Prevalensi
Di Amerika Serikat, estimasi prevalensi dalam 12 bulan untuk fobia spesifik adalah
sekitar 7% -9%. Tingkat prevalensi di negara-negara Eropa sangat mirip dengan itu di
Amerika Serikat (mis., sekitar 6%), namun umumnya lebih rendah di Asia, Afrika, danNegara
Amerika Latin (2% -4%). Tingkat prevalensi sekitar 5% pada anak-anak dan sekitar 16% pada
usia 13 sampai 17 tahun. Tingkat prevalensi lebih rendah pada individu yang lebih tua
(sekitar 3% -5%), mungkin mencerminkan tingkat keparahan yang berkurang pada tingkat
subklinis. Perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki, dengan perbandingan 2: 1,
meskipun tingkatnya bervariasi di berbagai stimuli fobia. Artinya, hewan, lingkungan alam,
dan spesifik situasional fobia sebagian besar dialami oleh wanita, sedangkan cedera injeksi
darah
Diagnosis Banding
1. Agoraphobia.
Fobia spesifik situasional menyerupai agoraphobia dalam presentasi klinisnya, diberi
tumpang tindih dalam situasi yang ditakuti (misalnya, terbang, tempat tertutup, lift). Jika
seorang individu hanya takut salah satu situasi agoraphobia, maka fobia spesifik, situasional,
dapat didiagnosis. Jika dua atau lebih situasi agorafik dikhawatirkan, diagnosisnya
agorafobia kemungkinan dibenarkan. Misalnya, individu yang takut pesawat terbang dan lift
(yang tumpang tindih dengan situasi agoraphobic "transportasi umum") Tidak takut situasi
agorafobik lainnya akan didiagnosis dengan fobia spesifik, situasional, sedangkan individu
yang takut pesawat terbang, lift, dan orang banyak (yang tumpang tindih dengan dua situasi
agorafobik, "menggunakan transportasi umum" dan "antri dan atau berada di tengah
keramaian ") akan didiagnosis dengan agorafobia Kriteria B agorafobia (situasi ditakuti atau
dihindari "karena pikiran bahwa melarikan diri mungkin sulit atau bantuan mungkin tidak
tersedia jika terjadi gejala panik atau ketidakmampuan lainnya atau gejala memalukan ")
juga bisa berguna dalam membedakan agoraphobia dari fobia spesifik. Jika situasi
dikhawatirkan karena alasan lain, misalnya takut berada dirugikan langsung oleh objek atau
situasi (mis., takut pesawat menabrak, takut akan binatang itu menggigit), diagnosis fobia
spesifik mungkin lebih tepat.
2. Gangguan kecemasan sosial. Jika situasi ditakuti karena evaluasi negatif, sosial gangguan
kecemasan harus didiagnosis bukan fobia spesifik.
3. Pemisahan gangguan kecemasan. Jika situasi ditakuti karena berpisah dari pengasuh
primer gangguan kecemasan pemisahan harus didiagnosis
bukan fobia spesifik.
4. Gangguan panik Individu dengan fobia tertentu mungkin mengalami serangan panik saat
dihadapkan dengan situasi atau objek yang ditakuti mereka. Diagnosis fobia spesifik akan
diberikan jika Serangan panik hanya terjadi sebagai respons terhadap objek atau situasi
tertentu, sedangkan diagnosis Gangguan panik akan diberikan jika individu juga mengalami
serangan panik itu tidak terduga (yaitu, bukan sebagai respons terhadap objek atau situasi
fobia tertentu).
5. Gangguan obsesif-kompulsif. Jika ketakutan atau kegelisahan seseorang adalah sebuah
objek atau situasi sebagai akibat obsesi (misalnya, ketakutan akan darah karena pemikiran
obsesif kontaminasi dari patogen yang dibawa oleh darah [yaitu HIV]; takut mengemudi
karena gambar obsesif merugikan orang lain), dan jika kriteria diagnostik lainnya untuk
gangguan obsesif-kompulsif terpenuhi, maka gangguan obsesif-kompulsif harus didiagnosis.
6. Trauma dan gangguan stresor. Jika fobia berkembang mengikuti traumatis Kejadian
posttraumatic stress disorder (PTSD) harus dianggap sebagai diagnosis. Namun, Peristiwa
traumatis dapat mendahului onset PTSD dan fobia spesifik. Dalam hal ini, diagnosis Fobia
spesifik akan diberikan hanya jika semua kriteria untuk PTSD tidak terpenuhi.
7. Gangguan Makan. Diagnosis fobia spesifik tidak diberikan jika perilaku penghindaran
secara eksklusif terbatas untuk menghindari isyarat makanan dan makanan, dalam hal ini
diagnosis anoreksia nervosa atau bulimia nervosa harus dipertimbangkan.
• Agarophobia dapat terjadi pada masa kanan, tetapi insidensinya memuncak pada akhir
remaja dan awal
• Prevalensi tidak tampak pada kelompok kultural/ ras
Faktor Risiko dan Prognosis
• Emosi
Sensitivitas kecemasan (disposisi untuk percaya bahwa gejala kecemasan itu berbahaya)
juga karakteristik individu dengan agoraphobia
• Lingkungan
Peristiwa negative di masa kanak kanak (contoh : perpisahan, kematian orang tua) dan
lainnya. Kejadian yang menegangkan, seperti diserang atau dirampok, dikaitkan dengan
timbulnya agoraphobia . Selanjutnya, individu dengan agoraphobia menggambarkan
pengasuhan anak dengan berkurangnya kehangatan dan overproteksi yang meningkat
• Genetik dan fisiologisnya
Heritabilitas untuk agoraphobia adalah 61%
Diagnosis Banding
• Fobia spesifik tipe situsional • Gangguan panic
• Separation anxiety disorder • PTSD
• Fobia social • Depresi Berat
Diagnosis Banding
• Gangguan kecemasan disebabkan oleh kondisi medis lainnya misalnya (e.g.,
pheochromocytoma,hyperthyroidism).
• Gangguan kecemasan akibat substansi atau pengobatan (e.g caffeine-induced anxiety
disorder).
• Gangguan anxietas sosial
• Obsessive-compulsive disorder
• Gangguan stress pasca trauma dan gangguan penyesuaian
• Depresi, bipolar, dan gangguan psikotik.
Penanda Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium (misalnya, toksikologi urin) berguna untuk mengukur intoksikasi
bahan sebagai bagian dari penilaian untuk gangguan kecemasan akibat obat.
Diagnosis Banding
Intoksikasi substansi dan withdrawal obat/ substansi
Gangguan cemas ( yang tidak diinduksi oleh substansi atau obat-obatan)
Delirium
Gangguan cemas akibat penyakit medis lainnya
Kriteria Diagnosis
A. Serangan panik atau cemas tampak dominan dalam gejala klinis
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan laboratorium yang
membuktikan gangguan merupakan efek patofisiologi dari kondisi medis lainnya.
C. Gangguan tidak dikategorikan dalam gangguan mental lainnya.
D. Gangguan tidak hanya muncul selama kejadian delirium.
E. Gangguan menyebabkan gangguan signifikan pada sosial , okupasi atau area fungsi lainnya.
Prevalensi
• Prevalensi dari gangguan cemas akibat kondisi medis lain tidak jelas.
• Tampak adanya peningkatan dari prevalensi gangguan cemas antara individu dengan kondisi
medis bervariasi , meliputi asthma, hipertensi , maag, ulkus dan artritis.
• Tetapi peningkatan prevalensi dapat disebabkan oleh penyebab lain selain penyebab
langsung dari kondisi medisnya.
Penanda Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan atau pemeriksaan medis diperlukan untuk memastikan
diagnosis terkait dengan kondisi medis .
Diagnosis Banding
• Delirium
• Gejala campuran (gangguan mood dan kecemasan)
• Gangguan cemas akibat substansi atau obat
• Gangguan cemas (bukan karena kondisi medis yang diketahui)
• Illness anxiety disorder
• Gangguan penyesuaian
• Gangguan cemas akibat penyakit jiwa lainnya (schizophrenia, anorexia nervosa)
• Gangguan kecemasan spesifik/non spesifik
GANGGUAN KECEMASAN SPESIFIK LAIN 300.09 (F41.8)
Kategori ini berlaku untuk presentasi dimana terdapat gejala khas dari gangguan kecemasan
yang secara klinis merupakan penyebab distress atau kerusakan yang signikfikan dalam sosial,
pekerjaan atau lainnya tetapi tidak memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu gangguan dalam
gangguan kecemasan.
Contoh presentasi yang dapat ditentukan dengan menggunankan “lainnya yang ditentukan”
penunjukan meliputi :
1. Serangan gejala terbatas
2. Kecemasan umum jarang terjadi
3. Khyal cap (serangan angin) : pada “glosarium konsep budaya distress” dalam lampiran
4. Ataque de nervios (serangan saraf) : pada “glosarium konsep budaya distress” dalam
lampiran
Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik gangguan kecemasan yang
menyebabkan gangguan atau gangguan klinis yang signifikan secara sosial, pekerjaan, atau lainnya
tapi tidak memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu kelainan anxietas. Atau presentasi di mana
ada informasi yang tidak memadai untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik (mis., di ruang
gawat darurat)
GANGGUAN YANG BERHUBUNGAN OBSESIF-KOMPULSIF
Gangguan Obsesif-Kompulsif
Definisi
Gangguan Obsesif-kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan
pikiran atau tindakan dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam per hari) dan dapat
menyebabkan penderitaan.
Epidemiologi
• Prevalensi pada populasi umum 2-3%
• Onset pada usia 20 tahun
• Perbandingan yang sama pada pria dan wanita dewasa
Faktor risiko
• Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga seperti broken home atau
kehilangan masa kanak-kanak nya
• Faktor neurologi berupa kerusakan lobus frontalis, ganglia basalis
• Invidu dengan intensitas stress yang tinggi
• Riwayat gangguan kecemasan
• Depresi
Kriteria diagnosis
A. Adanya obsesi, kompulsi atau keduanya; gejala obsesi ditandai dengan (1) dan (2):
1. Pikiran, keinginan, dan gambaran yang persisten dan rekuren yang dialami, dalam
waktu tertentu, gangguan ini sangat instrusif dan tidak diinginkan, dan dapat
menyebabkan individu tersebut mengalami kecemasan dan penderitaan.
2. Individu yang mencoba untuk mengabaikan atau menekan pikiran, keinginan dan
gambaran tersebut, atau menetralkannya dengan beberapa pikiran dan aksi lain
(dengan melakukan kompulsi).
Sedangkan, gejala kompulsi ditandai dengan (1) dan (2):
1. Perilaku repetitif (contoh: mencuci tangan, menata sesuatu, mengecek sesuatu)
atau aksi mental (contoh: berdoa, menghitung, mengulang kata) yang membuat
individu tersebut harus melakukan obsesinya atau menurut ke peraturan yang harus
dia terapkan.
2. Perilaku atau aksi mental dilakukan bertujuan untuk mencegah atau menurunkan
cemas atau penderitaan, atau mencegah kejadian menyeramkan; bagaimanapun
juga, perilaku dan aksi mental ini dilakukan tidak dengan cara yang realistis dengan
apa yang mereka telah rencanakan untuk menetralisasikan atau mencegahnya, atau
sangat berlebihan.
B. Gejala obsesi dan kompulsi sangat membuang-buang waktu (contoh: memakan waktu
lebih dari 1 jam/hari) atau menyebabkan distress klinis atau gangguan sosial ditempat
kerjanya, atau area-area lain.
C. Gejala obsesif-kompulsif tidak diakibatkan oleh afek fisiologis yang disebabkan suatu zat
(contoh: drug abuse, obat-obatan) atau kondisi medis lain.
D. Gangguan ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai ganggaun mental lain (contoh: cemas
berlebihan seperti pada gangguan cemas menyeluruh; preokupasi dengan penampilan,
seperti pada body dysmorphic disorder; mencabut rambut seperti pada
trikotilomania; skin-picking seperti dalam ekskoriasi; stereotipik seperti dalam gangguan
pergerakan stereotipik; perilaku makan khusus seperti dalam gangguan makan; preokupasi
akan sesuatu seperti dalam substance-related dan gangguan adiktif; dorongan dan fantasi
seks seperti dalam gangguan parafilik; impuls yang disruptif seperti dalam gangguan
konduksi impuls; perenungan rasa bersalah seperti dalam gangguan depresi berat; thought
insertion atau delusi persepsi dalam skizofrenia dan gangguan psikotik; atau perilaku
repetitif dalam gangguan autisme.
Diagnosis banding
• Sindrom Tourette
• Epilepsi lobus temporal
• Gangguan cemas
Diagnosis banding
• Gangguan obsesif kompulsif
• Gangguan makan: anorexia nervosa, bulimia nervosa
Hoarding Disorder
Kriteria diagnosis
A. Kesulitan yang persisten dalam membuang atau berpisah dengan harta benda, terlepas dari
nilai benda yang sesungguhnya.
B. Kesulitan ini disebabkan oleh kebutuhan yang dirasakan untuk menyimpan barang-barang
dan kesusahan terkait dengan membuangnya.
C. Kesulitan membuang barang menyebabkan akumulasi harta benda yang padat dan
mengacaukan tempat tinggal dan secara substansial tidak ada maksud penggunaannya. Jika
daerah tinggal tidak berantakan, itu karena intervensi pihak ketiga (mis., anggota keluarga,
pembersih, otoritas).
D. Penimbunan menyebabkan gangguan klinis yang signifikan secara sosial, pekerjaan, atau
area penting lainnya (termasuk memelihara lingkungan yang aman untuk diri sendiri dan
orang lain).
E. Penimbunan tidak disebabkan oleh kondisi medis lain (mis., Cedera otak, penyakit
serebrovaskular, sindrom Prader-Willi).
F. Penimbunannya tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lain (mis., obsesi
pada gangguan obsesif-kompulsif, menurunnya energi dalam gangguan depresi mayor,
delusi pada skizofrenia atau lainnya gangguan psikotik, defisit kognitif pada gangguan
neurokognitif mayor, minat terbatas pada gangguan spektrum autisme)
Faktor risiko
• Riwayat keluarga
• Peristiwa kehidupan yang sulit diatasi seperti kematian orang yang dicintai, perceraian,
kehilangan harta benda akibat kebakaran
• Isolasi sosial, individu diasingkan secara sosial sehingga merasa kesepian dan mulai
melakukan penimbunan karena dianggap nyaman
TRIKOTILOMANIA
Kriteria Diagnosis
• Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain:
– Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yang jelas.
– Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika berusaha
untuk menahan perilaku tersebut.
– Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut.
– Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain dan
bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis).
– Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Prevalensi
• Ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei. Penelitian lain menunjukkan
perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri
yang rawat inap dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.
• Wanita > Pria = 10:1
• Puncak insidensi usia 12-13 tahun
• 7x lebih sering pada anak-anak dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5x lebih
sering daripada anak laki-laki.
Diagnosis Banding
• Gangguan psikotik
• Gangguan neurodevelopmental
• Kondisi medical lainnya
EXCORIATION
Kriteria Diagnosis
A. Penggarukan kulit berulang mengakibatkan lesi kulit.
B. Berulang kali mencoba mengurangi atau menghentikan garukan kulit.
C. Penggarukan kulit menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di area
kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
D. Penggarukan kulit tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., Kokain) atau kondisi
medis lainnya (misalnya Scabies).
E. Penggarukan kulit tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lainnya (misalnya,
delusi atau halusinasi taktil pada gangguan psikotik, upaya untuk memperbaiki cacat atau
cacat yang dirasakan dalam penampilan dalam gangguan dismorfik tubuh, stereotip pada
gangguan gerakan stereotipik, atau niat untuk menyakiti diri sendiri dalam nonsuicidal self-
injury).
Prevalensi
• Pada populasi umum, tiga per empat atau lebih individu dengan kelainan ini adalah
perempuan.
• Hal ini mungkin mencerminkan rasio gender yang sebenarnya dari kondisi tersebut,
walaupun mungkin juga mencerminkan pencarian perlakuan berbeda berdasarkan jenis
kelamin atau sikap budaya mengenai penampilan
Diagnosis Banding
• Gangguan psikotik
• Gangguan neurodevelopmental
• Gangguan medis lainnya
• Gangguan penggunaan zat/ obat-obatan
SUBSTANCE/MEDICATION-INDUCED-OBSESSIVE-COMPULSIVE AND
RELATED DISORDER
Kriteria Diagnosis
A. Obsesi, kompulsif, penggarukan kulit, penarikan rambut, perilaku berulang lainnya yang
terfokus pada tubuh, atau gejala lain yang khas dari gangguan obsesif-kompulsif yang terkait
dan di dominasi dalam gambaran klinis.
B. Ada bukti dari pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium baik dari gejala pada Kriteria A
yang berkembang selama atau segera setelah keracunan zat atau penarikan atau setelah
terpapar obat. Ataupun zat / obat yang terlibat mampu menghasilkan gejala pada Kriteria A.
C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan obsesif-kompulsif yang terkait dan
bukan merupakan substansi / obat-obatan. Bukti kelainan obsesif-kompulsif dan terkait
independen dapat mencakup hal-hal berikut : Gejalanya mendahului timbulnya zat /
penggunaan obat; gejala bertahan selama periode waktu yang substansial (mis., sekitar 1
bulan) setelah penghentian atau intoksikasi parah ; atau ada bukti lain yang menunjukkan
adanya gangguan obsesif dan kompulsif non-zat / obat-induksi (mis., riwayat episode non-
obat / pengobatan yang berulang).
D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama proses delirium.
E. Adanya gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di area kerja sosial, pekerjaan, atau
bidang penting lainnya.
F. Prevalensi
G. Pada populasi umum, data yang sangat terbatas yang tersedia menunjukkan bahwa
gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan yang disebabkan substansi sangat jarang terjadi.
Prevalensi
Pada populasi umum, data yang sangat terbatas yang tersedia menunjukkan bahwa gangguan
obsesif-kompulsif dan gangguan yang disebabkan substansi sangat jarang terjadi.
Diagnosis Banding
• Intoksikasi obat / zat
• Delirium
• Kondisi medis lainnya
Kriteria diagnostik
A. Obsesi, dorongan, keasyikan dengan penampilan, penimbunan, pemetikan kulit, penarikan
rambut, perilaku berulang lainnya yang terfokus pada tubuh, atau gejala lain yang bersifat
obsesif kompulsif dan gangguan terkait didominasi oleh gambaran klinis.
B. Ada envidence dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan
tersebut merupakan konsekuensi langsung patofisiolohis dari kondisi medis lainnya.
C. Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh kelainan mental lainnya.
D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama proses delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan atau penurunan klinis yang signifikan di area kerja
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
Tentukan apakah:
Dengan gejala seperti Gangguan Obsesissif-kompulsif: jika gejala Disorder-kompulsif seperti
Gangguan didominasi dalam presentasi klinis.
Dengan keasyikan penampilan: jika disibukkan dengan cacat penampilan yang dirasakan
kekurangan menonjol dalam presentasi klinis.
Dengan gejala penimbunan: jika penimbunan dominan dalam presentasi klinis.
Dengan gejala menarik rambut: jika rambut menarik menonjol dalam presentasi klinis.
Dengan gejala menusuk kulit: jika menikam kulit menonjol dalam presentasi klinis.
Penanda diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan / atau pemeriksaan medis diperlukan untuk memastikan diagnosis
kondisi medis lainnya.
Diagnosis banding
1. Delirium
2. Campuran Presentasi gejala
3. Substansi / obat-induced gangguan obsesif-kompulsif dan terkait
4. Obsesif-kompulsif dan gangguan terkait (primer)
5. Penyakit kecemasan disoder
6. Mengaitkan ciri gangguan mental lainnya.
7. Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya yang ditentukan atau gangguan obsesif-kompulsif
dan terkait yang tidak diketahui
Diagnosis banding
1. Gangguan spektrum autisme
2. Intelektual diasbility (gangguan perkembangan intelektual)
3. Gangguan depresi.
Diagnosis Banding
Attention-deficit / hyperactivity disorder.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) atau Gangguan Stres Pasca Trauma adalah gangguan
mental yang serius mempengaruhi kehidupan individu dengan berbagai cara. PTSD dapat
terjadi setelah seseorang mengalami, melihat, atau belajar tentang peristiwa traumatis.
Kompleks PTSD adalah Developmental Trauma Disorder atau Gangguan Perkembangan
Trauma (DTD) yang dapat berkembang setelah terpapar lama dengan trauma sosial
dan/atau interpersonal. Kompleks PTSD terjadi dalam konteks terjebak, terpapar atau
ketergantungan. Hal ini membuat korban merasa tidak berdaya, tanpa kontrol apapun dan
bahkan bisa mengubah identitas dan rasa diri seseorang.
Banyak orang mengalami peristiwa traumatis (kecelakaan mobil, perang atau penculikan),
namun tidak memenuhi kriteria Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD). Orang-orang ini
mungkin mengalami Stres Pasca Trauma (PTS, kadang-kadang disebut dengan Trauma).
PTSD dan PTS memiliki gejala yang sama dan mudah bingung.
Gejala PTS adalah: merasa gugup atau takut, berjongkok, meningkatnya denyut jantung,
berkeringat, menghindari situasi yang mengingatkan anda pada kejadian traumatis,
bermimpi buruk tentang kejadian tersebut dan terganggu.
PTSD
Secara umum ada 3 jenis gejala utama. Berikut adalah ikhtisar:
• Penghindaran & perasaan tumpul.
• Menghindari tempat, orang, situasi, perasaan, aktivitas dan pikiran yang
mengingatkan anda pada trauma.
• Kehilangan minat hidup dan aktivitas pada umumnya.
• Merasa (emosional) terlepas dan mati rasa.
• Ketidakmampuan mengingat informasi penting tentang trauma.
Kesulitan membayangkan masa depan anda (sulit membayangkan diri anda
menikah atau mempunyai karir).
• Ingatan yang mengganggu.
• Memori akan kejadian traumatis yang mengganggu dan membuat gundah.
• Mimpi buruk (kejadian traumatis atau hal-hal menakutkan lainnya).
• Kilas balik (kembali mengalami kejadian traumatis).
• Tertekan berat saat memikirkan kejadian traumatis.
• Sensasi fisik yang signifikan sebagai pengingat terhadap peristiwa traumatis.
Sensasi fisik seperti meningkatnya detak jantung, mual, berkeringat
• Kecemasan dan emosi.
• Iritabilitas atau ledakan kemarahan.
• Kesulitan berkonsentrasi (pada tugas).
• Masalah tidur (susah tidur atau tertidur).
• Kewaspadaan berlebihan (menjadi terlalu waspada terhadap segalanya).
• Menanggapi situasi tertentu di luar karakternya.
• Rasa bersalah dan malu.
• Penyalahgunaan zat
Diagnosis PTSD – Kriteria A
• Kriteria resmi DSM V (Inilah kriteria yang paling penting: apakah seseorang
mengalami, menyaksikan atau belajar tentang kejadian traumatis atau tidak?) :
• Orang itu terpapardengan:
• Kematian atau ancaman kematian,
• Cedera serius yang sebenarnya atau ancaman,
• Kekerasan seksual yang sebenarnya atau ancaman, sebagai berikut:
– Pemaparan langsung
– Menyaksikan trauma itu secara langsung
– Secara tidak langsung, dengan mengetahui bahwa seorang kerabat dekat
atau teman dekat terpapar trauma
– Paparan tidak langsung terhadap rincian kejadian yang tidak menyenangkan,
biasanya dalam tugas profesional (mis., tim SAR, mengumpulkan bagian
tubuh; profesional berulang kali terpapar dengan detail dari pelecehan anak)
Prevalensi :
• Umur 75tahun 8,7% (U.S)
• Dewasa 3.5% (U.S)
• Lebih rendah di Eropa,Asia, Africa, Amerika latin (0.5-1%)
• Lebih sering pada korban kejahatan sexual, pertempuran militer, dan tahanan
Diagnosis Banding
• Adjusment disorder
• Other post traumatic disorder and conditions
• ASD
• Anxiety disorder and OCD
• Major depressive disorder
• Personality disorder
• Dissociative disorder
Adjusment disorder
Gangguan penyesuaian:merupakan respon emosional terhadap peristiwa stres. Stressor
melibatkan masalah keuangan, penyakit medis, atau masalah hubungan. Gejala harus
dimulai dalam waktu 3 bulan dari stressor. Hal ini dapat: akut (kurang 6 bulan) atau kronis
(lebih dari 6 bulan)
Kriteria Diagnosis
A. Sebuah Perkembangan gejala emosional atau perilaku dalam menanggapi sebuah
stressor diidentifikasi (s) terjadi dalam 3 bulan dari timbulnya stressor (s).
B. Gejala atau perilaku ini secara klinis signifikan yang dibuktikan dengan salah satu dari
berikut: Distress ditandai yang lebih dari apa yang diharapkan dari paparan stressor
penurunan yang bermakna dalam bidang sosial atau pekerjaan (akademik) fungsi
C. Gangguan stres yang berhubungan dengan tidak memenuhi kriteria untuk gangguan
tertentu Axis saya yang lain dan tidak hanya merupakan eksaserbasi gangguan Axis I
atau II yang sudah ada sebelumnya.
D. Gejala tidak mewakili berkabung.
E. Setelah stressor (atau konsekuensinya) telah dihentikan, gejala tidak bertahan selama
lebih dari 6 bulan.
Tentukan apakah :
• Akut: Jika gangguan terjadi selama kurang dari 6 bulan
• Kronik: Jika gangguan terjadi selama 6 bulan atau lebih lama adjusment disorder
dikode berdasarkan pada sub tipenya, yang dipilih berdasarkan gejala yang
predominan.
Prevalensi :
• Kurang dari 1 % (ODIN)
• 3815 pasien dari 77 layanan kesehatan primer didapatkan 2,94%
• 17,1% (Belgium)
Diagnosis Banding
• PTSD
• Generalized anxiety disorder
• Personality disorder
Prevalensi :
U.S dan non U.S 20%
Kecelakaan kendaraan bermotor 13-21%
Trauma ringan kepala 14%
Serangan kejadian 19%
Kebakaran 10%
Kecelakaan industri 6-12%
Diagnosis Banding
o Adjusment disorder
o Panic disorder
o Dissociative disorder
o PTSD
o OCD
Gangguan Disosiatif
Gangguan Identitas Disosiatif
Kriteria Diagnostik :
A. Gangguan identitas ditandai dengan dua atau lebih keadaan kepribadian yang berbeda, yang
dapat dijelaskan dalam beberapa kebudayaan sebagai pengalaman kepemilikan. Gangguan
identitas melibatkan diskontinuitas ditandai dalam kesadaran diri dan sense of agency, disertai
dengan perubahan alter yang berkaitan dengan afek, perilaku, kesadaran, memori, persepsi,
kognisi, dan/atau fungsi sensorik-motorik. Tanda-tanda dan gejala, dapat diamati oleh orang lain
atau dilaporkan oleh individu.
B. Kegagalan mengingat kembali kegiatan sehari-hari, informasi pribadi yang penting, dan/atau
peristiwa traumatik yang tidak sesuai dilupakan.
C. Gejalanya menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan bidang sosial, pekerjaan, atau
lainnya yang penting dari fungsi.
D. Gangguan ini bukan bagian normal dari praktik budaya atau agama yang diterima secara luas.
E. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari substansi (misalnya, hilang kesadaran atau
perilaku kacau selama mabuk alkohol) atau kondisi medis lain, (misalnya kejang parsial
kompleks).
Prevalensi
Amerika : 1,5% dewasa
Gender : 1,6% laki-laki, 1,4% perempuan
Faktor risiko
Lingkungan : hubungan fisik interpersonal dan pelecehan seksual dikaitkan dengan
meningkatnya resiko dari gangguan identitas disosiatif. Peelcehan seksual dan pengabaian
adalah penyebab 90% penderita di U.S. Canada, dan Eropa. Bentuk lain : pengalaman traumatik,
termasuk prosedur operasi dan penanganan medis anak, perang, prostitusi anak, dan terorisme.
Lainnya : pelecehan yang sedang terjadi, pengulangan trauma di kehidupan selanjutnya,
berkaitan dengan gangguan mental, penyakit medis yang parah, dan penundaan dalam
pengobatan ddengan prognosis yang lemah
Diagnosis banding
Gangguan disosiatif spesifik lainnya Gangguan kepribadian
Gangguan depresi mayor Gangguan konversi
Gangguan bipolar Seizure disorders
PTSD Factitious disorder dan malingering
Gangguan psikotik
Subtance / medication – induced disorder
Amnesia Disosiatif
Kriteria Diagnosis
A. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi otobiografi penting, biasanya bersifat traumatik
atau stress, yang tidak konsisten dengan lupa biasa. (Catatan : amnesia disosiatif paling sering
terdiri dari lokal atau selektif amnesia untuk acara tertentu tau peristiwa; atau amnesia secara
umum pada identitas dan sejarah kehidupan.
B. Gejala klinis menyebabkan distress signifikan atau penurunan bidang sosial, pekerjaan, atau
lainnya yang penting dari fungsi.
C. Gangguan tidak disebabkn oleh efek fisiologis dari substansi (misalnya, alkohol atau obat lain,
penyalahgunaan obat) atau kondisi medis neurologis atau lainnya (misalnya, kejan kompleks
parsial, transient global amnesia, gejala sisa dari cedera kepala tertutup / cedera otak traumatis,
kondisi neurologis lainnya).
D. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan disosiatif identitas, gangguan stress pasca
trauma, gangguan stress akut, ganguan gejala somatik, atau gangguan neurokognitif besar atau
ringan.
Prevalensi
Amerika : 1,8%
Gender : 1,0% laki-laki, 2,6% perempuan
Faktor risiko
Lingkungan : kejadian traumatik yang sekali terjadi atau berulang merupakan penyebab
utama. Amnesia disosiatif dapat terjadi pada :
Pengalaman anak yang merugikan jumlah banyak, fisik/ pelecehan seksual
Kekerasan interpersonal
Meningkatnya kekerasan, frekuensi, dan kekerasan dari trauma
Genetik dan physiological
Lainnya : penghilangan dari keadaan traumatik yang mendasari amnesia disosiatif dapat
membawa kembali memori secara cepat.
Diagnosis banding
Gangguan disosiatif identitas
PTSD
Gangguan neurokognitif
Substance – related disorders
Posttraumatic amnesia due to brain injury
Seizure disorders
Catatonic stupor
Factitious disorder and malingering
Normal age – related changes in memory
Gangguan Depersonalisasi / Derealisasi
Kriteria Diagnostik
A. Hadirnya pengalaman yang persisten atau berulang depersonalisasi, derealisasi, atau
keduanya.
Depersonalisasi : pengalaman tidak nyata, pelepasan, atau menjadi seorang pengamat di luar
sehubungan dengan seseorang pikiran, perasaan, sensasi, tubuh, atau tindakan (misalnya,
perubahan persepsi, rasa terdistorsi waktu, nyata atau tidak ada diri, mati rasa emosional dan
/ atau fisik).
Derealisasi : pengalaman tak nyata atau pelepasan terhadap lingkungan (misalnya, individu
atau objek yang dialami sebagai nyata, mimpi, berkabut, tak bernyawa, atau visual terdistorsi.
B.Selama mengalami depersonalisasi atau derealisasi, uji realitas tetap utuh.
C. Gejala menyebabkan distress klinis signifikan dan penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang
penting lainnya berfungsi.
D. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari substansi (misalnya, penyalahgunaan
obat, obat) atau kondisi lain medis (misalnya, kejang).
E. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti skizofrenia, gangguan
panik, gangguan depresi mayor, gangguan stres akut, gangguan stres pasca trauma, atau gangguan
disosiatif lain.
Faktor risiko :
Temperamental : individu dengan gangguan depersonalisasi/derealisasi memiliki karakteristik
temperamen menghindari bahaya, ketidakdewasaan pertahanan diri, dan hilangnya hubungan
/ hubungan berlebihan dari skema. Ketidakdewasaan pertahanan diri seperti
idealisasi/devaluasi, proyeksi dan acting out saat menyangkal kenyataan dan kurang dapat
beradaptasi. Hilangya hubungan skema dapat menyerang kerusakan dan menahan emosi dan
menggolongkan tema-tema pelecehan, pengabaian, dan perusakan. Hubungan skema yang
berlebihan menyebabkan perusakan autonomi dengan tema-tema kebebasan, sifat mudah
terkena penyerangan (vulnerability), dan tidak berkompetensi.
Lingkungan : Adanya hubungan yang jelas antara gangguan dan trauma interpersonal masa
kanak-kanak dalam beberapa individu, walaupun hubungan ini tidak seumum dan seekstrim
asal mula dari trauma seperti gangguan disosiatif lainnya, yaitu gangguan identitas disosiatif.
Dalam beberapa bagian, emosi pelecehan dan emosi pengabaian telah secara kuat dan
konsisten dihubungkan dengan gangguan ini. Stressor lain dapat termasuk pelecehan fisik;
melihat kekerasan; tumbuh dalam kelainan yang serius, sakit mental; atau kematian yang tidak
trprediksi/bunuh diri dari anggota keluarga. Pelecehan seksual tidak terlalu umum menjadi
dasar penyebab, tetapi dapat ditemui. Hal yang mempercepat terjadinya gangguan ini adalah
stress yang berllebihan (hubungan interpersonal, finansial, pekerjaan), depresi, kecemasan
(serngan panik), dan narkotika. Gejala-gejala dapat secara spesifik terstimulasi dari
halusinogen, ketamin, MDMA, ekstasi, dan salvia. Penggunaan marijuana dapat mempercepat
oset baru dari serangan panik dan gejala depersonalisasi / derealissasi secara sekaligus.
Diagnosis banding
Illness anxiety disorder (hipokondriasis)
Gangguan depresi mayor
Gangguan obsesif-kompulsif
Gangguan disosiatif lainnya
Gangguan kecemasan
Gangguan psikotik
Substance / medication – induced disorders
Mental disorders due to another medical condition
Lainnya :
• 300.15 (F44.89) : Gangguan disosiatif spesifik lainnya
• 300.15 (F44.9) : Gangguan disosiatif tidak spesifik
Gangguan Berhubungan dengan Somatisasi
Gangguan Somatisasi 300.82 (F45.1)
Kriteria Diagnostik
A. Satu atau lebih gejala somatik yang mengganggu kehidupan sehari-hari
B. Pikiran, perasaan, atau perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan gejala somatik
atau gangguan kesehatan yang memiliki minimal satu gejala di bawah ini:
1. Pemikiran yang berlebihan terhadap suatu gejala penyakit.
2. Kecemasan berlebihan kesehatan atau gejala penyakit tersebut.
3. Membuang waktu dan tenaga untuk mencemaskan dan berusaha mencari penyebab
penyakit.
C. Meski tidak selalu muncul, namun keadaan ini berlangsung lebih dari 6 bulan
• Tentukan apakah
– Disertai dengan penyakit dengan gejala nyeri sebelumnya
– Persisten
– Derajat penyakit
• Ringan (Mild) : terdapat 1 gejala dari kriteria B
• Sedang (Moderate ) : terdapat 2/lebih gejala dari kriteria B
• Berat (Severe ): terdapat 2/lebih gejala dari kriteria B, ditambah dengan
keluhan somatic multipel (atau keluhan somatik yang sangat parah)
Prevelensi
• Sekitar 5-7% pada dewasa
• Perempuan > laki-laki
• Pada orang lanjut usia gejala dapat memiliki banyak gejala secara bersamaan dan cenderung
dianggap sebagai keluhan yang normal karena proses penuaan dan suatu hal yang normal
untuk orang lanjut usia lebih banyak khawatir akan kesehatannya.
• Pada anak-anak cenderung hanya terdapat satu keluhan, namun kecenderungan untuk
khawatir lebih sedikit daripada orang dewasa
Faktor Risiko
• Emosi : neuroticism (suatu psikologi kepribadian yang memiliki kecenderungan tinggi
merasakan emosi negatif tinggi), anxietas atau depresi
• Lingkungan : pendidikan rendah, status sosioekonomi yang rendah, pengalaman hidup yang
sangat berat.
Diagnosis Banding
• Kondisi penyakit lain • Gangguan konversi
• Gangguan panik • Gangguan delusional
• Gangguan anxietas menyeluruh • Gangguan dismorfik tubuh
• Gangguan depresi • Gangguan obsesif -kompulsif
• Gangguan hipokondrik
Gangguan Hipokondrik
Kriteria Diagnosis
A. Keyakinan menderita suatu penyakit yang serius.
B. Gejala somatik tidak muncul, namun bila ada tergolong ringan. Apabila memiliki penyakit
atau faktor risiko tinggi (faktor keluarga yang kuat), keyakinan pasien akan penyakitnya
semakin berlebihan.
C. Tingginya tingkat kecemasan terhadap kesehatan dan pasien sangat hati-hati terhadap
kesehatannya.
D. Pasien melakukan pemeriksaan kesehatan secara berlebihan atau menghindari pemeriksaan
secara berlebihan.
E. Keyakinan akan penyakit ini dialami lebih dari 6 bulan, namun penyakit yang ditakuti dapat
berganti dalam periode waktu tersebut.
F. Tidak dapat digolongkan menjadi gangguan kejiwaan lainnya, seperti gangguan somatikm
gangguan panik, gangguan kecemasan, gangguan dismorfik tubuh, gangguan obsesif
kompulsif, atau gangguan delusional tipe somatik.
• Tentukan apakah
– Tipe yang mencari pertolongan medis (care-seeking type)
– Tipe yang menolak pertolongan medis (care-avoidant type)
Prevelensi
• Perempuan = laki-laki
• 1,3-10% pada dewasa
• Meningkat sesuai usia
• Jarang pada anak-anak
Faktor Risiko
• Lingkungan : Adanya pengalaman yang sangat pahit bagi pasien, atau suatu kejadian serius
namun tidak mengancam nyawa pasien. Adanya pengalaman kekerasan pada masa kecil
atau penyakit yang sangat parah pada masa kecil.
Diagnosis Banding
• Kondisi penyakit lainnya • Gangguan obsesif-kompulsif
• Gangguan penyesuaian • Gangguan depresi mayor
• Gangguan Somatik • Gangguan psikotik
• Gangguan cemas
Gangguan Konversi
Kriteria Diagnosis
A. Terdapat satu atau lebih gejala fungsi motorik atau sensoris yang terganggu.
B. Hasil pemeriksaan menunjukkan ketidakcocokan gejala dengan kondisi penyakit atau kondisi
neurologi pasien.
C. Tidak dapat digolongkan ke dalam gangguan jiwa lainnya.
D. Gejala menyebabkan gangguan dalam hubungan sosial, pekerjaan, dan area lain yang
membutuhkan evaluasi medis.
E. Tentukan tipe :
A. (F44.4) dengan kelemahan atau paralisis
B. (F44.4) dengan gerakan abnormal (tremor, gerakan distoni, myoclonus, gait
disorder)
C. (F44.4) dengan gangguan menelan
D. (F44.4) dengan gangguan bicara (disfoni, bicara rero)
E. (F44.5) dengan kejang
F. (F44.6) dengan baal atau penurunan sensoris
G. (F44.6) dengan gangguan panca indra
H. (F44.7) dengan gangguan campuran
F. Tentukan
A. Akut : <6 bulan
B. Persisten : >6 bulan
G. Tentukan
A. Dengan tekanan psikologi
B. Tanpa tekanan psikologi
Prevelensi
• Insidensi 2-5/100.000 tiap tahun
• Ditemukan 5% dari rujukan neurologi
• Onset dari semua usia
• Prognosis lebih baik pada anak kecil daripada dewasa
Faktor risiko
• Emosi : maladaptive (ketidakmampuan dalam menanggapi dan menyesuaikan diri secara
normal pada suatu kejadian)
• Lingkungan : Riwayat kekerasan atau diabaikan pada masa kecil. Sering mengalami
pengalaman buruk
• Genetik dan fisik : adanya gangguan syaraf yang memiliki gejala yang mirip.
Diagnosis Banding
• Penyakit neurologi
• Gangguan somatik
• Malingering
• Gangguan disosiatif
• Gangguan dismorfik tubuh
• Gangguan depresi
• Gangguan panik
316 (F54)
Kriteria Diagnostik
A. Gejala atau kondisi medis (selain gangguan mental) didapatkan
B. Faktor psikologis atau perilaku mempengaruhi kondisi medis dengan salah satu cara
berikut:
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi jalannya kondisi medis seperti yang
ditunjukkan oleh hubungan temporal antara faktor psikologis dan perkembangan
atau eksaserbasi, atau pemulihan yang tertunda dari kondisi medis.
Faktor-faktor tersebut mengganggu pengobatan terhadap kondisi medis
(misalnya, ketidakpatuhan).
Faktor-faktor tersebut dapat menambah risiko perburukan bagi individu.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi patofisiologi yang mendasari, memicu atau
memperparah gejala atau lebih memerlukan perhatian medis.
C. Faktor psikologis dan perilaku dalam Kriteria B tidak dijelaskan dengan lebih baik
oleh gangguan mental lainnya (misalnya, gangguan panik, gangguan depresi mayor,
gangguan stres posttraumatic).
Tingkat keparahan:
• Ringan: Meningkatkan risiko medis (misalnya, kepatuhan yang tidak konsisten
terhadap pengobatan antihipertensi).
• Sedang: Memburuk kondisi medis yang mendasari (mis., Kecemasan yang
memperparah asma)
• Parah: menyebabkan diperlukannya rawat inap di rumah sakit atau ruang gawat
darurat.
• Ekstrim: mengancam nyawa (misalnya, mengabaikan gejala serangan jantung)
Prevalensi
Prevalensi faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya tidak jelas. Dalam
data penagihan asuransi pribadi A.S., diagnosis ini lebih umum ditemukan daripada
gangguan gejala somatik.
Perjalanan Penyakit
Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya dapat terjadi pada semua
lapisan usia, terutama pada anak kecil, latar belakang orang tua atau sekolah dapat
membantu evaluasi diagnostik. Beberapa kondisi khas terjadi pada tahap kehidupan
tertentu (mis., Pada orang yang lebih tua, stres terkait dengan bertindak sebagai pengasuh
bagi pasangan atau rekan yang sedang sakit).
Diagnosis Banding
• Gangguan jiwa akibat kondisi medis lainnya.
Hubungan temporal antara gejala gangguan jiwa dan kondisi medis juga merupakan ciri
gangguan mental karena kondisi medis lainnya, namun penyebabnya yang berlawanan.
Dalam kelainan mental akibat kondisi medis lainnya, kondisi medis dinilai bisa menyebabkan
gangguan jiwa. Dalam faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya, faktor
psikologis dinilai mempengaruhi kondisi medis.
• Adjustment disorder
Gejala psikologis atau perilaku abnormal yang berkembang sebagai respons terhadap
kondisi medis lebih tepat dikodekan sebagai gangguan penyesuaian (respons psikologis
klinis yang signifikan terhadap stressor yang dapat diidentifikasi). Misalnya, seorang individu
dengan angina yang diendapkan kapan pun ia menjadi marah akan didiagnosis memiliki
faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya, sedangkan individu dengan
angina yang mengalami kecemasan antisipasi maladaptif akan didiagnosis memiliki
gangguan penyesuaian dengan kegelisahan.
• Somatic symptom disorder.
Gangguan gejala somatik ditandai dengan kombinasi gejala somatik dan pikiran, perasaan,
dan perilaku yang berlebihan atau maladaptif dalam menanggapi gejala atau masalah
kesehatan terkait. Individu dapat atau tidak memiliki kondisi medis yang dapat didiagnosis.
Sebaliknya, dalam faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya, faktor
psikologis sangat mempengaruhi kondisi medis. Pada faktor psikologis yang mempengaruhi
kondisi medis lainnya, (mis., Individu dengan angina yang terjadi kapan pun seseorang
mengalami cemas). Dalam somatic symptom disorder, (misalnya, seorang individu dengan
angina yang terus-menerus khawatir bahwa dia akan terkena serangan jantung, mengukur
tekanan darah beberapa kali sehari, dan membatasi aktivitasnya).
• Illness anxiety disorder
ditandai dengan kecemasan tinggi terhadap penyakit yang menyusahkan dan atau
mengganggu kehidupan sehari-hari dengan gejala somatik minimal. Yang menjadi perhatian
klinis adalah kekhawatiran individu dalam memiliki suatu penyakit. Dalam faktor psikologis
yang mempengaruhi kondisi medis lainnya, kecemasan merupakan faktor psikologis yang
mempengaruhi kondisi medis
Kriteria Diagnostik
Gangguan Buatan yang Ditimbulkan pada Diri Sendiri
1.Pemalsuan tanda atau gejala fisik atau psikologis, atau adanya luka atau penyakit, terkait
dengan pemalsuan yang teridentifikasi.
2.Individu tersebut menampilkan dirinya kepada orang lain sebagai orang sakit, terganggu,
atau terluka.
3.Perilaku menipu terbukti bahkan meski tidak ada perhatian yang nyata.
4.Perilaku ini sulit dijelaskan oleh kelainan mental lainnya, seperti kelainan delusional atau
kelainan psikotik lainnya.
Kategori
Episode tunggal
Episode berulang (dua atau lebih kejadian pemalsuan penyakit dan / atau induksi cedera)
.
Gangguan Buatan yang Ditimbulkan pada orang lain (sebelumnya dikenal sebagai
Gangguan Buatan pada Proxy)
1.Pemalsuan tanda atau gejala fisik atau psikologis, atau induksi cedera atau penyakit,
kepada orang lain, terkait dengan penipuan yang teridentifikasi.
2.individu tersebut mengatakan bahwa seseorang (korban) kepada orang lain sebagai orang
sakit, terganggu, atau terluka.
3.Perilaku menipu terbukti bahkan meski tidak perhatian yang nyata.
4.Perilaku ini sulit dijelaskan oleh gangguan mental lainnya, seperti gangguan delusional
atau gangguan psikotik lainnya.
Catatan: Pelaku, bukan korban, yang didagnosis menderita gangguan buatan
Kategori
Episode tunggal
episode berulang (dua atau lebih kejadian pemalsuan penyakit dan / atau induksi cedera)
Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit ini biasanya merupakan episode intermiten. Satu episode dan episode
yang lain biasanya terjadi secara terus menerus. Onsetnya terjadi pada dewasa muda,
seringkali setelah rawat inap karena suatu penyakit atau gangguan mental. Pada Gangguan
Buatan yang Ditimbulkan pada Orang Lain, gangguan mungkin mulai muncul setelah rawat-
inap anak atau keluarganya. Pada individu dengan episode berulang, kadang sulit untuk
dibedakan baik oleh tenaga medis.
Diagnosis Banding
• Gangguan Somatisasi.
Pada Gangguan Somatik, pasien akan sangat gigih untuk mencari pengobatan terhadap
suatu penyakit yang dianggap diderita olehnya, akan tetapi tanpa adanya bukti bahwa
pasien tersebut memberikan keterangan palsu atau berperilaku yang dibuat dibuat.
• Malingering.
Malingering dibedakan dari gangguan buatan karena perlikau maingerig bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi (misalnya, uang, waktu libur kerja). Sebaliknya,
Gangguan Buatan tidak memerlukan sesuatu imbalan untuk dirinya.
• Gangguan Konversi (fungsional neurological symptom disorder).
Gangguan Konversi dicirikan oleh saraf gejala yang konsisten dengan patho neurologis
fisiologi. Gangguan Buatan dengan gejala neurologis dibedakan dengan Gangguan Buatan
oleh bukti adanua pemalsuan gejala.
• Borderline personality disorder
• Tindakan menyakiti diri sendiri tanpa maksud bunuh diri juga dapat terjadi dalam
hubungan dengan gangguan mental lainnya seperti Gangguan kepribadian
Borderline. Pada Gangguan Buatan tindakan melukai diri bertujuan untuk
meyakinkan orang lain
• Kondisi medis atau gangguan mental yang tidak terkait dengan penipuan gejala.
Presentasi dari tanda-tanda dan gejala penyakit yang tidak sesuai untuk memenuhi kondisi
medis atau gangguan mental meningkatkan kemungkinan adanya gangguan buatan. Namun,
diagnosis gangguan buatan tidak mengecualikan adanya benar kondisi medis atau gangguan
mental, seperti komorbiditas penyakit sering terjadi pada individu dengan gangguan buatan.
Sebagai contoh, orang-orang yang mungkin manipulas kadar gula darah untuk
menghasilkan gejala mungkin juga memiliki diabetes.
Kategori ini digunakan untuk pasien dengan gejala gejala gangguan somatik dan gangguan
jiwa sejenis yang memberikan gejala klinis yang menimbulkan gangguan baik dari segi sosial,
pekerjaan, dan lain lain akan tetapi tidak.memenuhinkriteria penegakan gangguan somatik
dan gangguan jiwa sejenis lainnya.
Kategori ini digunakan untuk pasien dengan gejala gejala gangguan somatik dan gangguan
jiwa sejenis yang memberikan gejala klinis yang menimbulkan gangguan baik dari segi sosial,
pekerjaan, dan lain lain akan tetapi tidak.memenuhinkriteria penegakan gangguan somatik
dan gangguan jiwa sejenis lainnya.
Kategori ini hanya akan digunakan pada keadaan dimana tidak terdapat bukti atau
gejala.yang kuat untuk menegakkan diagnosis penyakit lainnya.