Anda di halaman 1dari 15

ATURAN SOSIAL

 Conformity dapat diartikan sebagai proses penyesuaian diri individu dg masyarakat.

Penyesuaian ini dilakukan dengan cara mengindahkan atau mentaati kaidah dan nilai-nilai yang
dipegang oleh masyarakat

 Kaidah diperlukan sebagai pengatur hubungan antar seseorang dengan orang lainnya, atau
seseorang dengan masyarakatnya

 Masyarakat yang homogen dan tradisional biasanya memiliki sifat conformity yang relatif lebih
tinggi dibandingkan masyarakat yang heterogen

 Tradisi yang dipelihara dan dipertahankan dengan kuat menyebabkan warga masyarakat yang
homogen atau tradisional tidak memiliki pilihan lain kecuali menyesuaikan diri terhadap kaidan
dan nilai yang berlaku

 Dalam masyarakat tradisional dengan tradisi sangat kuat, kaidah-kaidah yang berlaku secara
turun temurun telah mengakar dari satu generasi ke generasi berikutnya, tanpa banyak
mengalami perubahan

 Standar yang digunakan adalah standar warisan nenek moyang atau generasi terdahulu

 Masyarakat di kota-kota besar pada umumnya terdiri dari individu yang berlainan keadaannya

Para anggota masyarakat perkotaan senantiasa berupaya menyesuaikan diri dengan berbagai
macam dan bentuk perubahan yang terjadi di lingkungannya

 Kota dianggap sebagai gerbang masuknya pengaruh-pengaruh budaya luar yang didukung
piranti mutakhir dalam bidang informasi dan komunikasi massa

 Conformity pada masyarakat kota besar, pada tataran tertentu, dianggap sebagai hambatan
kemajuan dan perkembangan bagi individu, sehingga conformity di kota-kota besar sangat kecil

Sifat dasar dari conformity menghasilkan kepatuhan dan ketaatan penuh seringkali dikritisir
sebagai pembatas potensi-potensi yang dimiliki secara individu

 Kajian mengenai deviasi telah banyak dikembangkan oleh ahli ilmu sosial atau sosiologi pada
khususnya

Robert K. Merton dalam karyanya Social Theory and Social Structure (1967) melihat terjadinya
deviasi dari sudut struktur sosial dan budaya

 Menurut Merton di antara segenap unsur sosial dan budaya dari setiap masyarakat, terdapat
dua unsur terpenting, yakni:

o Kerangka aspirasi

o Unsur/saluran yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai aspirasi

o Menurut Merton, dalam setiap nilai sosial-budaya terdapat konsepsi mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk
Diperlukan kaidah-kaidah untuk mengatur kegiatan manusia dalam hidup bermasyarakat dan
sekaligus kaidah tersebut menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam masyarakat

o Bila terjadi ketidakserasian antara aspirasi dengan saluran aspirasi akan menyebabkan
terbentuknya perilaku menyimpang (deviant behavior)

o Dengan demikian deviance ditujukan pada perilaku manusia yang menyimpang terhadap norma-
norma dan nilai-nilai standar masyarakat

Deviasi pada masyarakat sederhana yang relatif statis tidak akan disukai oleh sebagian besar
golongan masyarakat tersebut

o Tindakan deviasi dalam banyak hal tidak selalu bertentangan dengan kaidah hukum dalam
masyarakat

o Pengendalian sosial (social control) merupakan sebuah sistem atau dinamakan juga sistem
pengendalian sosial

o Pengendalian sosial mencakup segala proses yang direncanakan mapun tidak, bersifat mendidik,
mengajakan, dan bahkan memaksa anggota masyarakat untuk mematuhi kaidah dan nilai sosial
yang berlaku

o Pengendalian sosial dapat berlangsung antar individu, misalnya; seorang ayah menentukan garis
masa depan anak-anaknya agar sesuai dengan keinginan pribadi si ayah

o Secara antar kelompok, pengendalian sosial dapat juga dilakukan, misalnya; kaum minoritas
melakukan pengendalian kepada kaum mayoritas untuk mengikuti kaidah-kaidah kaum
minoritas

o Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh kelompok kepada individu dan sebaliknya

o Tujuan dari pengendalian sosial adalah mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

Tanpa adanya pengendalian, kehidupan sosial akan mengalami kekacauan yang mengakibatkan
suasana chaos

o Dapat dikatakan bahwa pengendalian sosial bertujuan menciptakan keadaan damai melalui
keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan

 Pengendalian sosial dapat bersifat preventif dan represif atau bahkan keduanya secara sekaligus

• Preventif merupakan usaha pencegahan terhadap gangguan-gangguan pada harmoni antara


kepastian dengan keadilan, dilakukan melalui proses sosialisasi, pendidikan baik formal maupun
informal

• Represi merupakan usaha pengembalian keserasian yang pernah mengalami gangguan,


dilakukan dengan penjatuhan sanksi terhadap pihak yang melanggar kaidah yang berlaku
 Proses pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara tanpa paksaan (persuasif) dan juga cara
paksa (koersif)

• cara yang ditempuh dilihat berdasarkan siapa yang melakukan pengendalian sosial dan dalam
keadaan apa cara tersebut ditempuh

• pada masyarakat yang stabil dan tenteram, cara persuasif lebih efektif daripada paksaan,
sebaliknya dalam situasi chaos, cara represif lebih efektif dibandingkan metode persuasif

Selain cara persuasif dan represif, ada pula teknik-tekni pengendalian compulsion dan pervasion

• cara compulsion merupakan penciptaan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa
taat dan mengubah sikapnya, secara tidak langsung menciptakan kepatuhan

• cara pervasion dilakukan melalui pengulangan penyampaian norma dan nilai sedemikian rupa
sehingga masuk ke dalam bawah sadar seseorang dan mengubah sikapnya sehingga serasi
dengan norma atau nilai yang disampaikan

• Agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat tercipta seperti yang diharapkan,
norma-norma diaktifasi dan memiliki kekuatan mengikat yang berbeda-beda

• Untuk membedakan kekuatan mengikat dari norma-norma, dikenal adanya 4 pengertian:

• Cara (usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan

• Kebiasaan (folkways), menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk sama

• pelanggaran terhadap kebiasaan tidak memiliki sanksi keras, hanya berupa gunjingan

• Tata kelakuan (mores), merupakan kebiasaan yang dianggap cara berperilaku dan diterima
norma-norma pengatur.

• Sanksi atas pelanggaran mores cukup keras; dapat berupa caci maki atau hinaan

• Adat (custom), merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat.

• Bila adat istiadat dilanggar, sanksi yang diterima pelanggarnya sangat keras dan dapat
menyebabkan penderitaan baik fisik maupun mental, misal dipenjara, dipasung, atau dikucilkan,
disiksa, dan bahkan dibunuh

• Alat pengendali sosial yang digunakan sangat beraneka ragam, setidaknya terdapat dua sifat:

• pengendalian sosial formal, contohnya pendidikan dan aturan hukum tertulis

• pengendalian bersifat informal seperti tata krama

• Alat-alat tersebut dibangun agar pengendalian sosial dapat berjalan secara efektif
INTERAKSI SOSIAL

 Interaksi Sosial adalah proses di mana antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok atau kelompok dengan kelompok berhubungan satu dengan yang lain

 Interaksi Sosial adalah hubungan dua orang atau lebih yang saling pengaruh mempengaruhi

 Dalam interaksi sosial terdapat Tindakan Sosial, yaitu hal-hal yang dilakukan individu atau
kelompok di dalam interaksi dan situasi sosial tertentu

  Max Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu
dan tindakan-tindakan sosial

  Ketika berinteraksi, seseorang atau kelompok sebenarnya tengah berusaha atau belajar
bagaimana memahami tindakan sosial orang atau kelompok lain

  Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling
memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan

 Menurut George Herbert Mead:

 agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib dan teratur dan agar anggota masyarakat bisa
berfungsi secara “normal”,  maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak
sesuai dengan konteks sosialnya,

 tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara obyektif perilaku kita sendiri dari
sudut pandang orang lain

 Pertanyaan umum yang lazim muncul adalah: apakah perilaku atau tindakan kita sudah cukup
pantas di hadapan si X atau si Y?

 Menurut George Herbert Mead:

 Seseorang atau kelompok yang telah mampu berempati dan menilai diri sendiri sesuai dengan
pandangan orang lain disebut sebagai “diri” (the self)

 ”Diri” dibentuk dan diubah melalui interaksi dengan orang lain: seseorang tidak dilahirkan
dengan identitas dan karakteristik ”diri” yang telah “jadi”, melainkan ia akan dibentuk oleh
lingkungannya melalui simbol-simbol dan sosialisasi

 Mead menyebut kemampuan untuk menyesuaikan perilaku seseorang sebagai tanggapan


terhadap situasi-situasi sosial tertentu sebagai “pengambilan peran”(role-taking)

 Mead lebih lanjut menyatakan bahwa dalam “diri” terdapat dua komponen yakni I dan me

 Perilaku yang diperbuat dengan memperhitungkan kemungkinan reaksi atau sikap-sikap orang
lain mencerminkan apa yang oleh Mead dinamakan me

 Sedangkan I adalah perwujudan dari identitas pribadi orang per orang yang khas

 Menurut Erving Goffman:


 salah satu penganut pendekatan intreraksionisme simbolik berpendapat --teknik-teknik yang
dipakai seseorang untuk mengendalikan kesan-kesan di mata orang lain disebut “seni
pengaturan kesan”

 Perilaku “asli” yang ekspresif, spontan dan kurang dapat dikendalikan, seyogyanya tidak
diumbar begitu saja oleh seorang pemuda bila ia belum tahu persis bagaimana karakteristik
yang disenangi oleh orang tua si pacar

 Salah satu konsep Goffman yang terkenal adalah apa yang disebut Model Dramaturgi

 Ketika berinteraksi dengan orang –yang itu berarti seseorang tampil di panggung depan
(frontstage)-- maka yang bakal ditampilkan adalah pernyataan yang diberikan sesuai dengan
identitas macam apa yang ingin dikesankan si pembicara

 Sedangkan, bila seseorang berada di panggung belakang (backstage), pernyataan dan perilaku
apapun yang ditampilkan si pembicara tidaklah menjadi persoalan

  Seseorang yang berada di kamar mandi, misalnya, ia tentu tanpa canggung sedikit pun untuk
bertindak apa saja karena di hadapannya tidak ada orang lain yang diperhitungkan reaksinya

STRATIFIKASI SOSIAL

 sebagai pembedaan / pengelompokan penduduk/masyarakat kedalam jenjang sosial yang


bersifat hierarkhis

 Fenomena tersebut dapat dikatakan sebagai gejala sosial yang bersifat normal/wajar dan
universal

  sebab selama dalam masyarakat Ada sesuatu yang dihargai –pasti mempunyai Yang dihargai,
maka sistem pelapisan dalam masyarakat pasti terjadi

  sesuatu yang dihargai bisa berupa uang, (benda-benda ekonomis, tanah, kekuasaan,
pendidikan dsb)

Menurut Pitirim Sorokin

• Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis) Perwujudannnya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih
rendah

Dasar dan inti pelapisan social

 adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan
tanggung jawab di antara anggota masyarakat. Artinya

 lapisan masyarakat sudah ada sejak manusia mengenal kehidupan bersama dalam organisasi
sosial.

 pada masyarakat tradisional, ada pemimpin dan yang dipimpin,ada budak dan bukan budak,
pembagian kerja dsb.

Semakin maju suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem pelapisan masyarakatnya.
Bentuk-bentuk konkrit

 Dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas:

 1. Ekonomis

 2. Politis

 3. didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat

 Pada umumnya bersifat kumulatif/saling mempengaruhi.

 Pengertian stratifikasi sosial (social stratification) berbeda dengan konsep ketidaksamaan


sosial (social inequality)

 Ketidaksamaan sosial (social inequality)  lebih berkaitan dengan adanya perbedaan derajad
dalam pengaruh atau prestise sosial antar individu dalam suatu masyarakat tertentu

 lebih berkenaan dengan adanya dua atau lebih kelompok yang bertingkat dalam suatu
masyarakat, yang anggota-anggotanya mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise
yang tidak sama

 Inti dari startifikasi sosial adalah perbedaan akses golongan satu dengan golongan masyarakat
lain dalam memanfaatkan sumber daya.

dalam stratifikasi sosial, tingkat kekuasaan, hak istimewa dan prestise individu tergantung pada
keanggotaannya dalam kelompok sosial, bukan pada karakteristik personalnya

Ada dua ciri penting yang menandai ketidaksamaan sosial, yaitu:

 Ketidaksamaan sosial hanya mengenai perbedaan prestise atau pengaruh antar individu satu
terhadap individu lainnya.

 TIDAK berkenaan dengan derajad kekuasaan atau kekayaan.

 Ketidaksamaan sosial ada dan dapat terjadi dalam masyarakat yang relatif homogen.

 Ketidaksamaan sosial mengimplikasikan ketidaksamaan antar individu, bukan antar kelompok


yang berlainan

  tempat seseorang dalam suatu pola tertentu secara hirarhis

  sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan
orang-orang lain dalam kelompok tersebut,

  tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok


yang leih besar lagi.

  Seseorang dapat memiliki beberapa kedudukan.

 “kedudukan sosial” adalah

tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam
arti lingkungan pergaulannya, prestisnya, hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.
kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang
dalam kelompok yang berbeda, tetapi kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang
tadi dalam kelompok sosial yang berbeda.

Beberapa macam status atas dasar cara untuk mendapatkan status

1. Ascribed status

 kedudukan yang diperoleh tanpa usaha.

 diperoleh karena kelahiran (contoh, kasta)

2. Achieved status

 kedudukan yang diperoleh lewat usaha

(contoh ; presiden, direktur perusahaan)

3. Assigned status

 kedudukan yang diberikan karena jasa

jasanya (pahlawan nasional)

 terkait dengan Achieved status

 Setiap individu mempunyai berbagai kedudukan, karena masuk dalam berbagai kesatuan hidup
(komunitas)

 Kedudukan satu dengan yang lain belum tentu selalu berhubungan secara harmonis. Artinya
bisa terjadi konflik status satu dengan yang lain.

 Karena status itu umumnya berkaitan erat dengan peran (role) maka jika seseorang mengalami
konflik status maka peran pun akan mengalami konflik. Misal dosen yang harus menghukum
mahasiswa yang kebetulan anak kandungnya.

Kedudukan seseorang dapat dilihat dari:

 Ciri-ciri tertentu dalam kehidupan sehari-hari (status symbol) yang sudah menjadi bagian
hidupnya.

 Cara berpakaian, pergaulan, memilih tempat tinggal, mengisi waktu luang, menghias rumah,
gelar kesarjanaan dll.

2. Peran ( role)

 aspek dinamis dari kedudukan

Artinya

 Seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan


kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran.
 Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak
ada peran tanpa status dan tidak status tanpa peran.

 Peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa
yang diberikan masyarakat kepadanya.

 1. peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi/tempat seseorang dalam


masyarakat

 2. Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan individu dalam masyarakat,
sebagai organisasi

 3. Peran juga sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

 Memberi arah pada proses sosialisasi,

 Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan,

 Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat, dan

 Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan


masyarakat.

 Peran yang diharapkan (expected roles)

 cara ideal dalam pelaksanaan peran menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki
peran yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peran ini tidak dapat ditawar
dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan.

 Contoh: Peran jenis ini antara lain peran hakim, peran protokoler, diplomatik, dan sebagainya,
dan

 Peran yang disesuaikan (actual roles),

 cara bagaimana sebenarnya peran itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Peran yang disesuaikan mungkin tidak cocok
dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul dapat dianggap wajar oleh masyarakat.

 Peran bawaan (ascribed roles), yaitu peran yang diperoleh secara otomatis, bukan karena
usaha,

misalnya peran sebagai nenek, anak dan sebagainya,

 Peran pilihan (achieves role), yaitu peran yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri,

 misalnya seseorang yang memutuskan untuk memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Airlangga dan menjadi mahasiswa program studi tertentu

 Setiap individu mempunyai peran yang senantiasa berhubungan dengan beberapa peran yang
lain yang kemudian disebut “ set of role”.

 Misal ; mahasiswa harus berhubungan orang lain yang berperan sebagai dosen, petugas
administrasi, pimpinan fakultas, penjaga parkir dan sebagainya.
 1. Peran-peran tertentu harus dilaksanakan kalau struktur masyarakat hendak dipertahankan
kelangsungannya

 2. Peran seyogyanya dilekatkan kepada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk
melaksanakannya. Oleh karena itu mereka ini harus dilatih terlebih dulu

3. Dalam masyarakat kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan perannya
sebagaimana diharapkan masyarakat  role distance (pemisahan individu dengan perannya)

 terjadi apabila individu merasa tertekan karena merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan
peran yang diharapkan masyarakat)

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannya, belum tentu masyarakat
akan memberikan kesempatan yg luas bagi semua orang

1. Secara tidak sengaja/tak terencana.

 Misalnya: pelapisan sosial karena tingkatan umur, Jenis kelamin, Kebangsawanan atau keaslian
keanggotaan kerabat (kepala suku).

2. Secara sengaja dibuat untuk mencapai tujuan tertentu

 Misalnya: Jenjang sosial atas dasar tingkat pendidikan, kekayaan dan kekuasaan

1.Kemampuan yang berbeda antara individu satu dengan yang lain. Kerabat pembuka tanah
(marga tanah di Batak), pendiri desa(di Jawa)

2. Perbedaan jenis kelamin

3. Status kebangsawanan  kasta, raja dll

4. Pembedaan atas dasar kekuasaan

5. Pembedaan atas dasar pendidikan

6. Pembedaan atas dasar kesolehan beragama

7. Pembedaan atas dasar ekonomi/harta

8. Namun demikian dalam realitas kehidupan bermasyarakat, fenomena stratifikasi sosial dengan
mudah dapat dijumpai dalam masyarakat manapun.

9. Bahkan pada masyarakat hewan (merayap, melata, menyusui dll) dan tumbuhan pun (perdu,
parasitdll) terdapat sistem pelapisan.

1. Stratifikasi Sosial Tertutup

(closed social stratification)

2. Stratifikasi Sosial Terbuka

(opened social stratification)


 Pelapisan Sosial ini membatasi kemungkinan berpindahnya seseorang dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lain, baik dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
(Para anggota tidak dapat berpindah jenjang sosial )

 Misalnya : atas dasar kasta, ras dsb.

 Masyarakatnya stabil atau konflik antar strata hampir tidak ada karena menerima kedudukan
yang telah diperoleh tanpa usaha itu (ascribed status), walaupun kedudukan itu tidak
menguntungkan.

 Tujuan kehidupan masyarakat akan lebih mudah tercapai,terutama untuk pemenuhan


kebutuhan hidupnya

 Masyarakatnya statik dan apatis.

MENGAPA?

 tidak mungkin untuk melakukan


perubahan stratifikasi sosial yang telah ada dan yang digunakan oleh masyarakat sebelumnya

Keanggotaan pada stratifikasi sosial tertutup


 Diperoleh lewat pewarisan atau
kelahiran
 KARENA ITU
Lepasnya keanggotaan apabila
seseorang anggota meninggal
dunia

Keanggotaan pada stratifikasi sosial tertutup


 Diperoleh lewat pewarisan atau
kelahiran
 KARENA ITU
Lepasnya keanggotaan apabila
seseorang anggota meninggal
dunia

1. Memberi motivasi kepada setiap

anggota masyarakat untuk berusaha

2. Memberi kesempatan kepada setiap

anggota masyarakat untuk berusaha

3. Pendistribusian kedudukan secara

proporsional
1. Pendekatan Obyektif

Artinya, usaha untuk memilah-milah masyarakat ke dalam beberapa lapisan dilakukan menurut
ukuran-ukuran yang obyektif berupavariabel yang mudah diukur secara kuantitatif

 Beberapa pakar demografi, misalnya, sering membagi masyarakat menurut kategori umur,
tingkat pendidikan atau perbedaan besar penghasilan

2. Pendekatan Subyektif

 Artinya, munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat tidak diukur dengan kriteria-kriteria
yang obyektif, melainkan dipilih menurut kesadaran subyektif warga masyarakat itu sendiri.

 Berbeda dengan pendekatan obyektif dimana peneliti bisa menyusun kategori statistik,

 untuk pendekatan subyektif yang tersusun adalah kategori sosial yang ditandai oleh kesadaran
jenis. Seseorang yang menurut kriteria obyektif termasuk miskin, menurut pendekatan subyektif
ini bisa saja dianggap tidak miskin kalau ia sendiri memang merasa bukan termasuk kelompok
masyarakat miskin.

3. Pendekatan Reputational

 Artinya, pelapisan sosial disusun dengan cara subyek penelitian diminta menilai status orang
lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam suatu skala tertentu.

Misal:

 Untuk mencari siapakah di desa tertentu yang termasuk kelas atas, peneliti yang
menggunakan pendekatan reputational bisa melakukannya dengan cara menanyakan kepada
warga desa tersebut siapakah warga desa setempat yang paling kaya atau menanyakan
siapakah warga desa setempat yang paling mungkin diminta pertolongan meminjamkan uang
dan sebagainya.

MASALAH SOSIAL

 Pemahaman Masalah Sosial

• Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yg wajar dalam masyarakat seperti; norma,


kelompok sosial, lapisan masyarakat, perubahan sosial dan kebudayaan

• Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana dikehendaki


masyarakat. Gejala-gejala yg tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala
patologis

• Gejala-gejala abnormal tsb dinamakan masalah-masalah sosial

• Sering dibedakan antara 2 macam persoalan:

o Masalah masyarakat (societal problems); yakni menyangkut analisis tentang berbagai macam
gejala kehidupan masyarakat
o Problema sosial (social problems); meneliti gejala-gejala abnormal masyarakat, dg maksud
untuk memperbaiki atau bahkan menghilangkan

o Sosiologi menyelidiki peroslan-persoalan umum dalam masyarakat, dg maksud menemukan


dan menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan kemasyarakatan

o Sedangkan usaha-usaha perbaikan terhadap adanya kenyataan-kenyataan di masyarakat


merupakan bagian dari pekerjaan sosial (social work)

o Sosiologi berusaha untuk memahami kekuatan-kekuatan dasar yg berada di belakang tata


kelakuan sosial

o Pekerjaan sosial berusaha utk menanggulangi gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, atau
untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat

 masalah merupakan penyimpangan:

o dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi

o antara aturan dengan pelaksanaan

o antara teori dan praktek

o antara perencanaan dengan pelaksanaan

o Dll

 masalah sosial; sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak dikehendaki oleh masyarakat

*) carilah definisi masalah sosial menurut para ahli

• Menemukan masalah yang betul-betul masalah bukanlah pekerjaan mudah

• Dalam penelitian, jika masalah penelitian telah ditemukan, maka pekerjaan penelitian telah
50% selesai (pekerjaan menemukan masalah merupakan 50% dari kegiatan penelitian)

• untuk menemukan masalah dapat dilakukan dg cara melakukan analisis masalah, yaitu dg
pohon masalah

• Dengan analisis masalah melalui pohon masalah, maka permasalahan dapat diketahui mana
masalah yg penting, yg kurang penting, dan yg tidak penting

PERUBAHAN SOSIAL

 Segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang


mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok masyarakat

 WilliamF.Ogburn

 Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun
immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur material terhadap unsur
immaterial
 Kingsley Davis

 perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misal:
pengorganisasian buruh menyebabkan perubahan hubungan buruh dan majikan dst.

 Selo Soemardjan

 Perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu


masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan Sosial

 pergeseraan atau pergantian

 sebagian atau keseluruhan kultur maupun struktur yang ada dalam masyarakat

 Perubahan sosial merupakan gejala yang bersifat normal dan universal

 artinya perubahan itu pasti terjadi pada masyarakat apapun dan dimanapun

Bentuk-bentuk perubahan social

A. Perubahan yang lambat dan cepat

1. Perubahan yang lambat ( evolusi )

Perubahan yang biasanya tak terencanakan,

terjadi karena masyarakat ingin menyesuaikan dengan kebutuhan, keadaan /kondisi baru yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat

1. Unilinier theories of evolution

 perkembangan masyarakat itu melalui tahapan, dari tahap sederhana ke tahap yang lebih
kompleks

Misal ;

 Durkheim, dari masyarakat yang

bersolidaritas mekanis ke Organis

 Merton, dari masy. Tradisional ke modern

2. Universal theories of evolution

 perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap yg tetap

Misal:

 Herbert Spencer

perkembangan masyarakat itu dari kelompok homogen ke kelompok heterogen, baik sifat maupun
susunannya
3. Multilined theories of evolution

 Lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu


dalam evolusi masyarakat.

Misal:

 penelitian tentang pengaruh perubahan sistem mata pencaharian dari berburu ke pertanian,
terhadap sistem kekeluargaan dst.

 Perubahan yang evolusioner sering tidak dirasakan sebagai perubahan, karena masyarakat
telah berhasil menyesuaikan diri secara sempurna terhadap perubahan yang terjadi.

2. Perubahan yang cepat (revolusioner)

 Perubahan/pergantian secara cepat terhadap berbagai aspek kehidupan yg penting.

 Perubahan yang terjadi secara cepat ini mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok
kehidupan masy.

 Perubahan ini dapat terjadi tanpa rencana,

tetapi dapat pula direncanakan terlebih dahulu.

Misal:

Revolusi Industri  tahap produksi tanpa mesin menuju tahap produksi dengan mesin  mengubah
sistem kekeluargaan, hubungan buruh dan majikan dsb.

SYARAT TERJADINYA REVOLUSI

1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan perubahan. Hal ini diawali dengan adanya
perasaan tdk puas terhadap keadaan yang mendorong terjadinya perubahan.

2. Adanya seseorang/sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat ybs

3. Pemimpin tsbt mampu menampung keinginan dan aspirasi warga yg dirumuskan ke dalam
program perubahan

4. Pemimpin tersebut mampu menunjukan tujuan secara konkrit dan dapat dilihat oleh
masyarakat, serta tujuan yang abstrak

perumusan suatu ideologi tertentu.

Harus ada “ momentum” untuk revolusi, yaitu saat dengan keadaan dan faktor yang tepat
untuk melakukan gerakan. Jika momentum tidak tepat/keliru revolusi bisa gagal

Anda mungkin juga menyukai