Judul Perancangan Sppa 7 Fikran Baru
Judul Perancangan Sppa 7 Fikran Baru
diajukan oleh:
0
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….…1
BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………….…2
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………...….…2
1.2. Rumusan masalah……………………………………………………………3
1.3. Tujuan ………………………………………………………………….……3
1.4. Manfaat………………………………………………………………………3
1.5. Urgensi………………………………………………………………….……4
1.6. Luaran…………………………………………………………………..……4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………4
2.1. Terminologi Perancangan …………………………………..……………4
2.2. Standar perancangan…………………………………………………...…5
2.3. Studi banding proyek sejenis…………………………….………………7
2.4. Studi jurnal ………………………………………………………………8
2.5. Studi tema / konsep ………………………………………………………8
2.6. Program kegiatan dan program ruang ……………………………………8
BAB 3. METODE PERANCANGAN……………………………………………9
3.1. LOKASI PERANCANAAN…………………………………………………9
3.2. Tahapan Perancangan……………………………………………………...…9
3.3 Indikator Capaian Setiap Tahapan Perancangan………………………………9
3.4 Teknik Pengumpulan Data Perancangan………………………………….…10
3.5 Teknik Analisa………………………………………………………………10
BAB 4. JADWAL KEGIATAN…………………………………………………11
4.1 Tabel Jadwal Kegiatan Tugas Akhir…………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………12
1
Judul Perancangan :
Gedung Pusat Seni dan Budaya Melayu di Medan
dengan Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fakari (2016) menjelaskan secara kesejarahan, Kota Medan adalah ikon,
simbol, dan indeks budaya Melayu, yang dibuka oleh Guru Patimpus. Kedudukan
istana Kesultanan Deli juga berada di Kota Medan. Berbagai ciri kebudayaan
Melayu terdapat di Kota Medan, seperti Mesjid Raya Al- Manshoon, gapura-
gapura, hotel, restoran, dan rumah bertipe arsitektur Melayu, dan lain-
lainnya. Identitas kemelayuan Kota Medan ini juga menjadi salah satu unsur
yang harus diperhatikan dalam konteks kebudayaan masyarakat Medan yang
heterogen. Etnik yang mendiami Kota Medan adalah Melayu, Batak (Toba,
Simalungun, Pakpak- Dairi), Jawa, Tionghoa, Mandailing-Angkola, Minangkabau,
Karo, Aceh, dan lainnya. Bahasa yang digunakan masyarakat Medan adalah bahasa
Indonesia, Batak, Jawa, Hokkien, Minangkabau, dan lainnya.
Setiap daerah memiliki kesenian nan khas dari daerahnya. Ada beberapa
macam kebudayaan Sumatra utara yaitu rumah adat, pakaian adat, tarian adat,
senjata tradisional, suku, lagu daerah, dan bahasa daerah. Ada salah satu tarian nan
begitu sangat populer di Kota Medan, bahkan sudah populer juga di luar Kota
Medan, yaitu tari tor-tor.
Lembaga Kajian Kebudayaan Indonesia (LKKI) prihatin dengan tidak
adanya Gedung kesenian melayu di Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera
Utara. Padahal kota Medan di tahun 60-an dan 70-an pernah menjadi kiblatnya
kebudayaan di Indonesia baik sastra, teater, tari, seni rupa dan musik serta kesenian
lainnya. Gedung kesenian yang standar akan memungkinkan lahir karya-karya yang
berkwalitas (Rizal,2013).
Menurut Rizal Siregar ketua LKKI, saat ini Kota Medan, bahkan di
Sumatera Utara para seniman hanya memiliki satu gedung pertunjukan yakni
Taman Budaya Sumatera Utara di jalan Perintis Kemerdekaan di Medan, itu pun
sudah tidak terurus dan sudah tidak layak untuk dikatakan sebagai sebuah gedung
2
pertujukan. baik teater, tari, musik maupun pameran kebudayan lainnya, sebab
bangunannya sudah seperti gudang.
Pada perancangan Gedung pusat seni dan budaya di Medan menerapkan
tema Arsitektur NeoVernakular. Metode perancangan perancangan Gedung pusat
seni dan budaya di Medan ini didasarkan pada karakteristik Arsitektur Neo
Vernakular, dimana pendekatannya bentuk yang lebih modren dengan makna tetap.
Penampilan Arsitektur Neo-Vernakular dapat menghadirkan bentuk baru dalam
pengertian unsur unsur lama yang diperbaharui. Dengan kata lain penerapan elemen
arsitektur yang sudah ada dan kemudian sedikit banyaknya mengalami pembaruan
menjadi suatu desain yang lebih modren.
Banyak potensi seni-budaya dan peninggalan sejarah yang ada di medan,
sayangnya belum adanya tempat atau galeri seni yang memadai, dan khusus untuk
memamerkan karya-karya seni dari seniman budaya melayu di Medan.
Keinginan untuk melestarikan budaya melayu ini tentu membutuhkan suatu
tempat yang cukup luas mengingat adanya berbagai macam seni. Tidak adanya
wadah untuk menyalurkan kecintaan terhadap kebuyaan inilah yang menjadi faktor
lain akan tergusurnya sebuah budaya. Oleh karena itu, gedung pusat seni dan
budaya melayu di kota Medan dirancang sebagai wadah aktifitas dan pelestarian
seni budaya melayu . Fungsi bangunan sebagai jendela budaya melayu disampaikan
sebagai wujud penggambaran watak dan tradisi masyarakat medan.
1.2. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada laporan ini ialah bagaimana rancangan pusat seni
dan budaya melayu penerapan tema arsitektur Neo-Vernakular menjadi wadah
sebagai wujud penggambaran watak dan tradisi masyarakat medan ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini menghasilkan rancangan pusat seni dan budaya
melayu penerapan tema arsitektur neo vernacular menjadi wadah sebagai wujud
penggambaran watak dan tradisi masyarakat medan .
1.4. Manfaat
Manfaat dibagi :
Sebagai wadah bagi budayawan untuk mengembangkan budaya melayu
dan memperkenalkan lebih dekat dengan masyarakat.
3
Melestarikan budaya melayu sampai saat ini mendatang yang lebih baik.
1.5. Urgensi
Perancangan ini sangat penting untuk dilakukan dikarenakan keinginan
masyarakat untuk melestarikan budaya membutuhkan wadah menyalurkan
kecintaan budaya tersebut. Dengan adanya perancangan Gedung pusat seni dan
budaya melayu ini akan menjadikan gerakan pendidikan informasi terhadap budaya
melayu tetap terjaga keberadaannya.
1.6. Luaran
Perancangan gedung pusat seni dan budaya melayu di Medan ini terdiri atas
bentuk luaran, yaitu 1) Konsep desain gedung pusat seni dan budaya melayu di
Medan dengan penerapan arsitektur Neo-Vernakular ; 2) Gambar desain gedung
pusat seni dan budaya melayu di Medan dengan penerapan arsitektur Neo-
Vernakular ; 3) draft artikel publikasi tentang gedung pusat seni dan budaya melayu
di Medan dengan penerapan arsitektur Neo-Vernakular ; dan 4) Maket desain
gedung pusat seni dan budaya melayu di Medan dengan penerapan arsitektur Neo-
Vernakular.
4
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar. (Napsirudin dkk. 2016).
2.2. Standar perancangan
1) Pusat Seni Dan Budaya
NO KELOMPOK AKTIFITAS KEBUTUHAN SIFAT STANDART
KEGIATAN RUANG RUANG UKURAN
RUANG
1. Utama Pelatihan -Pusat R.Diskusi Privat 6 m2
Menjelaskan Bertanya R.Belajar Privat 4 m2
Meneliti Tentang Workshop Publik 7 m2
Berkarya Kebudayaan
dan seni .
-Melatih
Membuat
Karya Seni
Dan Melatih
Menjelaskan
Tentang Adat
Nya
2. Pendukung Pengelolah Kantor Privat 4 m2
R.Sekretariat Privat 3 m2
3. Pelengkap Pusat -Menjawab R.Customer Service 3 m2
Informasi Pertanyaan Service
Budaya Dan -Memberikan
seni Pelatihan
2) Gedung Panggung Seni Adat
KELOMPOK AKTIFITAS KEBUTUHAN SIFAT STANDART
NO. KEGIATAN RUANG RUANG UKURAN
RUANG
1. Utama Acara -Pesta Adat R.Serba Guna Publik 10 m2
¤ Adat -Menari
Acara -Bernyayi Panggung Privat 8 m2
tarian dan -bermusik
musik -Pameran
Daerah budaya
Festival -Penampilan Area Teater Publik 6 m2
Budaya Opera Daerah
Opera
5
3) Gallery
NO KELOMPOK AKTIFITAS KEBUTUHAN SIFAT STANDART
KEGIATAN RUANG RUANG UKURAN
RUANG
1 Utama Pelayanan - Memberikan informasi R.Iformasi Publik 5 m2
kepada pengunjung R.Perpustakaan Publik 7 m2
- Menyedia buku Audotorium Publik 6 m2
Audio Visual Publik 6 m2
Pameran -Memamerkan obyek R.Pameran 2 Dimensi Publik 4 m2
koleksi 2 Dimensi R.Pameran 3 Dimensi Publik 4 m2
-Memamerkan obyek R.Pamer Sejarah Publik 4 m2
koleksi 3 Dimesi
-Ruan
g Multi Fungsi
-Memamerkan Sejarah
2
Kegiatan -Memimpin Museum R.Pimpinan/Peng-urus Privat 4 m2
Pendukun Administrasi -Melayani Tamu museum
g -Mengadakan Rapat R.Tamu Privat 4 m2
-Kegiatan Administrasi R.Multimedia Publik 4 m2
-Melaksanakan Workshop Publik 6 m2
Perbaikan R.Rapat Privat 4 m2
-Melaksanakan R.Tata Usaha Privat 6 m2
Penjelasan R.Konservator Privat 5 m2
-Melaksanakan R.Prepator Privat 5 m2
Penyajian R.Edukasi Privat 7 m2
R.Kurator Privat 8 m2
3 Pelengkap Kegiatan -Beribadah Mushola Service 10 m2
Service -Buang Air Kecil/Besar
-Mengamankan R.Security Privat 6 m2
-Membersihkan R.Kebersihan Privat 5 m2
WC Service 2 m2
6
5) PELAYANAN
NO KELOMPOK AKTIFITAS KEBUTUHAN SIFAT STANDART
KEGIATAN RUANG RUANG UKURAN
RUANG
1 Parkir Roda 2 -Menjaga Area parkir roda 2 Servis -
Roda 4 -Memarkiran Area parkir roda 4 Servis -
Lebih Dari Area parkir Lebih Servis -
Roda 4 Dari Roda 4
2 Taman Anak -Bermain Area bermain anak Servis 6 m2
Umum -Berkumpul Gazebo Servis
-Berjalan- Sirkulasi Pejalan Servis
jalan Kaki
-Bersantai Area Bersosialisasi Servis
3 Toilet Pria -Buang air Wc Pria Servis 3 m2
Umum wanita -Menyuci Wc Wanita Servis 3 m2
4 Keamanan Dalam -Mengawasi R.CCTV Privat 4 m2
Bangunan -Menjaga
Luar -Melindungi R.Securiti Privat 4 m2
Bangunan
3. Taman Budaya Yogyakarta Luas •Teater seni dengan Bangunan awal asli
bangunan kapasitas 300 orang yang ditempati oleh
± 1 ha •Teater concert hall Taman Budaya
dengan kapasitas 1200 Yogyakarta ini
orang adalah gedung
•ruang pamer ‘Militair Societeit’,
•Ruang seminar yaitu bangunan
•Ruang perawatan karya peninggalan
seni colonial Belanda
yang dulunya
berfungsi sebagai
tempat bersenang-
senang keluarga
militer Belanda.
7
2.4. Studi jurnal
No Nama bangunan Ruang-ruang Konsep
1. Gedung Kesenian papua R g. Kep al Gedung Bangunan ini menggunakan
R g. Kep ala Bagian Simbolisme/symbol merupakan
R g. Pegawai salah satu juga pembahasan
R g. R ap at dari Semiotika dalam ilmu
Loading D ock arsitektural yakni yang berarti
R g. Penerim aan ilmu tentang ‘tanda’,
Pos Keamanan
G enerator
2. Gedung pertunjukan seni teater Orchestra Assembly Bangunan ini menggunakan
tradisional jawa di Surabaya Area, konsep vernacular kedalam
Box office, konsepnya. Bangunan ini
Lavatory, memiliki abentuk atap segitiga
Bar, dan bentuk fasadnya tajam .
café,
retoran,
Ruang pengelola
keseluruhan,
Dapur + Manajemen
Catering,
Sebagai Gedung seni dan Dari fasad dengan Ruang ruang pada bangunan
budaya menggunakan pendekatan diarahkan senyaman mungkin
vernacular diangkat dari
konsep rumah adat melayu
yang berbentuk kapal layar.
8
BAB 3. METODE PERANCANGAN
3.1. LOKASI PERANCANAAN
Untuk mencapai suatu Perancangan yang memenuhi standar dan cara untuk
membantu dalam memudahkan Perancangan : a).Memahami penerapan konsep
ekologis pada pra-desain , b). Memahami contoh Perancangan yang menggunakan
9
penerapan arsitetur ekologis, c). Memahami kriteria dan prinsip-prinsip arsitektur
ekologis, d). Menghasilkan pra-desain Pusat Budaya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Perancangan
Teknik pengumpulan data perancangan dilakukan melalui beberapa tahapan
yaitu 1) Observasi lapangan,yaitu pengamatan langsung kondisi tapak; 2)Studi
literatur yaitu mengumpulkan data melalui media internet,pustaka tentang
perancangan yang akan dibuat.
Teknik pengumpulan data perancangan dilakukan dengan penyusunan data
bangunan dan tapak yaitu sebagai berikut:
a. Data Bangunan
Pengumpulan data bangunan dilakukan melalui penentuan aktivitas dan dan
pengguna pada perancangan yang akan dilakukan, karakteristik pada setiap
fungsi ruang dan penyusunan bentuk yang di sesuaikan dengan konsep
arsitektur neo vernakular
b. Data Tapak
Pengumpulan data tapak dilakukan melalui penentuan eksisting site tapak,
pencapaian dan sirkulasi, pengaruh iklim dan view.
10
BAB 4. JADWAL KEGIATAN
4.1 Tabel Jadwal Kegiatan Tugas Akhir
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan
BULAN
NO JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
3 Penulisan Proposal
8 Pengelolahan Data
11
DAFTAR PUSTAKA
Edy Sedyawati. 2013. Pertumbuhan Seni Pertunjuk kan. Jakarta: Sinar Harapan.
Fakari, M. 2016 . Nilai-Nilai Multikultural Dalam Kesenian Masyarakat Kota
Medan, hal 1 , Departemen Etnomusikologi dan Ketua Prodi Penciptaan dan
Pengkajian Seni Jenjang Magister FS, USU, Kota Medan.
Napsirudin dkk. 2016. Pelajaran Pendidikan Seni. Jakarta: Yudistira
Prijot omo, Josef. (2013). “Pasang Surut Arsitektur di Indonesia”. Surabaya: Cv.
Ardjun Surabaya.
Rizal. 2013. Medan Tak Punya Gedung Kesenian.
http://poskotanews.com/2013/01/24/bah-medan-tak-punya-gedung-kesenian-
bung/ . diakses 6 oktober 2018.
Soedarsono R. M. 2009. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi .Jakarta.
12