Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT STERILISASI

RS AMANAH MAHMUDAH

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
membunuh semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora yang dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika.
Unit sterilisasi bertugas memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan peralatan
dalam kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme termasuk endospora secara
tepat dan cepat di rumah sakit
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi peralatan secara professional diperlukan
pengetahuan keterampilan dan pengalaman di bidang sterilisasi.
Unit sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yamg penting untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infections ( HaLs ) di rumah sakit.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di runah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi ( PPI )

Dengan adanya Unit Sterilisasi maka proses sterilisasi dapat maksimal sehingga
keseluruhan proses menjadi lebih efisien, ekonomis dengan Jaminan Mutu dan keamanan
pasien semakin terjamin.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum : Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan
Untuk menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :

1. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi serta


mengevaluasi kegiatan sterilisasi.
2. Menyediakan dan mendistribusikan peralatan steril yang dibutuhkan seluruh unit
di rumah sakit.
3. Melakukan inventarisasi peralatan milik Unit Sterilisasi..
4. Mendokumentasikan semua aktivitas di Unit Sterilisasi sebagai bagian dari upaya
pengendalian mutu.
5. Memberikan kontribusi pada pengembangan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkaitan dengan sterilsiasi.

1
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Dalam melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan barang/alat steril unit
sterilisasi selalu berhubungan dan bekerja sama dengan bagian-bagian lain yaitu:

- Bagian rumah tangga (kamar cuci , kamar jahit)


- Bagian pemeliharaan (sterilisator dan peralatan lainnya)
- Bagian logistik/perbekalan (desinfektan)
- Bagian farmasi (indikator, Kassa , dll)
- Sanitasi (suplai air, uji kualitas air)
- Laboratorium (uji mikrobiologi)

Ruang lingkup kegiatan di Unit sterilisasi meliputi perencanaan dan pengadaan,


pelayanan sterilisasi (penyediaan barang/alat steril), monitoring proses dan mutu
sterilisasi, pemeliharaan sarana prasarana, serta pencatatan dan pelaporan.

I. PENGADAAN BARANG
Tergantung pada jenis barang, pengadaan kebutuhan barang di unit sterilisasi dapat
berasal dari:
1. Gudang logistik
2. Gudang farmasi
3. Bagian rumah tangga (kamar jahit)
4. Bagian pemeliharaan (perbengkelan)

Prosedur pengadaan barang:


 Setelah usulan perencanaan barang disetujui oleh direktorat yang berkaitan,
maka pada jadwal yang telah ditentukan petugas Unit sterilisasi mengambil ke
gudang/bagian yang berkaitan dengan jenis barang., misalnya sarung tangan dan
indikator di gudang farmasi, disinfektan dan tromol di gudang logistik,
perabotan di bengkel kayu, kain pengemas di kamar jahit, dan sebagainya.
 Pengambilan disertai dengan bon permintaan rangkap 2 (dua) yang sudah
ditandatangani kepala bagian dan kepala direktorat.
 Setelah barang diperiksa dan jumlahnya sesuai petugas menandatangani tanda
bukti penerimaan barang.
 Barang dibawa ke bagian Unit sterilisasi dan disimpan pada tempatnya
 Salinan faktur disimpan di tempat yang telah ditentukan

II. PELAYANAN STERILISASI (penyediaan barang/alat steril)

Penyediaan peralatan dan barang steril meliputi proses pengumpulan,


pencucian/pembersihan, pengemasan, sterilisasi, penyimpanan, dan
pendistribusian.

1. Pengumpulan/penerimaan

Barang yang akan disterilkan di bagian Unit sterilisasi dapat berasal dari kamar
bedah, ruang-ruang perawatan, rawat jalan, bagian gawat darurat dan kamar
cuci, berupa instrumen, sarung tangan dan linen. Barang/alat kesehatan pakai
ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke
Ruang Dekontaminasi unit sterilisasi sedemikian rupa sehingga tidak
mengkontaminasi pasien, petugas dan barang-barang lainnya. Beberapa hal yang
2
harus diperhatikan pada waktu pengumpulan dan penerimaan barang adalah
sebagai berikut:

 Penerimaan tersebut juga harus dicatat dalam buku register. Peralatan pakai
ulang dipisahkan dari limbah/buang di tempat pemakaian (point of use) oleh
petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda-benda
tersebut. Limbah diidentifikasi dan dibuang menurut prosedur yang telah
ditetapkan.
 Peralatan yang terkontaminasi dipisahkan dengan alat-alat yang bersih.
 Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang
tidak dapat ditembus benda tajam (safety box)
 Kain-kain pakai ulang dikumpulkan di tempat kain kotor dan dibawa ke
kamar cuci (laundry)
 Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik tertutup dan
tahan bocor atau kontainer untuk menghindari tumpahan atau penguapan dan
dibawa sesegera mungkin setelah digunakan ke ruang dekontaminasi dengan
kereta tertutup. Setiap kontainer diberi label untuk memudahkan proses.
Peralatan harus dijaga kelembabannya supaya kotoran tidak mengering yang
nantinya akan sukar dibersihkan.
 Semua cairan terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan bocor, jika
tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink.
 Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang dikembalikan ke ruang
dekontaminasi, harus disterilkan ulang sebelum didistribusikan kembali.
 Petugas yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat-alat harus
memakai pelindung untuk mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya.
 Petugas yang menyerahan barang/instrumen ke unit sterilisasi harus menanda
tangani dan menulis nama jelas pada buku penerimaan barang onsteril dan
petugas Unit sterilisasi harus menulis Unit / bagian, jenis barang , kemasan
dan jumlah barang / instrumen yang dikirim. Petugas Unit Sterilisasi juga
harus menandatangani dan menulis nama jelas pada buku penerimaan barang
on steril.

2. Pembersihan

Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi dimulai sesegera mungkin


setelah dipakai. Oleh karena itu, untuk memulai pembersihan dan mencegah
kotoran menjadi kering, alat-alat harus:

 Direndam dalam wadah berisi enzymatic ± 10 – 15 menit.


 Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi.
 Dibersihkan dari kotoran di tempat pemakaian sesuai prosedur yang berlaku
dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan atau
penguapan sampai dibawa ke ruang dekontaminasi.
 Proses pembersihan meliputi proses dekontaminasi dan pencucian.

a. Dekontaminasi

Proses dekontaminasi harus dilakukan karena sesuai dengan SPO


Dekontaminasi Peralatan Kritikal, semua barang yang terkena darah/cairan
tubuh pasien dianggap berpotensi menularkan penyakit (misal: hepatitis,
HIV/AIDS), terlepas apakah pasien tersebut terbukti berpenyakit. Selain itu,
dekontaminasi juga dimaksudkan untuk mengurangi risiko penularan infeksi
pada petugas kesehatan/unit sterilisasi yang akan menangani pembersihan
alat-alat kesehatan/instrumen habis pakai.

3
b. Pencucian

Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum
didisinfeksi atau disterilkan. Mencuci bersih adalah proses menghilangkan
semua partikel yang kelihatan, hampir semua partikel yang tidak kelihatan,
sebanyak mungkin mikroorganisme, dan menyiapkan permukaan dari semua
alat-alat aman untuk proses disinfeksi/sterilisasi. Hal ini penting dilakukan
untuk mengurangi kotoran-kotoran yang menempel pada alat hingga 99%,
sehingga membantu efektivitas sterilisasi.

3. Pemilihan ( Kontrol Spesifikasi ) dan Pengemasan

Setelah instrumen dikeringkan, selanjutnya dilakukan pemilihan instrumen


untuk dikemas dalam paket-paket tertentu, misalnya instrumen untuk
apendiktomi, dan sebagainya. Tujuan dan fungsi pengemasan: membungkus
peralatan medik yang akan disterilkan, dan menjaga sterilitas barang tersebut
sampai digunakan.

4. Pemberian label
Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan asal, isi dari
kemasan waktu sterilisasi / waktu kadaluarsa, nama petugas dan nama mesin
sterilisator.

5. Sterilisasi
Di bagian Unit sterilisasi RS. RK. Charitas metode sterilisasi yang dipakai
adalah metode sterilisasi fisika yaitu sterilisasi uap dengan autoklaf Getinge.
Penjelasan lebih lanjut diuraikan di bab mengenai metode sterilisasi.

6. Penyimpanan barang steril

Setelah proses sterilisasi selesai barang/alat steril yang sudah dingin disimpan di
ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan berada dekat ruang sterilisasi, dan
langsung berhubungan dengan pintu belakang mesin sterilisasi.

Tujuan penyimpanan

 Barang sampai ke pemakai dalam keadaan steril


 Barang mudah dicari dengan cepat dan tepat pada waktu yang ditentukan
 Mencegah kehilangan dan kerusakan

7. Pendistribusian
Sistem distribusi barang steril kepada pemakai dapat dilakukan:
a. Secara otomatis: yaitu barang steril diambil semua sesuai permintaan.
b. Setiap pengambilan barang steril dari Unit sterilisasi, harus dicatat dan harus
menandatangani buku expedisi baik yang mengambil maupun yang
memberikan. Barang/alat steril yang dibungkus kain 2 lapis tidak digunakan
dalam waktu satu minggu harus disterilkan ulang.
8. Pencatatan dan pelaporan

Setiap penerimaan barang onsteril dan pendistribusian barang steril dicatat


dalam buku register dan dilakukan rekapitulasi tiap bulan. Hasil rekapitulasi tiap
bulan dilaporkan kepada direktur penunjang medis.

4
ALUR KERJA PELAYANAN STERILISASI

Ruang kotor

Ruang bersih

Ruang Steril Tidak

Steril?

Ya

Jadwal pelayanan unit sterilisasi diatur sebagai berikut:

 Jadwal dinas karyawan:


 Jam dinas : jam 08.00 – 12.00

 Jadwal pelayanan:
 penerimaan barang onsteril jam 08.00 - 12.00 / hari kerja

5
D. BATASAN OPERASIONAL

Unit sterilisasi adalah suatu unit di rumah sakit yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan sterilisasi untuk memenuhi kebutuhan akan barang/alat
steril di unit rumah sakit.

Steril adalah suatu keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik patogen maupun
apatogen beserta sporanya.

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme termasuk endospora melalui
proses fisika maupun kimia.

Disinfeksi adalah suatu tindakan untuk membebaskan/menghancurkan, membunuh


mikroorganisme baik patogen maupun apatogen tetapi tidak dengan sporanya.

Sedangkan dekontaminasi adalah proses kimia/fisika yang digunakan untuk


menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati sehingga aman untuk digunakan
lebih lanjut.

Yang dimaksud dengan pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses bahan,
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit,
mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses
sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.

Pelayanan sterilisasi merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan
dengan kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya dalam usaha
menghindari infeksi silang, sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah dan
dikendalikan.

Agar pelayanan sterilisasi dapat berjalan dengan baik sesuai standar dengan Mutu
terjamin maka pelayanan sterilisasi dilakukan di unit sterilisasi.

E. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Negara RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bab V Pasal
10 Ruang Steril
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 38/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27
Maret 2007, tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya.
4. Peraturan Menkes RI Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan RS
5. Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkunagan
6. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi ( Unit sterilisasi ) di Rumah Sakit, Depkes
dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen Yanmed, tahun 2009

6
II. STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Jumlah
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan
Ka Instalasi Dokter ( S2 ). Dokter Spesialis 1
Ka Unit D3 Keperawatan Pelatihan & Pendididkan Dasar unit 1
sterilisasi

Pelaksana SPK / SMU / Pelatihan & Pendididkan Dasar unit 1


sederajat sterilisasi

Petugas Sanitasi SMU/ Sederajat Pelatihan & Pendididkan Dasar unit 2


sterilisasi

Kebutuhan tenga di bagian unit sterilisasi dihitung berdasarkan Penghitungan Kebutuhan


Tenaga
berdasarkan Beban Kerja ( Workload Indicator Staff Need )
Ketenagaan di bagian unit sterilisasi adalah sebagai berikut:
1. Jumlah : 1 orang kepala bagian / kepala Seksi
1 orang pelaksana unit sterilisasi
2.Pendidikan pelaksana unit sterilisasi: - Perawat : 1 orang
- SMA/sederajat : 1 orang

Jumlah ini cukup memadai untuk proses pengambilan instrumen dari kamar bedah,
dekontaminasi hingga Sterilisasi peralatan kamar bedah . Dan juga proses pengemasan
hingga sterilisasi dari bagian-bagian yang ada di rumah sakit serta pengemasan kassa
dalam steril pouches.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Jenis tenaga Jml Keterangan


Perawat 1 Penanggung jawab
Perawat 1 Inventaris Instrumen Bedah, Proses Sterilisasi, Dekontaminasi
Pekerja 1 Penerimaan s/d Distribusi Tranportasi peralatan Bedah
Sanitasi 2 Kebersihan ruang unit sterilisasi

C. PENGATURAN JAGA
Di lakukan setiap hari jam 08.00 – 12.00 WIB. Diluar jam dinas untuk Dekontaminasi
Peralatan Medis kamar bedah dilakukan sendiri oleh Petugas Kamar Bedah sesuai SPO
Dekontaminasi Peralatan Kritikal unit sterilisasi.

III. STANDAR FASILITAS


A. DENAH RUANG

Lokasi unit sterilisasi di RSUD Kardinah berada di samping Instalasi Bedah Sentral.
Area unit sterilisasi menempati area seluas kurang lebih 100 m2. Untuk keefisienan
dan keoptimalan fungsi kerja dari unit sterilisasi, maka ruangan harus tersedia secara
memadai.

7
B. STANDAR FASILITAS
1. Daerah / Ruang Unit Sterilisasi
Pada prinsipnya ruangan unit sterilisasi terdiri dari daerah bersih, daerah kotor dan
daerah Steril sehingga ruangan harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kontaminasi silang dari daerah kotor ke daerah bersih. Untuk menghindari
kontaminasi silang di unit sterilisasi maka ruangan unit sterilisasi RSUD Kardinah
dibagi menjadi 3 bagian mencakup:
a. Ruang dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan/pencucian. Di daerah ini terdapat:
a) Loket penerimaan instrumen/alat lain
b) Beberapa bak untuk merendam dan mencuci
c) Meja untuk melakukan pengeringan
b. Daerah pengemasan
Ruang ini untuk melakukan pengemasan terhadap barang/peralatan, linen serta
penyimpan barang bersih. Pada daerah ini ada tempat penyimpanan barang tertutup dan
di sini juga dilakukan produksi kapas lidi , botol steril, dan kassa steril
c. Daerah bersih
Tempat di mana proses sterilisasi dilakukan. Pada daerah ini terdapat:
Sterilisator uap/autoklaf ( jumlah 3 buah)
d. Daerah produksi Kassa
Tempat di mana pembuatan Kassa dilakukan.
e. Ruang Penyimpan Barang Steril
Terletak berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Ruang ini langsung berhubungan
dengan pintu belakang mesin sterilisasi dan dilengkapi lampu ultraviolet.
Selain daerah/ruang tersebut di atas, unit sterilisasi juga dilengkapi dengan Gudang bersih

2. Persyaratan Ruang Unit sterilisasi


a. Ruang dekontaminasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan pada ruang dekontaminasi antara


lain:

a) Udara harus dihisap (ada exhaust udara) ke luar gedung dengan pergantian
udara 10 kali perjam.
b) Ruangan Dekontaminasi menggunakan sistem tekanan negatif sehingga
tidak akan mencemari ruangan lain.
c) Tidak boleh menggunakan kipas angin.
d) Suhu antara 18 oC – 22 oC, dengan kelembaban antara 35 % -75 %.
e) Ruangan tidak boleh becek dan licin.
f) Lantai dipel atau divacum basah minimal sekali sehari.
g) Bak pencuci, meja kerja dan peralatan dibersihkan dan didisinfeksi minimal
sekali sehari
h) Apabila ada tumpahan darah langsung dibersihkan dan didisinfeksi dengan
disinfektan.
i) Rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit, ventilasi AC dan alat lain
(lampu, sprinkler, ducting, dan sebagainya) dibersihkan secara teratur.
j) Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dsb).
k) Sampah dibuang minimal sekali sehari.
l) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius

8
b. Ruang penyimpanan barang steril

Beberapa hal yang harus diperhatikan:

a) Penerangan harus memadai.


b) Suhu antara 18 oC – 22 oC.
c) Kelembaban antara 35% - 75%.
d) Ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi filtrasi
partikulat antara 90%-95% (untuk partikulat berukuran 0,5 mikron).
e) Dinding dan lantai terbuat dari bahan halus dan kuat sehingga mudah
dibersihkan.
f) Letak Rak penyimpanan barang steril 19-24 cm dari lantai dan minimum
43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding.
g) Harus diupayakan untuk menghindari penumpukan debu pada kemasan.
h) Barang steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya.
i) Akses ke ruangan penyimpanan steril dibatasi hanya kepada petugas yang
terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian pelindung
khusus ruang steril.

C. PEMELIHARAAN PERALATAN
1. Pemeliharaan Sterilisator Secara Rutin dan Berkala
a. Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari, karena pengawasan
secara periodik dan pembersihan secara rutin dapat menurunkan kemungkinan
tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Kebersihan juga menurunkan risiko
kontaminasi terhadap barang steril.

b. Beberapa hal yang harus dibersihkan setiap hari meliputi:


a) recording charts dan jarum penunjuk
b) gasket pintu
c) bagian dalam chamber dan permukaan lainnya.
d) Pembersihan mingguan dan pengawasan lainnya sesuai dengan yang
disarankan produsen mesin.

c. Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemeliharaan rutin


sterilisator:

a) Produsen mesin harus membuat instruksi tertulis untuk pemeliharaan mesin


sterilisasi. Pemeliharaan ini harus dilakukan oleh orang yang ahli.
Perhatikan pemeliharaan dan penggantian komponen-komponen yang aus,
seperti filter, perangkap steam (steam traps), pipa drainase, valve dan gasket
pintu.
Pemeliharaan dapat dilakukan oleh petugas rumah sakit yang terlatih,
produsen alat atau perusahaan pemberi jasa pemeliharaan yang berkualifikasi.
b) Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak
rumah sakit setelah mendapat pelatihan dari supplier.
c) Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak
yang mampu melakukannya.
d) Teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.

9
d. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya pemeliharaan dan pencegahan
kerusakan:
a) Garansi selama masa tertentu.
b) Suku cadang pokok harus tersedia.
c) Sebaiknya dilakukan kontrak servis baik dengan pihak suplier atau pihak
lain yang kompeten.
e) Stabilisator voltase berikut saklar otomatis ke generator untuk keperluan
darurat.
f) Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban yang memadai.

2. Kalibrasi sterilisator

Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sangat penting dilakukan untuk menjamin


bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif, serta dapat diandalkan.
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai instruksi manual produsen mesin,
misal setahun sekali.

Beberapa hal yang harus dikalibrasi meliputi pengukur suhu dan tekanan, timer,
dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan bila komponen ini
mengalami perbaikan. Kalibrasi harus dilakukan oleh orang yang terlatih
khususnya terhadap jenis mesin yang akan dikalibrasi.

D. PEMELIHARAAN RUANGAN
1. Ruang dekontaminasi

a. Usahakan lantai tidak basah/becek, bila basah harus segera dikeringkan.


b. Ruangan dan peralatan dibersihkan setiap hari: lantai, meja, alat-alat, dan
washbak menggunakan disinfektan.
c. Jangan lupa memakai APD pada waktu membersihkan ruang dekontaminasi
d. Jangan lupa mencuci tangan sebelun dan setelah membersihkan
e. Setiap malam setelah selesai sift sore, hidupkan lampu ultraviolet hingga pagi
hari sebelum mulai sift pagi.

2. Ruang pengemasan

a. Lantai, peralatan, meja, kursi, almari dibersihkan setiap hari sebelum dan
setelah bekerja
b. Cucilah tangan sesuai prosedur, siapkan semua peralatan yang diperlukan (kain
pel, lap, ember, disinfektan) dan pakailah APD sebelum mulai pembersihan
c. Peralatan, meja, kursi dan almari dibersihkan dengan cara mengelap dengan lap
yang dibasahi larutan disinfektan (misal presept)
d. Lantai dibersihkan dengan cara mengepel dengan kain pel yang dicelupkan
dalam larutan clorin 5%
e. Setelah selesai mengelap maupun mengepel, lantai maupun peralatan
dikeringkan dengan lap kering
f. Setelah kegiatan selesai, peralatan dicuci dan dikeringkan, simpan di tempat
khusus dalam keadaan siap pakai.
g. Cucilah tangan kembali.

10
3. Pembersihan dan sterilisasi ruang steril

Cara pembersihan hampir sama dengan ruang pengemasan, perbedaannya adalah:


a. semua peralatan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu
b. petugas harus mengenakan APD khusus ruang steril ( baju, topi, masker, alas
kaki khusus).
c. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan sinar ultraviolet. Penyinaran dilakukan
tiap hari, setelah shift sore pulang. Sinar Ultraviolet akan menyala selama 15
setelah 15 menit secara otomatis sinar ultraviolet akan mati dengan sendirinya.
d. Setiap hari jumat dilakukan pembersihan lantai dan dinding dengan clorin 5%

III. TATA LAKSANA PELAYANAN

E. JADWA PELAYANAN
Penerimaan barang on steril jam 08.00 - 12.00 / hari kerja

 LALU LINTAS DI UNIT STERILISASI

Pengaturan lalu lintas di bagian unit sterilisasi penting dilakukan dengan tujuan
mengurangi risiko terjadinya kontaminasi silang.

a. Lalu lintas petugas unit sterilisasi


 Sarana yang harus ada: perlengkapan khusus, batas daerah bersih dan kotor.
 Petugas membuka alas kaki dan mengganti pakaian dengan pakaian khusus atau
mengenakan skort.
 Pakaian petugas disimpan dalam loker yang telah disediakan, sepatu diletakkan pada
tempat yang disediakan.
 Petugas yang bertugas di ruang dekontaminasi masuk ke ruang dekontaminasi. Pada
waktu bekerja di ruang dekontaminasi harus mengenakan alat pelindung diri berupa
skort plastik, masker, topi, kaca mata pelindung, dan sepatu tahan air.
 Petugas yang bertugas di ruang pengepakan dan ruang mesin langsung masuk ke
ruang tersebut dan mengenakan alas kaki khusus dan penutup kepala.
 Petugas ruang steril harus mengenakan perlengkapan ruang steril di ruang ganti
sebelum masuk ke ruang tersebut.
 Petugas ruang dekontaminasi tidak boleh memasuki ruang pengemasan dan ruang
steril, demikian juga sebaliknya.
 Bila sudah selesai bekerja, petugas keluar memasuki jalur yang sama dengan
meletakkan perlengkapan yang sudah dipakai pada tempat yang sudah ditentukan.
b. Lalu lintas barang/alat
1. Sarana untuk lalu lintas alat
- Ruang dekontaminasi dilengkapi loket
- Ruang pengepakan alat-alat sebelum disterilkan
- Ruang penyimpanan alat steril
- Alat pengangkut/kontainer

2. Prosedur
Setelah digunakan, barang/alat kotor dari kamar bedah direndam dalam larutan
disinfektan di dalam kontainer tertutup berisi larutan enzymatic (kontainer
onsteril). Satu kontainer berisi 1 paket instrumen. Bagian luar kontainer diberi label

11
yang menjelaskan isi kontainer. Prosedur ini dilakukan oleh petugas unit sterilisasi
yang ada di kamar bedah.
Kontainer yang berisi instrumen kotor tersebut kemudian dibawa ke ruang
dekontaminasi unit sterilisasi menggunakan troli onsteril (tertutup),Barang
dimasukkan ke ruang dekontaminasi melalui loket onsteril.
- Barang/alat dari bagian/unit lain dicuci dan dikemas di bagian masing-masing,
kemudian dibawa ke unit sterilisasi menggunakan container tertutup melalui pintu
onsteril, selanjutnya diserahkan kepada petugas unit sterilisasi lewat loket ruang
dekontaminasi. Barang ini kemudian dimasukkan ke ruang sterilisasi melalui loket
untuk disterilkan.
- Barang/alat kotor dari kamar bedah dicuci dan dikeringkan, kemudian dimasukkan
ke ruang pengemasan, dikemas dan disterilkan.
- Linen bersih dari laundry dikirim ke unit sterilisasi melalui loket linen bersih,
sudah dikemas menurut kebutuhan IBS dan disterilkan.
- Barang/alat yang telah disterilkan disimpan di dalam almari khusus di ruang steril.
- Barang/alat steril didistribusikan melalui loket ruang distribusi (loket steril).

C . Lalu lintas petugas unit lain

 Petugas unit lain hanya boleh memasuki area unit sterilisasi baik melalui pintu
onsteril maupun pintu steril bila mempunyai keperluan yang berhubungan dengan
sterilisasi barang/alat.
 Petugas unit lain dilarang memasuki ruang kerja unit sterilisasi, kecuali ruang
kantor.
 Keperluan yang berhubungan pengiriman dan distribusi barang dilayani melalui
loket.
 Lalu lintas petugas yang membawa barang onsteril adalah sebagai berikut:
 masuk melalui pintu onsteril – barang diserahkan di loket onsteril – keluar melalui
pintu onsteril.
 Lalu lintas petugas yang mengambil barang steril adalah sebagai berikut: masuk
melalui pintu steril – barang diambil melalui loket steril – keluar melalui pintu
steril.

 DEKONTAMINASI

Dekontaminasi adalah suatu proses fisika / kimia yang digunakan untuk menurunkan
jumlah mikroorganisme sehingga peralatan aman untuk pemakaian selanjutnya.
Termasuk di dalamnya adalah pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi. Dekontaminasi
dilakukan berdasarkan anggapan bahwa semua peralatan telah terkontaminasi dan
potensial menyebabkan infeksi.

Prosedur dekontaminasi pada dasarnya terdiri dari:

a. Penyortiran

Langkah pertama dalam proses dekontaminasi dimulai setelah peralatan, instrumen atau
alat lainnya digunakan pada pasien dan dianggap terkontaminasi. Peralatan pakai
ulang (reusable) dipisahkan dari peralatan sekali pakai (dispossable) pada titik
penggunaan.

b. Perendaman

Peralatan pakai ulang harus dikondisikan lembab atau basah untuk mencegah
pengeringan materi organik pada peralatan tersebut dan untuk memperlunak materi

12
organik tersebut sehingga memudahkan pada saat pembersihan. Cairan untuk
merendam alat berupa disinfektan atau larutan enzimatik. Larutan Enzym yang dipakai
adalah Helyzym / Alkazym yang berfungsi sebagai enzymatic cleaner, detergente
enzimatico dan enzymatisch. Kemudian peralatan ini diantar ke ruang dekontaminasi
tanpa mengkontaminasi pasien, staf medis maupun fasilitas kesehatan.

Peralatan medis harus ditransportasikan ke ruang dekontaminasi dalam wadah plastik


anti bocor bertutup untuk menghindari tumpahnya cairan perendam. Semua peralatan
medis terkontaminasi harus diantarkan ke unit sterilisasi melalui ruang dekontaminsi.

Dekontaminasi instrumen dilakukan dengan cara merendam dalam larutan disinfektan


(direndam dalam larutan Stabimed konsentrasi 2 % ( perbandingan 1 liter air + 20 cc
larutan Stabimed ) selama 15 menit)

c. Pembersihan / Pencucian

Tujuan utama pembersihan adalah menghilangkan kotoran terlihat, menghilangkan


kotoran tidak terlihat dan menghilangkan sebanyak mungkin mikroorganisme
berbahaya dengan memperhatikan aspek fundamental pembersihan.

Beberapa aspek fundamental proses pembersihan yang harus diketahui oleh staf unit
sterilisasi adalah sebagai berikut:

1. Materi organik yang menempel pada permukaan instrumen atau peralatan medis lain
bukan hanya merupakan media bagi pertumbuhan mikroorganisme tetapi juga akan
mempengaruhi efektifitas proses sterilisasi.
2. Rekomendasi pembersihan alat/instrumen dari pabrik pembuatnya harus selalu
diikuti secara seksama.
3. Semua alat/instrumen yang dapat dibongkar-pasang harus dibongkar pada saat akan
dibersihkan. Hal ini merupakan persyaratan mutlak proses pembersihan.
4. Friksi merupakan dasar proses pembersihan manual, sedangkan deterjen berperan
mengikat kotoran sehingga kotoran mudah rontok pada saat dibersihkan.
5. Sebagai aturan baku pembersihan, setiap barang/item harus mengalami pemeriksaan
pada setiap tahapan proses yang dilalui baik pada saat penerimaan, pengemasan
maupun pada titik pemakaian.
6. Banyak peralatan maupun bahan pencuci memiliki sifat inkompatibilitas. Oleh
karena itu sangat penting bagi operator pencucian mengetahui dengan pasti
pemakaian pencuci mana yang tepat untuk peralatan tertentu.
Untuk memulai pencucian, alat-alat harus:
- dibongkar jika dirakit lebih dari 1 komponen dan dibuka semua sambungannya
untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih
- disortir berdasarkan metode pembersihan
- dibersihkan sebelum sterilisasi karena uap tidak dapat meresap dan membunuh
mikroorganisme jika alat-alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih dahulu.

13
Bahan-bahan pencuci (cleaning agent)

Bahan pencuci yang baik adalah bahan pencuci yang dapat menghilangkan sisa-sisa
kotoran organik tanpa merusak alat. Untuk mendapatkan kedua hal tersebut maka bahan
pencuci harus:

- Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih:


- Pemilihan bahan pencuci sedapat mungkin mengikuti rekomendasi dari produsen
alat, selain juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Pada umumnya, protein
lebih mudah dihilangkan dengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral lebih
mudah dihilangkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci dan metode
mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika tidak, dapat terjadi
kerusakan pada alat atau alat pencuci.
- Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada kandungan garam
mineral dalam air. Jika kandungan garam mineral dalam air sedikit, gunakan
sedikit detergen. Sebaliknya, jika kandungan garam mineral dalam air lebih
banyak, gunakan lebih banyak detergen.
- Pertimbangkan untuk menggunakan enzim pelarut protein untuk alat-alat yang
memiliki lumen/lubang atau sambungan.

Metode pencucian

1. Pencucian instrumen

Untuk memastikan kebersihan, tidak merusak alat, dan untuk keamanan pekerja,
proses pencucian sebagai berikut.
a. Setelah proses dekontaminasi maka proses selanjutnya adalah
pembersihan/pencucian.
b. Setiap alat yang dapat dibongkar pasang, harus dibongkar sebelum
dibersihkan.
c. Pencucian alat dilakukan di bawah permukaan air untuk menghindari aerosol
yang dapat terisap oleh pencuci.
d. Petugas pencuci harus menggunakan pakaian pelindung kedap air, sarung
tangan, pelindung kaki tertutup dan masker.
e. Pencucian dilakukan dengan cara manual.
f. Untuk mencegah kerusakan pada alat pembersihan dilakukan dengan alat anti
gores. Alat-alat dengan lumen atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan
dengan sikat dengan diameter yang tepat. Sikat harus didisinfeksi atau
disterilkan setiap hari.
g. Setelah pencucian selesai, untuk menghilangkan deterjen lakukan pembilasan
pertama dengan air biasa bersuhu 45oC dilanjutkan pembilasan kedua
sebaiknya dengan air deionisasi atau air suling untuk menghindari
terbentuknya noda-noda pada alat stainless juga untuk membilas pyrogen yang
mungkin ada.
h. Setelah dicuci dan dibilas, alat dikeringkan dengan lap sampai kering.

2. Pencucian linen

Pencucian linen dilakukan di kamar cuci. Linen yang sudah dicuci harus bebas
dari detergen, bahan pemutih atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi
dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.

14
 . DISINFEKTAN

Disinfektan adalah bahan yang dapat membebaskan/menghancurkan/membunuh


mikroorganisme baik patogen maupun apatogen tetapi tidak beserta sporanya.

Pemilihan disinfektan didasarkan pada tujuan pemakaian dan derajat disinfeksi yang
diharapkan, kompatibilitas disinfektan dengan alat medis, harga, keamanan dan
kemudahan penggunaannya. Rasionalisasi pendekatan dalam pemilihan disinfektan
dikemukakan oleh Dr. E.H. Spaulding. Beliau mengklasifikasikan peralatan medis
menjadi 3 kategori berdasarkan risiko infeksi yang mungkin terjadi pada saat alat
tersebut digunakan pada pasien. Pendekatan ini juga dipakai oleh CDC (Centers for
Disease Control) dan AAMI (Association for the Advancement of Medical
Instrumentation) dalam guideline dan rekomendasinya.

Tiga kategori peralatan yang disampaikan oleh Dr. Earl Spaulding meliputi:

1. Peralatan Kritis: adalah instrumen/alat medis yang masuk ke dalam jaringan steril
tubuh atau masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Contoh: instrumen bedah, kateter
jantung, implant, kompartemen pada hemodializer.
2. Peralatan Semikritis: adalah instrumen/alat medis yang kontak dengan membrana
mukosa tubuh. Contoh: endoskop, endotrakeal tube, peralatan nafas anestesi dan
sitoskop. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi disarankan, namun tidak
mutlak. Jadi biasa dilakukan proses disinfeksi tingkat tinggi.
3. Peralatan Nonkritis: adalah instrumen/alat medis yang kontak dengan permukaan
kulit saja. Contoh: alat pengukur tekanan darah, stetoskop, elektroda diagnostik,
dorongan tempat tidur dan lain-lain. Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan
intermediet sampai low level disinfektan.
Selain pengklasifikasian peralatan medis yang ada, Dr. Earl Spaulding juga
mengklasifikasikan disinfektan menjadi tiga, yaitu :

 High Level Disinfection (HLD) : Sterilisasi peralatan medis memang diharapkan


tetapi apabila hal ini tidak memungkinkan, HLD merupakan perlakuan minimum
yang direkomendasikan oleh CDC. HLD dapat menghancurkan semua
mikroorganisme vegetatif, tubercle bacilli, fungi, virus ukuran kecil maupun
nonlipid, virus berukuran sedang kecuali sejumlah tertentu spora bakteri.
 Intermediate Level Disinfection (ILD) : Disinfektan jenis ini akan membunuh
mikroorganisme vegetatif, fungi, Mycobacterium tuberculosis, virus berukuran kecil
maupun sedang virus lipid dan non-lipid, namun tidak mempunyai aktivitas
pembunuhan terhadap spora bakteri.
 Low Level Disinfection (LLD) : Disinfektan jenis ini tidak memiliki daya bunuh
terhadap spora bakteri, mycobacterium, semua fungi, maupun semua virus ukuran
kecil dan sedang.

Untuk melakukan disinfeksi secara baik salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
adalah pembersihan yang baik pula. Proses pembersihan tidak saja menurunkan
bioburden mikroorganisme yang ada tetapi juga menurunkan jumlah materi organik
yang dapat mempengaruhi aktifitas disinfektan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas kimia dari disinfektan adalah :

 Pembersihan yang baik. Pembersihan pengotor perlu dilakukan untuk dapat


melakukan disinfeksi secara optimal.
 Beban kandungan materi organik. Adanya materi organik dapat mempengaruhi kerja
disinfektan dengan cara melakukan pengikatan terhadap zat aktif disinfektan.
 Tipe dan jumlah mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme mempunyai daya tahan
lebih baik dibandingkan yang lainnya, misal : Mycobacterium tuberculosis relatif
15
lebih tahan dibandingkan mikroorganisme vegetatif. Juga jumlah mikroorganisme
pencemar, makin banyak jumlah mikroorganisme maka beban kerja disinfektan akan
semakin berat.
 Suhu dan Waktu. Suhu dan Waktu yang diindikasikan pada label disinfektan harus
diikuti. Waktu yang dimaksudkan di sini adalah lamanya kontak antara disinfektan
dengan mikroorganisme yang akan dieliminir.
 Tingkat keasaman atau kebasahan (pH). Tergantung disinfektannya maka ada yang
bekerja secara optimal pada pH asam atau basa.
 Tingkat kekerasan air (hardness of water). Adanya mineral seperti calcium atau
magnesium dapat mempengaruhi efikasi dari disinfektan dengan cara mengikat zat
aktif dari disinfektan. Standard EPA untuk ini adalah sampai 400 ppm.

TABEL BEBERAPA JENIS DISINFEKTAN BESERTA KARAKTERISTIKNYA

Tingkat
Produk Aktivitas Kelebihan Kekurangan
Germicidal

Alkohol Menengah - Membunuh bakteri - Basah dan


vegetatif, tubercule memerlukan paling
Denaturasi Ethyl atau bacilli, jamur, virus sedikit 5 menit untuk
protein isopropyl - Bekerja cepat, tanpa mencapai tingkat
alkohol 60 – residu disinfeksi yang baik.
90 % - Tidak ada aktivitas
lebih lanjut.
- Mudah menguap dan
terbakar.
- Dapat diinaktivasi
oleh bahan organik.
- Dapat mengikis
lapisan lensa pada
beberapa instrumen
optikal.
- Cenderung membuat
keras dan bengkak
tubing plastik,
termasuk
polyethylene.
- Tidak membuat spora.
Chlorine Menengah - Sangat aktif sebagai - Dapat diinaktivasi
chlorin bebas. oleh bahan organik.
Mengekang Hypochlorites - Membunuh - Menyebabkan karat
beberapa fungsi Mikroorganisme gram pada logam.
reaksi enzym negatif (vegetatif), - Tidak membunuh
utama dalam sel, tubercule bacilli, jamur, spora.
virus. - Berbekas pada kain,
denaturasi
- Bekerja cepat. plastik dan bahan
protein dan - Relatif tidak stabil. sintetis lainnya.
inaktivasi asam
nukleat.

Iodophor Menengah - Membunuh bakteri, - Menyebabkan karat


tubercule bacilli, virus. pada logam kecuali
Sel beracun bagi - Memerlukan waktu mengandung anti

16
asam nukleat; Iodine lebih lama untuk karat.
menyerap membunuh jamur - Berbahaya bagi karet
dinding sel tertentu. dan beberapa plastik.
- Bekerja sangat cepat. - Dapat membakar
mikroorganis
tissue.
dengan cepat. - Berbekas pada kain
dan bahan lainnya.
Glutaraldehyde Tingkat tinggi/ - Membunuh bakteri - Berbau, perlu ventilasi
sterilan vegetatif dalam 2 yang baik.
Membunuh menit. - Tidak stabil (14-28
mikroorganisme 2% alkaline, - Membunuh bakteri hari).
dengan pH 7.5 – 8.5 (gram+dan gram - Menguap
mengalkylation tubercule bacilli, jamur, - Tidak bisa mencuci
protein virus, spora. Untuk (alat harus dicuci
sterilisasi (membunuh bersih lebih dulu).
Tingkat tinggi spora), waktu rendam
8% adalah 6 – 10 jam.
formaldehyde+ - Tidak menyebabkan
70 % alkohol karat pada logam.
- Aman untuk karet dan
plastik.
Cocopropylene Tingkat tinggi/ - Membunuh bakteri - Berbau, perlu ventilasi
sterilan vegetatif dalam 2 yang baik.
Diamine menit. - Tidak stabil (14 hari).
2% - Membunuh bakteri - Menguap
Cocopropylene (gram+dan gram - Tidak bisa mencuci
tubercule bacilli, jamur, (alat harus dicuci
Diamine virus, spora bersih lebih dulu).
- Untuk sterilisasi
(membunuh spora),
waktu rendam adalah 6
– 10 jam.
- Tidak menyebabkan
karat pada logam.
Aman untuk karet dan
plastik.

Phenolic Disinfeksi - Spektrum luas: - Tidak bersifat


dinding, lantai, membunuh bakteri sporisidal
Penetrasi permukaan gram positif dan - Terinaktivasi oleh
terhadap dinding meja serta negatif, jamur, kuman materi organik
sel dan tbc dan virus lipofilik. - Korosif terhadap karet
furniture. - Toleransi cukup baik dan sebagian plastik
mengendapkan
terhadap beban organic
protein sel
dan air sadah.
- Mempunyai aktivitas
residual

17
 PENGEMASAN

Pengemasan instrumen atau alat-alat medis lainnya merupakan kegiatan yang penting
sebelum sterilisasi. Tujuan dan fungsi pengemasan adalah untuk membungkus peralatan
medis yang akan disterilkan dan mempertahankan sterilitas alat tersebut sampai waktu
penggunaan. Mengingat fungsinya, maka dalam pengemasan harus diperhatikan dalam
hal pemilihan bahan dan teknik pengemasan yang benar.

Prinsip dasar pengemasan:

1. Sterilan harus dapat menyerap ke seluruh permukaan kemasan dan isinya.


2. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi.

Persyaratan bahan pengemas

 Tahan terhadap kondisi fisik seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan/atau hisapan pada
proses sterilisasi.
 Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar secara total tanpa mengganggu bentuk
kemasan dan segelnya.
 Sterilan pada proses uap, etilen oksida atau panas kering harus dapat menyerap dengan baik
pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
 Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi.
 Pada sterilisasi uap, bahan kemasan harus mudah kering dan memudahkan pengeringan
isinya.
 Pada sterilisasi panas-kering, bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama
waktu yang diperlukan, tanpa meleleh, terbakar, atau rusak.
 Harus dapat menjaga sterilitas dan melindungi isinya yang sudah steril dari kontaminasi
mikroba mulai saat kemasan dikeluarkan dari mesin sampai kemasan dibuka untuk dipakai.
Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu dan dapat menahan masuknya debu
dan terserapnya uap (air atau cairan lainnya).
 Harus cukup kuat menampung isinya selama proses sterilisasi dan penanganannya. Harus
tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara.
Selama penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh berkerut,
berlubang jika dilipat, kusut atau melekat satu sama lain jika ditumpuk dan segel tidak boleh
lepas.
 Harus mudah digunakan untuk membungkus dan harus sesuai dengan ukuran dan bentuk
alat yang akan dikemas dan harus membungkus alat rapat-rapat.
 Tidak boleh mengandung bahan beracun dan zat warna yang bisa menyebabkan reaksi yang
tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang luntur jika terkena sterilan.
 Harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi kecil.
bahan pengemas yang dipakai: Kain (linen), Kertas, Kombinasi plastik film dan kertas

Prosedur dan langkah-langkah pengemasan


a. Pengemasan instrumen
- Setelah instrumen bersih dan kering, dikemas dalam tromol atau dibungkus dengan
kain dan dikelompokkan sesuai dengan jenis paketnya.
- Pengemasan dengan kain dilakukan 2 lapis dengan cara seperti pada gambar.
- Berilah label kode paket (sesuai isi paket, dilakukan oleh petugas bagian terkait) dan
kode waktu sterilisasi (tanggal dan jam sterilisasi, dilakukan petugas UNIT
STERILISASI).
- Tempelkan indikator kimia sekaligus sebagai segel.

b. Pengemasan kain tenun/linen

- Kain tenun yang bersih dan kering dikemas dengan kain minimal 2 lapis atau
dimasukkan dalam tromol.
- Berilah kode paket dan kode waktu sterilisasi.
- Tempelkan indikator kimia sekaligus sebagai segel.

18
19
 . METODE STERILISASI

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membebaskan suatu barang/alat dari semua
bentuk mikroorganisme dengan menggunakan sterilan. Sterilan adalah bahan yang
digunakan untuk mensterilkan barang/alat. Berdasarkan sterilan yang digunakan,
metode sterilisasi dibedakan menjadi:

- Sterilisasi uap panas


- Sterilisasi gas etilen oksid
- Sterilisasi panas kering
- Sterilisasi radiasi
- Sterilisasi plasma
Metode yang digunakan di RSUD Kardinahadalah sterilisasi uap panas

A. STERILISASI UAP PANAS

Sterilisasi uap panas (Steam Sterilization) merupakan metode sterilisasi yang


paling tua, namun aman dan murah. Metode ini menggunakan uap panas sebagai
sterilan. Mekanisme pembunuhan mikroorganisme dilakukan menggunakan
kombinasi efek dari uap dan panas selama periode waktu tertentu. Metode ini hanya
dapat digunakan untuk barang/alat yang stabil terhadap suhu tinggi.

Mekanisme aksi sterilisasi uap adalah memaparkan uap jenuh pada tekanan
tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu obyek sehingga terjadi pelepasan
energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara ireversibel
akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi uap merupakan metode
sterilisasi yang paling efektif karena uap merupakan pembawa energi panas paling
efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga
memungkinkan terjadinya koagulasi. Kualitas uap yang terbaik adalah 100% dimana
uap sama sekali tidak mengandung air. Untuk keperluan sterilisasi kualitas uap
sebaiknya antara 97-100%. Kualitas uap dibawah 100% tidak akan mempengaruhi
proses sterilisasi tetapi dapat menyebabkan pembasahan pada pembungkus atau
packing. Kualitas uap yang rendah dapat disebabkan oleh:

- Boiler yang bekerja kurang baik


- Pemeliharaan distribusi uap yang kurang baik
- Kegagalan jaket pemerangkap uap pada mesin sterilisasi.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses sterilisasi uap
meliputi waktu, suhu dan kelembaban.

1. Fase Siklus Sterilisasi Uap

Fase-fase yang terjadi pada satu siklus sterilisasi uap meliputi:

1. Fase pemanasan(conditioning)
2. Fase pemaparan uap (exposure)
3. Fase pembuangan (exhaust)
4. Fase pengeringan
Fase pemanasan merupakan fase awal dari siklus sterilisasi uap. Pada fase ini selain
terjadi proses pemvakuman chamber juga jacket chamber mengalami pemanasan.
Pemanasan ini dimaksudkan agar ketika uap masuk maka perbedaan suhu antara
chamber dan uap tidak terlalu tinggi sehingga dapat meminimalisir terbentuknya
kondensat.

20
Uap akan terus masuk ke dalam chamber, namun kali ini pada kondisi ruang yang
tertutup secara rapat. Tekanan akan naik, demikian pula dengan suhu ruangannya
sampai tercapai suhu sterilisasi yang diharapkan. Baru kemudian sistem pengontrolan
pemaparan uap bekerja mempertahankan suhu dan tekanan ruangan. Pada fase inilah
sebetulnya terjadi proses sterilisasi. Suhu yang biasanya digunakan antara lain 121 oC
dan 134 oC.

Setelah waktu pemaparan pada suhu tertentu tercapai, valve drainase akan terbuka
sehingga terjadi penurunan kembali tekanan dalam chamber. Fase ini dikenal sebagai
fase pengeluaran atau fase exhaust. Baru kemudian udara secara gradual di introduksi
kembali sampai tercapai tekanan atmosfir sehingga terjadi pengeringan dari alat yang
disterilkan.

2. Tekanan supply uap

Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit sehingga
memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.

3. Memasukkan barang pada mesin


Penataan barang di dalam mesin ikut menentukan keberhasilan proses sterilisasi..
Penataan barang yang benar akan memudahkan proses pengosongan udara dari
chamber, memudahkan uap berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah
terbentuknya kondensat berlebihan yang akan menyebabkan kemasan basah.
Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk memudahkan uap
berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan udara.
Pengisian chamber mesin dengan barang sebaiknya memanfaatkan 75% dari kapasitas
chamber.
4. Mengeluarkan barang dari mesin
 Isi chamber harus dibiarkan dalam mesin sampai semua uap keluar dari chamber dan
barang sudah mengalami proses pendinginan.
 Tidak diperbolehkan memakai pendingin baik dengan kipas atau blower AC.
 Untuk mencegah masuknya lembab (dapat membawa mikroorganisme) ke dalam
kemasan, barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah mengalami pendinginan
secara sempurna.
 Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan
logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi
rekontaminasi.
 Sebelum didistribusikan, barang steril disimpan dalam almari khusus di ruang
penyimpan barang steril.

5. Beberapa program sterilisasi dengan sterilisator uap (autoklaf) Getinge


a. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-1 / Prevac 1
Sterilisasi dengan program ini digunakan untuk kain tenun, kasa, kapas lidi, dan
instrumen logam yang telah dikemas. Suhu pemanasan 135oC, lama pemanasan pada
suhu tersebut selama 7 menit. Bila kain tenun/kasa/instrumen dikemas dalam tromol,
selama sterilisasi pori-pori tromol harus dalam keadan terbuka agar bisa ditembus uap
panas.

b. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-2 / Program gravity


Digunakan untuk sterilisasi sarung tangan karet, kateter karet dan bahan lain yang
terbuat dari karet/plastik (misal tabung spuit) yang telah dikemas. Suhu pemanasan
121oC, dengan lama pemanasan pada suhu tersebut selama 20 menit.

21
c. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-3 / B & D Test
Digunakan untuk Bowie –Dick Test

d. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-4


Digunakan untuk sterilisasi instrumen logam yang diletakkan dalam bak/tromol
terbuka, botol kaca, bak/tromol kosong, dan kapas lidi. Suhu pemanasan 135oC,
dengan lama pemanasan pada susu tersebut selama 3,5 menit. Selama sterilisasi
bak/tromol harus dalam keadaan terbuka dan segera menutup bak/tromol tersebut jika
proses sterilisasi telah selesai.

e. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-5


Digunakan untuk semua jenis alat yang tidak tahan panas ( karet, plastik )

f. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-6


Digunakan untuk tes kebocoran / Leak Test

6. Proses Sterilisasi
 Masukkan barang yang akan disterilkan ke dalam autoklaf, barang yang lebih berat
diletakkan di sebelah bawah tabung/ruang, barang yang berbentuk wadah diletakkan
secara terbalik/posisi lubang di bawah.
 Periksa tekanan suplai uap air pada tampilan di pintu luar autoklaf minimal
menunjukkan 250 kpa.
 Tutup pintu autoklaf.
 Tekan tombol “start”, tahapan proses sterilisasi dapat dilihat/dinyatakan dengan
menyalakan tombol “pre treatment”, “sterilising” dan “post treatment”. Jangan
mengubah program pada saat proses sterilisasi sedang berlangsung.
 Bila tombol “proses end” menyala, adalah tanda bahwa proses sterilisasi telah
selesai, buka pintu dengan melepaskan sistem penguncian.
 Bila barang yang disterilkan dikehendaki lebih kering dan waktunya memungkinkan
maka diamkan sebentar barang di dalam dengan pintu pintu terbuka sedikit sebelum
dikeluarkan dari autoklaf.
Selama proses sterilisasi dengan autoklaf, petugas UNIT STERILISASImerekam
data proses sterilisasi dengan kertas grafik dan mencatat dalam Buku Laporan
Sterilisasi.

22
IV. LOGISTIK

PERALATAN YANG ADA DI UNIT STERILISASI


1. Peralatan medik

a. Sterilisator uap panas (autoklaf) merek Getinge : 1 unit


b. Sterilisator uap panas ( autoclave) merk Delta Clave : 1 unit
c. Troli pengangkut : 2 unit
d. Lemari penyimpan barang steril : 1 unit
e. Rak penyimpanan barang steril : 1 unit

1. Peralatan non medic


a. Meja stainless steel : 1 buah
b. Meja kayu : 1 buah
c. Kursi kayu panjang : 1 stel
d. Kursi : 3 buah
e. Lemari : 2 unit
f. Alat pelindung: apron, masker, kaca mata, topi, sarung tangan, alas kaki khusus
g. Wash bak : 3 unit
h. Ember : 9 buah
i. Baskom : 5 buah
j. Tromol : 5 buah
k. Kontainer plastik : 5 buah
l. Bahan pengemas
m. Alat pengering
n. Alat pencuci
o. Jam dinding : 2 buah
p. Alat pembersih ruangan
q. Alat pendingin ruangan AC Split :1 buah

3. Bahan/zat kimia
a. Indikator external / Label
b. Deterjen
c. Disinfektan: Clorin tablet
d. Kapas, lidi
e. Pembersih lantai, sink, dinding/ruangan

V. KESELAMATAN PASIEN

Kejadian infkesi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat dirumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit infeksi nosokomial merupakan
persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian
pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien
namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama di rumah sakit ini berarti pasien membayar
lebih mahal .

23
PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PASIEN

Petugas unit sterilisasi bertanggung jawab terhadap pencegahan kecelakaan pada pasien
sehubungan dengan alat/instrumen yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi,
disinfeksi, pengemasan, sterilisasi dan penanganan barang steril secara aseptik dan sesuai
SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada
pasien. Pasien penerima barang yang belum diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya
dapat mengalami komplikasi atau penundaan tindakan. Alat terkontaminasi atau on-steril
apabila digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

Saran Tindakan Aman

a. Setiap melakukan kegiatan di unit sterilisasi lakukan kebersihan tangan


b. Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan.
c. Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran, kerusakan
atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat.
d. Pastikan bahwa barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju ruang dekontaminasi.
e. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi diuji
secara teratur dan dijamin dengan baik.
f. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam keadaan lengkap dan
berfungsi secara normal.
g. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber.

KETERKAITAN UNIT STERILISASIDENGAN KESELAMATAN PASIEN

Kebersihan Tidak menjaga kebersihan


Keselamatan pasien
tangan tangan

Melakukan Dekontaminasi
Proses Keselamatan pasien
Dekontaminasi Tidak sesuai SPO

- Human Error
Proses - Mekanik
- Kesalahan-kesalahan Keselamatan pasien
Strerilisasi pengelolaan peralatan medis

- Ruang Penyimpanan tidak


Penyimpanan standar Keselamatan pasien
dan Distribusi - Transportasi yang tidak
Peralatan Steril benar

24
VI. KESELAMATAN KERJA
A. ALAT PELINDUNG DIRI

Untuk melindungi petugas dari kontaminasi, petugas UNIT STERILISASIharus


dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron lengan panjang yang tahan terhadap
cairan kimia, penutup kepala, masker dan kaca mata pelindung, khususnya untuk staf saat
melakukan prosedur yang memungkinkan cipratan atau kontaminasi dari cairan yang
mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki
ruang dekontaminasi dan sepatu tahan air. Masker dan kaca mata pelindung harus dilepas
saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung dan kaca mata
pelindung harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus dicuci setelah
setiap pemakaian.

B. PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PETUGAS

Pada dasarnya kecelakaan kerja dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang
dapat ditimbulkannya. Semua petugas UNIT STERILISASI mempunyai tanggung jawab
untuk melaksanakan semua kegiatan di lingkungan UNIT STERILISASIsecara aman,
sehingga semua petugas harus mengetahui potensi bahaya dari pekerjaan yang
dilakukannya.

1. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Kontaminasi

Bahaya paparan darah dan cairan tubuh lainnya, maupun zat kimia di lingkungan UNIT
STERILISASIdapat mengakibatkan luka dan penyakit. Upaya pencegahan dapat dilakukan
secara efektif menggunakan pelindung diri: sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki,
gaun anti cairan, masker, maupun kaca mata pelindung. Seluruh petugas UNIT
STERILISASIbertanggung jawab untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat
pelindung diri secara benar.

Saran Tindakan Aman

a. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang terkontaminsi


tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pandangan terhadap alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrumen satu per satu. Pada saat transportasi, pastikan agar bagian
runcing dari instrumen mengarah berlawanan terhadap tubuh kita.
c. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, silet) ke dalam wadah tahan tusukan,
jangan pada tempat sampah biasa.
d. Ikuti petunjuk pabrik mengenai penggunaan zat kimia secara aman dan gunakan alat
pelindung diri untuk mencegah paparan zat kimia terhadap kulit dan membrana
mukosa (selaput lendir) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
e. Berhati-hatilah apabila mendekati area yang berair (area dekontaminasi dan
pencucian), pastikan lantai tidak licin.
f. Pada waktu mencuci instrumen di dalam bak, gosoklah instrumen di bawah
permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.

2. Proses sterilisasi

Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang telah
mendapat pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasi yang benar, sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat
diperkecil dan upaya penyediaan barang steril lebih terjamin.

25
Jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun selaput
lendir yang disebabkan oleh kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu
dekatnya posisi terhadap sumber panas (misalnya sterilisator uap, sterilisator panas
kering). Selain itu juga dapat terjadi luka pada mata akibat cipratan zat kimia, sehingga
diperlukan alat pelindung mata.

Saran tindakan aman

a. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani obyek bersuhu tinggi.
b. Hati-hati pada saat menggunakan “sealer panas” dan pemotong kantong sterilisasi
(pouches).
c. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih.

C. PENANGANAN ZAT-ZAT KIMIA DI UNIT STERILISASI


Mengingat banyak zat kimia yang digunakan di UNIT STERILISASIbersifat toksik,
maka penanganan zat kimia di UNIT STERILISASIsangat perlu diperhatikan. Hal ini
penting, karena apabila tidak ditangani secara baik dapat membahayakan baik bagi
petugas maupun pasien.

1. LYSOL

Lysol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbol kreolin dan likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai disinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar
mandi/WC dan menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai
larutan antiseptik dengan konsentrasi antara 1%-2%. Dosis letal oral pada manusia
adalah 140 mg/kgBB.

Bahaya utama pada kesehatan


Pada kulit dan mukosa: Gatal dan mati rasa. Pada keadaan berulang atau berat:
kemerahan, gatal, dan luka bakar
Paparan kronis pada kulit: dapat timbul dermatitis kontak yang antara lain ditandai
oleh eritema dan vesikel.
Paparan pada mata: Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema palpebra, dan
iritis.
Efek sistemik: nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing, dispnea, penglihatan kabur,
nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol >5% dapat menyebabkan luka
bakar pada mulut dan esofagus.
Efek pada sistem kardiovaskuler: hipotensi, syok.
Efek pada ginjal: Urin berwarna gelap karena hemoglobinuria.
Efek pada pernafasan: depresi pernafasan dan gagal nafas.

Tindakan pertolongan bila terhirup :


- Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:

 Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena.


 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air
bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan korban menggosok mata.
 Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

26
Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal:

 Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk dewasa maksimal 250 cc sekali minum, anak-anak 100 ml.
 Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
 Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

Tindakan pertolongan paparan pada kulit:

 Bawa pasien segera ke kran terdekat.


 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit.
 Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan.
 Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah dalam
wadah/plastik tertutup.
 Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron.
 Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

2. NATRIUM HIPOKLORIT

Larutan Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5-10% biasa digunakan sebagai pemutih (contoh
Bayclin). Selain itu, larutan ini juga digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi
>20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan
asam lambung akan melepaskan asam klorat dan gas klor bebas dalam lambung yang
apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.

Bahaya utama terhadap kesehatan

Inhalasi: Bila terhirup, tenggorokan akan terasa sakit, iritasi saluran pernafasan, batuk,
sesak nafas dan edema paru-paru.

Kontak kulit: Kulit memerah, terasa perih, iritasi lokal dan erupsi.

Kontak mata: Mata memerah, korosif, perih, penglihatan kabur.

Tertelan: Pada konsentrasi 3%-5% mulut dan tenggorokan terasa terbakar, iritasi mulut
dan faring, edema faring dan laring, mual, muntah. Pada konsentrasi lebih
pekat nyeri telan, salivasi, tenggorokan, dan perut terasa sangat nyeri.

Tindakan pertolongan bila terhirup :


- Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:


 Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena.
 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air
bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan korban menggosok mata.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

27
Tindakan pertolongan paparan pada kulit:

 Bawa pasien segera ke kran terdekat.


 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit.
 Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan.
 Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah dalam
wadah/plastik tertutup.
 Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron.
 Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal

 Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran.
Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, anak-anak 100 ml.
 Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
 Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
 Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antasida.

3. Glutaraldehyde / Cocpropylene Diamine

Umumnya digunakan sebagai desinfektan.

Bahaya terhadap kesehatan

Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual,


muntah, perdarahan.
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme.
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : Iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea
buram dan buta.
Tindakan pertolongan bia terhirup :
- Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:


 Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena.
 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air
bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan korban menggosok mata. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu
segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan paparan pada kulit:
 Bawa pasien segera ke kran terdekat.
 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit.
 Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan.
 Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah dalam
wadah/plastik tertutup.
 Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron.
 Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

28
Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal
 Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran.
Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100
ml.
 Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
 Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

VII. PENGENDALIAN MUTU


Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk steril dan harus ada
jaminan barang yang telah disterilkan benar-benar steril. maka harus dilakukan monitor
proses sterilisasi untuk memberi jaminan bahwa parameter yang ditentukan dalam proses
sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik. Selain itu, juga harus dilakukan evaluasi mutu hasil
sterilisasi untuk mengetahui apakah barang/alat yang disterilkan sudah betul-betul steril.

Beberapa hal berkaitan dengan proses sterilisasi uap dengan mesin tipe prevacuum yang
perlu dipantau antara lain:

1. Thermocouples,
2. Uji kebocoran (leak rate test),
3. Uji pengosongan udara (tes Bowie-Dick)
4. Pencatatan suhu (thermograph),
5. Indikator kimia pada kemasan,
6. Indikator Biologis (Bacillus stearothermophilus)

A. Kontrol Kualitas Sterilisasi


Kontrol proses sterilisasi yang ketat memberi jaminan bawa peralatan medis yang kita
sediakan adalah benar-benar steril dengan melakukan kultur atau uji sterilitas setiap
produk yang disterilkan. Tapi cara ini tidak praktis dan mahal, maka solusinya perlu
dilakukan Monitoring Proses Sterilisasi, yatu memonitor proses sterilisasi untuk
memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses
sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik

Hal-Hal yang harus diperhatikan untuk control kualitas :


1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan. Setiap kemasan yang disterilkan harus
mencantumkan identitas berupa nomot lot yang mencakup : nomor mesin sterilisasi.
Tanggal proses sterilisasi dan keterangan siklus ke berapa dari mesin sterilsasi.
Alasan : Identifikasi ini akan memudahkan pada saat diperlukan melakukan
recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah didistribusikan.

2. Data mesin Sterilisasi


Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan :
a. Nomor lot
b. Informasi umum kemasan ( linen, instrumen )
c. Waktu pemaparan dan suhu ( kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi )
d. Nama Operator
e. Data hasil pengujian biologis
f. Data respons terhadap indikator kimia
g. Data hasil uji Bowie-Dick

3. Waktu Kadaluarsa
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan
waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok

29
B. MONITORING PROSES STERILISASI
Monitoring proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan indikator sterilisasi.

Jenis-jenis Indikator Sterilisasi:

1. Indikator Mekanik
Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti gauge,
tebel, dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat
sterilisasi bekerja dengan baik. Pengukuran suhu dan tekanan merupakan fungsi
penting dari sistem monitoring. Bila indikator mekanik berfungsi dengan baik,
akan memberikan informasi segera mengenai suhu, tekanan, waktu dan fungsi
mekanik lain dari alat. Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan
kalibrasi alat dengan tepat atau pemakaian yang terlalu sering dapat memberikan
informasi yang tidak tepat.

2. Indikator kimia
Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang
disterilkan yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia
diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu, vial). Yang dipakai di Unit
Sterilisasi berupa tape. Indikator ini memberikan informasi kondisi steril pada
tiap kemasan (pack by pack basis), sehingga selain digunakan di luar, ada juga
yang diletakkan di dalam kemasan.

Klasifikasi indikator kimia:

a. Kelas 1: indikator eksternal dan indikator internal


Indikator eksternal, contoh: Autoclave tape

Berbentuk tape (pita), dan digunakan di bagian luar setiap kemasan. Dengan
terjadinya perubahan warna, indikator ini memberi informasi:

 bahwa bagian luar kemasan telah melewati proses sterilisasi.


 membedakan antara benda yang sudah dan belum disterilkan, dan
 berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan.
Indikator internal, contoh: Comply (3M)

Indikator ini berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan dalam tiap


kemasan. Melalui perubahan warna yang terjadi, indikator ini memberi
informasi bahwa benda dalam kemasan telah melewati proses sterilisasi,
yang berarti pula sterilan telah
berpenetrasi ke dalam kemasan.

b. Indikator Bowie-dick
Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang
sterilisasi. Indikator ini hanya digunakan pada metode sterilisasi uap panas yang
menggunakan sistem vakum. Bila alat sterilisasi sudah dilengkapi dengan
perangkat untuk menguji kebocoran udara, maka tidak perlu lagi dilakukan tes
Bowie-Dick.

Tes Bowie-Dick dilakukan dengan Bowie-Dick dengan kemasan kertas dan


dalam kemasan tabung. Lembar tes Bowie-dick diletakkan di tengah-tengah
kemasan. Kemasan uji dimasukkan dalam sterilisator yang kosong, tepatnya di

30
bagian depan bawah, di atas drain. Kemudian dilakukan sterilisasi pada suhu
132oC-134oC selama 3,5 - 4 menit (perhitungan waktu mulai dilakukan saat
suhu menunjukkan 132oC). Setelah selesai, lembaran tes dievaluasi. Hasil yang
baik ditandai dengan perubahan warna dari putih menjadi hitam merata. Bila
warna tidak merata, maka diduga masih ada udara yang tertinggal dalam ruang
sterilisasi yang berarti kerusakan pompa vakum dari alat.

Indikator kimia lainnya meliputi indikator kelas 3 (Indikator single parameter),


kelas 4 (Indikator multiparameter), kelas 5 (Integrator), dan kelas 6 (Emulgator)
tidak dilakukan di Unit Sterilisasi Rumah Sakit RK.Charitas, karena tidak
direkomendasikan oleh berbagai organisasi (AAMI, AORN, CDC, JC) sebagai
bagian dari program jaminan sterilitas.

3. Indikator Biologi
Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang
bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu
proses sterilisasi tertentu.

Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora hidup
yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila selama
proses sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka diasumsikan bahwa
mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan benda yang disterilkan bisa
disebut steril. Indikator biologi tersedia untuk metode sterilisasi uap panas, gas
etilen oksid dan panas kering.

Indikator biologi yang digunakan adalah ampul Attest. Ampul dimasukkan pada bagian
tengah kemasan uji. Kemasan uji tersebut diletakkan pada bagian depan bawah di atas
drain, bersama barang lain yang akan disterilkan. Lakukan sterilisasi sesuai suhu yang
diinginkan. Setelah sterilisasi selesai, indikator diaktifkan (ampul dipecah), kemudian
dimasukkan dalam inkubator (suhu 57oC selama 24-48 jam). Bila selama proses
sterilisasi spora terbunuh, maka tidak akan terjadi perubahan warna (tetap berwarna
ungu). Ini berarti proses sterilisasi telah tercapai. Sebaliknya bila spora dapat bertahan
maka dalam media pertumbuhan akan terjadi pembentukan asam yang dapat
mengakibatkan perubahan warna.

Sampai saat ini indikator biologi merupakan referensi dasar untuk menentukan
tercapainya kondisi steril.

C. MONITORING MUTU HASIL STERILISASI

1. Uji sterilitas dengan pembiakan/kultur

Di RSUD Kardinahmonitoring mutu hasil sterilisasi dilakukan dengan cara


pembiakan/kultur yang dilakukan tiap 6 bulan sekali. Bahan uji meliputi
instrumen, kassa, kapas lidi, kain tenun , botol kosong, dan selang yang telah
disterilkan. Bahan tersebut dikirim ke Labkesda untuk dilakukan pembiakan.
Apabila tidak tumbuh kuman maka kualitas hasil sterilisasi dikatakan baik. Hasil
kultur dilaporkan kepada direktur.

2. Surveilans kejadian infeksi luka operasi

Salah satu dampak terpenting akibat mutu hasil sterilisasi yang kurang baik
adalah terjadinya infeksi luka operasi, oleh karena itu salah satu cara memonitor
31
mutu hasil sterilisasi adalah dengan memantau terjadinya kasus infeksi luka
operasi. Pemantauan dilakukan setiap hari pada semua pasien paska operasi. Yang
dipantau adalah ada/tidaknya gejala/tanda infeksi luka operasi sesuai kriteria
diagnosis infeksi luka operasi.

D. MONITORING MUTU AIR BERSIH

Untuk mengetahui mutu air bersih yang digunakan di Unit Sterilisasi, dilakukan
pemeriksaan mutu air bersih tiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan Kimia dan 1
bulan sekali untuk pemeriksaan Mikrobiologi. Sampel diambil dari kran pemakaian
Unit Sterilisasi, pengambilan dilakukan oleh petugas pengelola air bersih dari
Bagian Sanitasi. Selanjutnya sampel dikirim ke Labkesda untuk diperiksa apakah
memenuhi syarat mutu air bersih/tidak. Bila hasil belum baik, maka dilakukan tindak
lanjut berupa pengurasan bak penampung dan pembubuhan kaporit sesuai prosedur.

VIII. PENUTUP

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

32
Salah satu cara untuk menilai kemajuan atau keberhasilan suatu program/kegiatan adalah
dengan cara melakukan evaluasi. Di bagian unit sterilisasi evaluasi yang dilakukan
meliputi:
1. Proses sterilisasi
Dilakukan dengan menggunakan indikator baik indikator fisik/mekanik, kimia, maupun
biologi. Bila hasilnya tidak bagus berarti ada gangguan pada sterilisator dan segera
dilakukan perbaikan.
2. Mutu hasil sterilisasi
Dilakukan dengan cara uji mikrobiologis dengan biakan/kultur. Bila hasilnya masih
tumbuh kuman berarti mutu sterilisasi jelek, sehingga harus dicari penyebabnya apakah
pada alat, sumber daya manusia (petugas), pelaksanaan SOP yang tidak benar atau
SOPnya yang kurang sesuai dan segera dilakukan perbaikan.
3. Pelaksanaan prosedur tetap unit sterilisasi
Evaluasi pelaksanaan prosedur tetap dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
prosedur tetap itu dilaksanakan oleh petugas. Evaluasi dilakukan 1 kali /tahun, dengan
cara mengobservasi petugas dalam melakukan prosedur tertentu, dengan menggunakan
instrumen yang berisi hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang petugas dalam
melaksanakan suatu prosedur tertentu. Bila nilainya masih kurang dari 75% maka harus
dilakukan sosialisasi ulang.
4. Pelayanan unit sterilisasi
Evaluasi pelayanan unit sterilisasi dilakukan dengan cara membagi kuesioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan antara lain tentang:
- pemenuhan kebutuhan barang steril di unit masing-masing
- kecepatan pelayanan unit sterilisasi
- komunikasi petugas
- kritik dan saran
- dan sebagainya
Kuesioner dibagikan kepada seluruh unit terkait, hasilnya direkapitulasi dan dievaluasi.
Bila masih banyak yang menjawab kurang memuaskan maka segera dilakukan
perbaikan sesuai permasalahan yang masih ada. Kritik dan saran segera ditindaklanjuti.
5. Mutu air bersih unit sterilisasi
Dilakukan tiap 4 bulan sekali. Sampel air dari kran unit sterilisasi dikirim ke Labkesda
untuk dilakukan uji mutu air bersih. Bila hasilnya belum baik, dicari penyebabnya dan
dilakukan tindak lanjut, dapat berupa pengurasan bak, pembersihan saluran, dan
pembubuhan kaporit.
6. Pemeriksaan mikrobiologi ruang penyimpan barang steril (udara, AC, almari)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi sterilitas ruangan dan mengetahui pola
kuman. Dilakukan dengan kultur udara dan usapan pada AC dan almari penyimpan.
Pelaksanaan dilakukan oleh petugas Labkesda. Hasil kultur dievaluasi, bila msih
didapatkan kuman, segera dilakukan sterilitas ruangan dengan fogging serta
pembersihan Ac dan lemari secara lebih intensif dengan larutan presept.

Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjadi tantangan


yang harus diantisipasi para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu kita juga dituntut
memberikan pelayanan yang profesinal dengan diberlakukannya undang-undang tentang
Praktek Kedokteran yang ditujukan bagi kepastian hukum baik bagi penerima pelayanan
maupun pemberi pelayanan kesehatan.
33
Kejadian infksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat dirumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit infeksi nosokomial merupakan persoalan
serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien
namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama dirumah sakit ini berarti pasien membayar
lebih mahal .
Pencegahan dan Pengendalian infeksi dirumah sakit (PPIRS) merupakan kegiatan yang
sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu pencegahan dan
pengendalian infeksi perlu diperhatikan.
Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melaksanakan pelayanan Unit sterilisasi yang baik. Tanggung jawab untuk melaksanakan
semua kegiatan secara aman di lingkungan pusat sterilisasi menjadi tanggung jawab
petugas pusat sterilisasi Setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas terhadap bahaya
yang mungkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat
dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Dengan
memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka
resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.

34
PEDOMAN PELAYANAN

UNIT STERILISASI

RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

35

Anda mungkin juga menyukai