solusi yang terbaik untuk di jadikan rekomendasi Resiko Sektor Bisnis Perhotelan Hotel merupakan industri jasa yang utama bergerak dibidang akomodasi dan penjualan makanan dan minuman. Hotel menjalankan usahanya selama 24 jam sehari atau 365 hari setahun secara terus menerus. Selain pengelolaan kamar, hotel memiliki beberapa outlet atara lain : ruang rapat dan pamer, ruang publik, restauran, bar, laundry dan fasilitas olahraga dan beberapa usaha lainnya. Penjualan sebagian besar dilakukan secara kredit. Usaha hotel sangat berfluktuatif dan tergantung pada lokasi hotel didirikan. Hotel dikawasan bisnis tingkat hunian (room occupancy) yang tinggi pada hari Senin sampai Jumat sedangkan pada hari libur tingkat hunian menurun. Sebaliknya, pada hotel di kawasan wisata pada hari libur tingkat hunian sangat tinggi, namun pada hari kerja tingkat hunian sangat rendah. Harga penjualan kamar hotel sangat fluktuatif, manajemen umumnya menerapkan sistem harga diskon untuk mengantisipasi rendahnya penjualan, meskipun penurunan diskon tersebut tak cukup untuk meningkatkan penjualan secara efektif. Harga atau biaya input produksi dari hotel, seperti bahan makanan sangat fluktuatif dari waktu ke waktu akan tetapi manajemen tidak secara mudah untuk menaikkan harga menu jika terjadi kenaikan bahan makanan. Hotel merupakan industri padat karya, artinya lebih banyak menggunakan sumber daya manusia dibandingkan dengan mesin dalam proses produksinya. Pada umumnya fasilitas yang dibangun untuk sebuah hotel sangat lengkap dan berkualitas baik, sehingga membutuhkan pembiayaan investasi yang sangat besar. Sedangkan biaya investasi pada umumnya dibiayai dengan hutang jangka panjang. Hotel dengan asset yang besar, pendanaan hutang dan padat karya, sudah tentu biaya tetap yang terjadi besar pula. Melihat dari karakter usaha hotel yang demikian, maka dapat dikatakan bahwa hotel merupakan usaha yang mempunyai risiko usaha yang cukup tinggi. Pengelolaan keuangan yang baik, menjadi sangat penting untuk menekan risiko usaha. Risiko keuangan dapat pula terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban biaya bunga pinjaman. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya deviden (pembagian keuntungan) bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan menyebabkan fluktuasi laba bersih (net income) lebih besar. Jika manajemen dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban biaya bunga pinjaman, maka penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik,