Anda di halaman 1dari 13

RUMAH SAKIT

PKU MUHAMMADIYAH BLORA


Jl. Raya Blora – Cepu Km. 3 Jepon Blora Telp/fax. 0296 –
532257/525634
e-mail :rsmuhblora@yahoo.co.id/rsmuhblora@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BLORA
NOMOR :
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BLORA

DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BLORA, dengan senantiasa memohon


bimbingan, lindungan, dan ridhlo Allah SWT :
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya mendukung terlaksananya pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat secara efektif dan efisien di
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Blora maka diperlukan
adanya Pedoman Pelayanan Kefarmasian;
b. bahwa agar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Pedoman Pelayanan Kefarmasian sebagai landasan dalam
melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah Blora
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur tentang Pedoman
Pelayanan Kefarmasian.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang


Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian;

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN


KEFARMASIAN.

Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:
1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
2) Pedoman Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai acuan bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
3) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
5) Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6) Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
7) Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
8) Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali
pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundangundangan.
9) Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
10) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
11) Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Pasal 2
Pengaturan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian;

c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka

keselamatan pasien (patient safety)

Pasal 3
1) Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi:
a. Pemilihan;
b. Perencanaan kebutuhan;
c. Pengadaan ;
d. Penerimaan;
e. Penyimpanan;
f. Pendistribusian;
g. Pemusnahan dan penarikan;
h. Pengendalian; dan
i. Administrasi.
3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. Konseling;
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
h. Dispensing sediaan steril.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan
ayat 3 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Rumah Sakit ini.

Pasal 4
1) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh ketersediaan
sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien,
dan standar prosedur operasional.
2) Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a. sumber daya manusia; dan
b. sarana dan peralatan.
3) Pengorganisasian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus menggambarkan uraian tugas,
fungsi, dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar Pelayanan
Kefarmasian yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.
4) Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh pimpinan
Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber daya kefarmasian dan pengorganisasian
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Rumah Sakit ini.

Pasal 5
1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan
Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi:
a. monitoring; dan
b. evaluasi.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Direktur Rumah Sakit ini.

Pasal 6
1) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau.
2) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
1 dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu.
3) Instalasi Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh seorang Apoteker
sebagai penanggung jawab.
4) Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dapat dibentuk satelit
farmasi sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.

Pasal 7
1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang menyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
wajib mengikuti Pedoman Pelayanan Kefarmasian sebagaimana diatur dalam Peraturan
Direktur Rumah Sakit ini.
2) Pemangku kepentingan terkait di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
mendukung penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Pasal 8
Rumah Sakit, melalui instalasi farmasi wajib mengirimkan laporan Pelayanan Kefarmasian
secara berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
1) Dokumen Pedoman Pelayanan Kefarmasian tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur
ini, dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan kefarmasian dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
2) Peraturan Direktur Rumah Sakit ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Blora
Pada tanggal : 1439 H Desember 2018 M
Direktur RS PKU Muhammadiyah Blora

dr. Arief Tajally Adhiatma, MH.Kes


NIK. 030
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM PKU MUHAMMADIYAH BLORA
NOMOR :
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
KEFARMASIAN

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT UMUM PKU


MUHAMMADIYAH BLORA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan
bagi sernua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang
merupakan salah satu dan sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan
dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien. Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan Farmasi Klinik. Harapan pasien dan masyarakat akan mutu Pelayanan
Kefarmasian mengharuskan adanya perubahan pelayanan dan paradigma Iama drug
oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filososofi Pharmaceutical Care
(Pelayanan Kefarmasian). Praktek Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Saat ini kenyataannya sebagian besar
rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan Pelayanan Kefarmasian seperti yang
diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi,
terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit,
kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang
Pelayanan Kefarmasian rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan kefarmasian
rurnah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu
sebatas penyediaan dan pendistribusian perbekalan farmasi. Demikian juga dengan
kegiatan Pelayanan Kefarmasian di RSU PKU Muhammadiyah Blora khususnya dalam
pelayanan Farmasi Klinik belum dapat berjalan secara optimal, dan salah satu
penyebabnya karena kurangnya sarana dan prasarana pendukung terrnasuk keterbatasan
jumlah Apoteker khususnya Apoteker Farmasi Klinik. Sehubungan dengan berbagai
kendala sebagaimana tersebut diatas, maka perlu dibuat Pedoman Pelayanan Kefarmasian
di RSU PKU Muhammadiyah Blora yang dapat digunakan untuk mendukung penyiapan
sarana dan prasarana dalam rangka terlaksananya Pelayanan Kefarmasian di RSU PKU
Muhammadiyah Blora secara optimal.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di RSU Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah.
2. Untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian di RSU Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah.
3. Menjamin kepastian hukum dan kesesuaian standar pelayanan bagi tenaga kefarmasian.
4. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Pemilihan perbekalan farmasi;
2. Perencanaan perbekalan farmasi;
3. Pengadaan perbekalan farmasi;
4. Penerimaan perbekalan farmasi;
5. Produksi perbekalan farmasi;
6. Penyimpanan perbekalan farmasi;
7. Distribusi perbekalan farmasi;
8. Penyediaan informasi dan edukasi;
9. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien;
10. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan;
11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan;
12. Melaporkan setiap kegiatan.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Komite Farmasi dan Terapi untuk
menetapkan kualitas dan efektivitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.
2. Perencanaan merupakan kegiatan yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam pemilihan
jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran
untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi dengan menggunakan metode
kombinasi konsumsi dan epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
3. Pengadaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.
4. Penerimaan merupakan kegiatan memeriksa dan menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan dilakukan oleh petugas pengelola perbekalan farmasi.
5. Penyimpanan merupakan kegiatan menerima, menyimpan dan melakukan pencatatan
perbekalan farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan pada 3 tempat yang
sesuai dengan kestabilan perbekalan farmasi tersebut dan pengeluarannya berdasarkan
sistem FlFO dan FEFO.
6. Distribusi merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit lain
sesuai dengan surat pesanan/permohonan dari unit tersebut, mencakup distribusi ke
ruang rawat inap berdasarkan resep.

BAB II
SUMBER DAYA MANUSIA

A. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA


Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang
sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan
Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Blora. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, maka
RSU PKU Muhammadiyah Blora yang merupakan Rumah Sakit Tipe D, maka Tenaga
Kefarmasian yang dimiliki paling sedikit terdiri atas:
1. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
2. 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
3. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

B. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
a. Apoteker; dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.
2. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
a. Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian;
b. Tenaga Administrasi; dan
c. Pekarya Pembantu pelaksana.
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam penentuan
kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah
Blora dengan mempertimbangkan kompetensi SDM tersebut, yang disesuaikan dengan jenis
pelayanan, tugas, fungsi, wewenang, dan tanggungjawabnya.
C. PERSYARATAN SDM
1. Tenaga Kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian yang terdiri dari
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah memiliki izin praktek.
2. Kepala Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Blora harus
dikepalai oleh seorang Apoteker yang bertindak selaku Apoteker penanggung jawab
terhadap seluruh Pelayanan Kefarmasian di RSU PKU Muhammadiyah Blora.
3. Persyaratan Kepala Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Blora adalah:
a. Apoteker lulusan Universitas dengan akreditasi minimal B;
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang rnasih berlaku
c. Memiliki Surat Kompetensi yang masih berlaku;
d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) yang masih berlaku;
e. Berkepribadian dan berakhlak baik;
f. Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan berkomunikasi dengan
orang lain; dan h. Sehat jasmani, rohani dan sosial.
4. Apoteker Fungsional harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Apoteker lulusan Universitas dengan akreditasi minimal B;
b. Memiliki Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Apoteker dan Surat Izin Praktek
Apoteker Rumah Sakit;
c. Memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker;
d. Berkepribadian dan berakhlak baik;
e. Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan berkomunikasi dengan
orang lain; dan
f. Sehat jasmani, rohani dan sosial.
5. Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal D3 Farmasi;
b. Memiliki Surat Tanda Resgistrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK);
c. Berkepribadian dan berakhlak baik; dan
d. Sehat jasmani, rohani dan sosial.
6. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan Kefarmasian harus di bawah
supervisi Apoteker.
D. BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN SDM
1. Beban kerja
Dalam perhitungan beban kerja, perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh
pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
a. Kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate (BOR);
b. Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (pengelolaan perbekalan farmasi,
pelayanan farmasi klinik, dan administrasi);
c. Jumlah resep atau formulir permintaan obat per hari; dan
d. Jumlah item Perbekalan Farmasi yang tersedia di RSU PKU Muhammadiyah Blora.
2. Kebutuhan SDM
a. Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan
Kefarmasian di Rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan
pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep rekonsiliasi obat,
pemantauan terapi obat, pemberian informasi obat, konseling, edukasi dan visite,
idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 30 pasien
rawat inap;
b. Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanañ
Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan
pelayanan farmasi klinik beserta pendukungnya dengan aktivitas pengkajian Resep,
entry obat ke dalam billing system, dan pencetakan nota penjualanan dan etiket,
penyiapan obat, penempelan etiket, pemeriksaan akhir hasil penyiapan obat, dan
penyerahan obat, serta konseling, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan
rasio l Apoteker untuk 50 pasien rawat jalan;
c. Kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk pelayanan farmasi yang lain
seperti di ruang pengelolaan perbekalan farmasi, distribusi, dan unit intra vena
admixture steril/aseptic dispensing, ruang pelayanan informasi obat dan lain-lain
tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan oleh
Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Blora;

E. PENGEMBANGAN SDM DAN PROGRAM PENDIDIKAN


Setiap SDM di RSU PKU Muhammadiyah Blora diberi kesempatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Peran Kepala Instalasi Farmasi dalam
pengembangan SDM dan program pendidikan meliputi:
1. Menyusun program orientasi SDM baru, pendidikan dan pelatihan berdasarkan
kebutuhan pengembangan kompetensi SDM;
2. Menentukan dan mengirim SDM sesuai dengan spesifikasi pekerjaan (tugas dan
tanggung jawabnya) untuk meningkatkan kompetensi yang diperlukan;
3. Menentukan SDM sebagai narasumber/pelatih/fasilitator sesuai dengan
kompetensinya.
Setiap SDM yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan harus memberikan
sosialisasi ke semua stake holder terkait di Instalasi Farmasi PKU Muhammadiyah Blora.

F. PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN


1. Rekruitmen dan Orientasi Karyawan Proses rekruitmen dan orientasi karyawan baru
dilakukan oleh bagian SDI Rumah Sakit sesuai prosedur yang telah ditetapkan, dengan
melibatkan Manager penunjang medis dan Kepala Instalasi Farmasi.
2. Program Pengembangan Karyawan Pendidikan, pelatihan dan pengembangan SDM
dilaksanakan untuk membantu karyawan dalam mengantisipasi perubahan yang
diperlukan dalam pekerjaannya. Kepala Instalasi Farmasi harus merencanakan dan
melaksanakan program pengembangan staf untuk membantu karyawan agar berhasil
dalam menjalankan pekerjaannya. Setiap karyawan wajib mengikuti pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan bila yang diselenggarakan internal Rumah Sakit maupun
external sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan Kerangka Acuan
Pengembangan Staf yang disetujui Pimpinan Rumah Sakit, bekerjasama dengan bagian
Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit.
3. Mutasi Karyawan Farmasi Mutasi SDM internal Instalasi Farmasi dilakukan berkala
dengan mempertimbangkan: a. Efektifitas pelayanan b. Pengayaan pengalaman kerja
karyawan
4. Pengukuran Kinerja Karyawan Kinerja karyawan diukur dengan standar yang telah
ditetapkan oleh Rumah Sakit. Pemberian reward dan disreward mengikuti kebijakan
Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi wajib memberikan masukan baik diminta
maupun tidak dalam menetapkan standar kinerja karyawan Instalasi Farmasi.
5. Evaluasi Sistem Manajemen SDM Evaluasi terhadap manajemen SDM dilakukan
setiap tahun untuk menilai efektivitas kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai