Anda di halaman 1dari 6

Teknik Komunikasi Terapeutik

a. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien
denhan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang ke
arah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menujukkan
keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang
dirasakan penting atau memerlukan umpan balik. Teknik dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga
kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukka sikap ragu atau penolakkan. Dalam hal ini sebaiknya perawat
tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau
penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah.
Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala
dalam merespon pembicaraan klien.
c. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berhadap komunikasi dapay
berlanjut. Mengulang pkok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraa klien.
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu mnghentikan pembicaraan nutk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan
pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi
diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi.
e. Memfokuskan Pembicaraan
Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi pembicaraan agar lebih
spesifik dan mudah dimengerti. Perawat tidak perlu menyela pembicaraan klien
ketika menyampaikan masalah penting kecuali apabila tidak membuahkan informasi
baru.
f. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa
pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari
isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien
berkomunikasi dengan lebih baik dan berfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan.
g. Menawarkan Informasi.
Penghayatan kondisi klien akan lebih apabila ia mendapat informasi yang cukup dari
perawat. Memberikan informasi yang lebih lengkap merupakan pendidikan kesehatan
bagi klien. Apanila ada informasi yang tidak disampaikan oleh dokter, perawat perlu
meminta penjelasan alasannya. Perawat dimungkinkan untuk memfasilitasi klien
dalam pengambilan keputusan, bukan menasihatinya.
h. Diam
Dengan diam akan terjadi proses pengorganisasian pikiran dipihak perawat dan klien.
Penerapan metode ini memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu agar tidak
menimbulkan keterampilan dan ketetapan waktu agar tidak menimbulkan perasaan
tidak enak. Diam memungkinkan klien berkomunikasi dengan dirinya sendiri,
menghimpun pikirannya, dan memproses informasi.
i. Menunjukkan Penghargaan
Menunjukkan penghargaan dapat dinyatakan dengan mengucapkan salam kepada
klien, terlebih disertai menyebutkan namanya. Hal ini akan diterima oleh klien
sebagai suatu penghargaan yang tulus. Dengan demikian klien merasa keberadaannya
dihargai.
j. Refleksi
Reaksi yang muncul dalam komunikasi antara perawat dan klien disebut refleksi.
Refleksi dibedakan dalam dua klasifikasi:
1. Refleksi isi bertujuan mensahkan sesuatu yang didengar. Klarifikasi ide yang
ungkapkan oleh klien dan pemahaman perawat tergolong dalam klasifikasi
refleksi ini.
2. Ungkapan yang bertujuan memberi respon terhadap ungkapan perasaan klien
tergolong dalam refleksi perasaan perasaan. Refleksi ini bertujuan agar klien
dapat menyadari eksistensinya sebagai manusia yang mempunyai potensi
sebagai manusia yang mempunyai potensi sebagai individu yang berdiri
sendiri.

Teknik Komunikasi pada Remaja


Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang pentig dalam menjaga hubungan
dengan remaja, melalui komunikasi pula perawat dapat mudah mengambil berbagai data yang
terdapat pada remaja yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan.
Beberapa cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan
kepercayaan diri remaja, yaitu dengan menghindari berkomunikasi dengan melibatkan
orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapatkan
digunakan dengan cara memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, dan yang ekan diekspresikan
melalui tulisan.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ekspresi anak atau respons anak
remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons
terhadap pesan yaang disampaikan melalui mendengakan dengan penuh perhatian dan
jangan merefleksikan ungkapkan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak
remaja tersebut.
4. Meminta untuk menyebutkan keringanan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dan meminta untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersesbut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komun ikasi ini sangat penting dalam menentukan dan mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada sesuai yang menunjukkan pilihan
yang positif dan negatif yang sesuai dengan pelayanan untuk remaja.
6. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
anak seperti penguapan perasaan nyeri, cemas, sedih, dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekespresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasa banyak dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan
diam.

Teknik Berkomunikasi Terapeutik dengan Pasien Lanjut Usia


a. Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan
Komunikasi pasien yang baik didasarkan pada respect atau hormat kepada pasien dan
memahami serta mengapresiasi setiap pasien sebagai sosok manusia yang unik.
Untuk menunjukkan rasa hormat. Anda harus menghadapi pasien secara formal dan
menyapa dengan “Bapak” atau “Ibu”, kecuali pasien sebelumnya telah meminta Anda
untuk memanggil dengan nama pertamanyam dan hindarkan menggunakak istilah
yang merendahkan seperti “manisku”, “sayangku”, “cintaku”. Berkomunikasi yang
saling bertatap mata dengan duduk di kursi dan langsung menatap pasien. Dengan
melakukan hal ini, Anda menunjukkan perhatian sejati dan aktif mendengarkan, serta
membantu pasien untuk mendengar dan memahami Anda secara lebih baik. Sentuhan
lembut di tangan, lengan, atau pundak pasien akan menyampaikan rasa turut prihatin
dan perhatian (Adelman et al, 2000)
b. Memastikan bahwa Pasien didengar dan Dipahami
Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-tergesa-gesa dan mendengarkan adalah
kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut usia dan dokter (Adolman et al,2000 :
ory et al,2003). Membiarkan pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa menit,
tentang masalahnya tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak informasi
daripada riwayat pendukung yang terstruktur cepat. Merasa sedang diburu-buru akan
menyebabkan mereka merasa bahwa mereka sedang tidak didengarkan atau dipahami
(Adelman et al, 2000). Penelitian menunjukkan bahwa pasien lanjut usia dan dokter
sering tidak sepaham tentang tujuan dan masalah medis yang dihadapi. Komunikasi
yang buruk dapat mengganggu pertukaran informasi serta menurunkan kepuasan
pasien (Greene et al, 1989). Pada umumnya, Anda harus berbicara pelan, jelas, dan
keras berteriak, mengguanakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhan.
Karena pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk
ditanya sesuai kewenangan dokter, maka penting bagi perawat untuk sering
merangkum dan mmancing pertanyaan (Adelman et al, 2006).
Strategi umum tambahan untuk memperbaiki komunikasi dengan pasien kanjut usia,
antara lain :
1. Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk bertemu, karena
pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks.
2. Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu
kepada peraat atau asisten kemudian baru kepada Anda) untuk meminimalkan
frustasi dan kelelahan pasien.
3. Menghindarkan jargon medis.
4. Menyederhanakan dan menuliskan instruktuksi.
5. Menggunakan diagram, model, dan gambar.
6. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka umumnya lenih
siap dari segi waktu dan secara klinis cenderung kurang.
c. Menghindari Ageism
Salah satu hal terpenting yang harus diingat ketika berkomunikasi dengan pasien
lanjut usia adalah menghindari ageism. Ageism, suatu istilah yang pertama
disampaikan oleh Robert Butler, direktur pertama the National Institute on Aging
adalah systematic stereotyping dan diskriminasi terhadap seseorang karena mereka
berusia lanjut (Butler, 1969). Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan
kesehatan dan dapat direfleksikan dalam tindakan seperti meremehkan, hanya
memberikan sedikit edukasi tentang regimen preventif, menawarkan sedikit
pengobatan untuk masalah kesehatan mental, menggunakan panggilan yang bernada
menghina, menghabiskan lebih sedikit masalah psikososial, dan membuat stereotipe
orang tua (Ory et al, 2003). Untuk menghindarkan ageism, mulailah mengenal pasien
lanjut usia sebagai satu pribadi dengan riwayat dan penyelesaian yang jelas.
Pendekatan ini memungkinkan Anda untk menemui setiap pasien lanjut usia sebagai
individu yang unik dengan pengalaman seumur hidup yang berharga bukan orang tua
yang tidak produktif dan lemah (Roter, 2000). Juga penting untuk tidak
mengasumsikan bahwa semua pasien lanjut usia adalah sama. Bisa saja dijumpai
“orang berjiwa muda” dengan usia 85 tahun serta “orang berjiwa tua” dengan usia 60
tahun. Setiap pasien dan setiap masalah harus diperlakukan dengan baik.
d. Mengenal Kultur dan Budaya
Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasein untuk kemudian
mengaplikasikannya dalam komunikasi dokter-pasien lanjut usia juga merupakan hal
penting dalam mempengaruhi persepsi pasien terhadap baik dan berkualitasnya
pelayanan kesehatan yang diberikan dokter (Ong et al, 1995)

Anda mungkin juga menyukai