Definisi
Anemia didefinisikan sebagai pengurangan volume sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin (Hb) di bawah kisaran nilai yang terjadi pada orang sehat. Pada tabel 1
terlihat rata-rata dan kisaran nilai Hb dan hematokrit menurut kelompok umur anak
bergizi baik. Terdapat perbedaan rasial dalam tingkat hemoglobin. Anak berkulit
hitam memiliki kadar hemoglobin 0,5 g/dL lebih rendah dibandingkan dengan anak
berkulit putih dan anak ras Asia dalam umur dan status sosial ekonomi yang sama,
kemungkinan hal disebabkan oleh tingginya insiden α-talasemia pada anak berkulit
hitam.
Sebagai patokan untuk memastikan adanya anemia dapat dilihat dari 3
parameter yaitu kadar Hb, hematokrit/ pack cell volume (PCV) dan jumlah retikulosit.
Di klinik, kadar Hb dalam darah lebih sering digunakan karena selain lebih praktis,
kadar Hb lebih mencerminkan konsekuensi patofisiologis dari anemia sejalan dengan
fungsi utamanya sebagai pembawa oksigen. Kadar rata-rata dan kisaran kadar Hb,
hematokrit, dan retikulosit pada anak sehat dapat dilihat pada tabel 1.
Kriteria
Gejala Anemia
- Disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ terget
Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak waktu kerja, angina pectoris, dan
b. Sistem saraf
c. Sistem urogenital
d. Epitel
Warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut tupis
dan halus
- Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan
B12.
Gejala yang timbul gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan
1. Anamnesis
Pada anamnesis ditanya mengenai durasi dan onset gejala, pekerjaan, riwayat
mengenai lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan terhadap bahan kimia atau
fisik, serta riwayat penyakit keluarga juga ditanya untuk mengetahui apakah ada
faktor keturunan.
2. Pemeriksaan fisik
diberikan pada :
a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti
jerami
a. Tes penyaring
1. Kadar hemoglobin
2. Leukosit
3. Trombosit
5. Retikulosit
b. Pemeriksaan rutin
2. Hitung deferensial
3. Hitung retikulosit
a. Biopsy kelenjar à PA
Penatalaksanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada pasien
anemia adalah :
anemia aplastik yang mengancam jiwa pasien, atau pada anemia pasca
b. terapi suportif
tersebut.
4) Dalam keadaan dimana diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, kita terpaksa
perubahan diagnostik.
diberikan packed red cell , jangan whole blood. Pada anemia kronis sering
dengan tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti
Laboratorium
WBC dan Leukosit normal Perubahan Dapat terjadi Pansitopenia Dapat terjadi
Trombosit (granulo leukosit dan leukopenia dan trombosi
sitopenia, trombosit trombosi topenia
eosinofilia), tergantung topenia
trombositosis penyebabnya,
leukositosis sering
ada
MCV Menurun Normal/ Menurun Normal Meningkat
menurun
MCH Menurun Normal/ Menurun Normal Normal
menurun
MCHC Menurun Normal Menurun Normal Normal
RDW Meningkat Normal Meningkat Meningkat Meningkat
Fe serum Menurun Menurun Normal/ Normal Normal
< 30 µg/dl <50 µg/dl meningkat
TIBC Meningkat Menurun Normal/ Normal Normal
> 350 µg/dl <300 µg/dl menurun
Ferritin Menurun <20 Normal sampai Meningkat >50 Normal Normal
serum µg/l meningkat µg/l
Definisi
Epidemiologi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total
turun dibawah normal. Keadaan ini merupakan anemia yang paling sering menyerang
semua umur baik pada ibu hamil, balita, anak usia sekolah, remaja, maupun lansia (
Brunert and Suddarths, 2002 ). Anemia defisiensi besi ini dapat mengakibatkan
Keadaan ini jangan dianggap tidak berbahaya karena anemia in dapat menimbulkan
motorik, pendengaran dan penglihatan ( Pusponegoro, 2006 ). Akibat lain dari anemia
defisiensi besi adalah bisa terlihat pada kemampuan memecahkan masalah yang
rendah, gangguan prilaku dan tingkat IQ yang rendah. Keadaan ini pada anak sekolah
dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan mudah terkena infeksi karena daya
Kebutuhan zat besi pada anak-anak usia sekolah rata-rata 5 mg/hari. Jumlah
(Pusponegoro, 2006 ). Gejala yang timbul akibat anemia defisiensi besi adalah lemah
letih lalai dan capek. Kusnadi (2008) mengatakan bahwa kebanyakan keluarga tidak
lebih dari 50% penderita ini adalah anemia defisiensi besi, terutama mengenai bayi,
anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia keadaan ini merupakan masalah
gizi utama disamping kekurangan kalori protein, vitamin A dan Yodium. Penelitian
di Indonesia mendapatkan prevalensi anemia defisiensi besi pada anak balita sekitar
30% - 40%, pada anak sekolah 25% - 35%, hal ini disebabkan oleh kemiskinan,
balita 40.5%, usia sekolah 47.2%, remaja putri 57.1% dan ibu hamil 50.9%. Survey
Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ), 2001 mendapatkan prevalensi anemia pada anak
0 – 5 tahun 47%, anak sekolah dan remaja 26.5%, dan wanita usia subur 40%.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2007 dari 1.000 anak
25% dan jumlah anak yang mengalami defisiensi besi tanpa anemia jauh lebih
banyak.
Survey yang dilakukan oleh Mercy Cups tahun 2005 di 4 provinsi ( Sumbar,
Riau, Bengkulu dan Lampung ) ditemukan bahwa anak usia sekolah yang menderita
anemia sebanyak 45.31%, mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak,
• Kebutuhan akan zat besi meningkat : pada anak-anak dan wanita hamil.
verbal dan IQ keseluruhan lebih rendah pada umur 11-14 tahun ( karena
i. Mudah infeksi
Kebutuhan Fe yang dibutuhkan per hari menurut Widya Karya Pangan Dan
- Bayi : 3-5 mg
- Balita : 8 -9 mg
- Anak sekolah : 10 mg
- Dewasa laki-laki : 13 mg
- Ibu hamil : + 20 mg
Bayi normal yang baru lahir punya cadangan zat besi sebesar 250-300 mg.
Namun sebelum beranjak dewasa, jumlah cadangan zat besi yang diperlukannya
harus menjadi 4-5 gram, kalau tidak ingin kekurangan zat besi. Pada periode
pertumbuhan yang sangat cepat, seperti masa bayi, kebutuhan zat besi menjadi sangat
Menurut Prof. DR. Dr. Solichin Pudjiadi, DSAK., dalam bukunya Ilmu Gizi
Klinis pada Anak, ASI maupun susu sapi tidak mengandung cukup zat besi untuk
memenuhi kebutuhan bayi tersebut. Namun, bayi yang mendapat ASI tak cepat
kekurangan zat besi, karena 48% kadar besi dalam ASI bisa diserap bayi. Bayi yang
tak mendapatkan ASI (dengan kata lain SuFor dan sebagainya) hanya akan mendapat
5-10% zat besi dari bahan makanan lainnya, oleh karena lebih sulit untuk dicerna.
Jumlah ini tidak mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh bayi yang tengah
berkembang pesat.
Manifestasi Klinis
- Lemah, lesu
- Tachycardia
- Cardiomegali
- Systolic murmurs
- Pica
- Spoon nail
Tingkat anemia bermacam-macam, dari ringan sampai berat. Anemia zat besi
yang ringan dan sedang biasanya menimbulkan gejala pucat, lesu, lelah, dan pusing.
Untuk anak usia sekolah, anak menjadi kurang mampu belajar dan kurang berprestasi.
gagal jantung.
Bila gejala anemia berlangsung dalam jangka waktu relatif lama dapat
mengakibatkan berbagai gangguan organ dan sistem pada tubuh anak. Misal,
gangguan pertumbuhan organ, yang membuat tubuh anak tampak kecil dibanding
usianya. Lalu gangguan kulit dan selaput lendir, gangguan sistem pencernaan karena
kecil-kecil atau tak berkembang (atrofi mukosa lambung), gangguan otot gerak
sehingga anak cepat lelah dan lesu, gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga anak
mudah sakit, dan gangguan jantung, yakni berkurangnya kemampuan jantung untuk
memompa darah. Terakhir gangguan fungsi kognitif, antara lain kurang mampu
Bahkan, jika defisiensi zat besi berlangsung lama, misal, terjadi sejak usia
bayi dan tak dilakukan koreksi sampai anak usia 2 tahun, bisa menyebabkan
gangguan mental. “Bila anak sampai mengalami gangguan mental, sifatnya akan
Pada stadium dini atau satu, bila anak kekurangan zat besi, maka cadangan
zat besi di tubuhnya akan dipakai. Karena cadangan zat besinya dipakai, lama-lama
zat besinya habis. Tapi anak belum menunjukkan gejala misal, pucat. Karena masih
ada cadangan zat besi dalam darah, yaitu serum
iron dan transferin. Inilah yang dipakai. Pada kondisi ini disebut stadium dua.
Stadium tiga baru timbul gejala anemia seperti kadar HB-nya turun dan dalam
pemeriksaan darah akan timbul gambaran sel darah merah lebih kecil dan pucat
ringan-berat kekurangan zat besinya. Misal, bayi yang lahir prematur dari ibu yang
kekurangan zat besi dalam darahnya, relatif berisiko kekurangan zat besi dibanding
zat besi karena bayi prematur belum mampu menimbun zat besi dalam tubuhnya.
Selain itu, ia juga butuh banyak zat besi untuk mengejar kebutuhannya. Belum lagi
Laboratorium
- Nilai FEP
setelah pengobatan. Pada defisiensi Fe yang berat dan lama yang disertai
defisiensi Folat atau sekuestrasi di limpa dapat ditemukan trombositopenia
ringan
sideroblast negatif.
- Retikulosit menurun
Diagnosis Banding
• Talasemia α dan β
- α newborn period
• Hemoglobinipati
- Hb electroporesis
Penatalaksanaan
- Umum
Transfusi PRC
dengan kadar Hb <4 g/dL. Dosis 2-3 mL/KgBB/x Disertai pemberian diuretik
seperti furosemid.
Anemia Hemolitik
Definisi
• Anemia yang disebabkan oleh masa hidup eritrosit yang memendek (destruksi
RBC prematur).
Etiologi
Defek intrinsik:
• Kongenital:
- Defisiensi G6PD
Defek ekstrinsik:
• Infeksi : malaria
Manifestasi Klinis
• Dapat asimptomatik
Laboratorium :
• Terhadap etiologi:
- Hb elektgroforesa: talasemia
- Coombs test
Diagnosis Banding
• Anemia aplastik
Thalasemia
A. Definisi
Thalasemi adalah kelainan herediter akibat adanya mutasi gen globin yang
menyebabkan berkurangnya atau tidak adanya sintesis 1 atau lebih rantai globin.
1. Talasemi α
Talasemi α 1 :
Talasemi α 2 :
adanya delesi 2 bagian gen α -globin pada kromosom yang sama.
Penyakit Hb-H :
- Talasemi β minima
- Talasemi β trait
- Talasemi β intermedia
- Talasemi β mayor
B. Etiologi
1. Talasemi α : adanya delesi 1,2,3 atau keempat lokus gen α -globin dari 2 kopi
kromosom 16
protein yang dibentuk dalam normoblas. Setiap hemoglobin terdiri dan tetramer 2
rantai globin α dan 2 rantai globin non α yang terikat dengan heme. Heme
2+
mengandung 1 atom Fe (Fe ) yang terikat pada cincin porfirin. Hemoglobin pada
- Sintesis rantai globin yang tidak mengalami gangguan berjalan terus sehingga
menyebabkan akumulasi rantai globin bebas yang tidak larut dan mengalami
hematopoiesis ekstrameduler.
D. Patofisioloqi Talasemia
Rantai γ Rantai α Rantai β
Berlebihan
α2γ2 Hb F Presipitasi
Destruksi
Hemolisis prekursor
Afinitas O2 ↑
eritrosit
Eritropoesis
Splenomegali inefektif
Anemi
Hipoksia
jaringan
Ekspansi sumsum
tulang
Gangguan Endokrin
Sirosis
Gagal jantung
E. Tanda dan Gejala Klinis
• Mongoloid facies / facies rodent karena ekspansi sumsum tulang pada tulang
• Gangguan pertumbuhan
yang jelas. Adanya riwayat keluarga, keluhan lemah badan, pembesaran hati dan
talasemi β
Hemoglobin (%)
Kelainan
A A2 F
Talasemi β mayor
- Elektroforesis Hb
(ααT/ααT)
Talasemi (--/αα) Tanpa/anemi ringan Hb Bart's(2-10%) Tidak ada
Minor (-α/-α) penurunan MCV, MCH
Silent carrier (- α/ αα ) Tidak ada kelainan klinis Hb Dart's (0-20%) Tidak ada
dan hematologi
Keterangan: (αcsα) : gen globulin α untuk Hb Constant spring (CS)
(αα T) : gen talasemi α non delesi
Gambaran Klinik dan Hematologis Sindroma Talasemi β
Beratnya
++++ ++ +, ± ±,.0
manifestasi klinis
Genetik homozigot, homozigot, heterozigot heterozigot
heterozigot ganda heterozigot
ganda, jarang
helerozigot
G. Diagnosis Banding
trait talasemi β kadar Fe. TIBC (total iron binding capacity) dan feritin normal. Pada
umumnya penderita trait talasemi β rnempunyai MCV < 75 dan hematokrit > 30.
sebaliknya pada defisiensi Fe jarang didapatkan MCV < 75 sampai adanya penurunan
hematokrit < 30. Bila didapatkan Mentzer index (MCV/RBC) > 13, lebih cenderung
suatu defisiensi Fe, sedangkan bila < 13 lebih cenderung suatu trait talasemi β.
H. Terapi
- Suplemen asam folat mungkin diperlukan bila asupan berkurang atau selama
pertumbuhan
splenektomi
2.Talasemi mayor:
- Transfusi:
Pada talasemi intermedia dan talasemi lainnya dengankadar Hb > 7,5 gr%
biasanya tidak diperlukan transfusi. Transfusi regular dimulai bila Hb < 7 gr%
atau bila ada gangguan pertumbuhan . Transfusi yang dirnulai dini memberikan
keuntungan :
komplikasi penimbunan Fe. Kadar Hb > 10 gr% efektif menekan aktivitas eritroid
dan mencegah ekspansi sumsum tulang yang merupakan dasar patologi talasemi
mayor.
- Splenektomi:
adanya peningkatan risiko sepsis yang fatal pada penderita asplenia. Sebelum
- Fe chelation
Penderita talasemi yang sudah mendapat transfusi PRC di atas 100 unit memiliki
organ serta kematian. Gangguan fungsi organ terjadi bila total Fe tubuh 40 gram,
setelah transfusi 10-20 labu atau bila feritin mencapai 1000 ng/ml. Dosis
mg/kg BB. Dianjurkan untuk mempertahankan kadar feritin < 1500 ug/l. Ekskresi
Fe meningkat dua kali lipat dengan penambahan asam askorbat 200-500 mg/hari.
I. Prognosis
terapi adekuat rata-rata 15-25 tahun. Tanpa terapi, kematian karena anemi berat atau
karena gagal jantung kongestif, sirosis atau diabetes (karena penimbunan Fe). Selama
penderita dengan kadar Fe > 2500 mg, kelangsungan hidup tersebut < 20 %.
Anemia Aplastik
Definisi
megakariosit.
Etiologi :
- idiopatik
- Kongenital
Gambaran klinis
lekopeni.
• Pansitopeni perifer
Darah tepi:
Sumsum tulang :
Anemia aplastik berat : 2 atau 3 kriteria darah tepi dan 1 kriteria sumsum tulang
Diagnosis Banding
• SLE
Terapi
Definisi
Paling banyak karena defisiensi asam folat atau cobalamin (vit. B12).
Klasifikasi
2. Anemia pernisiosa
Manifestasi klinis
INFANT :
• Rewel
• Diare kronis
• Perdarahan
ANAK :
- Kwasiorkor
- Marasmus
Laboratorium
• Trombositopenia ringan
• Bulky stool
• Hipokalsemia, hipolipidemia
Terapi
2. Aru W S, Setiyohadi B, Alwi I et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid II, Edisi ke-IV. Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Jakarta : 2006.
7. http://asromedika.blogspot.com/2011/07/pendekatan-diagnostic-untuk-
penderita.html