Abstrak
Telah dilakukan perawatan di ruang perawatan intensif terhadap seorang laki-laki,
berusia 57 tahun dengan gagal napas ec. Intoksikasi alkohol. Indikasi perawatan di ruang
intensif adalah pemantauan kardiorespirasi. Secara umum terapi intoksikasi alkohol adalah
supportif dengan memastikan jalan napas yang tetap aman, ventilasi dan perfusi yang
adekuat. Pasien dirawat selama 3 hari dengan berangsur-angsur menunjukkan perbaikan
kondisi kardiorespirasi yang stabil. Pada hari ke-3, pasien dipindahkan ke bangsal
perawatan penyakit dalam.
Laporan kasus
Nama : Tn. P
Umur : 57 tahun
Berat badan : 50 kg
No. RM : 1-28-86-24
Alamat : Minggiran MJ II/1079 Yogyakarta
Tgl masuk RS : 25-3-2007, jam 12.30 WIB
Diagnosis : Gagal napas ec. Intoksikasi alkohol
Pemeriksaan penunjang
Foto thorak : Pulmo dan besar cor normal, ujung distal ET setinggi V.Th 3
Planning :
Respirasi ventilator dengan mesin Servo memakai setting (S) CMV 12 TV 500 ml
PEEP 3 cmHg FiO2 55% diturunkan bertahap sesuai hasil AGD
Pasang CVC untuk monitor cairan
Posisi kepala netral dengan head up 20-30 derajat
Cek AGD ulang setelah 30 menit dengan ventilator
Terapi: Ceftriaxon 2x1 g
Intake enteral : Uji air dengan D5% 50 cc, bila absorbsi baik dilanjutkan dengan diet
cair TKTP 100 cc/2 jam (1 cc = 1 Kkal)
Intake parenteral:
- RL 500 ml
- Kaen 3B 500 ml
Hari ke 0 1 2
KU Somnolen, GCS CM, GCS E4M6VT CM, GCS E4M6V5
E3M5VT
Px. Fisik:
Kepala / Konjunctiva anemi Konjunctiva anemi Konjunctiva anemi
Leher -/-, pupil isokor 3/3, -/-, pupil isokor 3/3, -/-, pupil isokor
RC +/+ RC +/+ 3/3,RC +/+
Dada
Pulmo Simetris, sonorD=S, Simetris, sonor D=S, Simetris, sonor D=S,
ves+/+,rh-/-, wh -/- ves+/+,rh-/-, wh -/- ves+/+,rh-/-, wh -/-
Abdomen Supel, timpani (+), Supel, timpani (+), Supel, timpani (+),
peristaltik (+) peristaltik (+) peristaltik (+)
Ekstr. Sianosis (-), edema Sianosis (-), edema Sianosis (-), edema
(-) (-) (-)
Laborat AGD jam 13.42 AGD jam 10.50 AGD jam 10.36
FiO2 0.55 PH 7.01 FiO2 0.4 PH 7.27 FiO2 0.21 PH 7.40
PCO2 30.5 PO2 PCO2 29.5 PO2 156 PCO2 38.2 PO2 76.9
278 HCO3 7.9 BE HCO3 11.2 BE -14 HCO3 23.2 BE -1.2
-22.7 AaDO2 63.1 AaDO2 199.7 SO2 AaDO2 28.2 SO2
SO2 99.5 99 95.2
AGD jam 21.16 GDS 197 GDS 125
FiO2 0.55 PH 7.21 Na 125, K 4.6, Cl 95 Na 138, K 3.6, Cl
PCO2 18.1 PO2 105
232 HCO3 7.3 BE
-18.6 AaDO2 128.6 AGD jam 17.00 HB 13.2, Hmt 41.5,
SO2 99.6 FiO2 0.8 PH 7.32 AE 4.57, Al 10.3, AT
PCO2 33.6 PO2 164 242
HCO3 16.9 BE -8.2
AaDO2 115 SO2
99.2
LAPORAN KASUS 2
ABSTRAK
Dilaporkan sebuah kasus di ruang perawatan intensif RS X, seorang laki-laki usia
20 tahun yang didiagnosa dengan fraktur femur sinistra tertutup dengan fat embolism
syndrome. Telah dilakukan tindakan skin traksi pada pasien tersebut saat diterima
diterima di IGD RSS.
Selama perawatan dilakukan diagnostik FES beserta penanganan suportif. Pada
pasien ini ditemukan kelainan pulmonal dan kelainan neurologis namun tidak ditemukan
petechial rash. Di ICU dilakukan pemasangan alat bantu pernafasan berupa ventilator dan
terapi obat-obatan. Dilakukan pemeriksaan darah, AGD rutin dan foto thoraks untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya serta untuk memastikan diagnosis FES.
Setelah semua gejala klinis yang mengarah ke FES teratasi dan hemodinamik stabil
pada hari ke-8 pasien dipindahkan ke bangsal untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. Af
Umur : 20 th
Jenis kelamin : laki-laki
RM : 01.33.92.19
MRS : 26-2-2008
Diagnosa saat masuk ICU : - Fraktur femur sinistra tertutup dengan penurunan kesadaran
- Suspect fat embolism sindrome
Anamnesa:
Pasien datang ke UGD pada tanggal 26 Februari 2008, post kecelakaan lalu lintas.
Saat datang di UGD pasien dalam keadaan kesakitan, compos mentis dengan fraktur femur
sinistra tertutup. Di UGD dilakukan skin traksi oleh bedah orthopedi dan dipindahkan ke
bangsal untuk persiapan operasi.
Setelah satu hari di bangsal, malam harinya pasien mengalami penurunan
kesadaran sehingga operasi dibatalkan dan pasien dialih rawat ke ICU RS X. Pasien dirawat
selama 7 hari di ICU dan mendapat perawatan suportif dengan ventilator serta obat-
obatan. Setelah membaik pada hari ke-8 pasien dipindahkan ke bangsal.
LAPORAN ICU
Hari Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Masalah Terapi/Tindakan
Ke-0 KU: lemah, penurunan Laboratorium: Penurunan Plan: Stabilisasi
27-2-08 kesadaran AL : 26,9 Na : 135 kesadaran hemodinamik
21.00 B1: Trpsg NRM O2 10 AE : 3,76 K : 4,7 (Intubasi
l/mnt, Rh +/+, Wh HB : 11,4 Cl : 102 J.21.00)
-/-, RR: HT : 31,7 Glu : 197
B2: T: 150/66 (85) N: AT : 257 Ca : 2,01 Pola ventilasi:
148 x/m, Sat: 60% PPT : 15,2 SCMV 12
B3: GCS E4V4M6, pupil INR : 1,25 PEEP 10
isokor K : 14,7 VT 500
3mm/3mm, RC+/+ APTT : 31,2 FiO2 100%
B4: urine output ± 500 K : 34,4
cc, kurang jernih AGD (23:14) Obat parenteral:
B5: Abdomen datar, pH : 7,203 HCO3 : 23,1 Terfacef 2x1 g
lembut pCO2 : 60,7 BE : -5,6
B6: Udem (-) pO2 : 56,3 AaDO2 : 592,4
Sat : 78,2
Ass: - # Femur (S) ttp
dg penurunan Fibrinogen: 5995
kesadaran D.Dimen: 300
- Susp. F.E.S
Foto thorak:
- Pulmo & besar Cor
normal
- Ujung distal ET di
proyeksi setinggi VTh 2
- Ujung distal CVC
diproyeksi setinggi VTh 6
CVP (11.00): + 13
Foto thorak:
Pulmo dbn
Kardiomegali (inspirasi
kurang)
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn.S
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Berat badan : 60 kg
Masuk RS : 7-6-2008
Masuk ICU : 12-6-2008
Keluar ICU : 18-6-2008
ANAMNESIS
a. Keluhan utama : sesak nafas
b. Riwayat penyakit sekarang :
Kira-kira 3 minggu sebelum masuk RS X, pasien cabut gigi di dokter gigi bagian
gigi kanan atas dan bawah. Dua hari setelah cabut gigi, pasien merasa nyeri hebat di
tempat gigi yang di cabut, kemudian periksa di Puskesmas, mondok satu hari, dan keluhan
berkurang.
Dua minggu sebelum masuk RS X, rahang kanan bawah pasien bengkak dan nyeri.
Pasien periksa di RS Tidar dan mondok. Sebelum mondok, bengkak tidak berkurang,
bahkan makin besar dan memerah. Empat hari sebelum masuk RSS, ada luka di tempat
yang bengkak dan keluar cairan putih kental. Pada tanggal 7-6-2008, pasien di rujuk ke
RS Sardjito.
Dari tanggal 7-12 Juli, pasien di rawat di bangsal dan mendapat terapi :
Dressing abses dan nekrotomi
Infus RL 20-24 tetes/menit
Cefotaxim 2 x 1 gr
Metronidazal 3 x 500 mg
Ketorolac 2 x 1Amp
Ranitidin 2 x 1 Amp
Selama perawatan di bangsal, kondisi pasien membaik dan stabil dengan T: 110-
120/70-80 mmHg, N: 90-96 x/menit, RR: 18-20x/menit, kesadaran compos mentis.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang selama di rawat di bangsal: Tgl 9-6-08:
Hasil laboratorium: AL = 10,4; AE = 3,28; Hb = 10,6; Hct = 33,8; AT:180. Thorax foto:
cor dan pulmo normal.
Pada tanggal 12-6-2008 pagi, pasien mengeluh ada cairan yang keluar dalam rongga
mulut dan terasa asin. Pasien merasa takut dan gelisah. Kira-kira jam 20.00, pasien
tersedak karena cairan dalam mulut dan merasa sesak, dan makin gelisah.
Kemudian diberi O2 nasal kanul 2 l/menit dan diperiksa AGD. Hasil AGD (12-6-08)
jam 20.30:
FiO2 = 0,3, t = 36,8
pH = 7,461 BE = 0,1
PCO2 = 31,2 AaDO2 = 123,0
PO2 = 71,5 SO2 = 92,1
HCO3 = 21,5
Pada jam 22.00, dikonsulkan oleh bagian THT untuk rawat di ICU.
Plan : - Midazolam 5 mg IV
- Pemasangan guedel no. 6 dan suction
- Bantu ventilasi dengan bagging
- Intubasi dan pasang NGT
* Fentanyl 50 g IV
* Roculac 50 mg IV
- Setting mode ventilator dan monitoring
Secondary Survey:
M1 : bebas, terpasang ET no 8, on ventilator, setting mode VC 14, PEEP 10, VT 450, FiO 2
100%, V +/+, Rh +/+ wh -/-, terpasang NGT
M2 : t : 110/60, N :116 x/menit, temperature 36,8oC, S1S2 tanggal , murmur (-)
M3 : GCS tersedasi, RC +/+, pupil isokor 2 mm/2mm, lateralisasi (-), kaku kuduk (-)
M4 : perut supel, distansi (-), peristaltik (+) H/L tak teraba
M5 : terpasang DC, win output 0,6 cc/jam
M6 : odem tungkai (-), akral hangat (+)
LAPORAN KASUS
Alloanamnesis
Pasien rujukan dari rumah sakit Cilacap, dari ibu P1AO, 25 thn , 38 minggu lahir
dengan SC atas indikasi gagal vakum, lahir dengan berat badan lahir 3000 gram. Pasien
dikirim dengan keluhan sesak nafas, dan terlihat biru-biru.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah, merintih
Tanda Vital : HR: 148 x/menit
RR : 40- 50 x/menit
Suhu: 36,7
Kepala/Leher : UUB kesan datar
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Terpasang orogastrik tube ukuran no. 8
Torak
Paru : paru – paru kiri vesikuler menurun di banding kanan, terdengar
bising usus di hemitorak sinistra, ronkhi dan wheezing tidak
ditemukan
Cor : Reguler, iktus kordis di sternum, bunyi jantung terdengar di
sebelah kanan, tidak terdengar bising.
Abdomen : supel, H/L tidak teraba, peristaltik menurun
Ekstremitas : edema tidak ada, akral hangat.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hb : 13,3 APTT : 25,1 Cl : 103
Al : 7,32 rb/mm3 PTT : 11,8 TP : 5,49
AE : 3,84 rb/mm 3 Glu : 70 Alb : 3,77
AT : 257 rb/ mm 3 Na : 135 Bun : 5,2
Hmt : 40,1 % K : 4,72 Creat : 0,45
AGD :
FiO2 : 0,5 HCO3 : 22,7
T : 36,7 0 BE : -3,7
PH : 7,315 Becf : -3,5
PCO2 : 45,5 AaDO2: 261,1
PO2 : 38,6 SO2 : 81, 4%
Thorax foto : Lesi lusen di hemitorak sinistra dengan desakan mediastinum ke dekstra
disertai gambaran udara usus yang mengarah ke kranial.
Cor tidak valid dinilai.
Diagnosis : Hernia diafragmatika kongenital sinistra DD: eventerasio diafragma
Kesimpulan : Status fisik ASA II, akan dilakukan Anestesi Umum.
Persiapan Anestesi
Penatalaksanaan anestesi
Pasien dengan kondisi sesak terlihat dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
labaratoriumnya, pasien dengan headbox dengan oksigen 5lt/menit. Sehingga pengelolaan
pasien lebih hati-hati untuk menjaga jalan nafasnya tetap stabil selama transport dari NICU
ke ruang operasi, dengan headbox 5 liter permenit, kita juga menyiapkan fasilitas untuk
intubasi selama transport, dengan maplleson D, mempersiapkan ET no 3, serta laringoskop.
Pasien setelah sampai dimeja operasi diletakan diatas meja operasi dengan selimut
penghangat, diberikan oksigenasi dengan menggunakan sirkuit Maplleson D yang
dihubungkan ke mesin anestesi, pemasangan alat-alat electrocardiogram, saturasi, stestokop
prekordial. Kemudian pasien dilakukan premedikasi dengan sulfas atropine 0,1 mg intravena.
Orogastrik tube di alirkan untuk dekompresi lambung supaya tidak terjadi aspirasi. Pasien
kita lakukan intubasi dengan awake intubasi yang sebelumnya dilakukan preoksigenasi
dahulu, dengan xylocain spray sebagai anestesi lokal untuk mencegah perubahan
hemodinamik kemudian dilakukan pemasangan ET no 3 non cuff dengan menggunakan
laringoskop. Kedalaman ET dicek dan difiksasi dengan menggunakan kasa. Penggunaan
awake intubasi diharapkan karena adanya distensi pada abdomen dan adanya hernia
diafragma itu untuk mencegah terjadinya regurgitasi dari isi lambung.
Pemeliharaan anestesi dengan menggunakan O2, sevoflurane dan fentanyl 5
mikrogram, nafas kendali dengan menggunakan trakrium 0,3 mg. Operasi berlangsung 120
menit, selama operasi hemodinamik cukup stabil, perdarahan yang terjadi sekitar 10 cc dan
urin output sekitar 15 cc. Paska operasi ditransport ke NICU dalam keadaan terintubasi
dengan nafas kontrol menggunakan Maplleson D.
LAPORAN KASUS 5
Seorang pasien laki-laki berumur 26 tahun datang ke UGD dengan status rujukan
dari RS P dengan keluhan utama muntah darah dan berak darah warna hitam , pasien
sebelumnya ada keluhan demam, mual selama 7 hari yang lalu dan 2 hari sebelum ke UGD
RS X sempat dirawat 2 hari di RS Purworejo dan dilakukan tranfusi, keluhan menetap dan
trombosit yang makin turun.Pasien kemudian dikonsulkan untuk perawatan di ICU.
Laporan Kasus
Identitas Pasien
• Nama : Tn.H
• Umur : 26 th
• Berat badan : 60 kg
• MRS : 19-2-2009
Anamnesa :
RPD :
RPK
Pemeriksaan fisik :
P : sonor, vesikuler + N
H/L ttb
Laboratorium :
GPT 1550
AGD : pH 7,564
pCO2 21,6
pO2 115,5
HCO3 19,1
BE – 0,70
SO2 99,1
FiO2 0,30
Terapi :
O2 NK 3 lt/menit
Pasang NGT → spooling ,pasien menolak
Pasang DC
Infus RL 500 cc dan koloid 500 cc → tensi ulang
Inj omeprazole 1 amp bolus dan 2 ampul drip
Inj Vit K 1 ampul
Inj kalnex 1 ampul
Sucralfat 3x C II
Lactulac 1x C II
Transfusi PRC s/d Hb 7
Konsul ICU
KU : somnolen, lemah
Ass :
DSS
HM
Acc perawatan ICU