ABSTRAK
Lansia atau usia lanjut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan
dan akan dialami oleh setiap individu. Pada aspek kesehatan, peningkatan jumlah tersebut akan
menimbulkan masalah, baik masalah fungsional maupun psikologi. Masalah psikologi yang lazim
dan praktis ada pada lansia adalah demensia dan depresi. Pemberian terapi kognitif pada lansia
diharapkan dapat beradaptasi dengan perubahan Þsik yang dialami sehingga ia dapat produktif
dalam keterbatasan yang dimilikinya. Metode penelitian adalah quasi experiment dengan desain pre-
post test design with control group. Data diambil sebelum dan sesudah pemberian intervensi terapi
kognitif pada lansia yang mengalami kondisi depresi di kelompok intervensi. Cara pengambilan
sampel adalah total sampling dengan sampel sebanyak 46 klien dibagi 2 yaitu 26 responden untuk
kelompok intervensi dan 20 responden untuk kelompok kontrol. Instrumen penelitian untuk mengetahui
kondisi depresi menggunakan kuesioner modiÞkasi dari Test Skrining Depresi Beck (Beck Depresion
Inventory/BDI) yang berjumlah 21 pertanyaan, dianalisis menggunaka univariat dan bivariat. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan kondisi depresi secara bermakna, baik pada kelompok intervensi
maupun kontrol. Penurunan kondisi depresi pada kelompok lansia yang mendapatkan terapi kognitif
menurun lebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok lansia yang tidak mendapatkan
terapi kognitif. Terapi kognitif direkomendasikan sebagai terapi dalam merawat lansia dengan kondisi
depresi.
Kata kunci: lansia, depresi, terapi kognitif
ABSTRACT
Aging process is part of the process of life that can not be avoided and will be experienced by each
individual. On the health aspect, an increasing number of elder people will cause problems, both
functional and psychological problems. The common psychological problems in the elderly are
dementia and depression. Cognitive therapy is expected to adapt to the physical changes experienced
by elder people so they can still productive within their limitations.The research method is a quasi
experiment with the design of pre - post test design with control group. Data were collected before
and after cognitive therapy intervention in older adults experiencing depression in the intervention
group. Sampling method using in this research is total sampling, with the total 46 respondents divided
into two groups, 26 respondents for the intervention group and 20 respondents for the control group.
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2014
Research instruments to determine the condition of depression using a questionnaire modiÞed from Beck
Depression Screening Test ( Beck Depression Inventory / BDI ) which has 21 questions, with univariate
and bivariate analysis.These results indicate a signiÞcant decrease in depression conditions, both in the
intervention group and the control group. Decline in the condition of depression in the elderly group
who received cognitive therapy declined signiÞcantly lower compared with the group of elderly who do
not receive cognitive therapy. Cognitive therapy is recommended as a therapy in treating the elderly
with depression.
Keywords: elderly, depression, cognitive therapy
15
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2014
16
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2014
Tabel 1. Analisis Kondisi Depresi Lansia Berdasarkan hasil uji statistik tersebut.
Sebelum dan Sesudah pelaksanaan Terapi maka dapat disimpulkan bahwa pada Į 5%
Kognitif pada Kelompok Intervensi dan ada perubahan yang bermakna rata-rata kon-
Kelompok Kontrol di Panti Wreda Darma disi depresi pada lansia sebelum dengan sesu-
Bakti Kasih Surakarta Tahun 2013(N = 46) dah terapi kognitif diberikan pada kelompok
Kelompok N Mean SD P value
intervensi dan kelompok kontrol (p value <
Kontrol Į 0.05).
Sebelum 20 16.9 11.2 0.002 Berdasarkan hasil uji statistik diatas.
Sesudah 20 14.4 10.9 maka dapat disimpulkan pada Į 5% ada pe-
Selisih - 2.50
Intervensi
rubahan yang bermakna (perubahan yang le-
Sebelum 26 15.8 10.0 0,000 bih baik) terhadap rata-rata kondisi depresi
Sesudah 26 6.35 6,32 lansia baik yang mendapatkan maupun yang
Selisih - 9.35 tidak mendapatkan terapi kognitif (p value <
Hasil uji statistik pada tabel 1. men- Į 0.05).
unjukkan bahwa kondisi depresi lansia yang Perbedaan kondisi depresi lansia sesu-
mendapatkan terapi kognitif (kelompok in- dah dilakukan terapi kognitif pada kelompok
tervensi) menurun secara bermakna sebesar intervensi dan kelompok kontrol, didahului
(- 9.35) dengan p value = 0.000 < Į 0.05. De- dengan penjelasan distribusi karakteristik
mikian juga kondisi depresi lansia yang tidak kondisi depresi lansia sesudah dilakukan te-
mendapatkan terapi kognitif (kelompok kon- rapi kognitif pada kelompok intervensi dan
trol) mengalami penurunan secara bermakna kelompok kontrol dianalisis dengan meng-
sebesar (- 2.50) dengan p value = 0.002 < Į gunakan uji t test independen dan hasil anali-
0.05. sisnya disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Kondisi Depresi Lansia Sesudah dilakukan Terapi Kognitif di Panti Wreda
Darma Bakti Kasih Surakarta Tahun 2013 (N = 46)
Kel N Mean SD SE t P value
Kontrol 20 14.45 10.93 2.444 3.161 0.003
Intervensi 26 6.35 6.32 1.240
Hasil uji statistik pada tabel 2. men- kan terapi kognitif pada kelompok intervensi
unjukkan bahwa meskipun kondisi depresi dan kelompok kontrol, didahului dengan
pada kelompok lansia yang mendapatkan penjelasan distribusi karakteristik kondisi
terapi kognitif (kelompok intervensi) lebih depresi lansia sesudah dilakukan terapi kog-
tinggi dibandingkan dengan kelompok yang nitif pada kelompok intervensi dan kelompok
tidak mendapatkan terapi kognitif (kelompok kontrol dianalisis dengan menggunakan uji t
kontrol). namun sudah mengalami penurunan test independen dan hasil analisisnya disaji-
kondisi depresi (dibandingkan kondisi awal kan pada tabel 2.
/ pre test) yang bermakna dengan p value =
0.003 < Į 0.05. Perbedaan selisih kondisi
depresi lansia sebelum dan sesudah dilaku-
17
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2014
Tabel 3. Analisis selisih Kondisi Depresi Lansia sebelum dan sesudah dilakukan Terapi
Kognitif di Panti Wreda Darma Bakti Kasih Surakarta Tahun 2013 (N = 46)
Kel N Mean SD SE t P value
Kontrol 20 -2.50 3.187 0.713 3.427 0.001
Intervensi 26 -9.35. 8.466 1.660
Hasil uji statistik pada tabel 3. men- = 0.003 < Į 0.05. Demikian juga hasil per-
unjukkan bahwa hasil perbedaaan selisih bedaaan selisih kondisi depresi sebelum dan
kondisi depresi sesudah pelaksanaan terapi sesudah pelaksanaan terapi kognitif yang
kognitif pada kelompok lansia yang menda- menunjukkan bahwa kondisi depresi pada
patkan terapi kognitif /kelompok intervensi kelompok lansia yang mendapatkan terapi
(-9.35) lebih tinggi dibandingkan dengan kognitif /kelompok intervensi (-9.35) lebih
kelompok yang tidak mendapatkan terapi tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
kognitif /kelompok kontrol (-2.50) yang ber- tidak mendapatkan terapi kognitif /kelompok
makna dengan p value = 0.001 < Į 0.05. Ha- kontrol (-2.50) yang bermakna dengan p val-
sil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ue = 0.001 < Į 0.05. Hal tersebut didukung
depresi lansia sebelum dan sesudah menda- oleh penelitian yang dilakukan oleh Rush
patkan terapi kognitif pada kelompok inter- Beck, Kovacs dan Hollon (1977) dan Mur-
vensi intervensi kelompok kontrol menurun phy, Simons, Wetzel, Lustman, (1984) di-
secara untuk kelompok intervensi sebesar mana terapi kognitif efektif untuk mengobati
9.35 dengan p value = 0.000 < Į 0.05 dan pasien dengan bipolar depresi. Dasar pikiran
kelompok kontrol sebesar 2.50 dengan p va- teknik kognitif adalah bahwa proses kognitif
lue = 0.002 < Į 0.05. Hal ini didukung oleh sangat berpengaruh terhadap perilaku yang
Beck and Butler (1995) yang menyatakan ditampakan oleh individu. Burns (1988)
dengan terapi kognitif pasien dibantu untuk mengungkapkan bahwa perasaan individu
mengadaptasikan pemikiran atau keyakinan sering dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan
sehingga akan berpengaruh positif terhadap individu mengenai dirinya sendiri. Pikiran
motivasi dan perilakunya. Hal tersebut yang individu tersebut belum tentu merupakan
membedakan kondisi depresi lansia yang suatu pemikiran yang objektif mengenai ke-
mendapat terapi kognitif dengan yang tidak adaan yang dialami sebenarnya.
mendapatkan terapi kognitif. Menurut Townsend (2003), dalam ter-
Perbedaan kondisi depresi lansia antara api kognitif menggunakan berbagai bentuk
kelompok intervesi (6.35)dan kontrol (14.45) atau tehnik untuk merubah cara berÞkir, pe-
sesudah dilakukan terapi kognitif menunjuk- rasaan dan perilaku pasien. Berbagai tehnik
kan bahwa meskipun kondisi depresi pada dapat digunakan dalam proses pemberian
kelompok lansia yang mendapatkan terapi terapi kognitif dilakukan dalam upaya un-
kognitif (kelompok intervensi) lebih tinggi tuk memodiÞkasi cara berÞkir pasien yang
dibandingkan dengan kelompok yang tidak salah yang dapat mempengaruhi timbulnya
mendapatkan terapi kognitif (kelompok kon- perilaku maladaptif. Kuyken, Dalgleish dan
trol). namun sudah mengalami penurunan Holden, (2007) juga menjelaskan bahwa sa-
kondisi depresi (dibandingkan kondisi awal lah satu komponen dalam terapi kognitif se-
/ pre test) yang bermakna dengan p value harusnya mampu merubah proses informasi
18
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2014
dan keyakinan sehingga akan meningkatkan kontrol sesudah kelompok intervensi di-
kesejahteraan dan menurunkan gejala depre- lakukan terapi kognitif adalah 14.45
si. Dengan demikian dapat disimpulkan bah- 4. Perbedaaan kondisi depresi sesudah
wa komponen dan langkah-langkah dalam pelaksanaan terapi kognitif yang menun-
terapi kognitif akan mampu merubah cara pi- jukkan bahwa penurunan kondisi depresi
kir negatif ke arah cara pikir positif sehingga pada kelompok lansia yang mendapatkan
akan berpengaruh terhadap status mood se- terapi kognitif (kelompok intervensi)
seorang, seperti yang dijelaskan oleh (Rupke, lebih tinggi (p value = 0.001 < Į 0.05)
Blecke, Renfrow, 2006), bahwa alam pikiran dibandingkan dengan penurunan kondisi
diikuti perasaan, sehingga belajar menggati depresi pada kelompok yang tidak men-
pola pikir negative ke arah pola pikir yang dapatkan terapi kognitif (kelompok kon-
positif akan memperbaiki status mood, kon- trol).
sep diri, perilaku dan status Þsik seseorang.
Lansia yang telah mendapat terapi kognitif SARAN
mampu membangun atau merubah pemiki-
Terapi kognitif sebagai cara untuk
ran atau keyakinan yang salah terhadap diri
menurunkan depresi perlu dikembangkan
sendiri. Demikian pendapat Goldfried dan
dan diaplikasikan singga dapat menurunkan
Davison (1976) yang menyatakan bahwa
tingkat depresi yang dialami oleh lansia. Per-
reaksi emosional tidak menyenangkan yang
lu penelitian lebih lanjut tentang variable lain
dialami individu dapat digunakan sebagai
yang mendukung implementasi terapi kogni-
tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai
tif sehingga pelaksanaan terapi kognitif dapat
dirinya sendiri mungkin tidak rasional, un-
dilaksanakan dengan efektif.
tuk selanjutnya individu belajar membangun
pikiran yang objektif dan rasional terhadap
DAFTAR PUSTAKA
peristiwa yang dialami.
Beck, A. T. & Butler, A. C. (1995). Cogni-
KESIMPULAN tive therapy for depression. The Clinical
Psychologist, 48(3), 3-5.
1. Kesetaraan kondisi depresi lansia se-
belum dilakukan terapi kognitif pada Badan Pusat Statsitik. 2006. Statistik Pen-
kelompok intervensi (15.69) dam kel- duduk Lanjut Usia 2006, Jakarta: BPS
ompok kontrol (16,95) dengan p value = Burns, D.D. (1988). Terapi Kognitif:
0,691 > Į 0.05 pendekatan baru bagi penanganan
2. Kondisi depresi lansia yang mendapat- depresi. Jakarta: Erlangga.
kan terapi kognitif (kelompok interven- Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa & Psiki-
si) menurun secara bermakna sebesar (- atri, Pedoman Klinis Perawat (Psychi-
9,35) dengan p value = 0.000 < Į 0.05. atric and Mental Health Care: Nurse’s
Pada kelompok kontrol mengalami pe- Clinical Guide). Edisi Bahasa Indonesia
nurunan secara bermakna sebesar -2.50 (Cetakan kedua). Alihbahasa: Akemat.
dengan p value = 0.002 > Į 0.05. Jakarta: EGC.
3. Kondisi Depresi lansia sesudah dila- Darmojo, R., Budhi, et al. (2004). Geriatri:
kukan Terapi Kognitif pada kelompok Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
intervensi adalah 6.35. Pada kelompok
19
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2014
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Uni- Rush AJ, Beck AT, Kovacs M, Hollon S.
versitas Indonesia. Comparative efÞcacy of cognitive ther-
Gallo, J., Reichel, W., et al. (1998). Geronto- apy and pharmacotherapy in the treat-
logi. Jakarta: EGC. ment of depressed outpatients. Cognitive
Hastono, S.P. (2007). Modul analisis data Therapy Research.1977;1:17–37. http://
www.aafp.org /afp /2006/0101 /p83.html. Di-
kesehatan. Jakarta: FKM – UI (tidak di-
publikasikan). unduh 8 Maret 2013
Kaplan, H.I., Sadock,B.J., & Grebb,J.A. Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendi-
(2004). Sinopsis psikiatri. Edisi Ketujuh. dikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Jakarta: Binarupa Aksara. dan RD. Bandung;Alfabeta
Murphy GE, Simons AD, Wetzel RD, Lust- Stuart, G. W., and Laraia (2005), Principles
man PJ. Cognitive therapy and Phar- and practice of psyhiatric nursing. (7”’
maco therapy. Singly and together in the ed.). St. Louis: Mosby Year B.
treatment of depression. Arch Gen Psy- Townsend, M.C (2003), Essentials of psy-
chiatry. 1984; 41:33–41. http://www.aafp. chiatric mental health nursing. (3rd ed)
org /afp/ 2006/0101/ p83. html. Di unduh 10 Philadelphia: F.A.Davis Company.
maret 2013 World Health Organization (2010), Proposed
Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi peneli- working deÞnition of an older person in
tian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Afrika for the MDS project. http;//www.
who.int.html. Diunduh 6 Maret 2013
-oo0oo-
20
Lebih dari sekadar dokumen.
Temukan segala yang ditawarkan Scribd, termasuk buku dan buku audio dari penerbit-penerbit terkemuka.
Batalkan kapan saja.