58PP No 28 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan UU No 43 Tahun 2009
58PP No 28 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan UU No 43 Tahun 2009
Oleh
Kelompok 8
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 107 : Artinya: ”Dan (di antara
orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan
untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan
orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu[660].
mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan."
dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta
(dalam sumpahnya)”. (QS. At-Taubah: 107)
Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pada bulan Rajab tahun ke-9 hijrah,
ketika Rasulullah saw. bersama umat Islam sedang mempersiapkan diri
berangkat ke Tabuk menghadapi invasi Romawi, terdengar kabar bahwa orang-
orang munafik secara diam-diam telah membangun masjid di Dhu Awan. Di
masjid inilah mereka mengonsolidasi diri dengan tujuan hendak mengubah
ajaran Allah dan memecah-belah kaum muslimin dengan menimbulkan bencana
serta kekufuran. Setelah selesai membangun masjid, pemimpin orang- orang
munafik itu mendatangi Rasulullah dan mengatakan, “Kami telah selesai
mendirikan masjid, oleh karena itu, kami mengharapkan engkau menjalankan
salat di masjid kami.” Karena ajakan itu, maka Allah menurunkan ayat yang
melarang Rasulullah beribadah di masjid yang dibangun orang-orang munafik.
Allah Swt. berfirman dalam QS At-Taubah/9: 108.
Dalam sejarah Islam, masjid yang dibangun atas dasar konsep dan fungsi
untuk mengubah ajaran Allah dan membahayakan umat Islam itu disebut sebagai
‘masjid dhirār’, artinya ‘masjid bencana’ karena didirikan dengan maksud untuk
menimbulkan kerusuhan, kerugian, dan bahaya. Adapun Masjid Quba`, sebagaimana
dinyatakan Allah, merupakan masjid yang dibangun di atas landasan fondasi
ketakwaan. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan agar ”masjid dhirār” ini
dibakar.
Pengertian Masjid
Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah. Akar kata dari masjid
adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk Kata masjid sendiri berasal dari
bahasa Aram yaitu masgid. Kata masgid ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad
ke 5 sebelum masehi yang berarti tiang suci atau tempat sembahan.Sedangkan secara
umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yang berfungsi sebagai tempat ibadah,
pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang harus dibina, dipelihara dan
dikembangkan secara teratur dan terencana. untuk menyemarakan siar islam,
meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas umat islam dalam
mengabdi kepada allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap
pembangunan bangsa akan lebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana
diajarkan, dibentuk, ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa
islam.
Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud atau tempat
menyembah Allah swt. Secara teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke
tanah. Secara maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyem-bah, jika
kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang
besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata sajjadatun menga-ndung arti tempat
yang banyak dipergunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi
selembar kain atau karpet yang dibuat khusus untuk salat orang per orang.
Oleh karena itu karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi
tidak disebut sajadah. Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan
arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digun-akan untuk
sujud dinamakan masjid. Setiap muslim boleh melakukan salat diwil-ayah manapun
terkecuali di atas kuburan di tempat-tempat najis dan tempat yang menurut syariat
islam tidak sesuai untuk dijadikan solat.
Hadits yang yang lain diriwayatkan oleh Bukhari: 323 dan selainnya dari Jabir
bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku:
aku dimenangkan dengan perasaan takut yang menimpa musuhku dengan
jarak sebulan perjalanan, bumi dijadikan bagiku sebagai mesjid dan suci,
siapa pun dari umatku yang menjumpai waktu shalat maka shalatlah….”
(HR.Bukhari)
Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang
dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah. Pengertian ini
juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk salat Jum'at disebut Masjid
Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh orang banyak maka masjid Jami` biasanya
besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk salat lima waktu, bisa di
perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu
besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya tempat
salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.
Jika menengok sejarah Nabi, ada tujuh langkah strategis yang dilakukan oleh
Rasul dalam membangun masyarakat Madani di Madinah. Yaitu:
1. mendirikan Masjid,
2. mengikat persaudaraan antar komunitas muslim,
3. Mengikat perjanjian dengan masyarakat non Muslim,
4. Membangun sistem politik (syura),
5. meletakkan sistem dasar ekonomi,
6. membangun keteladanan pada elit masyarakat, dan
7. menjadikan ajaran Islam sebagai sistem nilai dalam masyarakat.
Masjid di masa Rasulullah saw bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi
religius semata ia telah dijadikan pusat aktivitas umat. Hal-hal yg dapat direkam
sejarah tentang fungsi masjid di antaranya
Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat pengembangan
masyarakat dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan
dari Rasul tentang berbagai hal, prinsip- prinsip keberagamaan, tentang sistem
masyarakat baru, juga ayat-ayat Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi
interaksi antar pemikiran dan antar karakter manusia. Azan yang dikumandangkan
lima kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun
kebersamaan. Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana
bisnis dan urusan duniawi lebih dominan dalam pikiran dibanding ibadah meski di
dalam masjid, dan hal ini memberikan inspirasi kepada Umar bin khattab untuk
membangun fasilitas di dekat masjid, dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal
yang jelas makna ukhrawinya, sementara untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih
berdimensi duniawi, Umar membuat ruang khusus di samping masjid. Itulah asal
usulnya sehinga pada masa sejarah Islam klassik (hingga sekarang), pasar dan
sekolahan selalu berada di dekat masjid.
Fungsi Masjid di Masa Kini
Masjid dimasa kini memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan
umat Islam, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Saal ini sumber daya manusia menjadi salah
satu ikon penting dari proses peletakan batu pertama pembangunan umat.
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan
pemberian pelatihan-pelatihan.
2. Pusat Perekonomian Umat. Koperasi dikenal sebagai soko guru perekonomian
Indonesia. Namun dalam kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang
tidak laku. Terlepas dari berbagai macam alasan mengenai koperasi, tak ada
salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa
dampak positif bagi umat dilingkungannya.
3. Pusat Penjaringan Potensi Umat. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir
sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja
mencapai puluhan, ratusan, bahkan ribuan orangjumlah-nya. Ini bisa
bermanfaat bagi berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata)
baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya
akulturasi budaya secara santun.
4. Pusat Kepustakaan. Perintah pertama Allah kepada Nabi Muhammad adalah
"membaca". Dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca, dalam
pengertian konseptual maupun kontekstual. Saat ini sedikit sekali dijumpai
dari kalanga n yang dikategorisasikan sebagai golongan menengah pada
tataran intelektualnya (siswa, mahasiswa, bahkan dosen dan ustadz)
mempunyai hobi membaca.
1. Menggali Sumber Historis dan Sosiologis Tentang Konsep Masjid dan Fungsi
Masjid Kampus dalam Membangun Budaya Islam
a. Masjid Pada Zaman Nabi Muhammad
Pada masa Nabi Muhammad (pada era Medinah) ada tiga tipe masjid
yang perlu dijadiakan bahan pembelajaran, yakni: (1) masjid yang pertama
kali dibangun; dikenal dengan Masjid Quba`, yaitu masjid yang didirikan atas
dasar takwa; (2) masjid yang di dirikan oleh orang-orang munafik dengan
tujuan untuk merusak keimanan dan menghancurkan kaum muslimin; di kenal
sebagai masjid dhirār; dan (3) musala pertama yaitu tempat yang
dipergunakan untuk salat Hari Raya (Idul fitri dan Idul adha), salat Istiska
(Istisqā / salat minta hujan), dan tempat menyembelih hewan kurban.
(1) Masjid Quba’
Masjid Quba` merupakan masjid pertama yang didirikan secara
langsung oleh Nabi Muhammad.Masjid ini didirikan dalam perjalanan
hijrah dari Mekah ke Medinah. Sebelum sampai di Medinah, tepatnya di
Desa Quba`, Nabi Muhammad dan kaumMuhajirin beristirahat selama
empat hari (Senin sampai dengan Kamis). Selama beliau tinggal di sana
beliau mengajarkan Islam dan membangun sebuah masjid, yang dikenal
dengan Masjid Quba`. Masjid inilah dalam catatan sejarah Islam disebut
sebagai masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah. Beliau
mendirikan masjid di Quba` sebagai tempat salat berjamaah dan
pendidikan Islam. Peristiwa ini di abadikan Tuhan dalam QS At-Taubat
/9: 108.
(2) masjid Dhirār
Masjid dhirār adalah masjid yang mendatangkan kemudaratan bagi
orang-orang mukmin.Secara sosiologis, masjid dhirār didirikan oleh
orang-orang Islam dengan tujuan –sengaja ataupun tidak sengaja, sadarat
aupun tidak sadar– untuk membelokkan keimanan orang-orang Islam
kearah kekafiran dan memecah belah umat. Namun, secarateologis,
masjid dhirār didirikan oleh orang-orang munafik. Dan (di antara orang-
orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk
(membelokkan keimanan kearah) kekafiran, dan untuk memecah belah di
antara orang-orang mukmin, serta menunggu kedatangan orang-orang
yang telah memerangi Allah dan rasul Nya sejak dahulu. Mereka
sesungguhnya bersumpah "Kami tidak menghendaki selain kebaikan.
"Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta. (QS. At-Taubat/9: 107).
b. Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat Muslim
Fungsi dan peran masjid, yang dari waktu kewaktu terus meluas,
membuktikan kesadaran dan pemahaman umat Islam terhadap pemanfaatan
masjid semakin meningkat. Meluasnya fungsi dan peran masjid ini seiring
dengan laju pertumbuhan umat Islam di Indonesia, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif yang tercermin dalam pertambahan jumlah penduduk
muslim dan peningkatan jumlah intelektual muslim yang sadar dan peduli
terhadap peningkatan kualita sumat Islam. Kondisi inilah yang mendorong
terjadinya perluasan fungsi dan peran masjid.
Sejak awal pertumbuhannya, masjid di Indonesia pada mulanya dipahami
dan difungsikan oleh sebagian besarmasyarakat muslim Indonesia sebagai
tempat suci untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah
khusus, bahkan ada yang memahaminya hanya sekedar tempat
menyelenggarakan ibadah salat saja. Namun, sejalan dengan perkembangan
pemahaman dan kesadaran masyarakat, masjid tidak lagi dipahami seperti itu.
Di tengah kehidupan masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan,
masjid berfungsi, selain sebagai pusat peribadatan, juga sebagai pusat
pembinaan umat. Pendidikan dan aktivitas social seperti kegiatan pendidikan
anak dan remaja, majelistaklim, musyawarah warga, akad nikah, dan
pemberdayaan ekonomi umat dipusatkan di masjid. Fungsi dan peran masjid
diharapkan terus meningkat sehingga mampu berperan secara aktif untuk
mengayomi dan membina keberagamaan, pendidikan, dan kesejahteraan
umat. Bertambah luasnya pemahaman umat Islam terhadap fungsi masjid di
tengah kehidupan masyarakat, di satu sisi mencerminkan masa depan umat
Islam akan lebih baik. Namun, di sisi lain menimbulkan persoalan baru yaitu
persoalan pengelolaan masjid. Pengelolaan masjid ini betul betul berfungsi,
sebagaimana masjid yang di dirikan olehRasulullah saw dan para ulama
pewaris nabi, yakni sebagai sentra umat dalam menjaga tujuan
didatangkannya syariat Islam (maqāshidasy- syar`iyah). Sejak zaman
Rasulullah hingga masa keemasan umat Islam, masjid bahkan berfungsi
sebagai pusat pendidikan, ekonomi, politik. Sungguh tepat Sidi Gazalba yang
menyebutkan, "Masjid sebagai pusat peribadatan dan kebudayaan Islam".
1. Menggali Sumber Teologis tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus
dalam Membangun Budaya Islam
Sumber teologis utama masjid adalah QS At-Taubat/9: 107-108.
ب َ ارَ صادًا ِل َم ْن َح َ ين َو ِإ ْر َ ارا َو ُك ْف ًرا َوت َ ْف ِري ًقا َب ْي َن ا ْل ُم ْؤ ِم ِن ً س ِجدًا ِض َر ْ ِين ات َّ َخذُوا َم َ {والَّذ
َ
)107( ون َ ُش َه ُد إِنَّ ُه ْم لَكَا ِذب َّ سنَى َو
ْ ََّللاُ ي ْ سولَهُ ِم ْن قَ ْب ُل َولَيَحْ ِلفُ َّن إِ ْن أ َ َر ْدنَا إِال ا ْل ُح ُ َّللاَ َو َر
َّ
علَى الت َّ ْق َوى ِم ْن أَ َّو ِل يَ ْو ٍم أَحَقُّ أ َ ْن تَقُو َم فِي ِه فِي ِه ِر َجا ٌل َ س َ س ْ َال تَقُ ْم فِي ِه أَبَدًا لَ َم
ِ ُ س ِج ٌد أ
} )108( ين َ ط ِه ِر َّ ب ا ْل ُمُّ َّللاُ يُ ِح
َّ ط َّه ُروا َوَ َ ون أ َ ْن َيت
َ ُّيُ ِحب
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan
masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin) dan
karena kekafiran(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang
mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi
Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, "Kami
tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah
kamu salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang
didirikan atas dasar takwa(Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.
pertama, tipe masjid Quba`, yakni masjid yang didirikan oleh Rasulullah
dengan tujuan untuk meningkatkan ketakwaan.
kedua, masjid dhirār, yakni masjid yang didirikan oleh orang-orang munafik
dengan tujuan untuk menimbulkan kemudaratan bagi orang-orang mukmin.
Dari kedua tipe masjid ini kita perlu mengenali secara lebih baik makna takwa
dan munafik. Tujuan utamanya adalah agar kita dapat meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah SWT. serta kita dapat menghindari kekafiran dan kemunafikan.
Tipe Masjid Quba` harus ditiru oleh kita yang memakmurkan masjid kampus
(juga masjid-masjid lainnya). Masjid yang kita dirikan dan kita bina harus mengacu
kepada ketakwaan,. Kita harus menghindari masjid dhirār, yang disebut oleh Al-
Quran didirikan oleh orang-orang munafik. Kita perlu mengenali ciri-ciri orang
munafik agar kita dapat menghindari watak-watak munafik.
Tipe masjid yang perlu dikembangkan adalah tipe Masjid Quba`. Masjid ini
didirikan dan dimakmurkan atas dasar ketakwaan. Sedangkan masjid dhirār
merupakan tipe masjid yang harus dihindari karena masjid ini didirikan dan
dimakmurkan atas dasar nafsu. Tujuandan program kerja kedua masjid ini jauh
berbeda. Masjid Quba` bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid,
sedangkan masjid dhirār bertujuan untuk membelokkankeimanan orang-orang
mukmin. Program kerja masjid Quba` adalah peribadatan yang benardan ikhlas
serta pengajian Islam untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid. Adapun
program kerja masjid dhirār adalah peribadatan palsu dan pengajian yang
menimbulkan kemudaratan.
Mesjid kampus seharusnya termasuk kedalam tipe Quba karena didirkan atas
dasarketakwaan, dan bertujuan untuk membentuk jati diri mahasiswa yang baik,
beriman serta bertakwa kepada Allah swt. Dengan berkembangannya zaman
masjid seharusnya bisa dipergunakan untuk kegiatan – kegiatan lainnya yang
berdasarkan keislaman. Jadi masjid – masjid di perguruan tinggi dan di
lingkungan kita tetap ramai dan tidak di tinggal oleh jama’ah – jama’ahnya.
Mahasiswa juga harus memiliki proker yang menarik agar orang – orang tidak
sungkan untuk pergi masjid, dengan adanya proker – proker tersebut orang –
orang yang tadinya tidak pernah atau tidak tertarik untuk dating ke masjid, akan
dating ke masjid dan akan terbiasa dating ke masjid. Dengan melalukan hal ini
mahasiswa bias mempertahankan eksistesi masjid kampus ataupun lingkungan
sekitar.
Mohammad Nuh, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia pernah menjelaskan tentang peran penting masjid dalam sebuah
perguruan tinggi. Sedikitnya ada tiga diantaranya:
1. Menciptakan atmosfir yang sejuk.
Kalau atmosfir sejuk tanaman akan tumbuh dengan baik. Benih-benih
(Manusia- manusia ) kemuliaan akan tumbuh subur.
2. Masjid kampus harus ikut terlibat dalam proses menanam dan menyemai
benih-benih kemuliaan.
3. Masjid kampus dapat berperan serta mulai dari hal-hal seherhana seperti
membantu proses pendaftaran mahasiswa baru, memberikan informasi tempat
kos, membantu temen mencari informasi keringanan biaya kuliah, bimbingan
awal akademik, terlibat dalam pendidikan keagamaan dan hal lainnya.
4. Ikut mencari benih kebaikan.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa, yang dimaksud masjid
adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus kaum muslimin (orang islam)
untuk menjalankan ibadah kepada Allah swt, terutama salat berjamaah.
Mengingat telah bergesernya peran dan fungsi masjid, maka optimalisasi fungsi
masjid harus segera dilakukan. Optimalisasi fungsi masjid, baik pada tingkat
Intensifikasi maupun ekstensifikasi, pada gilirannya dapal bermanfaat bagi
pembinaan masyarakat, bukan saja dalam aspek kegiatan ibadah mual tapi juga bagi
pembinaan aspek wawasan sosial, politik dan ekonomi serta wawasan-wawasan
lainnya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Isyarat teologis yang menyatakan bahwa masjid itu adalah Rumah Tuhan
sesungguhnya memberikan makna bahwa masjid tidak lagi mengikat individu sebagai
sosok pemiliknya, lapi merupakan gambaran ko-lektifitas yang terikat pada semangat
ketuhanan yang universal. Pola pembinaan umat yang dilakukan Rasulullah yang
berbasis di masjid hingga kini diikuti oleh pengurus dan pengelola masjid di seluruh
dunia, termasuk di tanah air.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syarfi. 1993. Manajemen Masjid; Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris. Yogyakarta: PT Dana BAkti Wakaf
Ayub, Moh.E. Mukhsin MK. Ramlan Marjoned. 2001. Manajemen Masjid; Petunjuk
Praktis bagi Para Pengurus. Jakarta: Gema Insani Press
http://birohmah.unila.ac.id/peran-masjid-kampus-dalam-membangun-karakter-
mahasiswa/