Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknologi Industri Pertanian Rahmaniar, Amin Rejo, Gatot Priyanto, Basuni Hamzah

25 (3):227-238 (2015)

KARAKTERISASI KOMPON KARET DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK KAYU SECANG,


PASIR KUARSA DAN KULIT KERANG

CHARACTERIZATION OF THE RUBBER COMPOUND WITH EXTRACT OF CAESALPINIA SAPPAN


WOOD, QUARTZ SAND AND SHELL USING

Rahmaniar 1)*, Amin Rejo2), Gatot Priyanto2), Basuni Hamzah2)


1)
Balai Riset Standardisasi Industri Palembang, Jl. Perindustrian II No 12 Km 9 Palembang 30152
E-mail: rahmaniar_een@yahoo.co.id
2)
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwjaya
Jl. Padang Selasa No.524. Palembang. Sumatera Selatan.

Makalah: Diterima 3 Maret 2014; Diperbaiki 16 Maret 2015; Disetujui 27 Maret 2015
Makalah: Diterima 3 Maret 2014; Diperbaiki 16 Maret 2015; Disetujui 27 Maret 2015
ABSTRACT

The objective of the research were to analyze the characteristics and get the formula of rubber
compound that was added with extract of Caesalpinia sappan wood and fillers of silica quartz sand and CaCO3
from shell. Factorial completely randomized design (RALF) with two factors was used. The first factor was the
concentration of extract of caesalpinia sappan wood ( ) which was 3 phr, 6 phr, 9 phr, 12 phr and the second
factor was the concentration ratio of silica from quartz sand and CaCO 3 from shell ( ) which was 10:90 phr,
25:75 phr, 50:50 phr, 90:10 phr. Parameters tested were tensile strength, elongation at break, after aging tensile
strength, after aging elongation at break and color change. The results showed that treatment of extract of
Caesalpinia sappan wood concentration, a mixture of quartz sand with shells and their interaction significantly
affected to the tensile strength, elongation at break, after aging tensile strength and after aging elongation at
break of rubber compound resulted. The best treatments met the requirements of rubber compound in
accordance with for SNI were 3 4 treatment (9 phr of extract of caesalpinia sappan wood concentration and
75:25 phr mixture of quartz sand with shell) with rubber compound characteristics for these parameters, tensile
strength of 30 N/mm2, elongation at break of 496%, after aging tensile strength of 27 N/mm2 and after aging
elongation at break of 457% and the total change of color difference of 19.9.
Keywords: extract of caesalpinia sappan wood, quartz sand, rubber compound, silica, shell

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik dan mendapatkan formulasi kompon karet yang
menggunakan bahan pewarna dari ekstrak kayu secang, bahan pengisi silika pasir kuarsa dan CaCO3 kulit kerang
yang ditambahkan dalam pembuatan kompon karet. Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktorial

12 phr dan faktor kedua adalah perbandingan konsentrasi silika dari pasir kuarsa dan CaCO3
yaitu 10:90 phr, 25:75 phr, 50:50 phr, 75:25 phr, 90:10 phr. Parameter yang diuji meliputi tegangan putus,
perpanjangan putus, ketahanan usang dan perubahan warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi ekstrak kayu secang, campuran pasir kuarsa dengan kulit kerang dan interaksi keduanya berpengaruh
nyata terhadap tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan usang kompon karet yang dihasilkan.
Perlakuan terbaik yang memenuhi persyaratan beberapa kompon karet sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
3 4 (konsentrasi ekstraksi secang 9 phr dan campuran silika pasir kuarsa dengan CaCO3 kulit
kerang 75:25 phr) dengan karakteristik kompon karet untuk parameter tegangan putus 30 N/mm2, perpanjangan
putus 496%, ketahanan usang untuk parameter tegangan putus 27 N/mm2, ketahanan usang untuk parameter
perpanjangan putus 457% dan perubahan total perbedaan warna ( ) :19,9.
Kata kunci: ekstrak kayu secang, pasir kuarsa, kompon karet, silika, kulit kerang

PENDAHULUAN merupakan produk degradasi utama senyawa karet.


(Daik et al., 2007; Masyrukan dan Alfian, 2013;
Karet merupakan polimer isoprene (C5H8) Rahman, 2005), karet mempunyai komposisi kimia
yang mempunyai bobot molekul lebih dari yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah
1.000.000, memilki sifat umum warna agak menjadi barang jadi karet yang bersifat elastis.
kecoklat coklatan, dengan berat jenis 0,91 0,93. Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat fisika
Struktur dasar karet alam adalah cis-1,4 poliisoprene misalnya, kekuatan tensil, daya ulur maksimum,
yang disintesis secara alami melalui polimerisasi daya lentur dan terutama pada proses pengolahan
enzimatik isopentilpirofosfat, dimana isoprene serta keunggulannya sebagai barang jadi.

J Tek Ind
*Penulis Pert.
untuk 25 (3): 227-238
korespondensi 227
Karakterisasi Kompon Karet dengan

Karet alam mengandung beberapa senyawa lain brazilwood, peachwood, Sappanwood,


antara lain hidrokarbon, protein, glikolipid, Limawood dan pernambucowood, kayu secang
karbohidrat, garam organik, mineral, enzim, mengandung komponen yang memiliki aktivitas
fosfolipid dan berbagai bahan lain (Yuniari et al,, antioksidan dan antimikroba. Kayu secang
2001; Kusuma, 2011). Prospek karet alam kedepan mengandung pigmen, tanin, brazilin, asam tanat,
tetap baik hal ini dikarenakan suplai pasar karet alam resin, resorsin, brazielin, sappanin, dan asam galat
dunia masih terbuka dikarenakan adanya tren (Lemmens, 1992). Brazilin dengan berat molekul
konsumsi yang terus meningkat (Boerhendhy, 2013). 286 telah diisolasi sebagai komponen zat warna
Kualitas barang jadi karet sangat ditentukan utama dari ekstrak, namun komponen ini mudah
oleh bahan baku dan bahan-bahan tambahan yang teroksidasi oleh udara dan cahaya untuk
digunakan serta teknologi cara pembuatan kompon menghasilkan brazilein dengan berat molekul 284
karet. Kompon karet merupakan campuran antara melalui spektrum inframerah dan massa (Lioe et al.,
karet alam dengan bahan-bahan kimia yang 2012; Rosenberg, 2008). Ekstrak secang juga diteliti
ditentukan komposisinya dan pencampurannya sebagai anti inflamasi (Ye et al., 2006; Shen et al.,
dilakukan dengan cara penggilingan pada suhu 70oC 2007), anti oksidan (Hu et al., 2008), anti mikroba
+ 5oC. (Lim et al., 2007), pewarna secang digunakan dalam
Komposisi kompon karet berbeda-beda lukisan bersejarah (Karapanagiotis et al., 2005) dan
tergantung pada tujuan pembuatan barang jadinya. tekstil bersejarah (Karapanagiotis et al., 2008).
Tahapan proses pembuatan kompon karet meliputi Menurut Hadi et al. (2011), bahan pengisi
pencampuran, pembentukan kemudian vulkanisasi dari pasir kuarsa merupakan bahan galian yang
(Rihayat, 2007). Barang jadi karet pada umumnya mengandung kristal-kristal silika (SiO2). Pasir
terbuat dari kompon karet yang divulkanisasi. kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih
Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan merupakan hasil pelapukan batuan yang
silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan
yang dapat meningkatkan elastisitas dan feldspar. Komposisi yang paling banyak terdapat
menurunkan plastisitas (Kumar dan Nijasure, 2007). pada pasir kuarsa adalah silika dioksida (SiO2)
Barang jadi karet yang dihasilkan agar sebanyak 99,08%. Oleh sebab itu, pasir kuarsa
layak digunakan terlebih dahulu karet alam dan karet sering disebut dengan Silika Dioksida (SiO2).
sintetis dicampur dengan bahan kimia misalnya Menurut Maryam (2006), komposisi serbuk kulit
bahan pengisi, bahan pelunak, bahan penggiat, anti kerang mengandung unsur CaO sekitar 66,7%,
oksidan, bahan pencepat, bahan pewarna dan bahan SiO2 7,88%, Fe2O3, 0,03%, MgO 22,28% dan Al2O3
kimia lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan 1,25%, serbuk cangkang kerang darah (Anadara
karet alam yaitu Rubber Smoke Sheet (RSS) dan granosa) mengandung CaCO3 98,7%.Pemanfaatan
karet sintetis yaitu Ethylene Propylene Diene bahan alami dapat dijadikan sebagai bahan
Monomer (EPDM). tambahan pada industri, yang digunakan sebagai
Bahan pewarna dan bahan pengisi yang bahan dalam pembuatan kompon karet. Kerang
terbuat dari bahan sintetis merupakan bahan yang andara mengandung daging sekitar 30% dari berat
tidak dapat diperbaharui. Pemakaian minyak bumi keseluruhan yang mengandung mineral mineral
secara terus-menerus menyebabkan penipisan kalsium, fosfat, besi, yodium dan tembaga, kerang
cadangan minyak bumi. Tahun 2014 Indonesia ini menghasilkan limbah padat yang cukup tinggi,
sudah menjadi negara pengimpor minyak netto (net sedangkan kulit kerang merupakan salah satu batuan
oil importer) karena kemampuan produksi dalam calcareous yang mengandung kadar CaO yang
negeri tidak dapat mengimbangi pertumbuhan tinggi ( Surest et al., 2012), sehingga perlu adanya
konsumsi (Firdaus et al., 2013). Bahan yang berasal upaya untuk menanganinya agar bermanfaat dan
dari bahan sintetik mempunyai kelemahan, antara mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
lain tidak ramah lingkungan, menyebabkan iritasi, Penelitian ini hanya membahas sifat fisika
korosif dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu kompon karet dengan menggunakan bahan alami,
perlu adanya alternatif penggunaan bahan pewarna sedangkan perubahan karakteristik kompon karet
dan bahan pengisi yang berasal dari bahan nabati setelah pengusangan dan umur usang kompon karet
dimana Indonesia kaya akan sumber daya alam. belum dilakukan. Penelitian ini diharapkan untuk
Kayu secang (Caesalpinia Sappan L) meningkatkan kegiatan pengkajian dan penerapan
menghasilkan pigmen berwarna merah bernama teknologi industri sesuai dengan sarana iptek yang
brazilein, Pigmen ini memiliki warna merah tajam tersedia. Salah satu yang potensial adalah rekayasa
dan cerah pada pH netral (pH 6-7) dan bergeser material kuarsa menjadi filler kompon karet alam
kearah merah keunguan dengan semakin untuk barang jadi karet. Disamping itu penggunaan
meningkatnya pH. Pada pH rendah (pH 2-5) karet sintetis sebagai tambahan dari karet alam yang
brazilein memiliki warna kuning (Adawiyah dan digunakan mengakibatkan sifat fisika kompon karet
Indriyati, 2003). Pewarna merah dari serbuk secang yang tinggi (Supratiningsih, 2005). Adapun tujuan
dapat diperoleh melalui proses ekstraksi, kayu dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik
secang termasuk kedalam genus Caesalpinia, antara kompon karet yang menggunakan bahan pewarna

228 J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238


Rahmaniar, Amin Rejo, Gatot Priyanto, Basuni Hamzah

dari ekstrak kayu secang dan bahan pengisi silika mastikasi selama 3 menit, dilanjutkan mastikasi
pasir kuarsa dan CaCO3 kulit kerang yang EPDM selama 3 menit.
ditambahkan dalam pembuatan kompon karet. c. Mixing (pencampuran) :
Mendapatkan formulasi kompon karet dengan 1) Pencampuran polimer (RSS dan EPDM)
pewarna ekstrak kayu secang dan bahan pengisi dari dengan bahan kimia (pembuatan kompon
pasir kuarsa dan kulit kerang dalam pembuatan karet/vulkanisasi)
kompon karet, yang memenuhi Standar Nasional 2) Bahan penggiat/activator, ZnO dan asam
Indonesia (SNI). stearat ditambahkan, dipotong setiap sisi
satu sampai tiga kali selama 3 menit.
BAHAN DAN METODE 3) Sebagian filler (pengisi) kulit kerang, pasir
kuarsa dan pelunak (softener) minarex oil
Bahan dan Alat ditambahkan, setiap sisi dipotong sampai dua
Bahan baku yang digunakan dalam atau tiga kali selama 8 menit.
penelitian ini adalah karet alam RSS dan karet 4) Sisa filler ditambahkan dan dipotong setiap
sintetis Ethylene Propylene Diene Monomer sisi dua atau tiga kali selama 8 menit.
(EPDM). Bahan penunjang dan bahan kimia yang 5) Accelerator CBS ditambahkan, setiap sisi
digunakan ekstrak kayu secang, silika dari pasir dipotong dua atau tiga kali selama 3 menit.
kuarsa dengan ukuran 400 mesh, CaCO3 dari kulit 6) Ekstrak kayu secang ditambahkan (sesuai
kerang dengan ukuran 400 mesh, methanol, HCl 2 rancangan percobaan), dipotong setiap sisi
M, HCl 6 M, NaOH 3M, Bahan-bahan untuk sampai 3 kali selama 3 menit.
pembuatan kompon karet antara lain Polysar, 7) Vulkanisator (sulfur) ditambahkan dan giling
paraffin oil, ZnO, Asam Stearat, Coumarone Resin, selama 3 menit.
N-Cyclohexyl-2-benzothiazylsulfenamide (CBS), 8) Kompon dikeluarkan dari open mill dan
Dibenzothiazyl disulfide (MBTS), BHT, Sulfur, ditentukan ukuran ketebalan 5 cm lembaran
Titanium dan bahan kimia untuk analisa kompon kompon dengan menyetel jarak roll pada
karet. cetakan sheet, dikeluarkan dan diletakkan
Peralatan yang digunakan yaitu peralatan diatas plastik
untuk ekstraksi kayu secang, CaCO3 dari kulit
kerang dan peralatan silika dari pasir kuarsa, antara Rancangan penelitian yang digunakan
lain : Furnace, kertas saring, corong kaca, gelas adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun
kimia, pisau, blender, ayakan sieve shaker secara faktorial (RALF), dengan dua faktor. Faktor
kecepatan 60 70 rpm, lama waktu 15 menit ukuran pertama adalah konsentrasi ekstrak kayu secang dan
partikel yang dihasilkan 400 mesh. Alat yang faktor kedua adalah konsentrasi silika dari pasir
digunakan untuk pembuatan kompon karet antara kuarsa dan CaCO3 kulit kerang. Faktor perlakuan
lain : timbangan (Metler P1210), open mill L 40 cm adalah sebagai berikut:
D18 cm kapasitas 1 kg, cutting scraft besar, alat Faktor pertama konsentrasi ekstrak kayu secang
press, cetakan sheet, autoclave dan gunting. Alat :
yang digunakan untuk analisa karakterisik kompon
1 = 3 phr
karet, antara lain : Rheometer, Hardness Tester,
2 = 6 phr
Tensometer, DIN Abrader, oven, timbangan dan
3 = 9 phr
analisa warna.
4 = 12 phr

Tahapan Penelitian Perlakuan konsentrasi silika pasir kuarsa :


Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) CaCO3 kulit kerang ( ) :
tahap, yaitu pembuatan kompon karet dan pengujian
sifat fisik kompon karet.
1= Pasir kuarsa : Kulit kerang (10:90)
2= Pasir kuarsa : Kulit kerang (25:75)
Pembuatan Kompon Karet (Thomas, 2005). = Pasir kuarsa : Kulit kerang (50:50)
3
Pembuatan kompon karet dilakukan dengan = Pasir kuarsa : Kulit kerang (75:25)
4
mencampur bahan-bahan kimia penyusun karet
5= Pasir kuarsa : Kulit kerang (90:10)
dengan karet alam dan sintetis. Tahapan proses
pembuatan kompon karet adalah sebagai berikut: Menurut Gomez dan Gomez (1995), rumus
a. Penimbangan umum yang digunakan untuk rancangan percobaan
Bahan yang diperlukan untuk masing-masing dan jenis Rancangan Acak Lengkap yang disusun
formulasi kompon ditimbang sesuai perlakuan. secara faktorial adalah sebagai berikut :
Jumlah dari setiap bahan di dalam formulasi
kompon dinyatakan dalam phr (berat per seratus Y = + i+ j + +
ij klij
karet). Keterangan :
b. Proses mastikasi Yijk = nilai pengamatan
Proses mastikasi dilakukan dalam gilingan = nilai rata-rata
terbuka (open mill), karet alam (RSS) di

J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238 229


Karakterisasi Kompon Karet dengan

i = pengaruh konsentrasi ekstrak secang sudah mengalami proses vulkanisasi akan mudah
taraf ke i berubah bentuk, tapi ketika tekanan dilepas maka
j = pengaruh konsentrasi campuran silika akan kembali ke bentuk semula (bersifat lentur)
dari pasir kuarsa dan CaCO3 dari kulit (Morton, 1959). Hasil pengujian tegangan putus
kerang taraf ke j. kompon karet dengan menggunakan ekstraksi kayu
ij = pengaruh konsentrasi ekstrak secang secang dapat dilihat pada Gambar 1.
taraf ke i dan campuran bahan pengisi Semakin meningkatnya penambahan
silika dari pasir kuarsa dan CaCO3 dari pewarna dari ekstraksi kayu secang pada pembuatan
kulit kerang taraf ke j. kompon karet dari 3 phr sampai 12 phr cenderung
klij = galat percobaan ulangan ke k, menurunkan nilai tegangan putus dari 31 N/mm2
konsentrasi ekstrak secang taraf ke i menjadi 27 N/mm2. Semakin besar jumlah ekstrak
dan campuran bahan pengisi taraf ke j. secang yang ditambahkan semakin kecil tegangan
putus kompon karet yang dihasilkan. Hal ini
Signifikasi pada analisa keragaman dikarenakan terjadinya interaksi secara fisika
dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan maupun kimia terhadap kompon karet yang
Ftabel pada taraf uji 5%. Apabila hasil analisa dihasilkan. Interaksi secara fisika terjadi adsorbsi
keragaman menunjukkan Fhitung lebih besar dari Ftabel molekul karet melalui permukaan kompon karet,
maka dilanjutkan dengan uji lanjut, berupa uji Beda sedangkan secara kimia adanya ikatan antara karet
Jarak Nyata Duncan (BJND). dengan unsur kimia lainnya yang terdapat pada
kompon karet, yang mengakibatkan penurunan
Pengujian Sifat Fisik Kompon Karet terhadap tegangan putus.
Pengujian karakteristik fisik kompon karet
Tegangan putus (N/mm2)
32
meliputi tegangan putus (ISO 37, 1994),
perpanjangan putus (ISO 37, 1994), ketahanan usang 30
(ISO 188-1996) meliputi pengujian tegangan putus 28
(ISO 37, 1994), perpanjangan putus (ISO 37, 1994)
26
dan analisa warna. perlakuan yang berpengaruh
nyata dilakukan uji Duncan taraf 5%. 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan

Tegangan Putus (N/mm2) Gambar 1. Tegangan putus (Tensile strength),


Tegangan putus merupakan besarnya beban N/mm2 kompon karet dengan
yang diperlukan untuk meregangkan potongan uji menggunakan ekstraksi kayu secang
kompon karet sampai putus, dinyatakan dengan N
untuk setiap mm2 luas penampang potongan uji Hasil pengujian Tegangan putus (Tensile
sebelum diregangkan. Disamping itu pengujian strength) kompon karet dengan menggunakan
tegangan putus dapat menentukan waktu vulkanisasi campuran silika dari pasir kuarsa dan CaCO3 dari
optimum suatu kompon karet dan pengaruh kulit kerang dapat dilihat pada Gambar 2. Semakin
pengusangan pada waktu vulkanisasi kompon karet. besar campuran pasir kuarsa dan kulit kerang yang
Menurut Akiba dan Hasyim, 1997 Vulkanisasi digunakan cenderung nilai tegangan putus kompon
merupakan suatu proses molekul karet yang linier karet akan naik. Perlakuan P1 sampai dengan P5
mengalami reaksi sulfur crosslinking sehingga komposisi campuran pasir kuarsa cenderung lebih
menjadi molekul polimer membentuk rangkaian tiga banyak dibandingkan kulit kerang yang digunakan,
dimensi pada struktur molekul karet sehingga karet sehingga menghasilkan tegangan putus kompon
berubah sifat (plastis menjadi elastis) dan karet semakin besar. Hal ini dikarenakan pasir
thermoplastik menjadi stabil terhadap panas dengan kuarsa mengandung unsur silika, sedangkan CaCO3
perbaikan pada sifat-sifat elastisitasnya. merupakan bahan pengisi bukan penguat dimana
Jika tanpa proses vulkanisasi karet alam hanya menambah volume kompon karet. Semakin
tidak akan memberikan sifat elastis dan tidak stabil besar konsentrasi campuran pasir kuarsa dan
terhadap temperatur. Karet akan lebih lengket dan semakin kecil konsentrasi kulit kerang yang
lembek jika suhu panas dan bersifat getas pada suhu digunakan maka semakin besar nilai tegangan putus
dingin. Hal ini dikarenakan unsur karet yang terdiri kompon karet, dengan kata lain kompon karet akan
dari polimer isoprene yang panjang, rantai polimer semakin kuat dan elastis. Hasil penelitian didapat
yang belum di vulkanisasi akan lebih mudah pasir kuarsa yaitu SiO2 : 97,13%, K : 0,0225%, Ca :
bergeser saat terjadi perubahan bentuk. Jika 0,0487%, Cr : 0,0478%, Fe : 0,1640, Ni : 0,0023%
dilakukan vulkanisasi, crosslinking yang terjadi dan Cu : 0,00062%. Pasir kuarsa memiliki senyawa
antar rantai polimer akan membuat polimer panjang terbesar yaitu SiO2 yang merupakan bahan pengisi
saling terkait sehingga tidak muda bergeser dari penguat (reinforcing) yang dapat memperkuat
tempatnya. Apabila dikenakan tekanan, karet yang vulkanisat (Boonstra, 2005).

230 J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238


Rahmaniar, Amin Rejo, Gatot Priyanto, Basuni Hamzah

dan Fhitung taraf 5% = 65,03) memberikan pengaruh


Tegangan putus (N/mm2)
35
30 nyata terhadap tegangan putus kompon karet.
25 Interaksi konsentrasi ekstrak kayu secang
20 dan campuran pasir kuarsa dan kulit kerang untuk
15 semua perlakuan menghasilkan tegangan putus
10 kompon karet yang memenuhi syarat mutu karet
5 yang sesuai untuk beberapa SNI yaitu Karet bantalan
0 mesin kendaraan bermotor (Min 10 N/mm2), Sol
karet sepatu olahraga (Min 10 N/mm2), Sol karet
Perlakuan
cetak (Min 16 N/mm2), hasil uji terbaik perlakuan 3
4 (ekstrak secang 9 phr dan campuran pasir kuarsa
Gambar 2.Tegangan putus (Tensile strength), N/mm2 dan kulit kerang 75:25 phr) nilai tegangan putus 30
kompon karet dengan menggunakan N/mm2. Semakin banyak partikel yang berinteraksi,
campuran silika dari pasir kuarsa dan semakin kuat pula material, hal inilah yang membuat
CaCO3 dari kulit kerang ikatan antar partikel semakin kuat sehingga sifat
mekanik material bertambah (Hadiyawarman et al.,
Menurut Siswanto et al. (2012), silika 2008).
biasanya dimanfaatkan untuk industri ban, karet, Karet merupakan polimer yang bersifat
gelas, semen, beton, keramik tekstil, kosmetik, dan elastis, sehingga sering disebut sebagai elastomer.
lain lain. Silika digunakan sebagai filler dalam Sifat fisik karet pada saat vulkanisasi setiap
pembuatan produk karet kendaraan untuk perlakuan yang menurunkan laju alir elastomer dapat
meningkatkan kinerja wet traction serta mengurangi meningkatkan tegangan putus, meskipun terjadi
dampak rolling resitance permukaan ban. dengan adanya panas, proses tersebut berjalan secara
Hasil pengujian interaksi ekstraksi kayu lambat, reaksi ini dapat dipercepat dengan
secang dan bahan pengisi untuk parameter tegangan penambahan sejumlah kecil bahan akselerator,
putus pada kompon karet hasil penelitian nilai vulkanisasi tersebut berlangsung melalui mekanisme
tertinggi terdapat pada perlakuan 1 5 (ekstrak radikal (Mark et al., 2005).
secang 3 phr dan campuran pasir kuarsa dan kulit
kerang 90 :10) dan perlakuan 4 3 (ekstrak secang Perpanjangan Putus (% )
12 phr dan campuran pasir kuarsa dan kulit kerang Perpanjangan putus merupakan
50 :50) yaitu 37 N/mm2 dan hasil pengujian kompon penambahan panjang suatu potongan uji bila
karet terendah diperoleh pada perlakuan 2 5 diregangkan sampai putus, dinyatakan dengan %
(ekstrak secang 6 phr dan campuran pasir kuarsa dan dari panjang potongan uji sebelum diregangkan.
kulit kerang 90:10 yaitu sebesar 17 N/mm2. Pengujian perpanjangan putus (elongation at break)
bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tegangan dan
40 regangan dari karet vulkanisat dan thermoplastik dan
Tegangan putus (N/mm2)

35
30 termasuk penentuan yield point melalui kekuatan
25 dan pertambahan panjang vulkanisat karet ketika
20 mengalami penarikan sampai perpanjangan tertentu
15
10 dan sampai putus. Hasil pengujian perpanjangan
5 putus kompon karet dengan menggunakan ekstraksi
0 kayu secang dapat dilihat pada Gambar 4.
Hasil pengujian Perpanjangan putus
(Elongation at break) kompon karet dengan
Perlakuan
menggunakan campuran silika dari pasir kuarsa dan
CaCO3 dari kulit kerang dapat dilihat pada Gambar
Gambar 3. Tegangan putus (Tensile strength), 5.
N/mm2 kompon karet dengan interaksi
ekstraksi kayu secang dan bahan 600
Perpanjangan putus ( %)

pengisi. 450

Analisa keragaman menunjukkan bahwa 300


konsentrasi ekstrak kayu secang dan campuran pasir 150
kuarsa dan kulit kerang serta interaksi keduanya
0
memberikan pengaruh nyata terhadap tegangan
putus kompon karet. Hasil analisa keragaman
menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak secang Perlakuan
(Ftabel = 2,84 dan Fhitung taraf 5% = 42,15) dan
campuran bahan pengisi (Ftabel = 2,61 dan Fhitung taraf Gambar 4. Perpanjangan putus (Elongation at
5% =185,03) serta interaksi keduanya (Ftabel = 2,00 break) % kompon karet dengan
menggunakan ekstraksi kayu secang

J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238 231


Karakterisasi Kompon Karet dengan

konsentrasi ekstraksi kayu secang dan konsentrasi


Perpanjangan putus (%)
600
campuran bahan pengisi yang digunakan.
500
Interaksi konsentrasi ekstrak kayu secang
400 dan campuran pasir kuarsa dan kulit kerang untuk
300 semua perlakuan menghasilkan perpanjangan putus
200 kompon karet yang memenuhi syarat mutu karet
100
yang sesuai untuk beberapa SNI yaitu Karet
Bantalan Mesin Kendaraan Bermotor (Min 250%),
0
sol karet sepatu olahraga (Min 250%), sol karet
cetak (Min 250%). Hasil uji terbaik perlakuan
Perlakuan
3 4 (ekstrak secang 9 phr dan campuran pasir kuarsa
dan kulit kerang 75:25 phr) nilai perpanjangan putus
Gambar 5. Perpanjangan Putus (Elongation at
496 %.
break) %, Kompon Karet dengan
Interaksi ekstraksi secang dan campuran
menggunakan campuran silika dari
pasir kuarsa dan CaCO3 dari kulit
terhadap perpanjangan putus (%) kompon karet
kerang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Modifikasi
kimia yang merubah struktur ruang teratur dari
Nilai perpanjangan putus kompon karet
molekul karet dapat menurunkan kekuatan dari karet
yang semakin besar menunjukkan bahwa kompon
tersebut (Surya, 2002). Selain itu penurunan
karet semakin elastis. Perpanjangan putus hasil
perpanjangan putus dapat disebabkan meningkatnya
pengujian kompon karet dengan nilai terbesar
rapat ikatan silang antar molekul karet.
(ekstraksi secang 3 phr
Perpanjangan putus merupakan salah satu sifat fisika
dan campuran pasir kuarsa dan kulit kerang 10:90
barang jadi karet, untuk mengetahui sifat elastisitas
phr) yaitu 783% dan hasil pengujian kompon karet
dari produk yang akan menunjukkan sampai
(ekstraksi
seberapa produk yang berbentuk ring dapat
secang 3 phr dan campuran pasir kuarsa dan kulit
diregangkan dengan tepat pada tempatnya.
kerang 50:50 phr), yaitu sebesar 260 %. Hasil
Jika kemulurannya terlalu besar maka
pengujian perpanjangan putus kompon karet dapat
produk akan mudah ditarik, sehingga pada
dilihat pada Gambar 6. Analisis keragaman
pemakaiannya tidak dapat dikencangkan dengan
menunjukkan bahwa ekstraksi secang dan campuran
tepat. Perpanjangan putus semakin menurun dengan
pasir silika dan kulit kerang serta interaksi keduanya
meningkatnya konsentrasi pasir kuarsa dan ekstraksi
memberikan pengaruh nyata terhadap perpanjangan
kayu secang, sedangkan kulit kerang yang
putus kompon karet.
ditambahkan menurun. Hal ini dikarenakan bahan
Hasil analisa keragaman menunjukkan
pengisi pasir kuarsa tidak bercampur secara
bahwa konsentrasi ekstrak secang (Ftabel = 2,84 dan
homogen, sehingga mengakibatkan tidak semua
Fhitung taraf 5% = 7874,48) dan campuran bahan
pasir kuarsa dapat berikatan dengan molekul karet,
pengisi (Ftabel = 2,61 dan Fhitung taraf 5% = 18687,19)
dengan demikian menyebabkan vulkanisat mudah
serta interaksi keduanya (Ftabel = 2,00 dan Fhitung taraf
putus apabila ditarik dan mengakibatkan penurunan
5% = 14708,75) memberikan pengaruh yang nyata
elastisitas (Ramadhan, 2012).
terhadap perpanjangan putus kompon karet, hal ini
dikarenakan terdapat interaksi antar perlakuan

900
800
Perpanjangan putus ( %)

700
600
500
400
300
200
100
0

Pelakuan

Gambar 6. Perpanjangan putus (Elongation at break) % kompon karet dengan interaksi ekstraksi kayu secang
dan bahan pengisi

232 J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238


Rahmaniar, Amin Rejo, Gatot Priyanto, Basuni Hamzah

Disamping itu ukuran partikel juga 2 5 (konsentrasi ekstraksi


mempengaruhi penurunan sifat mekanik dari secang 6 phr dan campuran pasir kuarsa dengan kulit
kompon karet sehingga interaksi antarmuka dari kerang 90:10), yaitu 14 N/mm2. Hasil pengujian
bahan pengisi dan matrik tidak baik, hal ini tegangan putus kompon karet setelah pengusangan
dikarenakan ukuran partikel yang lebih kecil maka dapat dilihat pada Gambar 9.
luas permukaan lebih besar dibanding yang lain
sehingga menyebabkan mikrokomposit tersebut 50

Tegangan putus (N/mm2)


lebih tahan terhadap aliran dibandingkan ukuran 40
(Salmah, 2005).
30
Ketahanan Usang (% ) 20
Pengusangan mengakibatkan turunnya
10
sifat fisik barang jadi karet, seperti karet menjadi
keras, lunak dan lengket. Penurunan sifat fisik 0
disebabkan terjadinya degradasi karet karena
oksidasi oleh oksigen dan ozon. Oksidasi dipercepat Perlakuan
dengan adanya panas, sinar ultra violet, lembab dan
logam yang mengkatalisa oksidasi. Uji ketahanan Gambar 8. Tegangan putus (Tensile strength)
usang bertujuan untuk mengetahui kemunduran N/mm2, kompon karet setelah
sifat-sifat fisik kompon karet seperti tegangan putus pengusangan dengan menggunakan
dan perpanjangan putus dalam waktu tertentu. campuran silika dari pasir kuarsa dan
CaCO3 dari kulit kerang
Tegangan Putus (N/mm2)
Nilai kemunduran tegangan putus kompon Analisa keragaman menunjukkan bahwa
karet semakin kecil, menunjukkan bahwa kompon konsentrasi ekstraksi secang dan campuran pasir
karet masih elastis. Hasil uji tegangan putus kuarsa dengan kulit kerang serta interaksi keduanya
kompon karet setelah pengusangan dengan memberikan pengaruh nyata terhadap tegangan
menggunakan ekstraksi kayu secang dapat dilihat putus kompon karet setelah pengusangan.
pada Gambar 7. Hasil analisa keragaman menunjukkan
bahwa konsentrasi ekstrak secang (Ftabel = 2,84 dan
35
Fhitung taraf 5% = 92,42) dan campuran bahan
Tegangan putus (N/mm2)

30
25 pengsisi (Ftabel = 2,61 dan Fhitung taraf 5% = 168,06)
20 serta interaksi keduanya (Ftabel = 2,00 dan Fhitung taraf
15 5% = 83,35) memberikan pengaruh nyata terhadap
10 tegangan putus setelah pengusangan kompon karet.
5 Perlakuan konsentrasi ekstrak secang untuk semua
0 perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain.
Konsentrasi campuran pasir kuarsa dan kulit kerang
Perlakuan untuk semua perlakuan terhadap tegangan putus
(N/mm2) kompon karet berbeda nyata dengan
perlakuan yang lain.
Gambar 7. Tegangan putus (Tensile strength) Interaksi konsentrasi ekstrak secang dan
N/mm2, kompon karet setelah campuran pasir kuarsa dan kulit kerang terhadap
pengusangan dengan menggunakan tegangan putus (N/mm2) kompon karet berbeda
ekstraksi kayu secang nyata untuk semua perlakuan, tegangan putus
kompon karet setelah pengusangan memenuhi
Hasil pengujian tegangan putus (Tensile syarat mutu karet sesuai untuk beberapa SNI yaitu
strength) kompon karet setelah pengusangan dengan Karet Bantalan Mesin Kendaraan Bermotor (Min 8
menggunakan campuran silika dari pasir kuarsa dan N/mm2), sol karet sepatu olahraga dan sol karet
CaCO3 dari kulit kerang dapat dilihat pada Gambar cetak (Tidak dipersyaratkan dalam SNI). Hasil uji
8. Perbandingan konsentrasi silika pasir kuarsa dan terbaik perlakuan 3 4 (ekstrak secang 9 phr dan
CaCO3 yang ditambahkan pada kompon karet campuran pasir kuarsa dan kulit kerang 75:25 phr)
cenderung akan naik kemudian nilai tegangan putus nilai tegangan putus setelah pengusangan 27 N/mm2.
akan turun hal ini dikarenakan terjadinya aglomerasi Analisa perbandingan sebelum (30 N/mm2)
agregat akibat tidak semua bahan pengisi dapat dan setelah pengusangan (27 N/mm2) perubahan
berikatan dengan molekul karet. sifat fisika tegangan putus yaitu 10%, tegangan
Kemunduran tegangan putus hasil kompon putus kompon karet setelah pengusangan memenuhi
3 3
syarat mutu kompon karet sesuai untuk beberapa
(konsentrasi ekstraksi secang 9 phr dan campuran SNI yaitu SNI Kompon lis kaca mobil maks 20%
pasir kuarsa dengan kulit kerang 50:50 ) yaitu 30 dan kompon bantalan dermaga maks 20%.
N/mm2 dan hasil pengujian kompon karet terendah

J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238 233


Karakterisasi Kompon Karet dengan

40

Tegangan putus (N/mm2)


35
30
25
20
15
10
5
0

Perlakuan

Gambar 9. Tegangan putus (Tensile strength) N/mm2 kompon karet setelah pengusangan dengan interaksi
ekstraksi kayu secang dan bahan pengisi

Interaksi ekstraksi secang dan campuran Kulit kerang merupakan komposit mineral
dan biopolimer terdiri dari 95%-99% CaCO3,
terhadap perpanjangan putus (%) kompon karet 0,696% SiO2, 0,649% MgO, 0,419%Al2O3, 0,33
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. SrO, 0,204% P2O5, 0,984% Na2O, 0,724% SO3, 1%-
Pengusangan mengakibatkan turunnya sifat fisik 5% makromolekul organik dan sejumlah kecil
mekanik seperti teggangan putus selama masa oksida (Saryati et al., 2012). Hasil pengujian
penggunaan. Penurunan sifat fisik ini disebabkan perpanjangan putus (Elongation at break) kompon
terjadinya degradasi karet karena oksidasi oleh karet setelah pengusangan dengan menggunakan
oksigen dan ozon dan bersentuhan dengan minyak, campuran silika dari pasir kuarsa dan CaCO3 dari
panas, ditekan dengan gaya tertentu (Chandra dan kulit kerang dapat dilihat pada Gambar 11.
Rustgi, 1997). Nilai perpanjangan putus hasil pengujian
kompon karet setelah pengusangan dengan nilai
Perpanjangan Putus (% ) (konsentrasi
Perpanjangan putus kompon karet yang ekstraksi secang 9 phr dan campuran pasir kuarsa
semakin besar menunjukkan bahwa kompon karet dengan kulit kerang 50:50) yaitu 733% dan hasil
semakin elastis. Hasil uji perpanjangan putus pengujian kompon karet terendah diperoleh pada
kompon karet setelah pengusangan dengan (konsentrasi ekstraksi secang 9 phr
menggunakan ekstraksi kayu secang dapat dilihat dan campuran pasir kuarsa dengan kulit kerang
pada Gambar 10. Penambahan ekstraksi secang 90:10) yaitu 258%. Hasil pengujian perpanjangan
mengakibatkan penurunan sifat mekanik dari putus kompon karet setelah pengusangan dapat
kompon karet, sehingga rendahnya derajat ikatan dilihat pada Gambar 12.
silang yang dihasilkan kompon karet, dapat pula 700
disebabkan bahan pengisi dari kulit kerang
Perpanjangan putus( %)

600
merupakan bahan pengisi bukan penguat yang
berfungsi hanya penambah volume saja pada 500
kompon karet. 400
300
600 200
Perpanjangan putus (%)

500 100
400 0

300
Perlakuan
200
100
0 Gambar 11. Perpanjangan putus (Elongation at
ά1 ά2 ά3 ά4 break) % kompon karet setelah
Perlakuan pengusangan dengan menggunakan
campuran silika pasir kuarsa dan
Gambar 10. Perpanjangan putus (Elongation at CaCO3 kulit kerang
break) % kompon karet setelah
pengusangan dengan menggunakan
ekstraksi kayu secang

234 J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238


Rahmaniar, Amin Rejo, Gatot Priyanto, Basuni Hamzah

mutu kompon karet sesuai untuk beberapa SNI yaitu


800
SNI Kompon lis kaca mobil maks 10% dan kompon
Perpanjangan putus( %)

700
600 bantalan dermaga maks 20%.
500
400 Analisa Warna
300 Hasil pengukuran warna menggunakan
200 Digital Hunter Color menghasilkan data L*, a*, b*.
100 Dimana nilai L (lightness) berhubungan dengan
0 derajat kecerahan, yang berkisar antara nol sampai
ά1β1
ά1β2
ά1β3
ά1β4
ά1β5
ά2β1
ά2β2
ά2β3
ά2β4
ά2β5
ά3β1
ά3β2
ά3β3
ά3β4
ά3β5
ά4β1
ά4β2
ά4β3
ά4β4
ά4β5
seratus. Nilai L yang mendekati 100 menunjukkan
Perlakuan sampel yang dianalisis memiliki kecerahan tinggi
(terang) sedangkan nilai L yang mendekati nol
Gambar 12. Perpanjangan putus (Elongation at menunjukkan sampel memiliki kecerahan rendah
break) % kompon karet setelah (gelap). Warna kromatis merupakan warna-warna
pengusangan dengan interaksi ekstraksi yang terlihat seperti merah, kuning, hijau dan
kayu secang dan bahan pengisi sebagainya. Warna akromatis diperoleh bila sampel
yang dianalisis memiliki nilai warna a yang renah
Analisa keragaman menunjukkan bahwa (<10). Hasil analisa warna ekstraksi secang adalah
konsentrasi ekstraksi secang dan campuran pasir nilai L* (kecerahan) sebesar 22,7, nilai a*(dominan
kuarsa dengan kulit kerang serta interaksi keduanya merah) sebesar 1,63, nilai b*(dominan kuning)
memberikan pengaruh nyata terhadap perpanjangan sebesar 0,73. sedangkan hasil analisa kualitatif
putus kompon karet setelah pengusangan. Hasil uji ekstraksi secang mempunyai kandungan kimia yaitu
analisa keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi alkaloid, steroid/triterpenoid, fenol dan tannin. Hasil
ekstrak secang (Ftabel = 2,84 dan Fhitung taraf 5% =
510,48) dan campuran bahan pengisi (Ftabel = 2,61 Hasil pengukuran perubahan warna dapat dilihat
dan Fhitung taraf 5% = 4742,63) serta interaksi pada Tabel 1.
keduanya (Ftabel = 2,00 dan Fhitung taraf 5% =196,55)
memberikan pengaruh yang nyata terhadap perbedaan warna antara sempel dengan warna
perpanjangan putus setelah pengusangan kompon standar. Berdasarkan nilai CIE L*a*b* perbedaan
karet. warna dapat dihitung dan dinyatakan dalam sebuah
Perlakuan konsentrasi ekstraksi secang
untuk semua perlakuan berbeda nyata. Campuran
pasir kuarsa dengan kulit kerang untuk semua
perlakuan terhadap perpanjangan putus (%) kompon menunjukkan nilai negatif yang berarti warna kuning
karet setelah pengusangan berbeda nyata dengan menurun. Dari Tabel 1 menghasilkan total perbedaan
perlakuan lainnya. Pengusangan akan memutuskan warna terbesar yaitu 33,8 (perlakuan 1P1 dimana
beberapa ikatan polimer yang ada sehingga A1: ekstraksi kayu secang yaitu 3 phr, P1 : campuran
mengakibatkan karet menjadi kaku dan kuat pasir kuarsa dan kulit kerang yaitu 10:90),
sehingga sifat fisik kompon karet tetap tinggi setelah sedangkan menghasilkan total perbedaan warna
pengusangan (Nieuwenhuizen, 1997). yang kecil yaitu 11,64 (perlakuan 4P4 dimana A4:
Interaksi konsentrasi ekstrak secang dan ekstraksi kayu secang yaitu 12 phr, P4 : campuran
campuran pasir kuarsa dan kulit kerang terhadap pasir kuarsa dan kulit kerang yaitu 75:25). Dari hasil
perpanjangan putus (%) kompon karet berbeda nyata penelitian dimana semakin besar jumlah ekstrak
dengan perlakuan lainnya. Semua perlakuan secang yang digunakan dalam pembuatan kompon
menghasilkan perpanjangan putus kompon karet karet mengakibatkan semakin kecil nya perubahan
yang memenuhi syarat mutu karet yang sesuai untuk warna pada kompon tersebut. Perubahan warna
beberapa SNI yaitu karet bantalan mesin kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kondisi pH,
bermotor (Min 200%), sol karet sepatu olahraga dan suhu, pemanasan, sinar ultraviolet, oksidator,
sol karet cetak (Tidak dipersyaratkan dalam SNI). reduktor dan metal, (Maharani, 2003). Sinar
Hasil uji terbaik perlakuan 3P4 (ekstrak secang 9 matahari dapat merubah stabilitas zat warna kayu
phr dan campuran pasir kuarsa dan kulit kerang secang, menyebabkan degradasi pigmen yang
75:25 phr) nilai perpanjangan putus setelah ditunjukkan penurunan serapan (absorbansi) dimana
pengusangan 457%. perubahan pigmen semakin bening kemudian warna
Analisa perbandingan sebelum (496%) dan merah tidak terlihat, absorbansi semakin menurun
setelah pengusangan (457%) perubahan sifat fisika dengan semakin lamanya penyinaran matahari
perpanjangan putus yaitu 8%, perpanjangan putus (Kurniati et al., 2012).
kompon karet setelah pengusangan memenuhi syarat

J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238 235


Karakterisasi Kompon Karet dengan

Tabel 1. Hasil perubahan warna pengolahan kompon karet

Warna
Perlakuan
32,43 9,5 -0,90 33,81
26,83 7,93 -1,17 28,01
22,87 7,67 -2,13 24,21
17,77 6,67 -1,57 19,04
26,50 7,47 -1,4 27,57
26,5 8,87 -2,63 28,07
22,87 8,3 -2,40 24,44
19,93 9,00 -3,63 22.17
19,30 7,27 -4,23 21,05
17,80 8,77 -2,83 20,04
24,47 9,3 -0,80 26,19
19,03 8,7 -1,8 21,00
17,07 8,77 -4,13 19,63
17,7 8,03 -4,27 19,90
7,63 8,33 -4,27 12,08
20,90 9,90 -1,83 23,20
18,53 8,99 -1,53 20,63
18,53 9,37 -4,83 21,32
7,67 7,37 -4,73 11,64
16,73 7,30 -4,43 18,79

tegangan putus 27 N/mm2 dan perpanjangan putus


produk yang dihasilkan semakin berkurang stabilitas 257%. Perlakuan terbaik untuk perubahan total
warna pada kompon karet yang dihasilkan. Stabilitas perbedaan warna yang kecil terdapat pada perlakuan
warna pada kayu secang memiliki kepekaan (ekstraksi kayu secang 12 phr dan campuran
terhadap pemanasan dimana laju degradasi warna silika pasir kuarsa dengan CaCO3 kulit kerang yaitu
dalam bentuk larutan akibat pemanasan akan 75:25 phr) yaitu 11,64.
mengalami perubahan, disamping itu pemanasan
juga mengakibatkan terjadinya penurunan Saran
absorbansi yang tajam (Holinesti, 2009). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
pengaruh ekstrak kayu secang, campuran silika pasir
KESIMPULAN DAN SARAN kuarsa dengan CaCO3 kulit kerang terhadap
perubahan karakteristik kompon karet setelah
Kesimpulan pengusangan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak DAFTAR PUSTAKA
kayu secang, campuran pasir kuarsa dengan kulit
kerang dan interaksi keduanya berpengaruh nyata Adawiyah DR dan Indriati. 2003. Color stability of
terhadap tegangan putus, perpanjangan putus, natural pigment from secang woods
ketahanan usang untuk parameter tegangan putus (Caesalpinia Sappan l). Proceeding of the
dan perpanjangan putus kompon karet yang 8th Asean Food Conference. 8-11 October
dihasilkan. Nilai tegangan putus kompon karet 2003.
berkisar antara 17-37 N/mm2, perpanjangan putus Akiba MZ dan Hasyim AS. 1997. Vulcanization And
berkisar antara 260-783%, ketahanan usang untuk Crosslinking in Elastomer. Malaysia
parameter tegangan putus berkisar antara 14-30 University: Sains Malaysia.
N/mm2 dan perpanjangan putus 258-733% serta Boerhendhy I. 2013. Penggunaan stimulan sejak
total perbedaan warna 11,64-33,81. Perlakuan awal penyadapan untuk meningkatkan
terbaik yang memenuhi persyaratan kompon karet produksi klon IRR 39. J Penelit Karet.
sesuai persyaratan mutu kompon karet adalah 31(2): 24-31.
perlakuan 3 4 (ekstrak secang 9 phr dan campuran Boonstra BB. 2005. Reinforcement by filler. J
silika pasir kuarsa dan CaCO3 kulit kerang 75:25 Rubber Age. 92 (6): 227-235.
phr) dengan karakteristik kompon karet untuk Chandra R dan Rustgi R. 1997. Biodegradation of
parameter tegangan putus 30 N/mm2, perpanjangan maleted linear low-density polyethylene
putus 496%, ketahanan usang untuk parameter

236 J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238


Rahmaniar, Amin Rejo, Gatot Priyanto, Basuni Hamzah

and starch blends. Polym Degradation and sappan toward intestinal bacteria. Food
Stability. 56:185-202. Chem. 100:1254-1258.
Daik R, Bidol S, dan Abdullah I. 2007. Effect of Lioe HN, Adawiyah DR dan Anggraeni R. 2012.
Molecular weight on the droplet size and Isolation and characterization of the major
Rheological Properties of Liquid natural natural dyestuff component of brazilwood
Rubber Emulsion. Malaysian Polym J. (Caesalpinia sappan L.) Int Food Res J.
2(1): 29-38. 19(2) 537-542.
Firdaus LH, Adit RW, dan Widayat. 2013. Maharani K. 2003. Stabilitas pigmen brazilien pada
Pembuatan katalis H-Zeolit dengan kayu secang (Caesalpinia sappan, L).
impregnasi KI/KIO3 dan uji kinerja katalis [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
untuk produksi biodiesel. J Tek Kim Indus. Mark JE, Erman B, dan Eirich FR. 2005. Science
2(2): 148-154. and Technology of Rubber. 3rd Ed. United
Gomez A dan Gomez K. 1995. Prosedur Statistik States of America: Elsevier Academic
untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Press.
UI Press. Jakarta. Maryam S. 2006. Pengaruh serbuk cangkang kerang
Hadi S, Munasir, dan Triwikantoro. 2011. Sintesis sebagai filter terhadap sifat-sifat dari
silika berbasis pasir alam bancar mortar. [Skripsi]. Medan : Universitas
menggunakan metode kopresipitasi. [Tesis]. Sumatera Utara.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Masyrukan M dan Azmi AN. 2013. Perbandingan
Nopember. kualitas Rubber Brushing produk Pasaran
Hadiyawarman. 2008. Fabrikasi material dengan buatan sendiri. Media Mesin. 14(2):
nanokomposit superkuat, ringan dan 1411-4348.
transparan menggunakan metode simple Morton M. 1959. Introduction to Rubber
mixing. J Nanosains Nanoteknol. 1 (1): Technology. New York: Reinhoid
48-54. Publishing Corporation,
Holinisti R. 2009. Studi pemanfaatan pigmen Nieuwenhuizen J dan Reedijk M. 1997. Thiuram and
brazilien kayu secang Caesalpinia Sappan, dithiocarbamate accelerated sulfur
L) sebagai pewarna alami serta stabilitasnya
pada model pangan. J Pendidikan dan perspective, methods, materials and
Keluarga. 1(2): 2085-4285. mechanisms reviewed. Rubber Chem
Hu J,Yan X, Wang W, Wu H, Hua L, Du L. 2008. Technol. 70 (3): 368-429.
Antioxidant activity in vitro of the three Rahman N. 2005. Pengetahuan Dasar Elastomer.
constituents from Caesalpinia sappan, L. Teknologi Barang Jadi Karet padat. Bogor:
Tsinghua Sci Technol. 13: 474-479. Balai Penelitian Teknologi Karet.
Karapanagiotis I, Daniilia AT, dan Chryssoulakis Y. Ramadhan A dan Fathurrohman MI. 2012. Pengaruh
2005. Identification of red natural dyes in asam stearate terhadap karakteristik
post-byzantine icons by HPLC. J Liquid pematangan, sifat mekanik dan swelling
Chromatograp Related Technol. 28:739- vulkanisat karet alam dengan bahan pengisi
749. organoclay. J Sains Materi Indo. 2 (14):
Karapanagiotis I, Lakka A, Valianon L, 108-113.
Chryssoulakis Y. 2008. High-performance Rihayat. 2007. Sintesa dan karakteristik sifat
liquid chromatographie determination of mekanik karet nanokomposit. J Rekayasa
colouring matters in historical garments Kimia dan Lingk. 6(1) : 1 - 6.
from the Holy Mountain of Athos. Rosenberg F. 2008. Characterisation of historical
Microchemica Acta. 160:477-483. organic dyestaffs by liquid
Kumar CSSR dan Nijasure MA. 2007. Vulcanization chromatography-mass spectrometry.
of Rubber. RESONANCE. 6(2): 55 59. Analytical and Bioanalytical Chem. 391:35-
Kurniati N, Prasetya AT, dan Winarni. 2012. 57.
Ekstraksi dan uji stabilitas zat warna Surest AH, Wardani AR, dan Fransiska R. 2012.
brazililein dari kayu secang (Caesalpinia Pemanfaatan limbah kulit kerang untuk
sappan L). Indonesian J Chem Sci. 1 (1): menaikkan pH pada proses pengelolaan air
32-36. rawa menjadi air bersih. J Tek Kim. 3 (18):
Lemmens RHMJ dan Soetjipto NW. 1992. Plant 10-15.
resources of South-East Asia. Dye and Salmah IH dan Bakar A. 2005. The effek of
Tannin-producing Plants. 195 p. Bogor. compatibilizer and coupling agent on the
Indonesia. properties of papper sludge filled
Lim M, Joon JH, Jeong EY, Lee CH, Lee HS. 2007. polypropilene (PP)/Ethylene propilene
Antimicrobial activity of 5-hydroxy-1,4- diene terpolimer (EPDM) composite. J
naphthoquinone isolated from Caesalpinia Polimer Plastic Technol Eng. 44 (5):863-
879.

J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238 237


Karakterisasi Kompon Karet dengan

Saryati, Sulistioso GS, Handayani A, Supardi, Thomas. 2005. Disain Kompon. Balai Penelitian
Untoro P, Sugeng B. 2012. Hidroksiapatit Teknologi Karet Bogor.
berpori dari kulit kerang. J Sains Materi Ye M, Xie W, Lei F, Meng Z, Zhao Y, Su H, Du I.
Indo. 31-35 2006. Brazileinan important immune-
Shen J, Zhang H, Lin H, Su, Xing D, Du I. 2007. supprwssive component from Caesalpinia
Brazileinprotects the brain against focal sappan L. Int Immunopharmacol. 6:426-
cerebral isehemia reperfusion injury 432.
correlating to inflanatory response Yuniari A, Any S, dan Buchori A. 2001.
suppression. Europ J Pharmacol. 558:88- Optimalisasi kondisi proses vulkanisasi
95. terhadap sifat fisis kompon karet yang
Siswanto, Hamzah M, Mahendra A, Fausiah. 2012. menggunakan bahan pengisi jenis silikat.
Perekayasaan nanosilika berbahan baku Prosiding Seminar Nasional Kimia
silika lokal sebagai filler kompon karet Surakarta. 13 Oktober 2001.
rubber air bag peluncur kapal dari galangan.
Prosiding InsINas. Jakarta: 29-30
Nopember 2012.
Surya I. 2002. Pengaruh penambahan pengisi
penguat terhadap sifat uji tarik karet alam
terepoksida. J Tek Simetrika. 1 : 68-74.
Supratiningsih. 2005. Pengaruh RSS/SBR dan filler
CaCO3 terhadap sifat fisis kompon karpet
karet. Majalah Kulit, Karet dan Plastik.
21(1): 3.

238 J Tek Ind Pert. 25 (3): 227-238

Anda mungkin juga menyukai