Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan 2500

gram sampai dengan 4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu (Sari, 2014).

Neonatus, bayi dan balita dengan resiko tinggi adalah suatu keadaan

pada bayi baru lahir, bayi, dan balita yang dapat menyebabakan terjadinya

gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan

yang tepat dan benar. Ada beberapa kondisi yang dapat menjadikan

neonatus, bayi dan balita berisiko tinggi, yaitu BBLR, asfiksia neonatorum,

sindrom gangguan pernapasan dan perdarahan tali pusat (Dewi, 2013).

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang

gagal bernapas secara spontan dan teratur sehingga bayi tidak dapat

memasukkan oksigen dan tidak dapat melepaskan karbon dioksida dari

tubuhnya segera setelah lahir atau beberapa waktu kemudian (Dewi, 2014).

Ada beberapa faktor resiko asfiksia neonatorum baik pada antepartum,

intrapartum maupun pada janin itu sendiri. Faktor resiko pada antepartum

yaitu primipara, demam saat kehamilan, hipertensi dalam kehamilan

(preeklampsia), anemia, perdarahan antepartum, riwayat neonatus

sebelumnya. Faktor resiko pada intrapartum yaitu malpresentasi, partus

lama, mekonium dalam air ketuban, ketuban pecah dini, induksi oksitosin

1
2

dan prolaps tali pusat. Sedangkan faktor resiko pada janin yaitu

prematuritas, BBLR, pertumbuhan janin terhambat. Disamping itu, asfiksia

neonatorum atau asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan

morbiditas yang penting. Asfiksia paling sering terjadi pada periode segera

setalah lahir dan menimbulkan sebuah kebutuhan resusitasi dan intervensi

segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbioditas (Maryunani, 2009).

Sebagai petugas kesehatan harus selalu siap melakukan tindakan

resusitasi, karena ada beberapa bayi yang tidak memiliki faktor resiko

sekalipun ternyata membutuhkan resusitasi. Dengan demikian diharapkan

setiap persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir (Dewi, 2014).

Resusitasi neonatus adalah suatu prosedur yang diterapkan untuk bayi

baru lahir (neonatus) yang gagal bernafas secara spontan yang adekuat. Saat

ini, derajat ringan beratnya beban bayi (asfiksia neonatorum) lebih tepat

dinilai dengan cara penilaian menurut APGAR (Maryunani, 2009).

Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit pertama setelah bayi

lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk menilai

apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Adapun penilaian meliputi

frekuensi jantung, usaha napas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap

rangsangan. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2. Dari hasil penilaian

tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (jika diperoleh nilai APGAR 7-

10), asfiksia sedang-ringan (nilai APGAR 4-6) atau bayi menderita asfiksia

berat (nilai APGAR 0-3). Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai
3

7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut karena kalau bayi

menderita asfiksia lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala-gejala

neurologik lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, m aka penilai

APGAR selain dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke-

5 setelah bayi lahir (Tando, 2013).

Keberhasilan resusitasi dinilai apabila pernapasan bayi teratur, warna

kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan bernapas normal

sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi (Marmi, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Wiwit Desi Intarti (2016) tentang

Efektifitas Muscle Pumping dalam meningkatkan Score Apgar Pada Bayi

Baru Lahir Dengan Asfiksia menunjukkan bahwa setelah dilakukan

pengolahan data, didapatkan p value = 0,001 dan nilai Z hitung lebih besar

dari Z tabel (4,508 > 2,021), maka H0 di tolak dan Ha diterima, sehingga

dapat disimpulkan bahwa muscle pumping efektif dalam meningkatkan skor

APGAR pada 20 bayi baru lahir dengan asfiksia.

Penelitian juga ini didukung oleh Novisye Katiandagho dan Kusmiyati

(2015) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum yang menyimpulkam bahwa ada hubungan antara bayi

prematur, umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian

asfiksia neonatorum di RSUD Liun Kendage Tahuna.

Menurut Riskesdas, kompilikasi yang menjadi penyebab kematian

terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).


4

Di Sulawesi Selatan tahun 2014 angka kematian Neonatal

menunjukkan sebesar 762 kasus yaitu 5,22 per 1.000 kelahiran hidup.

Jumlah Kematian Neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan dan

puskesmas tahun 2015 ada 571 yang berjenis kelamin laki-laki (7,46%) dan

313 yang berjenis kelamin perempuan (4,27%) (Profil Kesehatan Prov.

Sulawesi Selatan, 2016).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Barru pada tahun 2014

jumlah kelahiran yaitu 985 orang dengan jumlah kematian bayi akibat

asfiksia yaitu 1 (0,10%), pada tahun 2015 jumlah kelahiran 884 orang dengan

jumlah kematian bayi akibat asfiksia yaitu 2 (0,09%), sedangkan pada tahun

2016 jumlah kelahiran 1284 dengan jumlah kematian bayi akibat asfiksia 3

(0,23%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, 2017).

Data yang di peroleh dari ruang rekam medik RSUD Barru Kabupaten

Barru jumlah bayi baru lahir pada tahun 2014 sebanyak 534, yang mengalami

asfiksia yaitu 39 (7,3%). Jumlah bayi baru lahir pada tahun 2015 sebanyak

603, yang mengalami asfiksia yaitu 48 (7,9%). Sedangkan pada tahun 2016

jumlah bayi baru lahir sebanyak 617 dan yang mengalami asfiksia yaitu 54

(8,5%) dan 1 bayi meninggal akibat asfiksia. Dan pada tahun 2017 mulai dari

bulan Januari sampai bulan Juli jumlah bayi baru lahir sebanyak 542 dan

yang mengalami asfiksia yaitu 42 (7,74 %) dan 1 bayi meninggal akibat

asfiksia (Data Rekam Medik RSUD Barru, 2017).

Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh peneliti pada tanggal 8

Juni 2017 dari bidan yang bertugas di ruang bayi bahwa angka kejadian
5

asfiksia neonatorum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini

dipengaruhi karena faktor ibu yang mengalami hipertensi pada kehamilan

(preeklamsia dan eklamsia), BBLR, ketuban bercampur mekonium, partus

lama atau macet, dan Ketuban Pecah Dini (KPD). Adapun salah satu

penanganan yang diberikan pada bayi baru lahir dengan diagnosa asfiksia

adalah resusitasi.

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Resusitasi terhadap Perubahan

APGAR Score pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Neonatorum di

RSUD Barru Kabupaten Barru Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Pengaruh Resusitasi

Terhadap Perubahan APGAR Score pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia

Neonatorum di RSUD Barru Kabupaten Barru Tahun 2017?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Resusitasi terhadap Perubahan APGAR

Score pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Neonatorum di RSUD

Barru Kabupaten Barru Tahun 2017”


6

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nilai APGAR Score pada bayi baru lahir

dengan asfiksia neonatorum sebelum dilakukan resusitasi di

RSUD Barru Kabupaten Barru Tahun 2017.

b. Untuk mengetahui nilai APGAR Score pada bayi baru lahir

dengan asfiksia neonatorum setelah dilakukan resusitasi di RSUD

Barru Kabupaten Barru Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat membuktikan teori pengaruh

resusitasi terhadap bayi asfiksia neonatorum sehingga menjadi sumber

informasi bagi peneliti selanjutnya dan digunakan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pada asuhan kebidanan

neonatal.

2. Manfaat Praktis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian sehingga menjadi sumber informasi bagi bidan khususnya

tentang asfiksia neonatorum.

3. Manfaat Institusi

Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk

kebijakan dan pelaksanaan serta menyusun program baik dinas

kesehatan maupun di wilayah kerja RSUD Barru Kabupaten Barru


7

dalam keberhasilan program upaya penanganan bayi baru lahir dengan

asfiksia neonatorum.

Anda mungkin juga menyukai