Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ringkasan Eksekutif
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan
yang strategis untuk melaksanakan berbagai program pembangunan daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai wujud kemampuan
keuangan daerah Kabupaten Badung sepenuhnya ditunjang oleh Pendapatan Asli
Daerah (PAD), sehingga Kabupaten Badung telah tergolong kabupaten yang mandiri.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Badung yang tinggi tersebut terutama
bersumber dari pajak hotel dan restoran sebagai akibat kemajuan industri pariwisata.
Hal yang perlu diwaspadai adalah bahwa industri pariwisata amat sensitif terhadap
gejolak politik, sosial, dan ekonomi. Agar kemandirian kemampuan keuangan daerah
Kabupaten Badung selalu terjaga maka diperlukan upaya terobosan agar sumber-
sumber PAD terdiversifikasi, tidak bertumpu hanya pada pajak hotel dan restoran.
Pendahuluan
1
Sasaran program pembangunan ini menjangkau seluruh masyarakat dari sejak
berada dalam kandungan hingga lanjut usia dan meninggal dunia. Tidak berhenti di
sana, Pemerintah Kabupaten Badung juga mendistribusikan kesejahteraan kepada
masyarakat di enam kabupaten lain yaitu Tabanan, Jembrana, Buleleng, Bangli,
Klungkung dan Karangasem melalui penyisihan PHR dalam bentuk Bantuan
Keuangan kepada Pemerintah Daerah lain maupun Bantuan Keuangan Khusus
kepada masyarakat. Berbagai instansi vertikal juga tidak luput dari jangkauan APBD
Kabupaten Badung. Dengan demikian APBD Kabupaten Badung telah mengemban
misi yang jauh lebih besar daripada sekadar membangun Badung.
Grafik 1
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Badung T.A. 2016- TA. 2019
7,94125E+12
5,79958E+12
5,41229E+12
4,16212E+12
7,78225E+12
4,93761E+12 5.419.984.044.609,53
4,32812E+12
Sumber: Bagian Keuangan Setda Kab. Badung dalam Badung Dalam Angka 2018 (APBD 2016 dan
2017), LPKJ Ka. Daerah 2018 (APBD 2018) dan Perda APBD 2019 untuk APBD 2019 (data diolah).
2
Data di atas menunjukkan perkembangan belanja daerah Kabupaten Badung
terus mengalami peningkatan dari Rp 4,1 trilyun lebih pada Tahun Anggaran 2016
menjadi hampir dua kali lipat pada Tahun Anggaran 2019 yang mencapai Rp 7,9
trilyun lebih. Pendapatan daerah trennya juga terus mengalami peningkatan dari Rp
4,3 trilyun lebih pada Tahun Anggaran 2016 menjadi Rp 7,7 trilyun lebih pada Tahun
Anggaran 2019. Belanja daerah yang amat besar untuk mengemban misi yang besar
tersebut tentunya harus disertai pula dengan upaya yang kuat untuk meningkatkan
Pendapatan Daerah Kabupaten Badung.
Grafik 2
Persentase Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pendapatan Daerah
Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2016-2019
3
% PAD thd Pendapatan Daerah % PAD Thd Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 2018 Tahun Anggaran 2019
6%
10%
PAD PAD
8%5%
Dana Dana
Perimbangan Perimbangan
87%
Lain-lain Lain-lain
Pendapatan Pendapatan
Daerah yg Sah Daerah yg Sah
84%
Sumber: LKPJ 2016-2018, Perda APBD 2019. Data 2016-2018 adalah realisasi, data 2019 adalah
target (data diolah).
Grafik 3
Persentase Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Badung Tahun Anggaran 2016-2019
% Pajak Daerah Thd PAD TA. 2016 % Pajak Daerah Thd PAD TA. 2017
4
% Pajak Daerah Thd PAD TA. 2018 % Pajak Daerah Thd PAD TA. 2019
Pajak Daerah
2% 3%
7%
5%
3% 3%
Hasil Retribusi Pajak Daerah
Daerah
Hasil Retribusi
Hasil Pengelolaan Daerah
Kekayaan Daerah
yg Dipisahkan Hasil Pengelolaan
Lain-lain PAD yg 92% Kekayaan Daerah
yg Dipisahkan
85% Sah Lain-lain PAD yg
Sah
Sumber: LKPJ 2016-2018, Perda APBD 2019. Data 2016-2018 adalah realisasi, data 2019 adalah
target (data diolah).
Data di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu empat tahun, pajak
daerah benar-benar menjadi tulang punggung PAD Kabupaten Badung. Pajak Daerah
yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Badung terdiri atas 10 jenis pajak
daerah. Namun dari sepuluh jenis pajak daerah tersebut, hanya pajak hotel dan
restoran yang kontribusinya besar (70% lebih) seperti dapat dilihat dari realisasi Pajak
Daerah pada Tahun Anggaran 2018 berikut.
Grafik 4
Realisasi Pajak Daerah TA. 2018
Pajak Hotel
0% 0% 1%
2% 2%
Pajak Restoran
3%
5%
Pajak Hiburan
16%
13% Pajak Reklame
Pajak Penerangan
Jalan
Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
Pajak Parkir
5
Identifikasi Masalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar, dengan basis utamanya pada PHR
telah membuat Kabupaten Badung menjadi kabupaten yang mandiri secara
keuangan. Di satu sisi kemandirian keuangan amat menguntungkan karena
memungkinkan Pemerintah Kabupaten Badung melaksanakan berbagai program
pembangunan daerah secara maksimal, tanpa terlalu tergantung pada sumber
pendapatan daerah yang berasal dari pemerintah maupun pemerintah provinsi.
Kemandirian keuangan ini tentunya diharapkan dapat berlangsung secara
berkelanjutan agar laju pembangunan daerah Kabupaten Badung juga dapat berjalan
berkesinambungan.
Di sisi lain, kemandirian keuangan Kabupaten Badung seperti yang telah terjadi
saat ini juga menyimpan potensi masalah. Kemandirian keuangan Kabupaten Badung
menjadi amat rentan, karena hanya bertopang hanya pada satu pilar, yaitu PHR, yang
sepenuhnya dipengaruhi oleh dinamika industri pariwisata. Langkah-langkah
intensifikasi dan ekstensifikasi yang telah dilakukan belum menunjukkan suatu
kemajuan karena sumber-sumber PAD yaitu berbagai pajak daerah selain PHR,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
PAD yang sah belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD Kabupaten
Badung.
Simpulan
1. Pendapatan Daerah Kabupaten Badung ditopang penuh oleh Pendapatan Asli
Daerah, yang pilar utamanya adalah Pajak Hotel dan Restoran. Kondisi ini
mengakibatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung amat rentan,
karena sangat tergantung pada Pajak Hotel dan Restoran, yang basisnya
adalah industri pariwisata.
2. Ketergantungan yang amat tinggi pada pajak hotel dan restoran menunjukkan
bahwa kemampuan keuangan daerah Kabupaten Badung amat tergantung dari
dinamika kondisi internal dan eksternal. Kondisi di internal Kabupaten Badung
antara lain seperti gangguan keamanan/tindak kriminal yang melanda
wisatawan, pencemaran pantai, wabah penyakit, merebaknya virus rabies
6
dengan mudah tersebar ke seluruh dunia melalui media sosial yang akan
berdampak negatif terhadap industri pariwisata. Demikian pula dinamika
kondisi eksternal Kabupaten Badung, dari skala nasional, regional hingga
internasional hingga global, yang tidak berada dalam kendali Pemerintah
Kabupaten Badung, juga berpengaruh terhadap industri pariwisata. Gejolak
eksternal yang dapat mempengaruhi industri pariwisata Kabupaten Badung
antara lain seperti peningkatan harga tiket maskapai penerbangan,
demonstrasi dan kerusuhan di Jakarta, erupsi gunung berapi, gempa bumi
serta bencana alam lainnya, cuaca ekstrem skala global, hingga ancaman
terorisme di berbagai belahan dunia.
Rekomendasi
Berdasarkan uraian di atas diajukan rekomendasi dari sisi pendapatan dan
belanja sebagai berikut.
a. Sisi Pendapatan:
1. Melakukan pemetaan kekuatan terhadap seluruh sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Hasil pemetaan ini menjadi basis dalam proses penggalian
potensi PAD, sehingga tidak monoton menggunakan pendekatan tradisional
yang hanya berfokus pada peningkatan Pajak Hotel dan Restoran (PHR).
2. Menginisiasi upaya diversifikasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.
Upaya ini misalnya dilakukan dengan menerbitkan peraturan pajak daerah atau
retribusi daerah baru yang dipandang potensial dan menjadi kewenangan
Kabupaten Badung.
3. Menggiatkan pengembangan ekonomi kreatif berbasis UMKM yang
berorientasi ekspor, agar Kabupaten Badung secara bertahap dapat
mengurangi ketergantungannya terhadap industri pariwisata.
b. Sisi Belanja:
1. Mengendalikan laju belanja daerah agar pergerakannya tetap seimbang
dengan laju pendapatan daerah.
7
2. Mengupayakan pola kerja sama pendanaan pembangunan dengan pihak
swasta melalui Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) khususnya
pada proyek infrastruktur publik yang berskala besar untuk meringankan beban
APBD Kabupaten Badung.
3. Merevitalisasi semangat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, agar
tidak terbangun persepsi bahwa segala aspek kehidupan masyarakat wajib
dibiayai oleh APBD.
REFERENSI
Muafiqie, Humaidah. 2015. Analisis Pengaruh Belanja Langsung dan Tidak Langsung
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Implikasinya Terhadap Distribusi
Pendapatan di Jawa Timur. Jurnal Eba Edisi I Vol.2 / 1 Juli 2015. Diunduh dari
https://ejournal.undar.ac.id/index.php/eba/article/view/180 pada 2 Mei 2019.
Ulfilianjani, Nindya. 2014. Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Skripsi: Institut
Pertanian Bogor. Diunduh dari
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43216 pada 17 Mei 2019.