Anda di halaman 1dari 8

Surabaya : Kota Metropolitan Incaran Para Urban

Dikerjakan Untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Antropologi


Perkotaan

Oleh
Muhammad Haidzar Islam HF
071711733041

Program Studi Antropologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
2019
BAB I

Latar belakang
Urbanisasi merupakan sebuah proses berpindahnya orang dari kota asal atau
disebut dengan desa ke kota. Tidak hanya itu, semakin berkembangnya zaman
semakin pula berkembang definisi tentang urbanisasi. Perluasan pengaruh
kehidupan kota di desa juga dapat menjadi definisi dari urbanisasi ini. kehidupan
kota yang dimaksud tidak lain misalnya seperti gaya hidup/lifestyle, perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi. Sebagai contoh saat ini di desa bukan berarti
masyarakat desa tidak mengenal teknologi komunikasi handphone. Bahkan di desa
pun sudah ada yang memiliki mesin cuci untuk membantu kemudahan pekerjaan
rumah tangga. Meskipun demikian, definisi urbanisasi yang akan digunakan dalam
artikel ini lebih condong pada proses perpindahan penduduk desa ke kota.

Perpindahan seseorang dari suatu tempat ke tempat yang lain tentunya memiliki
dasar pertimbangan atau alasan tertentu karena manusia memiliki akal untuk
memikirkan dan mempertimbangkan perilakunya. Cara pandang seseorang antara
yang satu dengan yang lain pasti memiliki perbedaan, sehingga pada makalah ini
tidak hendak mencari alasan satu persatu dari orang-orang yang melakukan
urbanisasi. Tetapi makalah ini ingin memaparkan karakteristik dan keunggulan kota
yang menjadi tujuan para pelaku urbanisasi.

Kota tujuan yang dipilih oleh para pelaku urbanisasi tentu bukanlah kota kecil
atau menengah, kalaupun ada mungkin jumlahnya tidaklah banyak. Urbanisasi
banyak terjadi di kota-kota besar atau bisa juga disebut dengan metropolitan.
Beberapa diantara kota di Indonesia yang menjadi tujuan urbanisasi yaitu Jakarta,
Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, Jogjakarta, Palembang. Berdasar penelitian
tahun 1990-an, kota-kota tersebut memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa.

Kota yang akan menjadi pembahasan pada makalah ini yaitu Kota Surabaya.
Berdasrakan data Badan Pusat Statistik Surabaya (BPS), populasi penduduk
Surabaya tahun 1990-an mencapai sekitar 2.473.272 jiwa. Sedangkan pada tahun
2000-an, jumlah populasi meningkat menjadi 2.599.796 jiwa. Jika dihitung
presentasi pertambahan jumlah penduduk dari tahun 1980-1990 mencapai sekar
2,06%. Kemudian pada tahun 1990-2000 kenaikannya sekitar 0,5%, tidak lebih
besar dari periode sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2000-2010 kenaikan
populasi penduduk Surabaya menjadi 0,63%. Bahkan pada tahun 2012, total jumlah
penduduk mencapai 3.125.576 jiwa.

Dari data tersebut, dapat diinterpretasi bahwa kenaikan jumlah penduduk di


Surabaya ini menjadi indicator bahwa Surabaya adalah kota tujuan orang-orang
desa yang ingin menitih nasib mereka di perkotaan. Di tahun 2012, data BPS
meyebutkan bahwa Jumlah Pencari Kerja yang belum ditempatkan pada akhir tahun
2012 totalnya sebanyak 30.011 jiwa. Hal ini menambahkan bahwa kota Surabaya
banyak menjadi tujuan para pencari kerja tidak hanya bagi penduduk dalam kota,
tetapi juga penduduk luar kota/ para urban.

Berdasarkan uraian data tersebut, makalah ini berusaha memaparkan penyebab


kota Surabaya dijadikan sebagai kota tujuan para pelaku urbanisasi. Proses
pemaparan tersebut dimulai dengan menjelaskan sejarah singkat kota Surabaya
hingga bisa menjadi kota yang seperti Sekarang ini. kemudian dijelaskan terkait
proses pembangunan kota Surabaya, baik secara infrastruktur utama dan penunjang
hingga pembangunan sumber daya manusianya.

BAB II

Pembahasan
 Sejarah singkat kota Surabaya

Kota Surabaya yang baru pada 31 Mei yang lalu merayakan Hari Jadinya
memiliki kisah sejarah yang cukup Panjang. Sebagai kota yang besar, banyak kisah
yang mengiringi berdirinya Kota Pahlawan ini. Salah satunya kisah dimana arek-
arek suroboyo dengan gagah berani, menggunakan persenjataan tradisional berupa
bamboo runcing untuk melawan pasukan sekutu yang datang untuk kembali
menguasai kota ini. Banyak pertempuran terjadi di berbagai daerah seperti di daerah
Tunjungan, Jembatan Merah, dll. Banyaknya aksi heroik yang berlangsung untuk
melawan penjajah menjadikan kota ini disebut sebagai Kota Pahlawan.
Berbicara mengenai sejarah kota Surabaya juga berkaitan dengan aktivitas
perdagangannya. Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki
pelabuhan strategis sebagai tempat sandar kapal dan perahu dagang domestic
maupun internasional. Bahkan kota Surabaya ini dulunya adalah gerbang utama
Kerajaan Majapahit. Letaknya yang strategis, di pesisir utara Pulau Jawa,
menjadikan Surabaya semakin berkembang menjadi pelabuhan penting di era
Majapahit sekitar abad ke-14.

Di era penjajahan colonial pun, Surabaya masih menduduki posisi penting


dalam hal perdagangan. Pada abad ke-19, pemerintah Kolonial Belanda
menempatkan kota ini sebagai collecting centers dari serangkaian akhir kegiatan
pengumpulan hasil produksi perkebunan di ujung Timur Pulau Jawa, yang
kemudian akan diekspor ke daratan Eropa. Oleh karena itu, jika kita melihat di
beberapa sudut kota Surabaya ini, ada kanal-kanal yang telah dipersiapkan oleh
pemerintah colonial Belanda dengan tujuan tidak lain untuk mempermudah
berjalanya proses perdagangan di sector maritim.

 Progress pembangunan kota surabaya

Sebelumnya pada tahun 1870, dicabutnya system culturestelsel menjadi titik


awal kemajuan kota Surabaya. Hal ini dikarenakan pengelola lahan perkebunan
tidak hanya berasal dari pemerintah Belanda saja, tetapi pihak swasta yang
memiliki modal cukup tinggi pun akan diperkenankan untuk mengelola
perusahaan-perusahaan perkebunan yang ada. Kemunculan perusahaan-perusahaan
ini berdampak semakin banyak menarik orang-orang di daerah pedalaman atau
pinggiran kota untuk bekerja.

Adanya persebaran penduduk etnis china juga berperan dalam pembangunan


kota ini. etnis China yag menetap di Surabaya banyak mendirikan pertokoan. Hal
ini berdampak pada terbukanya lapangan kerja bagi penduduk Surabaya. Para etnis
china tersebut berusaha membeli tanah di pinggiran kota, hingga ke tengah kota
dengan menjual berbagai produk yang dibutuhkan masyarakat. Sampai saat ini
beberapa pertokoan yang masih bisa dijumpai berada di daerah Jalan Pahlawan,
Jalan Bubutan, dan masih banyak lagi.
Pada masa 1900-1940 surabaya mendapatkan pengaruh hebat dari
sebuah kemajuan teknologi akibat revolusi indusri. Adanya media pergerakan
manusia yang maju dimulai dengan adanya penyedian kereta api di Surabaya.
Selain itu pertumbuhan kendaraan bermotor juga mempercepat pergerakan
manusia. Pertumbuhan kota ini secara fisik yaitu jalan sangat cepat
dikarenakan percepatan teknologi seperti kendaraan dan kereta api yang ada
pada saat itu.

Demikian pula dengan Industri semakin banyak pula


para pemegang modal menanamkan modalnya pada Kota Surabaya. Ketidak
cukupan lahan industry pada tahun 1906 dikarenakan aglomerasi yang hebat
akibat undang-undang agraria. Aturan Hukum tersebut mengakibatkan
banyaknya jenis industry pertanian yang berkembang. Sehingga berakibat semakin
banyaknya penduduk yang masuk ke kota Surabaya untuk bekerja.

Besarnya jumlah penduduk, menuntut layanan publik yang


memuaskan. Keinginan ini mulai diperhatikan sejak adanya politik etis
dan Surabaya menjadi kotapraja pada awal abad ke-20. Layanan
kotapraja diharapkan, khususnya pada bidang-bidang kesehatan
masyarakat, pendidikan, administrasi, dan desentralisasi. Misalnya,
Surabaya tidak hanya dilengkapi bank, asuransi dan layanan jasa lain,
tapi kampung-kampung juga diperbaiki. Bahkan rumah sakit dengan
standar Eropa pun didirikan. Pada masa sebelum depresi ekonomi
tahun 1930-an, banyak bermunculan rumah-rumah kolonial Belanda
yang megah, di sekitar pusat kota.

Perkembangan kota Surabaya juga kembali bangkit terutama pada sector


insdustri pada sekotar tahun 1970 an dan puncaknya pada tahun 1985. Hal ini
ditandai dengan munculnya Kawasan-kawasan industry antara lain di Ngagel dan
Rungkut, bahkan wilayah industry ini diperluas hingga ke wilayah Sidoarjo dan
Gresik. Walaupun cukup pesatnya industry di Surabaya, namun lahan untuk
industri dan pergudangan hanya 5 % dari luas wilayah Surabaya. 5 %
ini pun terkonsentrasi di daerah-daerah khusus. Selebihnya adalah
perkantoran (3 %), infrastruktur (1 %) dan perumahan. Kini, wilayah
industrial Ngagel direlokasi ke luar Surabaya. Dari data pemakaian
lahan menunjukkan Kota Surabaya lebih sebagai kota perdagangan
dan jasa ketimbang kota industri. Tingkat pertumbuhan sektor
perdagangan dan jasa yang pada tahun-tahun terakhir ini juga
bergerak ke angka fantastis seakan mengulang kejayaan masa lalu
Surabaya.

 Perbaikan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data BPS Surabaya, pengukuran kualitas Sumber Daya Manusia


(SDM) dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM dibentuk oleh
tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life),
pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living).
Umur Panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup saat lahir
(UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir
untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat
kelahiran sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-
rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani
pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya
(tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh
pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per
kapita dan paritas daya beli (purchasing power parity).
Pada tahun 2017, IPM Surabaya semakin mengalami kemajuan dari tahun-
tahun sebelumnya. Data BPS menyebutkan bahwa IPM pada tahun 2016 berada
dikisaran nilai 80,38 sedangkan pada tahun 2017 mencapai 81,07%. Dengan
demikian berarti ada peningkatan sebesar 0,86%. Perlu diketahui bahwa IPM
Surabaya adalah IPM tertinggi di Jawa Timur dan termasuk dalam Kategori “Sangat
Tinggi”. Ada 2 kota lain di Jawa Timur yang memiliki IPM sangat tinggi, yaitu
Kota Madiun dan Malang.
BAB III
Kesimpulan
Kota Surabaya yang kini disebut sebagai kota Metropolitan, memang telah menjadi
incaran para pelaku urbanisasi dalam rangka mencari pekerjaan guna memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Berkembangnya kota Surabaya menjadi kota yang secara standarisasi
hidupnya tergolong baik, mulai dari perkembangan sarana infrastruktur penunjang
perkenonomian, moda transportasi, hingga pelayanan public serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia merupakan sebab bagi para pelaku urbanisasi memilih kota Surabaya
sebagai kota tujuan mereka. Bahkan sejak dahulu pun Surabaya telah menduduki posisi
strategis dalam hal perdagangan yang akhirnya menjadi modal bagi Kota Surabaya untuk
berkembang menjadi kota yang maju dan layak untuk ditinggali.

Kritik dan Saran


Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulis, terutama dari
segi update data mengingat metode dalam pengumpulan data pada makalah ini
masih terbatas pada pengumpulan literatur dan kurang pendalaman secara observasi
langsung. Selain itu, pembuatan makalah ini juga terkendala waktu pembuatan
sehingga memungkinkan masih ada factor lain yang menyebabkan Kota Surabaya
ini menjadi tujuan para pelaku urban.

Oleh karena itu, saran dan masukan dari pembaca sangatlah kami perlukan
agar terwujudnya makalah yang lengkap dan utuh.

Referensi
https://surabaya.go.id/id/page/0/4758/sejarah-kota-surabaya/ diakses pada
10/06/2019// 6.51 AM

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2769367/surabaya-jadi-kota-
metropolitan-terbaik-se-indonesia-ini-kunci-sukses-risma / dibuat pada jumat, 05
Desember 2014//

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) SurabayaTahun 2017


No. 7/04/3578/Th. I, 24April 2018

Anda mungkin juga menyukai