Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BAGAIMANA PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM


PENGEMBANGAN BUDAYA ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu: Dr.Arsidik Asuru

Oleh
Kelompok 8

1. Urba Safaruddin 6. Ade Irmayanti


2. Hartati 7.Reno
3. Nurmawati 8.Wa Ode Heni
4. Wa Ode St Nurlia
5. Acang

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi
memiliki beragam fungsi. Menurut pakar kebudayaan Islam asal Palestina itu,
sejak zaman Nabi Muhammad Saw. masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai
tempat ritual murni (ibadah mahdah seperti shalat dan itikaf). Masjid Nabawi juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentra pendidikan, markas militer dan
bahkan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat perdagangan.
Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas
keummatan. Baik untuk kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan
pembentukan karakter sahabat maupun aspek-aspek lainnya termasuk politik,
strategi perang hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial dan budaya. Pendek
kata, masjid difungsikan selain sebagai pusat kegiatan ibadah ritual juga dijadikan
tempat untuk melaksanakan ibadah muamalah yang bersifat sosial.
Mahasiswa dalam usia pemuda sering dikatakan sebagai “agen of change”
dimana mahasiswa adalah sebagai pelaku utama untuk merubah dunia ini kepada
yang lebih baik lagi. Dalam hal ini, dibutuhkan juga pemuda atau mahasiswa
yang berkualitas, istiqomah dan memegang teguh aqidah untuk memajukan
sekaligus merubah suatu hal jelek menjadi baik. Oleh karena itu, kegiatan di
masjid bagi mahasiswa adalah salah satu jalan untuk menghidupkan dan
menumbuhkan aqidah pada setiap mahasiswa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menelusuri konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya Islam ?
2. Menanya konsep masjid kampus dalam pengembangan Budaya Islam ?
3. Menggali sumber Historis, Sosiologis, dan Teologis tentang konsep masjid
dan fungsi masjid kampus dalam membangun Budaya Islam ?
4. Membangun argument tentang konsep masjid dan fungsi masjid dalam
membangun budaya Islam ?
5. Mendeskripsikan tentang konsep dan fungsi masjid dalam membangun
budaya Islam ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Bagaimanakah konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya Islam ?


2. Bagaimanakah konsep masjid kampus dalam pengembangan Budaya Islam ?
3. Bagaimanakah sumber Historis, Sosiologis, dan Teologis tentang konsep
masjid dan fungsi masjid kampus dalam membangun Budaya Islam ?
4. Bagaimana Membangun argument tentang konsep masjid dan fungsi masjid
dalam membangun budaya Islam ?
5. Bagaimanakah Mendeskripsikan tentang konsep dan fungsi masjid dalam
membangun budaya Islam ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep dan Fungsi Masjid dalam Membangun Budaya Islam


Mendirikan masjid adalah hal pertama yang dilakukan Nabi Muhammad
sesampai di Yatsrib (sekarang Medinah) setelah menempuh perjalanan hijrah dari
Mekah. Sesampai di Quba`, 5 kilometer arah tenggara Yatsrib, di antara
hamparan kebun kurma, Ammar bin Yasir r.a. membuatkan tempat berteduh
untuk Rasulullah. Di situlah beliau dibantu para sahabat membangun sebuah
masjid dari tumpukan batu. Inilah yang kemudian disebut sebagai Masjid Quba`
dan merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah.
Setelah empat hari beristirahat di Quba`, Rasulullah berangkat ke Medinah.
Sesampai di sana, di sebuah tempat penjemuran kurma milik dua anak yatim dari
Bani Najjar, Rasulullah berhenti. Di situlah beliau mendirikan masjid atas
permintaan Ma’adh bin Afra’, wali kedua yatim itu. Riwayat lain menyebutkan
bahwa masjid baru dibangun setelah tempat itu lebih dulu dibeli oleh Rasulullah.
Di kemudian hari masjid ini termasyhur sebagai “Masjid Nabawi”. Disebut
Masjid Nabawi (masjid nabi), karena Rasulullah saw. selalu menyebutnya
dengan sebutan “masjidku”. Setelah tinggal di Medinah, Rasulullah saw. tetap
berkunjung ke Masjid Quba` terutama pada setiap akhir pekan. Dalam sebuah
hadis sahih beliau bersabda, "Barang siapa yang bersuci di rumahnya,
kemudian datang ke Masjid Quba`, lalu melaksanakan salat di dalamnya,
untuknya seperti pahala umrah."
Mengenai Masjid Nabawi, beliau pun pernah bersabda dalam hadis sahih
yang sangat tegas, "Sesungguhnya salat di dalamnya lebih baik daripada
seribu salat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram." Kata ‘Medinah’ itu
sendiri berasal dari kata ‘mudun’ yang berarti kota atau peradaban. Memang
sejak saat itu, perlahan-lahan peradaban Islam mulai berkembang. Bila kota
Mekah menjadi simbol perjuangan akidah Islam, maka kota Medinah menjadi
simbol pengembangan peradaban Islam.
Pada masa Rasulullah, pembangunan masjid mempunyai dua tujuan, yaitu:
1. Masjid dibangun atas dasar taqwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat
ibadah dan pusat pembinaan umat islam.
2. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan dikalangan umat
dan sengaja untuk menghancurkan umat islam

Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 107 : Artinya: ”Dan (di antara
orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan
untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan
orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu[660].
mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan."
dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta
(dalam sumpahnya)”. (QS. At-Taubah: 107)
Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pada bulan Rajab tahun ke-9 hijrah,
ketika Rasulullah saw. bersama umat Islam sedang mempersiapkan diri
berangkat ke Tabuk menghadapi invasi Romawi, terdengar kabar bahwa orang-
orang munafik secara diam-diam telah membangun masjid di Dhu Awan. Di
masjid inilah mereka mengonsolidasi diri dengan tujuan hendak mengubah
ajaran Allah dan memecah-belah kaum muslimin dengan menimbulkan bencana
serta kekufuran. Setelah selesai membangun masjid, pemimpin orang- orang
munafik itu mendatangi Rasulullah dan mengatakan, “Kami telah selesai
mendirikan masjid, oleh karena itu, kami mengharapkan engkau menjalankan
salat di masjid kami.” Karena ajakan itu, maka Allah menurunkan ayat yang
melarang Rasulullah beribadah di masjid yang dibangun orang-orang munafik.
Allah Swt. berfirman dalam QS At-Taubah/9: 108.

Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya.


Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba`), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih.

Dalam sejarah Islam, masjid yang dibangun atas dasar konsep dan fungsi
untuk mengubah ajaran Allah dan membahayakan umat Islam itu disebut sebagai
‘masjid dhirār’, artinya ‘masjid bencana’ karena didirikan dengan maksud untuk
menimbulkan kerusuhan, kerugian, dan bahaya. Adapun Masjid Quba`, sebagaimana
dinyatakan Allah, merupakan masjid yang dibangun di atas landasan fondasi
ketakwaan. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan agar ”masjid dhirār” ini
dibakar.

Pengertian Masjid

Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah. Akar kata dari masjid
adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk Kata masjid sendiri berasal dari
bahasa Aram yaitu masgid. Kata masgid ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad
ke 5 sebelum masehi yang berarti tiang suci atau tempat sembahan.Sedangkan secara
umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yang berfungsi sebagai tempat ibadah,
pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang harus dibina, dipelihara dan
dikembangkan secara teratur dan terencana. untuk menyemarakan siar islam,
meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas umat islam dalam
mengabdi kepada allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap
pembangunan bangsa akan lebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana
diajarkan, dibentuk, ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa
islam.

Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud atau tempat
menyembah Allah swt. Secara teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke
tanah. Secara maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyem-bah, jika
kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang
besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata sajjadatun menga-ndung arti tempat
yang banyak dipergunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi
selembar kain atau karpet yang dibuat khusus untuk salat orang per orang.

Oleh karena itu karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi
tidak disebut sajadah. Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan
arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digun-akan untuk
sujud dinamakan masjid. Setiap muslim boleh melakukan salat diwil-ayah manapun
terkecuali di atas kuburan di tempat-tempat najis dan tempat yang menurut syariat
islam tidak sesuai untuk dijadikan solat.

Rassullullah saw bersabda:


“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid)”
(HR. Muslim)
Pada hadis yang lain Pasululah bersabda pula:
“Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaannya
bersih”. (HR. Muslim)

Hadits yang yang lain diriwayatkan oleh Bukhari: 323 dan selainnya dari Jabir
bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku:
aku dimenangkan dengan perasaan takut yang menimpa musuhku dengan
jarak sebulan perjalanan, bumi dijadikan bagiku sebagai mesjid dan suci,
siapa pun dari umatku yang menjumpai waktu shalat maka shalatlah….”
(HR.Bukhari)

Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang
dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah. Pengertian ini
juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk salat Jum'at disebut Masjid
Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh orang banyak maka masjid Jami` biasanya
besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk salat lima waktu, bisa di
perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu
besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya tempat
salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.

Jika menengok sejarah Nabi, ada tujuh langkah strategis yang dilakukan oleh
Rasul dalam membangun masyarakat Madani di Madinah. Yaitu:

1. mendirikan Masjid,
2. mengikat persaudaraan antar komunitas muslim,
3. Mengikat perjanjian dengan masyarakat non Muslim,
4. Membangun sistem politik (syura),
5. meletakkan sistem dasar ekonomi,
6. membangun keteladanan pada elit masyarakat, dan
7. menjadikan ajaran Islam sebagai sistem nilai dalam masyarakat.

Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama membangun


masyarakat madani, konsep masjid bukan hanya sebagai tempat salat, atau tempat
berkumpulnya kelompok masyarakat (kabilah) tertentu, tetapi masjid sebagai majlis
untuk memotifisir atau mengendalikan seluruh masyarakat (Pusat Pengendalian
Masyarakat). Secara konsepsional masjid juga disebut sebagai Rumah Allah
(Baitullah) atau bahkan rumah masyarakat (bait al jami`).
B. Menanya tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus dalam
Membangun Budaya Islam

Nabi Muhammad saw. setelah diangkat menjadi nabi dan rasul


melaksanakan dakwah Islam dalam dua periode, yang dikenal dengan periode
Mekah (selama 13 tahun) dan periode Medinah (selama 10 tahun). Dalam
perjalanan hijrah nabi (dan kaum Muhajirin) dari Mekah ke Medinah, masjid
merupakan bangunan yang pertama kali didirikan. Sebelum sampai di Medinah,
nabi (dan kaum Muhajirin) beristirahat di Desa Quba` selama empat hari. Sambil
menunggu kedatangan kaum Muhajirin yang berangkat belakangan, Nabi
Muhammad mendirikan masjid. Di masjid inilah Nabi Muhammad mengimami
salat berjamaah dan mengadakan pengajian.
Periode Mekah sering dihubungkan dengan periode penanaman akidah,
sedangkan periode Medinah sering dihubungkan dengan periode pembentukkan
negara Islam (baca: membangun kebudayaan Islam meliputi pemerintahan,
hukum, pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, dan pertahanan-keamanan Islam).
Dari peristiwa ini muncul pertanyaan, apakah pendirian masjid dalam perjalanan
hijrah merupakan simbol bahwa masjid perlu dikembangkan sebagai pusat
pembinaan akidah sekaligus budaya Islam?
Fungsi Masjid di Masa Nabi

Masjid di masa Rasulullah saw bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi
religius semata ia telah dijadikan pusat aktivitas umat. Hal-hal yg dapat direkam
sejarah tentang fungsi masjid di antaranya

1. Tempat latihan perang. Rasulullah saw mengizinkan ‘Aisyah menyaksikan


dari belakang beliau orang-orang Habasyah berlatih menggunakan tombak
mereka di Masjid Rasulullah pada hari raya.
2. Balai pengobatan tentara muslim yang terluka. Sa’d bin Mu’adz terluka ketika
perang Khandaq maka Rasulullah mendirikan kemah di masjid.
3. Tempat tinggal sahabat yang dirawat.
4. Tempat menerima tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang kepada Nabi saw
beliau menyuruh sahabatnya untuk membuat kemah sebagai tempat
perjamuan mereka.
5. Tempat penahanan tawanan perang. Tsumamah bin Utsalah seorang tawanan
perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid sebelum perkaranya
diputuskan.
6. Pengadilan. Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat penyelesaian
perselisihan di antara para sahabatnya.
7. Masjid juga merupakan tempat bernaungnya orang asing musafir dan
tunawisma. Di masjid mereka mendapatkan makan minum pakaian dan
kebutuhan lainnya. Di masjid Rasulullah menyediakan pekerjaan bagi
penganggur mengajari yang tidak tahu menolong orang miskin mengajari
tentang kesehatan dan kemasyarakatan menginformasikan perkara yang
dibutuhkan umat menerima utusan suku-suku dan negara-negara menyiapkan
tentara dan mengutus para da’i ke pelosok-pelosok negeri.
8. Masjid Rasulullah saw adalah masjid yg berasaskan taqwa. Maka jadilah
masjid tersebut sebuah tempat menimba ilmu menyucikan jiwa dan raga.
Menjadi tempat yang memberikan arti tujuan hidup dan cara-cara meraihnya.
Menjadi tempat yg mendahulukan praktek kerja nyata sebelum teori. Sebuah
masjid yang telah mengangkat esensi kemanusiaan manusia sebagai hamba
terbaik di muka bumi.

Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat pengembangan
masyarakat dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan
dari Rasul tentang berbagai hal, prinsip- prinsip keberagamaan, tentang sistem
masyarakat baru, juga ayat-ayat Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi
interaksi antar pemikiran dan antar karakter manusia. Azan yang dikumandangkan
lima kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun
kebersamaan. Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana
bisnis dan urusan duniawi lebih dominan dalam pikiran dibanding ibadah meski di
dalam masjid, dan hal ini memberikan inspirasi kepada Umar bin khattab untuk
membangun fasilitas di dekat masjid, dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal
yang jelas makna ukhrawinya, sementara untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih
berdimensi duniawi, Umar membuat ruang khusus di samping masjid. Itulah asal
usulnya sehinga pada masa sejarah Islam klassik (hingga sekarang), pasar dan
sekolahan selalu berada di dekat masjid.
Fungsi Masjid di Masa Kini

Masjid dimasa kini memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan
umat Islam, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Sebagai tempat beribadah, Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat


sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat.
Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas
menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh
ridha Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai
tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
2) Sebagai tempat menuntut ilmu, Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar
mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ain bagi umat Islam.
Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora,
keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3) Sebagai tempat pembinaan jamaah, Dengan adanya umat Islam di sekitarnya,
Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan
kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam
organisasi Tamir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan
dawah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4) Sebagai pusat dawah dan kebudayaan Islam, Masjid merupakan jantung
kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dawah
islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi,
dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dawah dan kebudayaan Islam yang
menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra
aktivitas dawah dan kebudayaan.
5) Sebagai pusat kaderisasi umat, Sebagai tempat pembinaan jamaah dan
kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan
Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti.
Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid
sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman
Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Tamir Masjid beserta
kegiatannya.
6) Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam, Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah
dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang
sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia
berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam
dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi,
politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk
diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi
kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala
aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
7) Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran
Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju
masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid
pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan
umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.

Suryo AB (AlTasamuh-2003) mengatakan Di era kebangkitan umat saat ini.


fungsi dan peran masjid mulai diperhitungkan. Setidaknya ada empat fungsi dan
peran masjid dalam memanajemen potensi umat yaitu:

1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Saal ini sumber daya manusia menjadi salah
satu ikon penting dari proses peletakan batu pertama pembangunan umat.
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan
pemberian pelatihan-pelatihan.
2. Pusat Perekonomian Umat. Koperasi dikenal sebagai soko guru perekonomian
Indonesia. Namun dalam kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang
tidak laku. Terlepas dari berbagai macam alasan mengenai koperasi, tak ada
salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa
dampak positif bagi umat dilingkungannya.
3. Pusat Penjaringan Potensi Umat. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir
sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja
mencapai puluhan, ratusan, bahkan ribuan orangjumlah-nya. Ini bisa
bermanfaat bagi berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata)
baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya
akulturasi budaya secara santun.
4. Pusat Kepustakaan. Perintah pertama Allah kepada Nabi Muhammad adalah
"membaca". Dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca, dalam
pengertian konseptual maupun kontekstual. Saat ini sedikit sekali dijumpai
dari kalanga n yang dikategorisasikan sebagai golongan menengah pada
tataran intelektualnya (siswa, mahasiswa, bahkan dosen dan ustadz)
mempunyai hobi membaca.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, danTeologis Tentang Konsep Masjid


dan Fungsi Masjid Kampus Dalam Membangun Budaya Islam

1. Menggali Sumber Historis dan Sosiologis Tentang Konsep Masjid dan Fungsi
Masjid Kampus dalam Membangun Budaya Islam
a. Masjid Pada Zaman Nabi Muhammad
Pada masa Nabi Muhammad (pada era Medinah) ada tiga tipe masjid
yang perlu dijadiakan bahan pembelajaran, yakni: (1) masjid yang pertama
kali dibangun; dikenal dengan Masjid Quba`, yaitu masjid yang didirikan atas
dasar takwa; (2) masjid yang di dirikan oleh orang-orang munafik dengan
tujuan untuk merusak keimanan dan menghancurkan kaum muslimin; di kenal
sebagai masjid dhirār; dan (3) musala pertama yaitu tempat yang
dipergunakan untuk salat Hari Raya (Idul fitri dan Idul adha), salat Istiska
(Istisqā / salat minta hujan), dan tempat menyembelih hewan kurban.
(1) Masjid Quba’
Masjid Quba` merupakan masjid pertama yang didirikan secara
langsung oleh Nabi Muhammad.Masjid ini didirikan dalam perjalanan
hijrah dari Mekah ke Medinah. Sebelum sampai di Medinah, tepatnya di
Desa Quba`, Nabi Muhammad dan kaumMuhajirin beristirahat selama
empat hari (Senin sampai dengan Kamis). Selama beliau tinggal di sana
beliau mengajarkan Islam dan membangun sebuah masjid, yang dikenal
dengan Masjid Quba`. Masjid inilah dalam catatan sejarah Islam disebut
sebagai masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah. Beliau
mendirikan masjid di Quba` sebagai tempat salat berjamaah dan
pendidikan Islam. Peristiwa ini di abadikan Tuhan dalam QS At-Taubat
/9: 108.
(2) masjid Dhirār
Masjid dhirār adalah masjid yang mendatangkan kemudaratan bagi
orang-orang mukmin.Secara sosiologis, masjid dhirār didirikan oleh
orang-orang Islam dengan tujuan –sengaja ataupun tidak sengaja, sadarat
aupun tidak sadar– untuk membelokkan keimanan orang-orang Islam
kearah kekafiran dan memecah belah umat. Namun, secarateologis,
masjid dhirār didirikan oleh orang-orang munafik. Dan (di antara orang-
orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk
(membelokkan keimanan kearah) kekafiran, dan untuk memecah belah di
antara orang-orang mukmin, serta menunggu kedatangan orang-orang
yang telah memerangi Allah dan rasul Nya sejak dahulu. Mereka
sesungguhnya bersumpah "Kami tidak menghendaki selain kebaikan.
"Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta. (QS. At-Taubat/9: 107).
b. Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat Muslim
Fungsi dan peran masjid, yang dari waktu kewaktu terus meluas,
membuktikan kesadaran dan pemahaman umat Islam terhadap pemanfaatan
masjid semakin meningkat. Meluasnya fungsi dan peran masjid ini seiring
dengan laju pertumbuhan umat Islam di Indonesia, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif yang tercermin dalam pertambahan jumlah penduduk
muslim dan peningkatan jumlah intelektual muslim yang sadar dan peduli
terhadap peningkatan kualita sumat Islam. Kondisi inilah yang mendorong
terjadinya perluasan fungsi dan peran masjid.
Sejak awal pertumbuhannya, masjid di Indonesia pada mulanya dipahami
dan difungsikan oleh sebagian besarmasyarakat muslim Indonesia sebagai
tempat suci untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah
khusus, bahkan ada yang memahaminya hanya sekedar tempat
menyelenggarakan ibadah salat saja. Namun, sejalan dengan perkembangan
pemahaman dan kesadaran masyarakat, masjid tidak lagi dipahami seperti itu.
Di tengah kehidupan masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan,
masjid berfungsi, selain sebagai pusat peribadatan, juga sebagai pusat
pembinaan umat. Pendidikan dan aktivitas social seperti kegiatan pendidikan
anak dan remaja, majelistaklim, musyawarah warga, akad nikah, dan
pemberdayaan ekonomi umat dipusatkan di masjid. Fungsi dan peran masjid
diharapkan terus meningkat sehingga mampu berperan secara aktif untuk
mengayomi dan membina keberagamaan, pendidikan, dan kesejahteraan
umat. Bertambah luasnya pemahaman umat Islam terhadap fungsi masjid di
tengah kehidupan masyarakat, di satu sisi mencerminkan masa depan umat
Islam akan lebih baik. Namun, di sisi lain menimbulkan persoalan baru yaitu
persoalan pengelolaan masjid. Pengelolaan masjid ini betul betul berfungsi,
sebagaimana masjid yang di dirikan olehRasulullah saw dan para ulama
pewaris nabi, yakni sebagai sentra umat dalam menjaga tujuan
didatangkannya syariat Islam (maqāshidasy- syar`iyah). Sejak zaman
Rasulullah hingga masa keemasan umat Islam, masjid bahkan berfungsi
sebagai pusat pendidikan, ekonomi, politik. Sungguh tepat Sidi Gazalba yang
menyebutkan, "Masjid sebagai pusat peribadatan dan kebudayaan Islam".

1. Menggali Sumber Teologis tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus
dalam Membangun Budaya Islam
Sumber teologis utama masjid adalah QS At-Taubat/9: 107-108.

‫ب‬ َ ‫ار‬َ ‫صادًا ِل َم ْن َح‬ َ ‫ين َو ِإ ْر‬ َ ‫ارا َو ُك ْف ًرا َوت َ ْف ِري ًقا َب ْي َن ا ْل ُم ْؤ ِم ِن‬ ً ‫س ِجدًا ِض َر‬ ْ ‫ِين ات َّ َخذُوا َم‬ َ ‫{والَّذ‬
َ
)107( ‫ون‬ َ ُ‫ش َه ُد إِنَّ ُه ْم لَكَا ِذب‬ َّ ‫سنَى َو‬
ْ َ‫َّللاُ ي‬ ْ ‫سولَهُ ِم ْن قَ ْب ُل َولَيَحْ ِلفُ َّن إِ ْن أ َ َر ْدنَا إِال ا ْل ُح‬ ُ ‫َّللاَ َو َر‬
َّ
‫علَى الت َّ ْق َوى ِم ْن أَ َّو ِل يَ ْو ٍم أَحَقُّ أ َ ْن تَقُو َم فِي ِه فِي ِه ِر َجا ٌل‬ َ ‫س‬ َ ‫س‬ ْ ‫َال تَقُ ْم فِي ِه أَبَدًا لَ َم‬
ِ ُ ‫س ِج ٌد أ‬
} )108( ‫ين‬ َ ‫ط ِه ِر‬ َّ ‫ب ا ْل ُم‬ُّ ‫َّللاُ يُ ِح‬
َّ ‫ط َّه ُروا َو‬َ َ ‫ون أ َ ْن َيت‬
َ ُّ‫يُ ِحب‬
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan
masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin) dan
karena kekafiran(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang
mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi
Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, "Kami
tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah
kamu salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang
didirikan atas dasar takwa(Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Berdasarkan dua ayat di atas ada dua tipe masjid:

 pertama, tipe masjid Quba`, yakni masjid yang didirikan oleh Rasulullah
dengan tujuan untuk meningkatkan ketakwaan.
 kedua, masjid dhirār, yakni masjid yang didirikan oleh orang-orang munafik
dengan tujuan untuk menimbulkan kemudaratan bagi orang-orang mukmin.

Dari kedua tipe masjid ini kita perlu mengenali secara lebih baik makna takwa
dan munafik. Tujuan utamanya adalah agar kita dapat meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah SWT. serta kita dapat menghindari kekafiran dan kemunafikan.
Tipe Masjid Quba` harus ditiru oleh kita yang memakmurkan masjid kampus
(juga masjid-masjid lainnya). Masjid yang kita dirikan dan kita bina harus mengacu
kepada ketakwaan,. Kita harus menghindari masjid dhirār, yang disebut oleh Al-
Quran didirikan oleh orang-orang munafik. Kita perlu mengenali ciri-ciri orang
munafik agar kita dapat menghindari watak-watak munafik.

D. Membangun argumen tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus


dalam membangun budaya islam

Bagaimanakah membangun masjid yang didasarkan atas takwa agar


terhindar dari tipe masjid dhirār yang justru merusak keimanan dan memecah
belah umat? Direkatkannya kata „takwa‟ dalam pendirian masjid mengandung
implikasi bahwa masjid harus dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan
ketakwaan para jamaahnya. Program utama masjid harus diarahkan agar orang-
orang mukmin dapat meningkat menjadi orang-orang yang bertakwa. Adapun
ciri-ciri orang yang bertakwa, sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Baqarah/2:
2-5 adalah sebagai berikut
1. Selalu beriman kepada Zat Ilahi Yang Al-Ghaib. Maksudnya, selalu
mengingat-ingat-Nya atau berzikir kepada-Nya, sesuai perintah Allah dalam
QS Al-A`raf/7: 205,
2. Selalu mendirikan salat, yakni mengerjakan salat secara khusyuk; yaitu
berzikir (ingat) pada saat bersalat (selama salat selalu mengingat Allah),
sesuai perintah Allah dalam QS Thaha/20: 14,
3. Selalu membayar infak. Harta kekayaan yang diperoleh dari kerja keras
(apalagi dari kerja santai) tidak diakui sebagai miliknya, melainkan milik
Tuhan yang dititipkan kepadanya. Dalam QS Al-Baqarah/2: 284.
4. Selalu beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan
beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad.
5. Selalu yakin dengan hari akhir. Kata “yakin” mengisyaratkan telah
dipersiapkannya segala bekal untuk menghadapi hari akhir.
E. Mendeskripsikan tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus dalam
Membangun Budaya Islam.

Tipe masjid yang perlu dikembangkan adalah tipe Masjid Quba`. Masjid ini
didirikan dan dimakmurkan atas dasar ketakwaan. Sedangkan masjid dhirār
merupakan tipe masjid yang harus dihindari karena masjid ini didirikan dan
dimakmurkan atas dasar nafsu. Tujuandan program kerja kedua masjid ini jauh
berbeda. Masjid Quba` bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid,
sedangkan masjid dhirār bertujuan untuk membelokkankeimanan orang-orang
mukmin. Program kerja masjid Quba` adalah peribadatan yang benardan ikhlas
serta pengajian Islam untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid. Adapun
program kerja masjid dhirār adalah peribadatan palsu dan pengajian yang
menimbulkan kemudaratan.
Mesjid kampus seharusnya termasuk kedalam tipe Quba karena didirkan atas
dasarketakwaan, dan bertujuan untuk membentuk jati diri mahasiswa yang baik,
beriman serta bertakwa kepada Allah swt. Dengan berkembangannya zaman
masjid seharusnya bisa dipergunakan untuk kegiatan – kegiatan lainnya yang
berdasarkan keislaman. Jadi masjid – masjid di perguruan tinggi dan di
lingkungan kita tetap ramai dan tidak di tinggal oleh jama’ah – jama’ahnya.
Mahasiswa juga harus memiliki proker yang menarik agar orang – orang tidak
sungkan untuk pergi masjid, dengan adanya proker – proker tersebut orang –
orang yang tadinya tidak pernah atau tidak tertarik untuk dating ke masjid, akan
dating ke masjid dan akan terbiasa dating ke masjid. Dengan melalukan hal ini
mahasiswa bias mempertahankan eksistesi masjid kampus ataupun lingkungan
sekitar.
Mohammad Nuh, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia pernah menjelaskan tentang peran penting masjid dalam sebuah
perguruan tinggi. Sedikitnya ada tiga diantaranya:
1. Menciptakan atmosfir yang sejuk.
Kalau atmosfir sejuk tanaman akan tumbuh dengan baik. Benih-benih
(Manusia- manusia ) kemuliaan akan tumbuh subur.
2. Masjid kampus harus ikut terlibat dalam proses menanam dan menyemai
benih-benih kemuliaan.
3. Masjid kampus dapat berperan serta mulai dari hal-hal seherhana seperti
membantu proses pendaftaran mahasiswa baru, memberikan informasi tempat
kos, membantu temen mencari informasi keringanan biaya kuliah, bimbingan
awal akademik, terlibat dalam pendidikan keagamaan dan hal lainnya.
4. Ikut mencari benih kebaikan.

Mendikbud mengungkapkan bahwa masjid kampus bias memberikan layanan


bagianak-anak sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah
sebabmereka adalah benih-benih yang luar biasa. Mendikbud berpesan agar
masjid kampus juga dapat memberikan manfaat untuk semua warga kampus,
tidak hanya bagi yang satu akidah. Masjid kampus jangan sampai hanya bias
dirasakan satu spektrum, siapaun hendaknya bias merasakan manfaat Masjid
Kampus.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa, yang dimaksud masjid
adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus kaum muslimin (orang islam)
untuk menjalankan ibadah kepada Allah swt, terutama salat berjamaah.
Mengingat telah bergesernya peran dan fungsi masjid, maka optimalisasi fungsi
masjid harus segera dilakukan. Optimalisasi fungsi masjid, baik pada tingkat
Intensifikasi maupun ekstensifikasi, pada gilirannya dapal bermanfaat bagi
pembinaan masyarakat, bukan saja dalam aspek kegiatan ibadah mual tapi juga bagi
pembinaan aspek wawasan sosial, politik dan ekonomi serta wawasan-wawasan
lainnya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Isyarat teologis yang menyatakan bahwa masjid itu adalah Rumah Tuhan
sesungguhnya memberikan makna bahwa masjid tidak lagi mengikat individu sebagai
sosok pemiliknya, lapi merupakan gambaran ko-lektifitas yang terikat pada semangat
ketuhanan yang universal. Pola pembinaan umat yang dilakukan Rasulullah yang
berbasis di masjid hingga kini diikuti oleh pengurus dan pengelola masjid di seluruh
dunia, termasuk di tanah air.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syarfi. 1993. Manajemen Masjid; Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris. Yogyakarta: PT Dana BAkti Wakaf

Ayub, Moh.E. Mukhsin MK. Ramlan Marjoned. 2001. Manajemen Masjid; Petunjuk
Praktis bagi Para Pengurus. Jakarta: Gema Insani Press

http://birohmah.unila.ac.id/peran-masjid-kampus-dalam-membangun-karakter-
mahasiswa/

Agus Wibowo, 2016, Filsafat Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta,Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai