktu yang sama.
Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu ( Leq ) dapat ditentukan melalui
persamaan :
Deviasi standar dari Tingkat kebisingan ekuivalen adalah :
ti = Lamanya waktu dengan Tingkat Kebisingan Li
T = ∑ ti = t1 + t2 + t3 + ……….
Pi = ti/T = fraksi waktu
3. Tingkat Kebisingan Siang dan Malam
Model yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan lingkungan.
a. Interval Siang : 16 jam (06.00 – 22.00)
b. Interval Malam : 8 jam (22.00 – 06.00)
E. Pengukuran Kebisingan
1. Cara Pengukuran Tingkat Kebisingan
Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak
suara kita lebih kuat daripada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar
untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah
desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan
tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi
suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk
menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan
bantuan alat:
a Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan)
b Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk
meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain.
Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer
9
Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM
terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan
perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi
sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik
terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat
kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai frekuensi.
manusia.
b Octave Band Analyzer (OBA)
Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbeda-beda,
oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai
tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit
berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat
dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu
oktaf, dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 –
48/MENLH/ 11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Tanggal 25 Nopember 1996,
detik.
b Cara Langsung
10
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas
pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Evaluasi hasil pengukuran dengan baku mutu
kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi +3 dBA (Sasongko dan Hadiyarto, 2000.
F. Upaya Pengendalian Kebisingan
1. Pengendalian pada Sumber
Pengendalian kebisingan pada sumber mencakup:
a Perlindungan pada peralatan, struktur dan pekerja dari dampak bising.
b Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber (Sasongko, 2000).
2. Pengendalian Pada Media Rambatan
Pengendalian pada lintasan (media rambatan) adalah pengendalian diantara
intensitas kebisingan yang merambat dari sumber kepenerima dengan cara membuat
hambatan-hambatan. Ada 2 cara pengendalian kebisingan pada lintasan yaitu out door
rambatan suara atau kebisingan di dalam ruangan atau gedung sehingga intensitas
kebisingan yang diterima harian, sering disebut dengan personal hearing protection.
Pengendalian ini ditujukan pada pekerja pabrik atau mereka yang bertempat tinggal
didekat jalan raya yang ramai. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada
dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke
11
telinga bagian luar dan bagian tengah, sebelum masuk ke telinga bagian dalam. Cara
suara bising
b Pengendalian Secara Administratif
Yaitu berupa kriteria atau tingkat baku kebisingan untuk tindakan pencegahan
dan lama kebisingan yang diterima oleh pekerja dengan mengatur pola kerja sesuai
lingkungannya.
c Penggunaan Alat Pelindung Diri
Apabila pengendalian secara teknis dan administratif belum dapat mereduksi
tingkat dan lama kebisingan yang diterima maka digunakan alat pelindung kebisingan
yaitu ear plug atau ear muff. Tindakan yang terpenting dalam pengendalian
kebisingan adalah dengan mengurangi tingkat bunyi dengan cara-cara teknis, baik
korektif (peredam bunyi, panel anti pantulan, lapis pelindung, pelindung kepala dll)
atau lebih baik dengan merancang mesin-mesin yang kurang bising (Joko Suyono,
1995:173).
G. Metode Prediksi Kebisingan
1. Metode sumber titik
12
Seringkali sound power level dari sumber kebisingan tidak diketahui tetapi tingkat
kebisingan pada suatu jarak tertentu dari sumber kebisingan diketahui. Persamaan yang
250.000m2, diketahui sound power level industri standar, Lw= 65 dBA/m2. prediksi
= 119 dBA/m2
2. Sebuah rumah berlokasi di dekat jalan raya dengan jarak 50m dari tepi jalan. Lebar
jalan tersebut 20m terbagi menjadi 4 jalur. Rerata lalu lintas harian 40.000 kendaraan
dengan rincian 3% medium truck, 1% heavy truck dan sisanya automobile. Kecepatan
rerata 75 km / jam. Antara jalan dan rumah terdapat tanah rumput dan tidak ada
bangunan lain. hitung Tingkat kebisingan pada saat jam puncak (peak hour) dimana
volume lalu lintas setiap jamnya 10 % dari lalu lintas harian rerata
Diketahui : Lo, a = 69 dBA
Lo, mt = 80 dBA
Lo, ht = 84,6 dBA
Saat jam puncak, jumlah kendaraan yang lewat adalah :
Na = 96% x 10% x 40.000 = 3.840 buah
Nmt = 3% x 10% x 40.000 = 120 buah
Nht = 1% x 10% x 40.000 = 40 buah
13
Diketahui: Sa = Smt = Sht = 75 jam
t = 1 am
d = 50 + ½ x 20 = 60 m
α = 0,5 (tanah berumput)
Tingkatan kebisingan masing-masing enis kendaraan terhitung adalah :
La = 69,0+10 log (3840/75)+10 log (15/60)1+0,5 - 13 = 64,1 dBA
Lmt = 80,0 + 10 log (120/75)+10 log (15/60)1+0,5-13 = 60,0 dBA
Lht = 84,6 + 10log (40/75)+10 log 15/60)1+0,5-13 = 59,8 dBA
Tingkat kebisingan total terhitung adalah:
Ltotal = 10 log [1064,1/10 +1060/10+1059,8/10] = 86,6 dBA
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki, defenisi ini
menunjukkan bahwa bising itu sangat subjektif, tergantung dari masing-masing individu,
waktu dan tempat terjadinya bising. Sumber bising dapat dibedakan berdasarkan dua 2
kategori, yaitu sumber bising berdasarkan jenis dan sumber bising berdasarkan bentuk, yaitu:
1. Berdasarkan Jenis
2. Berdasarkan Bentuk
Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi untuk pemaparan bising
selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan
yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian
akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia.
B. Saran
ambang batas kebisingan agar terhindar dari bahaya yang ditimbulkan oleh
kebisingan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
15
Doelle, L. Leslie..1993. Akustik Lingkungan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ikron, I Made Djaja, Ririn Arminsih Wulandari. 2005. Pengaruh Kebisingan Lalu
lintas Terhadap Psikologi Anak Di Sekolah Dasar Cipinang Muarakabupaten
Jatinegara, Jakarta Timur, Provinsi Jakarta. Departemen Kesehatan
Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Indonesia.
Patrick, Cunniff F. 1997. Enviromental Noise Pollution. Canada: John Wiley &
Sons Inc.
Suma’mur, P.K. 1984. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Saksama.
http://putraprabu.wordpress.com
Joko Suyono. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC.
16