PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan 2500
gram sampai dengan 4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai
Neonatus, bayi dan balita dengan resiko tinggi adalah suatu keadaan
pada bayi baru lahir, bayi, dan balita yang dapat menyebabakan terjadinya
gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan
yang tepat dan benar. Ada beberapa kondisi yang dapat menjadikan
neonatus, bayi dan balita berisiko tinggi, yaitu BBLR, asfiksia neonatorum,
gagal bernapas secara spontan dan teratur sehingga bayi tidak dapat
tubuhnya segera setelah lahir atau beberapa waktu kemudian (Dewi, 2014).
intrapartum maupun pada janin itu sendiri. Faktor resiko pada antepartum
lama, mekonium dalam air ketuban, ketuban pecah dini, induksi oksitosin
1
2
dan prolaps tali pusat. Sedangkan faktor resiko pada janin yaitu
morbiditas yang penting. Asfiksia paling sering terjadi pada periode segera
resusitasi, karena ada beberapa bayi yang tidak memiliki faktor resiko
baru lahir (neonatus) yang gagal bernafas secara spontan yang adekuat. Saat
ini, derajat ringan beratnya beban bayi (asfiksia neonatorum) lebih tepat
lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk menilai
frekuensi jantung, usaha napas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap
rangsangan. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2. Dari hasil penilaian
tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (jika diperoleh nilai APGAR 7-
10), asfiksia sedang-ringan (nilai APGAR 4-6) atau bayi menderita asfiksia
berat (nilai APGAR 0-3). Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai
3
7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut karena kalau bayi
APGAR selain dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke-
pengolahan data, didapatkan p value = 0,001 dan nilai Z hitung lebih besar
dari Z tabel (4,508 > 2,021), maka H0 di tolak dan Ha diterima, sehingga
prematur, umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian
terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi (Kementrian
menunjukkan sebesar 762 kasus yaitu 5,22 per 1.000 kelahiran hidup.
puskesmas tahun 2015 ada 571 yang berjenis kelamin laki-laki (7,46%) dan
jumlah kelahiran yaitu 985 orang dengan jumlah kematian bayi akibat
asfiksia yaitu 1 (0,10%), pada tahun 2015 jumlah kelahiran 884 orang dengan
jumlah kematian bayi akibat asfiksia yaitu 2 (0,09%), sedangkan pada tahun
2016 jumlah kelahiran 1284 dengan jumlah kematian bayi akibat asfiksia 3
Data yang di peroleh dari ruang rekam medik RSUD Barru Kabupaten
Barru jumlah bayi baru lahir pada tahun 2014 sebanyak 534, yang mengalami
asfiksia yaitu 39 (7,3%). Jumlah bayi baru lahir pada tahun 2015 sebanyak
603, yang mengalami asfiksia yaitu 48 (7,9%). Sedangkan pada tahun 2016
jumlah bayi baru lahir sebanyak 617 dan yang mengalami asfiksia yaitu 54
(8,5%) dan 1 bayi meninggal akibat asfiksia. Dan pada tahun 2017 mulai dari
bulan Januari sampai bulan Juli jumlah bayi baru lahir sebanyak 542 dan
Juni 2017 dari bidan yang bertugas di ruang bayi bahwa angka kejadian
5
lama atau macet, dan Ketuban Pecah Dini (KPD). Adapun salah satu
penanganan yang diberikan pada bayi baru lahir dengan diagnosa asfiksia
adalah resusitasi.
B. Rumusan Masalah
Terhadap Perubahan APGAR Score pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
neonatal.
2. Manfaat Praktis
3. Manfaat Institusi
asfiksia neonatorum.