DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
(Corwin, 2009).
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart, 2002).
3. PENYEBAB
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
b. Faktor imunologi :
c. Faktor lingkungan
tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
5 PATOFISIOLOGI
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
(polidipsia).
dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat
tinggi).
Secara umum gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba–tiba pada
usia anak–anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak
memproduksi insulin dengan baik. Gejala–gejalanya antara lain adalah sering buang
air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan
kabur, infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air
menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala pada
diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit,
sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan
dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada
mereka yang berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada
dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran
urine sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut adalah
tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan kabur, luka
yang lam sembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita,
a. Diabetes Type I
Hiperglikemia berpuasa
b. Diabetes Type II
penglihatan kabur.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
terjadinya aterosklerosis.
Anamnese
a. Keluhan Utama
penderita.
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg,
oral).
e. Riwayat psikososial
penyakit penderita.
8. PENATALAKSANAAN
1. Medis
adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
yaitu:
ditambah
b. jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. jenis makanan yang manis harus dihindari
dengan rumus :
1. Kurus (underweight) BBR < 90 %
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah
3) Penyuluhan
dan sebagainya.
4) Obat
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya
sedikit lebih.
insulin
intraselluler
2) Insulin
a) DM tipe I
OAD
c) DM kehamilan
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
5) Cangkok pankreas
1.1.9 Komplikasi
komplikasi kronik.
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau
kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
2. Komplikasi kronik, Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh
menjadi 2 yaitu:
1. Mikrovaskuler
Penyakit Ginjal
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat,
maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran
Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–
perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan
2. Makrovaskuler
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
hipertropi, pada sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang
menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah–daerah yang tekena trauma.
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah
ke otak menurun
10. PENGKAJIAN
sebagai berikut:
1. Pengkajian
a. Identitas
Sumber Informasi).
b. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nafas pasien mungkin berbau aseton
KAD/ HONK), factor penyebab terjadinya penyakit ini, serta upaya yg sudah
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat pernah melahirkan anak lebih dari berat
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala: lemah, letih, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur.
Tanda: Takikardi dan takipnea pada istirahat atau dengan aktivitas, letargi.
b. Sirkulasi
Gejala: Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ektstremitas, ulkus pada kaki,
c.Integritas Ego
Gejala: Stres , tergantung pada orang lain.
a. Eliminasi
Tanda: poliuria, urine berkabut, bau busuk (karena infeksi), abdomen keras.
b. Makanan/Minuman
Tanda: kulit kering, turgor kulit jelek, distensi abdomen, nafas bau aseton.
c. Neurosensori
d. Nyeri/Kenyamanan
e. Pernafasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen.
g. Seksualitas
a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
e. PK: Hipoglikemia
12. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan NOC: Manajemen nyeri :
dengan agen injuri ü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
biologis (penurunan ü Nyeri terkontrol termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
perfusi jaringan perifer) ü Tingkat kenyamanan dan ontro presipitasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
24 jam, klien dapat : 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
1. Mengontrol nyeri, dengan indikator : mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
§ Mengenal faktor-faktor penyebab 4. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi
§ Mengenal onset nyeri nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
§ Tindakan pertolongan non farmakologi 5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
§ Menggunakan analgetik 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
§ Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim (farmakologis/non farmakologis)..
kesehatan. 7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
§ Nyeri terkontrol distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator: 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
§ Melaporkan nyeri 9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri.
§ Frekuensi nyeri 10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang
§ Lamanya episode nyeri pemberian analgetik tidak berhasil.
§ Ekspresi nyeri; wajah 11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
§ Perubahan respirasi rate
§ Perubahan tekanan darah Administrasi analgetik :.
§ Kehilangan nafsu makan 1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis,
. dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
samping.
2 Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : Food and Fluid Intake Nutrition Management
kurang dari kebutuhan § Intake makanan peroral yang adekuat 1. Monitor intake makanan dan minuman yang
tubuh b.d. § Intake NGT adekuat dikonsumsi klien setiap hari
ketidakmampuan § Intake cairan peroral adekuat 2. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang
menggunakan glukose § Intake cairan yang adekuat dibutuhkan dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
(tipe 1) § Intake TPN adekuat 3. Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein
dan vitamin C
4. Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan
5. Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT
6. Lepas NGT bila klien sudah bisa makan lewat oral
Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ; gula
darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit kepala,
pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan muntah,
tachikardi, TD rendah, polyuria, polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4
menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap atau memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama,
warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan
kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika