Tugas Hadis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGERTIAN,ETIKA SISWA TERHADAP GURU

Tugas Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Hadist

Dosen Pengampu:

SYUHADA ZUBIR

Di susun oleh:

AL AHMADI

MUHAYATUL ISTIQOMAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


NAHDHATUL ULAMA PACITAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami
bisa menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan salam marilah kita limpah curahkan
kepada Guru besar kita Yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita
terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang , hadist tentang etika sorang siswa
terhadap guru makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist Pendidikan.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan baik bagi
dunia pendidikan ataupun para akademisi yang ingin meningkatkan atas pengetahuanya. apabila
ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena kealpaan,
kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, proses pembelajaran berkaitan erat dengan empat unsur, yaitu: pendidik
(guru), anak didik (murid), materi pelajaran, dan sisitem pengajaran. Dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan, pendidik dan anak didik merupakan dua unsur yang saling memilki
ketergantungan. Posisi murid dalam bingkai pendidikan merupakan subyek dan sekaligus obyek.
Melihat kompleksitas posisi murid hendaknya dibekali dengan kemampuan dasar yang cukup.
Untuk mencapai harapan tersebut, maka lembaga pendidikan (baik formal maupun non-
formal) perlu mengutamakan manajemen dan penataan yang baik, serta pengelolaannnya tidak
boleh bertentangan dengan aturan-aturan al-Qur’an dan al-Hadits. Aturan-aturan dalam al-
Qur’an dan al-Hadits tersebut, disamping sebagai sumber hukum, juga menjadi sumber ilmu bagi
umat islam, bahkan umat-umat lainnya. Karena ilmu itu hakikatnya dari Allah SWT, maka harus
ada etika dalam pengaturannya.
Berkaitan dengan uraian di atas, makalah ini akan mengkaji tugas dan etika murid dalam
perspektif hadits. Agar pembahasannya tidak terlalu melebar, maka dibatasi dengan: pengertian
murid, karakteristik murid dalam perspektif hafits, tugas dan tanggung jawab murid dalam
perspektif hadits, hak-hak murid, dan etika murid

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah nya adalah :
1. Bagaimana pengertian murid ?
2. Bagaimana Karakteristik murid persfektif hadist?
3. Bagaimana tugas dan tanjung jawab murid?
4. Bagaimana hak-hak murid ?
5. Bagaimana etika murid?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Murid
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar, dan peserta didik merupakan
sinonim. Semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah), anak yang sedang
memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan.
Dalam bahasa Arab, term peserta didik (pelajar) diungkapkan dengan kata-katatilmidz (
jamaknya talamidz, talamidzah) dan thalib (jamaknya thullab), yang berarti mencari sesuatu
dengan sungguh-sungguh. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan pelajar secara
umum. Selain tilmdz dan murid, seseorang yang sedang menempuh pendidikan diistilahkan juga
dengan thalabab, al-‘ilm, muta’llim, thifl, danmurabba.
Berdasarkan pada pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua
orang yang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan
non formal.

B. Karakteristik Murid dalam Perspektif Hadits


Secara fitrah, anak memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal ini dapat
dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimilki oleh setiap orang yang baru lahir, Allah
swt berfirman:

ِ‫ار َواأل َ ْفئ َدةَِلَعَلَّ ُك ْم‬


َ ‫ص‬َ ‫ِواألَِ ْب‬ َ ‫ٔب ٔطونِِِأٔ َّم َهاِت ُك ْمِالَِت َ ْعلَ َم ُُ ْو َنِشَيئ‬
َّ ‫ًاِوِ َجعَ َلِلَ ُك ُمِال‬
َ ‫س ْم َع‬
ْ َ ‫َوهللا أ َ ْخ َر َجكُم ُِْ من ُِْ ت‬
َِ ‫شك ُُِر ْو‬
ِ‫ن‬

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur.”.(QS AN-NAHL:78)
Dalam perspektif hadits, peserta didik mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.
2. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang dengan persiapan dan
kekuatan mental, ekonomi, fisik, dan psikis.
‫عن أبي هريرة قا ل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ألمٶمن القوي خيروأحب الى هللا من المٶمن الضيف‬
Artinya :
“ Dari Abu Hurairah r,a, ia berkata: Rasulullah saw, telah bersabda: Orang mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah.”
3. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah, comparative study) dan melakukan riset dalam
rangka menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya pada satu majlis al-‘ilm, tetapi dapat
dilakukan di tempat dan majelis-majelis lain.
4. Memiliki tanggung jawab
Artinya :
“ Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw, telah bersabda: Barang siapa yang
ditanyai suatu imu pengetahuan, tetapi ia menyembunyikannya, maka Allah akan menyedikan
baginya kekangan dari api neraka di hari kiamat”.
5. Ilmu yang dimilikinya dapat dimanfaatkan

C. Tugas dan Tanggung Jawab Murid


Tugas dan tanggung jawab dalam perspektif hadits, sebagai berikut:
1. Dalam menuntut ilmu mengutamakan ilmu yang paling besar kemaslahatannya untuk dirinya
dan umat, di dunia dan di akhirat.
2. Senantiasa mengulangi pelajaran-pelajaran karena ia beranggapan bahwa dengan pengulangan
tersebut berarti ia telah melihat betapa luas dan dalamnya ilmu yang dapat dikaji melalui ayat-
ayat Allah, dan karena ia selalu bertasbih.
3. Mengadakan riset sebagai tindak lanjut dari proses belajar.
4. Mengajarkan kembali ilmu yang telah diperolehnya kepada orang lain.
5. Ilmu itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
6. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan
dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7. Mematuhi semua peraturan yang berlaku.
8. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan keamanan di lingkungan
satuan pendidikan.
9. Belajar dengan sungguh-sungguh

D. Etika Murid
1. Etika Murid Terhadap Gurunya
1. Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena
Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik

‫يرنَا‬
َ ‫ص ِغ‬ َ ِ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم ي َُوقِِّ ْر َكب‬
َ ‫يرنَا َو يَ ْر َح ْم‬ َ ‫لَي‬
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan
tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

2. Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. Di antara akhlaq
kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana
sabda Rosululloh saw

‫َّللاَ َج ِمي ٌل ي ُِحبُّ ْال َج َما َل‬


َّ ‫إِ َّن‬ 

“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-
Hakim )

3. Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali setelah mendapat izin dari guru.
Hadist tentang Etika Menjawab Pertanyaan ketika sedang berbicara

‫ِّث ْالقَ ْو َم‬


ُ ‫ي فِي َم ْج ِل ٍس يُ َح ِد‬ ُّ ‫ َب ْينَ َما النَّ ِب‬: ‫ع ْنهُ ـ أَنَّهُ قَا َل‬َ ‫ي اللَّـهُ ت َ َعالَى‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ ـ َر‬َ
‫سو ُل اللَّـ ِه‬ ُ ‫ضى َر‬ َ ‫عةُ ؟ َف َم‬
َ ‫سا‬ َّ ‫ َمتَى ال‬: ‫ي فَقَا َل‬ ٌّ ‫س ِم َع َما َجا َءهُ أَع َْرا ِب‬َ : ‫ض ْالقَ ْو ِم‬ ُ ‫يُ َح ِد‬
ُ ‫ِّث فَقَا َل َب ْع‬
َّ ‫ أَيْنَ أ ُ َراهُ ال‬: ‫ضى َحدِيثَهُ قَا َل‬
‫سائِ ُل‬ َ َ‫ َحتَّى ِإذَا ق‬، ‫ َب ْل لَ ْم يَ ْس َم ْع‬: ‫ض ُه ْم‬
ُ ‫ َوقَا َل َب ْع‬، ‫قَا َل فَ َك ِرهَ َما قَا َل‬
: ‫ قَا َل‬. َ‫عة‬ َ ‫سا‬ َّ ‫ت ْاْل َ َمانَةُ فَا ْنت َ ِظ ْر ال‬ ُ ‫ فَإِذَا‬: ‫ قَا َل‬، ‫سو َل اللَّـ ِه‬
ْ َ‫ضيِِّع‬ ُ ‫ هَا أَنَا يَا َر‬: ‫ع ِة ؟ قَا َل‬ َّ ‫ع ْن ال‬
َ ‫سا‬ َ
.َ‫عة‬ َّ ‫ فَا ْنتَ ِظ ْر ال‬، ‫سدَ ْاْل َ ْم ُر إِلَى َغي ِْر أ َ ْه ِل ِه‬
َ ‫سا‬ ِّ ِ ‫ إِذَا ُو‬: ‫عت ُ َها ؟ قَا َل‬
َ ‫ضا‬ َ ‫َكي‬
َ ِ‫ْف إ‬
Artinya : dari Abu Huroiroh berkata ketika Nabi sedang berada di majlis sedang berbicara
terhadap suatu kaum dan sedang mengajar. Datanglah seorang badui bertanya Ya Rasul
kapan Kiamat, maka Rasul tetap melanjutkan mengajarnya. Sebagian orang berpendapat
Nabi mendengar yang dikatakan Badui, tetapi Nabi tidak suka terhadap pertanyaan dan
sebagian yang lain Nabi tidak mendengar. Sampai selesai mengajar Beliau bersabda mana
orang tadi bertanya tentang hari Kiamat? Orang itu menjawab : Saya Ya Rasululloh. Rasul
bersabda : Apabila Amanah sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat. Orang itu bertanya
lagi Apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan Amanah? Nabi bersabda “Apabila urusan
itu diserahkan bukan pada Ahlinya maka tunggulah Kiamat”
 Penjelasan :
Didalam Hadits ini Rasul mencontohkan etika adab menjawab pertanyaan ketika proses
pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema Pembahasan). Orang badui
bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul mengajarkan lain kepada para
sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak memotong pelajarannya tetapi
melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai pelajarannya.1[2]
 Kesimpulan
Hadist tersebut di atas memberikan pemahaman tentang bagaimana adab (etika) ketika
seseorang bertanya kepada gurunya, sedang gurunya belum selesai menyampaiakn materi.
Maka sebagai guru, Nabi kemudian melanjutkan materi sampai selesai setelah itu baru
menjawab pertanyaan sang murid. Setiap pertanyaan yang di ajukan kepada guru pada saat
sedang menjelaskan suatu bab tertentu, mestinya pertanyaan menyesuaikan dengan bab
yang sedang di bahas.

4. Mengikuti anjuran dan nasehat guru.Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh


akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. (Tadzkiroh Sami’ hal.
86) Qoshim bin Salam menceritakan: “Adalah para murid Ibnu Mas’ud mereka belajar
kepadanya untuk melihat akhlak, kepribadian dan kemudian menirunya.” (Adab at-
Tatalmudz hal. 40)

1[2] Abdulloh bin Abdur rahman bin jibran, Sarah kitabul ilmi min sokhikhil Bukhori, hal 16-17
5. Jika melakukan kesalahan, segera mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.Salah satu Dalil
"Minta Maaf" merupakan bagian Ibadah (dalam hadist berikut ini "minta maaf" diistilahkan
dengan "meminta agar perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya"):
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apa pun, maka hari ini ia wajib
meminta agar perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari saat
tidak ada ada dinar dan dirham, karena jika orang tersebut memiliki amal saleh, amalnya
tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun, jika ia tidak memiliki amal saleh
maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zalimi.” (H.r. Bukhari, no. 2449

6. Hendaknya murid memilih guru yang tidak hanya betul-betul menguasai bidangnya, tetapi juga
mengamalkan ilmunya dan berpegang teguh kepada agamanya. Sabda Nabi SAW:

‫ال يٶخذ العلم من ٳال من أمين ثقة ْلن قوام الدين با لعلم‬
Artinya:
”Tidak boleh menuntut ilmu kecuali dari guru yang amin dan tsiqah (mempunyai
kecerdasan kalbu dan akal) karena kuatnya agam adalah dengan ilmu”.
Selain itu, Dalam kitab Ilmu wa Adab al-‘Alim wa al- Muta’allimdikatakan bahwa sikap
murid sama dengan sikap guru, yaitu sikap murid sebagi pribadi dan sikap murid sebagai
penuntut ilmu. Sebagai pribadi seorang murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar
dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran, menghafal dan mengamalkannya.2[3]
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw:
‫اال ان في الجسد مضفة ٳذا صلحت صلح سا ئر عمله وٳذا فسدت فسد سائر عمله اال وهي القلب‬
“Ingatlah bahwa dalam jasad terdapat segumpal daging, jika segumpal daging tersebut sehat,
maka sehatlah seluruh perbuatannya, dan jika segumpal daging itu rusak, maka rusaklah
seluruh awalnya. Ingatlah bahwa segumpal daging itu adalah hati.”
Selanjutnya menurut Imam Ghazali, ada sepuluh kriteria yang harus diupayakan oleh
anak didik, diantaranya yaitu:

2[3]
Abudin, Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Rajawali Press,
2001), Cet. Ke-1, hl.102
1. Sebelum memulai proses belajar, anak didik harus terlebih dahulu menyucikan jiwa dari
perangai buruk dan sifat tercela.
2. Semampu mungkin anak didik harus menjauhkan diri dari ketergantungan terhadap dunia.
3. Anak didik harus selalu bersikap rendah hati, memperhatikan instruksi dan arahan pendidik, dan
mampu mengontrol emosinya.
4. Anak didik harus menghindarkan diri dari suasana perdebatan yang membingungkan.
5. Seorang anak didik harus mmpunyai semangat mempelajari semua ilmu pengetahuan yang layak
dipelajari sebagai konsekuensi adanya keterkaitan antardisiplin ilmu pengetahuan.
6. Anak didik harus belajar secara gradual. Ia perlu menentukan skala prioritas ilmu pengetahuan
dengan mengacu kepada manfaatnya, dalam hal ini adalah ilmu agama.
7. Anak didik harus memahami hirarki ilmu pengetahuan.
8. Anak didik harus memahami nilai ilmu pengetahuan yang dipelajari dan menentukan mana yang
lebih utama dari yang lain.
9. Anak didik mempunyai orientasi atas pendidikannya; tujuan jangka pendek, yaitu memperbaiki
dan membersihkan jiwanya; sedangkan orientasi jangka panjang adalah mendekatkan diri pada
Allah swt dan berusaha menaikkan derajatnya setara dengan malaikat.
10. Anak didik harus hati-hati dalam memilih sosok pendidik demi kelangsungan proses belajar
yang positif. 3[4]

BAB III

3[4]
Asrorun, Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsass, 2006), Cet. Ke-3, hl.75-77
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Keseluruhan istilah anak didik dalam perspektif hadits mengacu pada satu pengertian,
yaitu orang yang sedang menuntut ilmu, tanpa membedakan ilmu agama atau ilmu umum.
Karakteristik peserta didik dalam perspektif hadits adalah: peserta didik menjadikan
Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu, mendalami pelajaran secara maksimal,
mengadakan perjalanan (rihlah, comparative study) dan melakukan riset, bertanggung jawab
mengajarkan ilmunya kepada orang lain, dan ilmu itu harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan
umat dan agama.
Tugas dan tanggung jawab murid adalah: mengutamakan ilmu yang mempunyai
kemaslahatan paling besar untuk agama umat dan kehidupan akhirat, mengulangi pelajaran, ikut
bertanggung jawab pada pendanaan pendidikan jika ia mampu, mematuhi peraturan yang
berlaku, mengutamakan menuntut ilmu dari pada amalan sunat lainnya, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata, Pendidikan Dalam Persepektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
20050, Cet. Ke-I
Abudin, Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Rajawali
Press, 2001
Asrorun, Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsass, 2006), Cet. Ke-3,
Abdulloh bin Abdur rahman bin jibran, Sarah kitabul ilmi min sokhikhil Bukhori

Anda mungkin juga menyukai