Anda di halaman 1dari 12

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

REPRODUKSI HEWAN

ANALISIS SPERMATOZOA PADA HEWAN UJI


MENCIT

DISUSUN OLEH:

Herwina Francisca
(160805001)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Tugas Reproduksi Hewan
PENUNTUN PRAKTIKUM

ANALISIS SPERMATOZOA PADA MENCIT

Disusun Oleh :

Herwina Francisca 160805001

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah Nya Buku Penuntun Analisis Spermatozoa pada Mencit ini dapat
diselesaikan.
Buku penuntun ini merupakan revisi dari penelitian dari praktikum analisis
sperma sebelumnya. Beberapa materi telah ditambahkan dari yang ada sebelumnya,
dengan harapan dapat memperkaya wawasan pengetahuan praktis tentang sperma.
Seperti penuntu lain, penuntun ini diajukan sebagai pedoman dalam
melaksanakan praktikum bagi mahasiswa di bidang Fisiologi hewan departemen
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap
tulisan ini dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, dan dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Medan, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………....……………………................ii
DAFTAR ISI……………………………………….......……………………….......iii
Praktikum 1. Analisis Sperma pada Mencit............................................................1
1.1 Tujuan Praktikum.............................................................................................1
1.2 Teori………………………………………………………………………….1
1.2.1 Testis Pada Mencit………………………………………………........1
1.2.2 Spermatogenesis Pada Mencit………………………………………..3
1.3 Alat dan Bahan.................................................................................................4
1.4 Prosedur............................................................................................................5
1.4.1 Penyediaan Hewan Uji.........................................................................5
1.4.2 Pembuatan Suspensi Spermatozoa.......................................................5
1.4.3 Motilitas Spermatozoa…………….....................................................4
1.4.4 Viabilitas Spermatozoa………………………………………………5
1.4.5 Morfologi Spermatozoa………………………………………………6
1.4.6 Kuantitas Spermatozoa……………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

Analisis Sperma pada Mencit

1.1 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui kuantitas spermatozoa yang dihasilkan mencit
2. Untuk mengetahui kualitas spermatozoa pada hewan uji mencit

1.2 Teori
1.2.1 Testis Pada Mencit

Testis atau testikel adalah sepasang organ berbentuk oval dan terletak didalam
skrotum dengan ukuran panjang sekitar 0,8 cm dan diameter rata-rata 0,4- 0,6 cm.
Setiap testis manusia memiliki massa mencapai 10-15 gram namun testis mencit hanya
memiliki massa 0,05-0,15 gram. Testis berkembang dari daerah disekitar ginjal,
didalam bagian posterior abdomen dan biasanya mulai membentuk struktur keluar
tubuh dengan skrotum melalui saluran diantara dinding perut dalam perkembangan
fetus sekitar 7 bulan pada manusia dan pada hari ke 7-8 setelah kebuntingan induk
(Rugh, 1968; Tortora and Derrickson, 2009).
Testis ditutupi oleh lapisan tipis dengan jaringan ikat berserat yang disebut
tunika albuginea yang membagi testis bagian dalam menjadi 200-300 ruang yang lebih
kecil yang disebut lobus. Setiap lobus mengandung satu hingga tiga saluran yang
saling berpilin dan sering disebut tubulus seminiferus. Didalam tubulus seminiferus
2

inilah akan diproduksi sperma melalui proses yang disebut spermatogenesis (Rizzo,
2010).
Setiap tubulus seminiferus memiliki panjang sekitar 30-80 cm dan diameter
150-250 μm. Jaringan epitel tubulus seminiferus terdiri epitel berlapis banyak yang
membentuk dua populasi besar sel, yaitu sel sertoli yang dikenal sebagai penyokong
atau sel pembentuk. Sel ini tidak akan bereplikasi setelah puberitas. Sel sertoli tersusun
dari sel epitel pipih yang sangat tipis dan membentuk sel spermatogenik diantara kedua
lapisannya. Bagaimanapun konfigurasi antar sel sertoli tidak dapat diamati dengan
jelas dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin (H-E) sederhana. Sel sertoli
memberikan bentuk yang terorganisir pada tubulus seminiferus dengan menyusun
dinding pembuluh tubulus yang sangat tipis (Ross and Pawlina, 2011).

Karena tubulus seminiferus sangat padat, kebanyakan preparat jaringan


menunjukkan bagian transversalnya saja (Gambar 2.1). Setiap kumpulan jaringan ikat
mengelilingi setiap tubulus dan jaringan areolar mengisi jarak diantara jaringan ikat
tersebut. Diantara beberapa bagian pembuluh darah dalam jarak terdapat sel interstisial
(sel Leydig). Sel ini menghasilkan androgen, hormon seks dominan pada pria. Selain
itu dihasilkan pula testosteron, yaitu salah satu bagian androgen yang merupakan
hormon seks paling penting (Martini et al., 2012).
Testis memproduksi sperma dan hormon seks jantan. Testis juga memiliki organ
aksesoris yaitu skrotum yang mendukung posisi testis. Struktur aksesoris lainnya
mendukung perkembangan sel sperma dan duktus yang bermacam-macam atau untuk
menyalurkan sperma ke luar tubuh serta didalam saluran reproduksi betina (Rizzo,
2010).
3

Perkembangan sel-sel spermatogenik di dalam tubulus seminiferus testis dan


kualitas sperma merupakan indikator untuk mengontrol fertilitas dari suatu individu.
Sel-sel spermatogenik seperti spermatogonia, spermatosit dan spermatid merupakan
cikal bakal terbentuknya spermatozoa, sehingga keberadaan sel-sel spermatogenik di
tubulus seminiferus testis merupakan titik tolak untuk menilai fertilitas. Demikian pula
halnya dengan kualitas sperma seperti motilitas, konsentrasi dan abnormalitas. Baik
sel-sel spermatogenik maupun kualitas sperma dapat dikendalikan untuk mengontrol
fertilitas dan dapat dijadikan parameter untuk melihat efek antifertilitas dari suatu
bahan (Solihati et al., 2013).
1.2.2 Spermatogenesis Pada Mencit
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma.Spermatogenesis dimulai
dari sel-sel di lapisan tubulus seminiferus dan prosesnya berlanjut di lumen. Pada
setiap tahap dalam proses ini, sel anakan yang terbentuk akan keluar dari lumen.
Pertama, sel stem yang disebut spermatogonia terbagi secara mitosis untuk membentuk
dua sel anakan dimana salah satunya akan menjadi spermatogonia dan sel yang lain
menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer akan membelah secara meiosis dan
membentuk spermatosit sekunder yang akan membelah lagi dan terdiferensiasi
menjadi spermatid, yaitu gamet yang belum matang yang akan terdiferensiasi menjadi
spermatozoa. Spermatozoa akan kehilangan kontak dengan dinding tubulus
seminiferus dan masuk kedalam cairan lumen (Martini et al., 2012).
Spermatozoa pada mencit berupa sel kelamin (gamet) yang diproduksi di
dalam tubulus seminiferus melalui proses spermatogenesis dan akan dikeluarkan
bersamaan dengan cairan semen melalui saluran kelamin jantan. Spermatozoa mencit
terdiri atas bagian kepala yang bentuknya bengkok seperti kait, bagian tengah yang
pendek dan bagian ekor yang sangat panjang (Gambar 2.2). Panjang bagian kepala
kurang dari 0,008 mm sedangkan panjang spermatozoa keseluruhan sekitar 0,1226
mm (Rugh, 1968).
kepala
Ekor
leher
4

Diferensiasi spermatogonium pada mencitterbentuk dalamlima divisi mitosis


sebelum membentuk spermatosit preleptoten. Dari tahapiniakan dibentuk spermatosit
yang menyerupai spermatosit pada manusia. Meiosis terjadi pada spermatosit, dan
selama meiosis I akan terjadi rekombinasi kromosom serta membentuk spermatosit
sekunder. Pada meiosis akhir akan terbentuk empat gamet haploid yang berdiferensiasi
menjadi spermatid sebagai hasil dari pembelahan sel spermatosit. Setiap spermatid
kemudian akan berubah dengan cepat secara morfologis danmembentuk ekor
spermatid dan akhirnya terbentuk spermatozoa (Hogarth and Griswold, 2010).
Sampai saat ini, analisis kualitas spermatozoa masih merupakan salah satu alat
terpenting untuk evaluasi kesuburan seorang pria. Beberapa hal yang sering dipakai
sebagai parameter kualitas sperma yaitu volume sperma, pH sperma, warna sperma,
viskositas (kekentalan) sperma, morfologi sperma, dan pola pergerakan sperma
(Abdurrahman, 2007). Morfologi spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu
fertilitas spermatozoa.Bentuk-bentuk abnormalitas primer spermatozoa di dalam testis
disebabkan karena keturunan, penyakit, defisiensi makanan, dan pengaruh-pengaruh
lingkungan yang buruk (Salisbury dan Vandemark, 1995).

1.3 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang plastik, penutup
kawat, botol minum, wadah pakan, timbangan digital, camera digital, alat tulis, bak
bedah, dissecting set, kamar hitung Neubauer Improved, cover glass, object glass,
pipet tetes, scapel, cawan petri, counter, penggaris.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus L.)
jantan 25 ekor, aloksan, striptes, akuabides, alkohol, kapas, spuit 1cc, buffer formalin
10%, NaCl 0,9%, xilol, parafin, akuades, albumin mayer, Giemsa 4%, zat warna HE
(Hematoksilin-Eosin), botol sampel, kertas saring Whatmann, kertas grafik milimeter,
aluminium foil, kertas label, metanol, campuran pellet dan jagung, sekam, tisu, masker
dan sarung tangan.
5

1.4 Prosedur Kerja


1.4.1 Penyediaan Hewan Uji
Penelitian ini menggunakan mencit (Mus musculus L) jantan yang diperoleh
dari Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, yang berumur ± 2 bulan dengan
berat ± 25-30 g. Mencit tersebut ditempatkan dalam bak plastik yang diberi alas sekam
dan dilakukan pergantian sekam dua kali seminggu. Bak tersebut ditutup dengan kawat
dan mencit diberi makan serta minum secara ad libitum setiap hari sesuai dengan Kode
Etik Pemeliharaan Hewan Uji.

1.4.2 Pembuatan Suspensi Spermatozoa


Sebelum pembuatan suspensi spermatozoa, mencit terlebih dahulu dibunuh
dengan cara dibius dengan eter dan dislokasi leher sebelum dibedah untuk diambil
testis beserta epididimisnya. Selanjutnya epididimis diambil dari testis dan diambil
sampel spermatozoa segera setelah mencit dibedah dengan cara menyayat dan
menekan cauda epididimis secara perlahan. Satutetes sampel spermatozoa
ditempatkan pada cawan petri, dan ditambahkan satu tetes larutan NaCl
fisiologis0,9%, kemudian dicampur merata menggunakansatu batang gelas steril, dan
suspensi siap untuk diamati.

1.4.3 Motilitas Spermatozoa


Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan menggunakan mikroskop
perbesaran 100 kali. Motilitas spermatozoa dikelompokkan kedalam kategori sel
spermatozoa progresif cepat (A), progresif lambat (B), nonprogresif (C), dan imotil
(D), kemudian dihitung secara bersamaan. Motilitas spermatozoa dihitung
berdasarkan rumus perhitungan sebagai berikut:
A+B
A+B+C+D x 100%
(WHO, 2010; Fatmawati et al, 2016).
6

1.4.4 Viabilitas Spermatozoa


Setelah pembedahan dilakukan, suspensi spermatozoa dihomogenkan dengan
1 tetes pewarna Eosin 1% di atas object glass. Suspensi ditutup dengan cover glass.
Diamati dan dihitung jumlah spermatozoa yang hidup (yang tidak menyerap warna)
dan spermatozoa mati (yang menyerap warna) dibawah mikroskop dengan perbesaran
100 kali. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan dihitung nilai rataratanya.
Dihitung hasilnya dengan menggunakan rumus,
Viabilitas= H
H+M X 100%
Keterangan: H = Jumlah spermatozoa hidup, dan
M = Jumlah spermatozoa mati (WHO, 2010)
1.4.5 Morfologi Spermatozoa
Suspensi spermatozoa diambil setelah pembedahan dilakukan dan diletakkan
diatas object glass. Ditambahkan 1 tetes metanol 70% dan difiksasi hingga kering.
Diberi canadian balsam dan ditutup dengan cover glass. Diamati jumlah spermatozoa
normal dan jumlah spermatozoa abnormal dibawah mikroskop dengan perbesaran 100
kali. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan dirata-ratakan jumlahnya.
Spermatozoa mencit normal terdiri atas bagian kepala (caput) yang membentuk ujung
seperti kait, bagian tengah (middle piece) yang pendek, dan bagianekor (cauda) yang
sangat panjang. Hasil yang didapat dihitung nilainya dengan rumus,
A
A+B X 100%
Keterangan: a = Jumlah morfologi normal
b = Jumlah morfologi abnormal ( dimodifikasi dari WHO, 2010).

1.4.6 Kuantitas Spermatozoa


Suspensi spermatozoa yang telah diperoleh setelah proses pembedahan
dihomogenkan dengan NaCl 0,9%. Selanjutnya 0,1 mL sampel dimasukkan ke dalam
kotak-kotak kamar hitung hemositometer Neubauer Improved serta ditutup dengan
cover glass. Di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 100 kali, hemositometer
diletakkan dan dihitung jumlah spermatozoa pada kotak/bidang 1, 2, 3, 4, dan 5. Total
spermatozoa yang didapatkan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:
Kuantitas Spermatozoa = N/2 × 105 7
dimana N = jumlah spermatozoa yang dihitung pada kotak 1, 2, 3, 4, dan 5 (WHO,
2010).
DAFTAR PUSTAKA

Darsini P, 2018. Mikrostruktur Testis, Kualitas dan Kuantitas Spermatozoa Mencit


(Mus musculus L.) Diabetes Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Daun Pirdot
(Saurauia vulcani K.). Universitas Sumatera Utara [SKRIPSI].
Hogarth CA, Griswold MD, 2010. The Key Role of Vitamin A in Spermatogenesis.
JClin Invest.4(120):956–962.
Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF, 2012. Fundamentals of Anatomy &
Physiology. Ninth Edition. Pearson Education, Inc.San Fransisco.
Rizzo DC, 2010.Fundamentals Of Anatomy & Physiology. Third Edition. Thomson
Learning International Division. USA.
Ross MH, Pawlina W, 2011. Histology : A Text and Atlas. Sixth Edition. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia.
Rugh R, 1968. The Mouse: Its Reproduction and Development. Burgess Publishing
Company. Minneapolis
Salisbury GW, Vandemark NL, 1995. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
pada Sapi. Alih Bahasa: R. Djanuar. UGM Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai