Anda di halaman 1dari 15

REPRESENTASI LOCAL WISDOM MADURA DALAM FOTOGRAFI

(ANALISIS DESKRIPSI PADA KARYA FOTO SEPTIAN BENNY)

Ahmad Handayani
Studi Ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya,
Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura
Jl.Raya Telang, PO Box 2, Kamal, Bangkalan, 69612
arsmaba.handa@gmail.com
imamsofyan@hotmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to describe how to know local wisdom from
various circles in displaying a photo and giving a message to photo readers or
lovers of photos about how local wisdom madura. This study uses a qualitative
type through a descriptive approach that focuses on exploring the representation
of local wisdom (local wisdom) Madura. The description process is carried out by
taking documentation photos of interaction activities conducted by the
community. The sampling technique used is purposive sampling. In the study, the
samples taken were photos of local wisdom, where the number of photos taken
was 6 photos. The results showed the influence of photo local wisdom for the
reader to be able to convey the message and invite the reader to participate in
seeing the life of a person or group of people recorded in the photo. Local wisdom
photos are able to make readers amazed to see the customs enshrined in the photo.
That way anyone who sees photos of local wisdom will also follow history or
make additional information about the habits or customs of a particular
community group.

Keywords: local wisdom, representation, photography


ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana bisa mengenal
local wisdom dari berbagai kalangan secara baik dalam tampilkan sebuah foto dan
memberikan pesan kepada pembaca foto atau penikmat foto tentang bagaimana
local wisdom madura. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif melalui
pendekatan deskriptif yang berfokus menggali representasi local wisdom (kearifan
lokal) madura. Proses pendeskripsian dilakukan dengan mengambil foto
dokumentasi dari kegiatan interaksi yang dilakukan masyarakat. Tehnik sampling
yang digunakan yaitu purposive sampling. Dalam penelitian, sampel yang diambil
adalah foto local wisdom, dimana jumlah foto yang diambil sebanyak 6 foto. Hasil
penelitian menunjukkan pengaruh foto local wisdom bagi pembaca mampu
menyampaikan pesan dan mengajak pembaca ikut dalam melihat kehidupan
seseorang atau kelompok masyarakat yang terekam dalam foto. Foto local
wisdom mampu membuat pembaca terkagum-kagum melihat adat yang
diabadikan dalam foto tersebut. Dengan begitu siapapun yang melihat foto local
wisdom juga akan mengikuti sejarah atau menjadikan tambahan informasi tentang
kebiasaan atau adat sebuah kelompok masyarakat tertentu.

Kata kunci: local wisdom, representasi, fotografi

PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia sangatlah beragam dan multikultural baik dalam hal
budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
keanekaragaman dalam kebudayaan ras, suku bangsa, agama, pekerjaan, jenis
kelamin, dan warna kulit. Masyarakat yang heterogen akan mengalami hal-hal
yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-hari, seperti, bertutur kata, cara
berbusana, tata cara peribadatan antar agama satu dengan agama yang lain.
Kehidupan masyarakat tidak hanya dalam lingkup perkotaan saja.
Kehidupan masyarakat juga muncul dari kelas menengah dan juga kalangan
bawah. Setiap kehidupan tersebut dari masyarakat mempunyai karakteristik
masing-masing mulai dari gaya hidup, pola konsumsi dan kegiatan sehari-hari
dalam masyarakat. Kehidupan kalangan masyarakat dalam hal ini bisa
ditampilkan dalam sebuah foto yang mampu memberikan interpretasi dari setiap
aktivitas sehari-hari dari seorang individu dalam sebuah masyarakat. Selain itu
menggambarkan ciri khas dari kehidupan kalangan masyarakat tersebut.
Dalam penelitian ini membahas mengenai local wisdom mayarakat madura
dalam sebuah foto dengan tujuan agar dapat dijadikan sarana untuk mengetahui
makna dibalik foto. Dalam hal ini foto yang diambil dari seorang fotografer
bernama Septian Benny. Dengan adanya penelitian ini diharap mampu
memberikan pengetahuan secara luas kepada masyarakat untuk tahu tentang
kehidupan masyarakat dari berbagai kalangan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dapat dijadikan perumusan masalah
yaitu: Bagaimana representasi local wisdom madura dalam foto karya fotografer
Septian Benny?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan penelitian ini adalah: 1) Untuk
mendeskripsikan bagaimana bisa mengenal local wisdom madura secara baik
dalam tampilkan sebuah foto; 2) Memberikan pesan kepada pembaca foto atau
penikmat foto tentang bahagimana local wisdom madura.

KAJIAN PUSTAKA
Representasi

Representasi adalah sebuah proses dimana kata-kata dan gambar dipakai


untuk mewakili berbagai ide, individu, dan grup-grup sosial (Franklin et al.,
2005 : 78). John Hartley (2002 : 202) menjelaskan bahwa representasi adalah
kata-kata, gambar, suara, cerita dan sebagainya yang mewakili ide, emosi dan
fakta tertentu. Menurut Muttaqin (2012) menyatakan Istilah representasi
menunjuk pada bagaimana seseorang, kelompok, atau gagasan tertentu
ditampilkan dalam pembicaraan. Dalam konteks media massa, pembicaraan
adalah berita yang hadir dalam bentuk bahasa. Bahasa mempunyai kemampuan
untuk menghadirkan pemikiran melalui beberapa tahap yang tersentral dalam
proses representasi.

Pada penelitian ini, representasi digunakan untuk menggambarkan secara


deskriptif dari hasil fotografi Septian benny dari kehidupan masyarakan yang
terdiri dari berbagai kalangan. Representasi ini digunakan untuk memberikan
makna dibalik foto tersebut. Selain itu, representasi dalam penelitian ini
menggunakan human interest, dimana pada hasil karya foto tersebut berkaitan
dengan interaksi sebuah kehidupan masyarakat dengan lingkungannya.

Fotografi
Sebagai istilah umum fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan gambaran atau foto suatu objek dengan merekam pantulan cahaya
yang mengenai objek tersebut pada media yang peka terhadap cahaya.

Local Wisdom (Kearifa Lokal)


Kearifan local (local wisdom) merupakan sebuah sistem dalam tatanan
kehidupan sosial, politik, budaya, ekonomi, serta lingkungan yang hidup di
tengahtengah masyarakat local (Thamrin, 2013). Kearifan lokal (local wisdom)
merupakan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan
yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis kualitatif melalui
pendekatan deskriptif yang berfokus menggali representasi local wisdom (kearifan
lokal) madura.

Tehnik Pengambilan Sampel


Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik purposive sampling.
Dalam penelitian, sampel yang diambil adalah foto local wisdom, dimana jumlah
foto yang diambil sebanyak 6 foto.

Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu foto local wisdom (kearifan lokal) masyarakat dari
berbagai kalangan hasil karya fotografer Septian Benny. Masyarakat dari berbagai
kalangan yang diambil di daerah kabupaten Bangkalan. Objek tersebut diambil
fotonya oleh fotografer saat melakukan interaksi sosial seperti : bertatap muka
(face to face), saling bertegur sapa, berjabat tangan, saling memeluk, saling
tersenyum, dan saling bercanda.

Jenis dan Sumber Data


Pada penelitian ini dalam memperoleh data tersebut terbagi menjadi dua
yaitu :
a. Sumber data utama yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung
dari lapangan. Pada penelitian ini data primer yaitu hasil foto karya
fotografer Septian Benny tentang kehidupan masyarakat dari berbagai
kalangan yang ada di kabupaten Bangkalan.
b. Sumber Data pendukung yaitu : data–data yang mendukung penelitian
ini. Data ini digunakan untuk melengkapi data utama yang telah ada.
Data ini berupa sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini
terutama foto-foto kehidupan masyarakat yang menjadi karya
fotografer lain.

Tehnik Analisis Data


Data yang didapatkan dari semua instrumen seperti wawancara, observasi,
dan dikuentasi urai dalam bentuk tulisan setelah itu akan dikoordinasikan menjadi
serangkaian bacaan sehingga bisa menjelaskan semua yang diteliti oleh peneliti.
Teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahap. Dalam analisis data
kualitatif terdapat tiga jalur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1 : Kirab Manten

Karya foto ini menggambarkan salah satu budaya lokal ‘Kirab’ yang masih
dilestarikan di kota Bangkalan. Dalam budaya ini, kemeriahan serta kemewahan
upacara pernikahan ditunjukkan dalam warna dan pakaian serta kereta kencana
yang digunakan selama prosesi pernikahan berlangsung. Dibelakang tampak
kearifan warga lokal yang memiliki ikatan batin terhadap pengantin pria dan
wanita yang digambarkan sebagai rombongan pengarak kereta.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan sang fotografer, Septiyan
mengatakan ketertarikannya untuk mengambil gambar ini adalah karena keunikan
saat proses iring-iringan manten yang biasanya menggunakan mobil atau motor
atau kendaraan bermotor lainnya. Namun pada proses iring-iringan atau kirap
manten saat itu malah menggunakan delman dan rombongannya atau warga yang
mengikuti proses tersebut berjalan kaki dibelakang delman yang mengantarkan
kedua mempelai yang sedang berbahagia itu.
Sehingga dari foto tersebut menampilkan keunikan kehidupan yang saat
ini jarang terjadi karena pada saat ini semua serba dilakukan dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi. Berbeda pada proses kirab manten yang
dilakukan pada foto tersebut. Dari foto tersebut kita dapat mengambil nilai bahwa
kearifan lokal atau adat istiadat yang terus dijaga bahkan untuk kejadian yang
sangat sakral yaitu sebuah pernikahan.

Gambar 2 : Bermain Bersama

Karya foto ini menceritakan keceriaan dan kebersamaan anak – anak di


salah satu desa di bangkalan. Anak – anak biasa menghabiskan waktu libur dihari
minggu dengan bermain bersama ditanah terbuka dibawah pohon bambu yang
menjadi ciri khas setiap desa di Bangkalan. Keceriaan anak – anak ini ditunjukkan
sebagai sindiran terhadap sosial masyarakat kota yang saat ini sudah menjadi
individualis.
Kejadian ini dapat menggambarkan bagaimana kebersamaan dalam
bermain bersama teman-teman dapat memberikan keceriaan dan kesereuan
tersendiri. Dengan bermain bersama kita juga menjadi lebih akrab dan saling
mengenal satu sama lain dengan teman kita. Maka saat kita mendapatkan
kesempatan untuk dapat bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang kita
sayangi, kita harus mampu menggunakannya dengan baik, tidak malah asik dan
bermain sendiri dengan gadget kita. Sehingga dari foto diatas kita dapat
merasakan imajinasi anak-anak yang bermain dalam foto tersebut, dan juga kita
dapat merasakan bagaimana kebiasaan anak-anak Madura dalam bermain sesuai
dengan yang ingin disampaikan oleh sang fotografer.

G
gambar 3 : Karapan Sapi

Karapan sapi kita kenal sebagai budaya khas Madura. Foto ini
memberikan gambaran regenerasi pembalap karapan sapi dimana anak muda
masih memiliki keinginan untuk berpartisipasai dan melestarikan budaya
kaparapan sapi. Disamping itu, karapan sapi menjadi pemersatu semua lapisan
masyarakat Madura.
Adat istiadat yang terus dijaga dan dilestarikan, lagi-lagi membuat
Septiyan menjadi tertarik untuk mengabadikannya. Satu tim yang sedang
mempersiapkan perlombaan yang akan mereka ikuti menjadi emosi tersendiri
dimana seluruh teriakan dan perhatian tertuju pada mereka yang bersiap akan
berlomba. Dalam foto diatas, memberikan daya tarik untuk dijadikan sorotan oleh
Septiyan karena pada foto ini menampilkan kekompakan antar tim karapan sapi
untuk mendapatkan posisi yang pas ketika akan memulai perlombaan. Jerih payah
antar tim dan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan posisi yang pas untuk
memulai pertandingannya. Hal ini dapat dijadikan nilai sendiri dalam kehidupan
sehari-hari yaitu kerjasama tim yang baik akan membuah hasil yang memuaskan.
Sebagai informasi karapan sapi adalah istilah dalam Madura untuk
menyebutkan nama suatu perlombaan adu cepat karapan sapi. Asal-usul dari
Karapan sapi ada dua versi, yang pertama adalh berasal dari kata kerap atau kirap
yang berarti memulai dan dilepas bersama-sama sedangkan versi kedua berasal
dari bahasa Arab yaitu kirabah yang berarti persahabatan.

Gambar 4 : Gotong Royong

Sudah menjadi kebiasan dalam kehidupan masyarakat desa untuk


mengerjakan dengan bergotong-royong. Gambar tersebut melihatkan kebiasaan
masyarakat kita yang mengerjakan secara gotong-royong. Dalam mengerjakan
pekerjaan secara bergotong-royong tidak hanya mempercepat perkerjaan namun
juga membuat kita menjadi lebih dekat dengan sesama. Begitu juga dalam gambar
tersebut, bergotong-royong membersihkan dan membangun jembatan mereka
yang akan berfungsi dan dapat digunakan oleh banyak orang lain.
Dalam foto tersebut, kerjasama, gotong-royong dan saling membantu,
membuat Septiyan menjadi tertarik untuk memotretnya. Foto tersebut
menampilkan kerjasama antar warga untuk membuat sungai di kampung mereka
menjadi bersih dan terhindar dari banjir lagi. Dengan nilai kerjasama, toleransi
dan saling membantu dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian kita untuk
mendapatkan hasil terbaik bagi semua pihak. Dengan bergotong-royong seperti
pada foto tersebut akan memberikan hasil berkepanjangan yaitu sungai dapat
terhindar dari bencana banjir untuk beberapa waktu kedepannya.

Gambar 5 : Jual Rujak

Kebudayaan Madura termasuk juga makanan khas Madura merupakan satu


kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Rujak merupakan salah satu makanan khas
masyarakat Madura. Saat ini masih banya dijumpai pedagang yang menjajahkan
rujaknya dengan cara yang sederhana. Setiap orang yang berkunjung ke tanah
Madura, pasti akan mencari sebuah kuliner khas tanah ini.
Makanan khas Madura yang dijual dengan cara menjajahkan secara
sederhana, masih mudah ditemui di tanah Madura. Salah satu makanan khas yang
masih dicari baik oleh masyarakatnya sendiri maupun oleh orang yang datang
berkunjung ke Madura adalah rujak khas Madura. Rasa rujak Madura yang khas
membuat makanan ini masih tetap ada dan masih banyak dijumpai penjual rujak.
Dalam foto tersebut melihatkan kesederhanaan seorang ibu yang menjajahkan
rujaknya namun dengan pelanggan yang juga merupakan masyarakat sekitar. Ini
menandakan bahwa makanan khas ini masih disukai banyak orang.

Gambar 6 : Proses Clurit

Clurit merupakan senjata tradisional bagi masyarakat Madura. Dibalik


ketajamannya terdapat usaha pengrajinnya untuk menghasilkan sebuah benda
yang dibangga-banggakan oleh masyarakatnya. Selain itu, benda ini juga
memiliki banyak kegunaan dan banyak membantu masyarakat dalam hal positif.
Dalam pembuatan clurit, besi harus dipanaskan dan ditempa sedemikian rupa
hingga membentuk bulan sabit dengan ketajamannya yang luar biasa.
Proses pembuatan clurit yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan bagi
pengrajinnya, membuat Septiyan ingin mengabadikannya dalam sebuah bingkai
foto. Dalam foto tersebut terdapat seorang pengrajin yang sedang menempa besi
untuk dijadikan sebuah clurit. Dalam proses penempaannya, sang pengrajin harus
rela berpanas-panasan dengan bara api yang membuat besi bertahan panas agar
mudah dibentuk. Walaupun terlihat dalam foto, bahwa sang pembuat atau
pengrajin tersebut rentan terkena bahaya dalam proses pembuatan clurit, namun ia
tetap bertahan agar benda ini menjadi legenda yang tetap ada bagi semua orang
yang membutuhkannya.

Realitas Foto Local Wisdom


Local wisdom atau kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya
sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan
mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lai menjadi watak dan
kemampuan sendiri Wibowo (2015:). Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya
menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi
pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah
kebudayaan dan mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik.

Representasi Foto Local Wisdom


Melalui sebuah foto nilai-nilai kearifan lokal suatu daerah, keberadaannya
juga bisa digunakan sebagai benteng dalam melestarikan budaya. Pada posisi ini,
foto juga mampu menjadi harapan karena mempunyai peluang untuk membawa
nilai-nilai luhur budaya lokal yaitu dengan mengangkat budaya dan kearifan lokal
(local wisdom) yang berkembang di masyarakat.

Representasi Kehidupan Masyarakat


Local wisdom (kearifan lokal) merupakan pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan
sebagai kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat local genious Fajarini (2014). Berbagai
strategi dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga kebudayaannya.
Pengaruh foto local wisdom bagi pembaca mampu menyampaikan pesan
dan mengajak pembaca ikut dalam melihat kehidupan seseorang atau kelompok
masyarakat yang terekam dalam foto. Terjebak dalam suasana yang terbangun,
baik murung maupun suka terkait kebiasaan atau adat istiadat suatu etni, suku,
atau kelompok masyarakat lainnya. Foto ini berupaya membuat pembaca
terkagum-kagum melihat adat yang diabadikan dalam foto tersebut. Dengan
begitu siapapun yang melihat foto local wisdom juga akan mengikuti sejarah atau
menjadikan tambahan informasi tentang kebiasaan atau adat sebuah kelompok
masyarakat tertentu.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
Dari contoh analisis foto seperti kirab menggambarkan kemeriahan serta
kemewahan upacara pernikahan ditunjukkan dalam warna dan pakaian serta
kereta kencana yang digunakan selama prosesi pernikahan berlangsung. penulis
menggunakan sudut pandang Eye level viewing (mata normal) dengan ruang
pandang Full shot (setengah badan) dan format vertikal.
Representasi foto local wisdom dikemukakan dalam beberapa faktor
sebagai upaya pewarisan budaya yaitu untuk memperkuat kesepakatan nilai sosial
dalam masyarakat lokal, sebagai ulasan kehidupan masyarakat lokal dan kearifan
masyarakat lokal, sebagai pembangkit identitas kultural, serta adanya proses
pengambilan makna budaya.
Pengaruh foto local wisdom bagi pembaca mampu menyampaikan pesan
dan mengajak pembaca ikut dalam melihat kehidupan seseorang atau kelompok
masyarakat yang terekam dalam foto.
Foto local wisdom mampu membuat pembaca terkagum-kagum melihat
adat yang diabadikan dalam foto tersebut. Dengan begitu siapapun yang melihat
foto local wisdom juga akan mengikuti sejarah atau menjadikan tambahan
informasi tentang kebiasaan atau adat sebuah kelompok masyarakat tertentu.

Saran
Berikut merupakan saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu :
 Dalam penelitian selanjutnya dapat merepresentasikan local wisdom
masyarakat dalam bentuk video.

DAFTAR PUSTAKA

Hartley, John. (2002). Communication, Cultural, and Media Studies: The Key
Concepts. London: Routledge.
Franklin, B., Hammer, M., Mark, K., & Marie, R. J. (2005). Key Concept of
Journalism Studies. London: Sage Publication.
Hall, S. (2003). "The Work of Representation." Representation: Cultural
Representation and Signifying Practices. London: Sage Publication
Abdurrochman, A, B. 2016. ‘Representasi Kebudayaan Jawa Dalam Foto
Traditional Wedding Karya Hendy Wicaksono Photography (Analisis
Semiotika Roland Barthes Dalam Foto Pernikahan Adat Jawa’. Skripsi.
Departemen Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia, Depok.
Safitri, D, F. 2012. ‘REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN
TELEVISI (Analisis Semiotika Representasi Citra Perempuan Dalam
Iklan WRP “Diet To Go” di Televisi Swasta)’. Skripsi. Departemen Ilmu
Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sungkar, I.I., Fitriawan, R.A. and Putra, A., 2016. Presentasi Hooliganisme Dalam
Film (Analisis Semiotika John Fiske Dalam Film
Awaydays). eProceedings of Management, 3(3).
Muttaqin, A., 2012. Agama Dalam Representasi Ideologi Media
Massa. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 6(2).
Kistanto, N.H., 2008. Sistem Sosial-Budaya di Indonesia. Sabda: Jurnal Kajian
Kebudayaan, 3(2).
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Way, W. 2002. Human interest photography. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Enterprise, Jubilee dan Ardiyanto Nugroho. 2012. Kuasai Fotografi Digital dan
DSLR dari Nol. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Paulus, Edison dan Laely Indah Lestari. 2011. Buku Saku Fotografi. Jakarta:
PT.Elex Media Komputindo.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI 1990
Leonardus, Agus , 1994, KritikFoto Human interest, FotoMedia, Tahun II, No. 7.
Soelarko, objek dan Tema, FotoIndonesia: 1975.
Soelarko, objek dan Tema, FotoIndonesia: 1988.
Santoso, Budhi. 2010. Bekerja Sebagai Fotografer. Jakarta: Erlangga Grup.
Sukarya, G. Deniek. 2009. Kiat Sukses Deniek G. Sukarya. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Susanto, Mikke. 2012. Diksi Rupa: Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa.
Yogyakarta: Dicti Art Lab dan Djagad Art Space.
Abdi, Yuyung. 2012. Photography From My Eyes. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999
Langford, Michael. 1982. The Complete Encyclopaedia of Photography: The
Most Comprehensive Reference Work on Styles, Techniques, Equipment,
Processes and practical applications of the Photographer’s Art. London:
Dorling Kindersley Limited.
www.bitebrands.com/. 2010
www.wwf.or.id/. 2016
Supriyono, Rahmat. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai