Anda di halaman 1dari 18

Pemakaian Bahasa Indonesia di Wilayah

Perbatasan antara Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI) dengan
Negara-Negara Tetangga
Makalah untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Kelulusan Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Diajukan Oleh :

Kelompok 5

Shelly Wulansari (201650010)

Ike Nadia (201650031)

Deviana (201650043)

Cindy Natashya (201650044)

Edrick Jethro (201650418)

Gregorius Alexander Setiawan (201650424)

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT


Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi
JAKARTA
2019
ABSTRAK

Makalah tentang “Pemakaian Bahasa Indonesia di Wilayah


Perbatasan antara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
Negara-Negara Tetangga” bertujuan untuk memberi manfaat psikologi
sosial masyarakat luas dalam permasalahan pentingnya penggunaan
Bahasa Indonesia.

Selain itu, makalh ini juga secara khusus bertujuan untuk


memberikan informasi tentang kondisi disuatu daerah perbatasan,
memberikan pengetahuan tentang penggunaan bahasa Indonesia,
kemudian memberikan informasi mengenai perhatian pemerintah
terhadap daerah-daerah perbatasan serta informasi mengenai fenomena
yang terjadi disuatu daerah perbatasan.

Pentingnya daerah perbatasan untuk lebih di perhatikan karena


sudah lama Indonesia merdeka, tetapi dampaknya masih belum
terasa di daerah perbatasan. Contohnya, di daerah Nusa Tenggara Timur
masih menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa
Portugis dari dulu hingga sekarang.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Walaupun hasilnya masih
jauh dari apa yang menjadi harapan Bapak. Selain itu, penulisan ini
dilakukan sebagai awal pembelajaran dan agar menambah semangat
dalam mencari pengetahuan yang luas. Makalah ini membahas tentang
Pemakaian Bahasa Indonesia di Wilayah Perbatasan antara Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan Negara-Negara Tetangga.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan


tantangan dan hambatan. Akan tetapi dengan kerjasama dalam
kelompok, tantangan tersebut bisa teratasi. Oleh karena itu kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama untuk
Dosen Bahasa Indonesia kelompok kami yaitu Bapak Dadi Waras
Suhardjono dan tidak lupa juga teman-teman lainnya.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Jakarta, 14 Mei 2019

Tertanda

Kelompok 5

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3

2.1 Perkembangan Bahasa Indonesia ....................................... 3

2.2 Penggunaan Bahasa Campuran di NTT............................... 4

2.3 Pengaruh Bahasa Portugis di NTT ....................................... 6

2.4 Perhatian Pemerintah untuk Daerah Perbatasan ................. 7

BAB III PENUTUP ................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan........................................................................... 8

3.2 Saran .................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10

LAMPIRAN .......................................................................................... 11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah perbatasan merupakan suatu wilayah yang secara
geografis maupun adminstratif berbatasan langsung dengan suatu
negera di luar Indonesia. Masyarakat yang tinggal di daerah
perbatasan kurang mendapatkan perhatian oleh pemerintah,
sehingga penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan sering
beintegrasi dengan negara tetangga untuk mendapatkan
kebutuhan hidup ataupun untuk mencari lapangan pekerjaan. Hal
tersebut menyebabkan penduduk yang tinggal di wilayah
perbatasan memiliki kemampuan menguasai dua bahasa atau
lebih.
Masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan mengalami
kesulitan dalam menggunakan bahasa daerah dan bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, rasa nasionalisme di wilayah
perbatasan dapat dikatakan kurang terpelihara dengan baik.
Dengan adanya penelitian ini, maka kelompok kami akan
menjelaskan bagaimana peranan bahasa Indonesia di daerah
perbatasan dan memberikan salah satu contoh daerah yang ada di
daerah perbatasan yang menggunakan bahasa campuran antara
bahasa Indonesia dan bahasa lainnya yang dapat mempengaruhi
daerah perbatasan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah
dalam proposal ini sebagai berikut :
1. Seberapa penting bahasa Indonesia di negara Indonesia?
2. Bagaimana peranan bahasa Indonesia di negara Indonesia?
3. Bagaimana bahasa Indonesia dijadikan sebagai identitas
negara Indonesia?

1
4. Bagaimana edukasi bahasa Indonesia di daerah terpencil
Indonesia?
5. Bagaimana peranan bahasa Indonesia di daerah perbatasan
Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari proposal ini adalah :
1. Memenuhi sebagian prasyarat kelulusan mata kuliah Bahasa
Indonesia
2. Menjelaskan seberapa penting bahasa Indonesia di negara
Indonesia
3. Menjelaskan peranan bahasa Indonesia di negara Indonesia
4. Menjelaskan bahwa bahasa Indonesia dijadikan sebagai
identitas negara Indonesia
5. Menjelaskan edukasi bahasa Indonesia di daerah terpencil
Indonesia
6. Menjelaskan peranan bahasa Indonesia di daerah perbatasan
Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Pembaca
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang pentingnya
bahasa Indonesia untuk di pelajari dan dijaga agar dapat
menjadi identitas bangsa Indonesia

2. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis tentang kekuatan Bahasa
Indonesia di luar Indonesia dan menumbuhkan kebanggaan,
serta kecintaan terhadap bahasa Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa


persatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia lahir pada tanggal
28 Oktober 1928. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia
dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang
Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV,
Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di


Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan
sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di
Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara


sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan
ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang),
Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang
Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf
Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak
hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di

3
Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuna.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai


bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.
Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan
antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik
sebagai bahasa antar suku di Nusantara maupun sebagai bahasa
yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat
Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa
Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Perkembangan Bahasa Indonesia terus berjalan termasuk


pada masa reformasi. Hal ini ditandai dengan munculnya bahasa
pers atau bahkan bahasa media massa yang dapat dilihat melalui,
bentuk dari jumlah kata singkatan yang meningkat dan terus
bertambah, penggunaan dari istilah atau bahasa asing juga
terdapat dalam surat kabar dengan jumlah yang semakin banyak.
Dalam hal ini jelas pers memiliki jasa yang luar biasa dalam
perkembangan Bahasa Indonesia, pasalnya melalui media tersebut
masyarakat mulai diperkenalkan dengan beragam istilah, kemudian
ungkapan, penggunaan kata-kata baru. Sementara itu, dalam
perkembangan tersebut juga terlihat bagaimana kedudukan dari
Bahasa Indonesia itu sendiri yang pada awalnya dikenal sebagai
bahasa nasional sebagai bahasa pemersatu

2.2. Penggunaan Bahasa Campuran di NTT


Nusa Tenggara Timur merupakan bagian dari Negara
Republik Indonesia. Bahasa Indonesia di NTT tetap menjadi
bahasa utama bagi masyarakat NTT, namun ditemukan banyak

4
sekali bahasa – bahasa daerah maupun luar daerah selain Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh masyarakat NTT. Bahasa yang
digunakan masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah Bahasa
Kupang, Bahasa Melayu Kupang, Bahasa Dewan Amarasi, Bahasa
Helong Rote, Bahasa Sabu, Bahasa Tetun, Bahasa Bural, Bahasa
Tewo, Bahasa Kadebang, Bahasa Blagar, Bahasa Lamuan Abui,
Bahasa Adeng, Bahasa Katola, Bahasa Taangla, Bahasa Pui,
Bahasa Kolana, Bahasa Kui, Bahasa Pura Kang Samila, Bahasa
Kule, Bahasa Arulu, Bahasa Kayu Kaileso, Bahasa Melayu, Bahasa
Larantuka, Bahasa Lamaholot, Bahasa Kedang, Bahasa Krawe,
Bahasa Palue, Bahasa Sikka, Bahasa Lio, Bahasa Lio Ende,
Bahasa Naga Keo, Bahasa Ngada, Bahasa Ramba, Bahasa
Ruteng, Bahasa Mangarai, Bahasa Bajo, Bahasa Komodo, Bahasa
Kambera, Bahasa Wewewa, Bahasa Anakalang, Bahasa lamboya,
Bahasa mamboro, Bahasa Wanokaka, Bahasa Loli, dan Bahasa
Kodi.

Salah satu dari bahasa yang diambil oleh NTT yaitu Bahasa
Melayu Kupang atau Bahasa Kupang yang dituturkan penduduk di
Kota Kupang, Kota Atambua, Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah
Selatan, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu, Kab. Malaka dan
Sekitarnya. Sebagian besar kata-kata dalam bahasa Kupang sama
seperti kata-kata dalam bahasa Indonesia. Karena bahasa Kupang
hanya digunakan untuk komunikasi lisan, tidak ada standar
ortografi/tulisan yang pernah disahkan.

Bahasa Kupang berhubungan dekat dengan bahasa


Indonesia. Perbedaannya yang paling mendasar adalah dengan
adanya kata-kata serapan dari bahasa Belanda dan Portugis, serta
penggunaan "kita" sebagai kata ganti orang pertama tunggal (yang
dalam bahasa Indonesia digunakan untuk kata ganti
orang jamak tunggal).

5
Lalu ada Bahasa Wanokaka yang merupakan Bahasa
Austronesia yang di pertuturan diwilayah pantai barat daya
Lamboya, Pulau Sumba, dan Nusa Tenggara Timur. Bahasa ini
digunakan oleh sebagian kecil penduduk Nusa Tenggara Timur.

2.3. Pengaruh Bahasa Portugis di NTT


Nusa Tenggara Timur lama dijajah oleh bangsa Portugis.
Pengaruh bahasa portugis dapat dilihat pada nama pulau Flores
(bahasa Indonesia: bunga) yang diambil dari bahasa portugis dan
dominasi masyarakat NTT menganut agama Katolik Roma yang
dahulu disebarkan oleh misionaris-misionaris Portugis.
Portugis masuk ke NTT melalui pulau Flores, tepatnya di
daerah Larantuka. Lalu terjadi perkawinan campuran antara orang-
orang Portugis dengan penduduk asli. Keturunan baru ini kemudian
dinamakan “Black Portugis/Swarte Portugueezen” atau lebih
dikenal dengan istilah “Larantuqueiros“.
Selain itu, wilayah NTT menggunakan bahasa campuran
karena NTT dan Timor Leste mempunyai hubungan kerja sama di
bidang perdagangan antar kedua wilayah ini. Timor Leste menjalin
kerja sama langsung dengan pemerintah NTT. Hal ini
menyebabkan bahwa sebagian besar barang yang masuk ke Timor
Leste terbanyak berasal dari Indonesia yang masuk melalui pintu
perbatasan Motaain di Atambua, Kabupaten Belu, NTT.
Gubernur Frans Lebu Raya mengatakan pemerintah NTT
menyambut baik kerja sama tersebut. Frans mencontohkan, untuk
memenuhi kebutuhan semen di Timor Leste, warga Timor Leste
lebih memilih membeli dari Kupang dibanding dari wilayah lain.
Alasannya, semen itu dibeli melalui jalan darat sehingga harganya
pasti lebih murah. Selain itu, kebutuhan akan daging ayam dan
lainnya juga dapat dikirimkan dari NTT.

6
Oleh karena itu, dengan adanya kerja sama tersebut maka
akan lebih membuat warga NTT menggunakan bahasa campuran
dalam kehidupan sehari-hari antara bahasa Indonesia dan bahasa
Portugis yang merupakan bahasa resmi warga Timor Leste.

2.4. Perhatian Pemerintah untuk Daerah Perbatasan


Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia merupakan
daerah tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi
yang masih sangat terbatas. Pandangan dimasa lalu bahwa daerah
perbatasan merupakan wilayah yang perlu diawasi secara ketat
karena merupakan daerah yang rawan keamanan telah menjadikan
paradigma pembangunan perbatasan lebih mengutamakan pada
pendekatan keamanan daripada kesejahteraan. Hal ini
menyebabkan wilayah perbatasan di beberapa daerah menjadi
tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan. Oleh sebab itu,
pemerintah seharusnya sudah mulai melihat dan bahkan
melakukan kerja nyata dalam membangun wilayah-wilayah
perbatasan serta pulau- pulau kecil yang ada di Indonesia.
Sehingga kedepannya wilayah perbatasan tidak lagi menjadi
daerah tertinggal, melainkan menjadi pendorong ekonomi di
Indonesia.

Contohnya melalui pengembangan pendidikan di wilayah-


wilayah perbatasan. Pendidikan masih sangat minim di daerah
perbatasan padahal pendidikan merupakan faktor penting karena
sikap cinta tanah air ditanamkan mulai dari pengetahuan dan
pendidikan yang di emban. Pemerintah juga perlu memperhatikan
wilayah perbatasan dalam hal pembangunan. Pembangunan yang
baik di wilayah perbatasan diibaratkan “jembatan” penghubung.
Adanya infrastruktur yang baik akan mempermudah relasi antar
wilayah khususnya wilayah perbatasan di Indonesia yang masih
kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia


yang terdiri dari 17.504 pulau. Dengan sangat luasnya wilayah
tersebut, Indonesia membutuhkan bantuan suatu sistem untuk
mengorganisir wilayah di pusat maupun di daerah. Namun,
infrastruktur yang dimiliki wilayah perbatasan masih sangat minim
sehingga dapat terlihat dengan sangat jelas perbandingan kondisi
antara wilayah di pusat dengan wilayah di daerah perbatasan
terutama di dalam bidang pendidikan. Sedangkan pendidikan
merupakan modal yang paling penting untuk menjalani kehidupan
bermasyarakat.

Dengan adanya pendidikan kita dapat mengetahui berbagai


macam informasi. Kita dapat mendapatkan pendidikan moral,
kedisplinan, agama, sosial dan masih banyak lainnya yang bisa kita
dapatkan. Serta masih kurangnya tenaga pengajar yang dapat
membimbing masyarakat di daerah perbatasan untuk
menggunakan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu infrastruktur yang
ada pada daerah perbatasan haruslah ditingkatkan agar tidak ada
lagi kesenjangan sosial yang tinggi.

3.2. Saran
Dari makalah ini, penulis dapat memberikan beberapa saran
yang mungkin dapat dijadikan sebagai pedoman untuk kedepannya
oleh para pembaca terkait “Pemakaian Bahasa Indonesia di
Wilayah Perbatasan antara Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dengan Negara - Negara Tetangga”. Berikut beberapa
saran yang penulis sampaikan :

8
1. Untuk pemerintah, agar melakukan penanganan daerah-daerah
yang ada di Indonesia dengan adil, maksudnya tidak terpusat
hanya ke satu daerah saja karena hal tersebut yang
menyebabkan adanya kesenjangan sosial yang tinggi.
2. Untuk masyarakat luas, agar turut serta dalam melestarikan
Bahasa Indonesia karena di zaman sekarang ini sudah banyak
tercemarnya Bahasa Indonesia, karena telah terpengaruh oleh
budaya lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Sejarah Bahasa Indonesia.


https://www.romadecade.org/sejarah-bahasa-indonesia/#!. (3 Mei
2019).

Anonim. 2014. Provinsi Nusa Tenggara Timur.


https://infonusa.wordpress.com/2014/09/26/provinsi-nusa-tenggara-
timur/. (3 Mei 2019).

Renataplate. (2014, 7 Juli). Nenek Moyang Orang NTT. Dikutip 29 April


2019 dari https://philipaplate.wordpress.com/2014/07/07/nenek-
moyang-orang-ntt/.

Risaf, Karina. 2012. Perkembangan Bahasa Indonesia.


http://karinarisaf.blogspot.com/2012/10/perkembangan-bahasa-
indonesia.html. (29 April 2019).

Salamadian. 2018. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia (Singkat,


Jelas dan Padat). https://salamadian.com/sejarah-bahasa-indonesia/.
(29 April 2019).

Seo, Yohanes. (2013, 19 September). Timor Leste-NTT Jajaki Kerja Sama


Perdagangan. Dikutip 29 April 2019 dari
https://nasional.tempo.co/read/514642/timor-leste-ntt-jajaki-kerja-
sama-perdagangan/full&view=ok

10
LAMPIRAN

11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai