Anda di halaman 1dari 97

R I H A ND

WU AY

AN
TU

I
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PEMBINAAN
KOLABORATIF BAGI GURU KELAS V DI DABIN II
UNIT PENDIDIKAN KECAMATAN JATILAWANG

Penelitian disusun/diajukan
untuk memenuhi Persyaratan Pemilihan Pengawas Berprestasi

Disusun oleh :

Nama : BUDI TRIYONO, S.Pd.


NIP : 19620516 198304 1 002
Jabatan : Pengawas TK/ SD
Unit Kerja : UPK Jatilawang Kabupaten Banyumas

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS


TAHUN 2014

1
LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian Tindakan Sekolah disusun untuk melengkapi salah satu

persyaratan pemilihan Pengawas TK/SD berprestasi.

Ditulis oleh :

Nama : BUDI TRIYONO, S.Pd.

NIP : 19620516 198304 1 002

Pangkat/ Gol. Ruang : Pembina / IV A

Jabatan : Pengawas Sekolah

Unit Kerja : Unit Pendidikan Kecamatan Jatilawang

Judul : MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM

MENYUSUN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

MELALUI PEMBINAAN KOLABORATIF BAGI

GURU KELAS V DI DABIN II UNIT PENDIDIKAN

KECAMATAN JATILAWANG

Mengesahkan Jatilawang, 13 Maret 2014


Kepala UPK Jatilawang Penulis
Kab. Banyumas

Drs. SUDARKO BUDI TRIYONO, S.Pd


NIP 19610904 198201 1 001 NIP. 19620516 198304 1 002

i
ABSTRAK

Budi Triyono, S.Pd. NIP : 19620516 198304 1 002. Penelitian Tindakan


Sekolah dengan judul :” Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun
Perencanaan Pembelajaran melalui Pembinaan Kolaboratif bagi Guru Kelas V
di Dabin II Unit Pendidikan Kecamatan Jatilawang
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum semua guru membuat
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran secara mandiri.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan guru
dalam membuat pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sehingga proses belajar mengajar terarah dan prestasi belajar meningkat.
Sumber data berasal dari instrumen yang disampaikan kepada semua guru
kelas V diwilayah Kecamatan Jatilawang, khususnya di daerah binaan II.Analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif, selanjutnya
dikonsultasikan dengan kriteria keberhasilan untuk mengetahui apakah pembinaan
kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dalam membuat
silabus dan RPP.
Berdasar hasil observasi silabus pada siklus pertama di peroleh data
peningkatan prosentase kesesuaian yaitu pada komponen penentuan materi ajar
dari 50 % menjadi 75 %, Kegiatan pembelajaran meningkat dari 25% menjadi
75%, Indikator dari 25 % menjadi 75 %, jenis penilaian dari 50% menjadi
75%.Sedangkan pada siklus kedua yaitu penyusunan RPP ada peningkatan dalam
hal menentukan model pembelajaran sudah ada peningkatan yaitu : dari 25 %
meningkat menjadi 75 % dan aspek penilaian dari 25 % meningkat menjadi 75 %,
Indikator meningkat dari 25% menjadi 75%, tujuan pembelajaran meningkat dari
50% menjadi 75%, materi ajar dari 25% menjadi 75%.
Berdasar hasil analisis data diatas ditarik kesimpulan bahwa : Pembinaan
Kolaboratif dapat meningkatkan kamampuan guru dalam membuat
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Saran-saran dalam penelitian ini adalah agar guru menyusun silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran agar
kegiatan belajar mengajar terarah.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah swt atas segala
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) yang merupakan salah satu tugas pada pelaksanaan Pendidikan
dan Pelatihan Supervisi Akademik bagi Pengawas Sekolah. Sehubungan dengan
tersusunnya laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. R. Widodo,M.S. Kepala PPPPTK Matematika
Yogyakarta yang telah memfasilitasi terlaksananya Diklat Supervisi
Akademik bagi pengawas sekolah.
2. Bapak Yuliawanto, M.Si selaku penanggung jawab kegiatan yang telah
meneyelenggarakan diklat secara profesional.
3. Ibu Dra Sri Wardani dan segenap tutor dari PPPPTK Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat berharga bagi
peserta untuk mewujudkan pengawas yang profesional.
4. Bapak Drs. Pranoto. kepala UPK Jatilawang yang telah memberi ijin,
motivasi dan dukungan sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
5. Bapak /Ibu Kepala SD se- Dabin II UPK Jatilawang dan segenap dewan
pendidik yang telah bersedia menjadi subjek dari kegiatan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan OJL khususnya di
Daerah Binaan II, UPK Jatilawang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran para pembaca akan diterima dengan senang hati demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Jatilawang, 10 September 2012


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ......... 9

B. Penyelesaian Masalah/ Kerangka Berfikir.................. 43

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ......................... 45

B. Prosedur Penelitian........................................................ 47

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 50

D. Teknik Analisis Data .................................................... 50

iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal ............................................................... 51

B. Siklus 1 ......................................................................... 52

1. Perencanaan................................................. 52

2. Pelaksanaan................................................. 54

3. Pengamatan................................................. 58

4. Evaluasi dan Refleksi.................................. 58

C. Siklus 2 ......................................................................... 61

1. Perencanaan................................................. 61

2. Pelaksanaan................................................. 61

3. Refleksi.................................. ..................... 67

D. Pembahasan ................................................................. 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ..................................................................... 73

B. Saran ............................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 75

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Distribusi Hasil Penelitian Eksplorasi LOG ........................ 5

2. Tabel 2.1 Kontinum Komitmen Guru .................................................. 40

3. Tabel 2.2Kontinum Tingkatan Abstraksi Guru .................................... 41

4. Tabel 2.3 Paradigma Guru Abad 21 ..................................................... 41

5. Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian …………………………………... 45

6. Tabel 3.2 Profil SD di Daerah Binaan II UPK Jatilawang ................... 46

7. Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................. 47

8. Tabel 4.1 Distribusi Prosentase Hasil Penelitian Eksplorasi................ 53

9. Tabel 4.2 Distribusi Prosentase tentang Kesesuaian Silabus Siklus

Pertemuan 1........................................................................... 55

10. Tabel 4.3 Distribusi Prosentase tentang Kesesuaian Silabus Siklus

Pertemuan 2........................................................................... 58

11. Tabel 4.4 Distribusi Perbandingan Prosentase Hasil Observasi tentang

Kesesuaian Silabus pada Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ........... 60

12. Tabel 4.5 Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian

RPP pada Siklus II Pertemuan 1 ........................................... 63

13. Tabel 4.6 Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian

RPP pada Siklus II Pertemuan 2 ........................................... 66

14. Tabel 4.7 Distribusi Perbandingan Prosentase Hasil Observasi

Tentang Kesesuaian RPP pada Siklus I Pertemuan 1 dan 2 68

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Observasi Guru Tentang Kelengkapan Administrasi

Pembelajaran ........................................................................................

2. Hasil Penelitian Eksplorasi Tentang Kelengkapan Administrasi

Pembelajaran ........................................................................................

3. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 1 ............................

4. Lembar Observasi Pengawas oleh Kolaborator ....................................

5. Lembar Observasi Pengawas oleh Kolaborator ...................................

6. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 2 ...........................

7. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan 1 ..........................

8. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan 2 ..........................

9. Lembar Observasi Pengawas (oleh Kolaborator) ................................

10. Lembar Observasi Pengawas (oleh Kolaborator) ................................

11. Data Kolaborator ..................................................................................

12. Contoh Format RPP .............................................................................

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16

tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

menyebutkan bahwa kompetensi guru sekolah dasar meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional.

Salah satu kompetensi di atas yaitu kompetensi pedagogik khususnya

kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata

pelajaran pada kelas yang diampu. Kompetensi pedagogik tersebut sangat relevan

dengan salah satu kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74

tentang Guru pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok guru yaitu

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik serta melakukan tugas

tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Selain itu kewajiban

pendidik adalah menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan.

Kegiatan pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

diciptakan untuk proses belajar mengajar pada peserta didik di kelas, dalam

kegiatan ini sangat diperlukan peran guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Mengingat pentingnya kegiatan pembelajaran maka guru perlu merancang sebaik

mungkin, sehingga materi yang diberikan bermanfaat bagi siswa. Perencanaan


atau rancangan ini merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dalam perencanaan pembelajaran harus disesuaikan dengan target

pendidikan yang telah ditentukan. Guru sebagai subyek dalam perencanaan

dituntut untuk dapat menyusun berbagai program pengajaran sebagai pendekatan

dan metode yang akan digunakan.

Dalam buku “Perencanaan Pembelajaran” yang diterbitkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan tahun 2004 disebutkan bahwa :

Perencanaan pembelajaran (instruction design) adalah keseluruhan proses analisis

kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan sistem penyampaiannya untuk

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan belajar, termasuk didalamnya

pengembangan paket pembelajaran dan kegiatan mengevaluasi program dan hasil

belajar.

Kegiatan pembelajaran di sekolah harus mengacu pada kurikulum yang

sudah dikembangkan sekolah dan berpedoman pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum yang dilaksanakan sekarang adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan /sekolah.

Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah

dalam merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta menilai pembelajaran


sesuai dengan kondisi dan aspirasi. Dalam pelaksanaannya ditandai dengan

keberagaman silabus yang dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai

dengan karakteristik sekolahnya. Silabus merupakan penjabaran standar

kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber

belajar.

Dalam implementasinya silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing

guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan

dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi belajar, evaluasi proses

(pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pelaksanaan pembelajaran.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih

lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan

pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian.

Pembelajaran dan pengembangannya sepenuhnya menjadi tugas dan

kreativitas dari guru yang mengajar di kelas, guru dituntut memiliki kreativitas

yang tinggi karena dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) sekolah diberi keleluasaan untuk membuat strategi pembelajaran sendiri

dalam menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah

ditentukan kepada siswa disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah

masing-masing. Untuk itu masing-masing sekolah berusaha untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran dengan sebaik-baiknya tanpa mengurangi esensi dan

substansi dari kurikulum yang ada.


Di dalam pembelajaran ada 3 komponen yang harus dikembangkan dan

saling keterkaitan yaitu guru, siswa dan proses pembelajaran. Dari pihak guru

adalah guru harus terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran yang

matang mulai dari membuat program tahunan, program semester, dan program

harian yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disamping harus

menguasai materi yang akan diajarkan, metode-metode mengajar dan bisa

menguasai kelas serta membuat alat evaluasi. Dari pihak siswa kesiapan

menerima pelajaran, kedisiplinan dan kesungguhan, sedangkan proses

pembelajaran adalah ada suatu sinergi antara guru, murid, metode dan model

pembelajaran yang tepat dari materi kompetensi yang akan diajarkan.

Untuk mencapai hal tersebut guru harus mengembangkan silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hal ini menuntut kesiapan guru secara

maksimal. Dengan demikian kompetensi yang ingin dicapai dalam perencanaan

bisa tercapai dengan baik. Berdasarkan hasil pemantauan melalui supervisi

akademik dan hasil dari penelitian eksplorasi di Daerah Binaan (Dabin ) II

Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas masih ditemukan guru yang

mengajar belum mengkaji ulang pengembangan silabus dan pengembangan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kompetensi yang akan diajarkan,

sehingga dalam pelaksanakan proses pembelajaran tidak terrencana dengan baik

,karena mungkin terjadi materi yang berulang-ulang diberikan pada siswa,

sedangkan kompetensi yang lain tidak tersampaikan secara keseluruhan.

Ada sebagian guru memiliki rencana pembelajaran lengkap, tetapi dengan

cara memfotokopi dari sekolah lain yang situasi dan kondisinya berbeda, baik
guru, siswa maupun sarana dan prasarananya, karena yang membuat orang lain

pemikiran dan ide-idenya juga bisa saja berbeda, sehingga rencana pembelajaran

yang telah ada tidak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Berikut hasil

rekapitulasi supervisi akademik aspek administrasi guru kelas pada tahun

pelajaran 2011/2012.

Tabel. 1.1
Distribusi Prosentase Hasil Penelitian Eksplorasi
Lembar Observasi Guru (LOG) Tentang Perangkat Pembelajaran
Guru Kelas V di Dabin II Kec.Jatilawang Kabupaten Banyumas

No Kegiatan Ketercapaian
1 Membuat program tahunan 75 %
2 Membuat program semester 75 %
3 Membuat program harian 25 %
4 Menyusun pengembangan silabus sendiri 25 %
5 Memfotocopi/mengeprint silabus yang sudah ada 75 %
6 Menyusun pengembangan semua RPP 25 %
7 Memfotokopi pengembangan Rencana Pelaksanaan 75 %
Pembelajaran dari sekolah lain
8 Membuat daftar nilai harian 100 %
9 Membuat daftar nilai tugas 75 %
10 Membuat daftar hadir 100 %
11 Membuat agenda pelaksanaan harian 25 %
12 Membuat analisis butir soal 25 %
13 Membuat analisis hasil ulangan dan daya serap 100 %
14 Membuat program remedial 50 %
15 Membuat program pengayaan 50 %
16 Membuat kisi-kisi soal 25 %
17 Membuat lembar kerja siswa (LKS) 50 %
18 Membuat kumpulan tugas 75 %
19 Membuat kumpulan soal-soal 100 %
20 Membuat catatan insidental 25 %
21 Membuat daftar buku pegangan 100 %

Sebagai dampak dari tidak/belum disusunnya rencana pembelajaran

secara mandiri maka metode dan model pembelajaran yang akan digunakan pun

tidak terencana dengan baik, dan metode yang digunakan tanpa adanya persiapan
khusus. Pada umumnya digunakan metode ceramah yang mengakibatkan siswa

menjadi pasif, kurang antusias, mengantuk, dan ada pula yang mengerjakan mata

pelajaran lain. Sedangkan bagi yang memfotocopi silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran dari sekolah lain sebagian besar tidak bisa diterapkan,

karena situasi dan kondisinya berbeda. Padahal dengan diterapkannya Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),sekolah diberi otoritas penuh untuk

melaksanakan kurikulum disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-

masing, tanpa merubah substansi dan esensi dari kurikulum yang telah disusun

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Masalah yang telah diuraikan diatas harus segera diatasi. Berkenaan

dengan hal tersebut maka peneliti melakukan pembinaan dengan cara Kolaboratif

dengan alasan cara ini paling tepat, karena adanya interaksi antara guru dan

pengawas sekolah mempunyai kedaulatan yang seimbang, masing-masing

memiliki kewajiban. Pengawas sebagai membina, memiliki kewajiban untuk

melaksanakan pembinaan terhadap guru dalam hal ini membina perencanaan

pembelajaran, sedangkan guru memiliki tanggung jawab untuk membuat

perencanaan pembelajaran sebagai salah satu dari pemenuhan standar kompetensi

guru yaitu kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik, dengan demikian

masing-masing melaksanakan kewajiban tanpa ada keterpaksaan dalam

melaksanakannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kompetensi awal para guru kelas V di wilayah Dabin II UPK

Jatilawang dalam menyusun perencanaan pembelajaran?


2. Bagaimana pembinaan kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan dan

kemauan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran?

3. Bagaimana cara pengawas menerapkan pembinaan kolaboratif agar semua

guru membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan diajarkan ?

C. Tujuan Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti mentargetkan tujuan yang ingin dicapai

adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Banyumas pada umumnya

dan di Dabin II Kecamatan Jatilawang pada khususnya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kemampuan awal guru dalam menyusun perencanaan

pembelajaran.

b. Mengetahui kemampuan akhir guru dalam menyusun perencanaan

pembelajaran.

c. Mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan guru dalam menyusun

perencanaan pembelajaran melalui kegiatan kolaborativ.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dari penelitian tindakan sekolah ini dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak .

1. Bagi Guru
a. Dapat mengetahui secara jelas apa yang akan diajarkan serta dapat

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah.

b. Pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan tindak lanjut dapat terkontrol

dengan baik

c. Bagi Siswa

a. Memiliki kesiapan lebih baik dalam mengikuti proses pembelajaran di

kelas sehingga menimbulkan antusiasme, kesungguhan, dan terfokus.

b. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa senang tanpa ada keraguan

pada kemampuan guru, sehingga diharapkan prestasi belajar meningkat.

d. Bagi Peneliti

a. Dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah.

b. Dapat menambah koleksi laporan penelitian sehingga dapat digunakan

untuk kenaikan jabatan yang akan datang serta untuk kepentingan yang

lain.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam bab ini akan diuraikan (a) kompetensi dan tupoksi guru, (b)

kompetensi dan tupoksi pengawas, (c) perencanaan pembelajaran, (d) konsep

pembinaan guru, (e) pandangan Kolaboratif pembinaan guru..

1. Kompetensi dan Tupoksi Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mengungkapkan bahwa

kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut

terintegrasi dalam kinerja guru.

Kompetensi pedagogik meliputi kompetensi inti guru, yaitu (1) menguasai

karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan

intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik,(3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang

pengembangan yang diampu, (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan

yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran, (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi

secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (10) melakukan tindakan reflektif

untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Kemampuan guru di atas teraplikasi dalam salah satu kegiatan pokok guru,

yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas

tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok (Depdiknas c.2009:6).

Uraian tugas guru kelas sebagaimana tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52, kegiatan merencanakan

pembelajaran yang wajib dilakukan oleh guru adalah membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai

dengan rencana kerja sekolah/madrasah (c.2009:8).

2. Kompetensi dan Tupoksi Pengawas

Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam

jabatan pengawas sekolah (PP 74 tahun 2008). Pengawasan adalah kegiatan

pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program

pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan

pembimbingan dan pelatihan profesional guru.

Pengawas sekolah memiliki peran yang signifikan dan strategis dalam

proses dan hasil pendidikan yang bermutu di sekolah. Peran pengawas sekolah

meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas.

Permendiknas RI Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas

Sekolah/Madrasah, memuat dimensi kompetensi pengawas, yaitu (1) kompetensi

kepribadian, (2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi supervisi


akademik, (4) kompetensi evaluasi pendidikan, (5) kompetensi penelitian

pengembangan, dan (6) kompetensi sosial.

Kompetensi supervisi akademik meliputi kompetensi pengawas dalam (1)

memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan

perkembangan tiap mata pelajaran (2) memahami konsep, prinsip, teori/teknologi,

karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran (3)

membimbing guru dalam menyusun silabus berlandaskan standar isi, standar

kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP, (4)

membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/ teknik

pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa (5)

membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

untuk tiap mata pelajaran (6) membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan atau di lapangan) (7)

membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan

menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata

pelajaran (8) memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam

pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran.

Kompetensi supervisi akademik yang langsung berkaitan dengan

penelitian tindakan ini adalah membimbing guru dalam menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk guru kelas V.

Uraian tugas pengawas yang berkaitan dengan melaksanakan pembinaan,

pemantauan, dan penilaian meliputi (a) kegiatan supervisi akademik, khususnya

pembinaan dan pemantauan pelaksanaan standar proses yang terjadi interaksi


langsung antara pengawas dengan guru binaannya, (b) melaksanakan penilaian

terhadap kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses

pembelajaran.

Uraian tugas yang berkaitan dengan melaksanakan pembimbingan dan

pelatihan profesionalitas guru adalah membimbing dan melatih profesionalitas

guru paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di KKG.

Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi,

individual dan group conference, serta kunjungan kelas melalui supervisi

akademik.

3. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks yang

merupakan seperangkat peristiwa yang dapat mempengaruhi subyek didik

sedemikian rupa, sehingga proses belajar dapat terjadi. Pengembangan

perencanaan pembelajaran yang akan dibahas di sini adalah pengembangan

silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

a. Pengembangan silabus

1). Pengertian Silabus

Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau

pokok-pokok isi atau materi pelajaran”(Salim, 1987;98). Istilah silabus digunakan

untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih

lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan

pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Silabus merupakan


penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

alokasi waktu dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi dan

ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu silabus harus dikaji dan

dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil

evaluasi, hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran) dan evaluasi

rencana pembelajaran.

2). Manfaat Silabus

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran

lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran ,pengelolaan kegiatan

pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber

pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk

satu standar kompetensi maupun untuk satu kompetensi dasar. Silabus juga

bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan

pembelajaran, misalnya kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok kecil

atau pembelajaran secara individual. Bahkan silabus sangat bermanfaat untuk

mengembangkan sistem penilaian. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi,

sebagai mana yang dianut KTSP, sistem penilaian selalu mengacu pada standar

kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok yang terdapat dalam silabus.
3). Landasan Pengembangan Silabus dan Pengembang Silabus

Landasan pengembangan silabus adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 ayat (2) dan

Pasal 20 yang berbunyi sebagai berikut (Depdiknas : 2007) : Pasal 17 ayat (2)

Sekolah dan Komite Sekolah, atau Madrasah dan Komite Madrasah,

mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Silabusnya

berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah

supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan SD,

SMP,SMA dan SMK dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di

bidang agama untuk MI, MTs, MA dan MAK. Pasal 20: Perencanaan proses

pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode

pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa yang mengembangkan

silabus adalah : guru kelas/guru mata pelajaran, kelompok guru kelas/mata

pelajaran, kelompok kerja guru/(KKG) atau Dinas Pendidikan

Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh guru kelas/mata

pelajaran, atau kelompok kerja guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG)

pada tingkat satuan pendidikan atau satu sekolah atau kelompok sekolah dengan

tetap memperhatikan karakteristik masing-masing sekolah.

4). Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan

pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Beberapa


prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain : ilmiah, relevan,

sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel dan menyeluruh.

Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pengembangan silabus itu akan

dijelaskan satu per satu di bawah ini, yaitu :

(a). Ilmiah, artinya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Untuk mencapai

kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus selayaknya dilibatkan para

pakar di bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran. Hal ini dimaksudkan

agar materi pelajaran yang disajikan dalam silabus sahih (valid).

(b). Relevan artinya ada kesesuaian

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi

dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik,

intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

(c).Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional

dalam mencapai kompetensi.

(d). Konsisten artinya ajeg

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg,taat azas) antara kompetensi dasar,

indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

(e). Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.


(f). Aktual dan kontekstual artinya nyata dalam kehidupan

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir

dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

(g). Fleksibel artinya luwes

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta

didik, pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan

masyarakat,

(h). Menyeluruh mencakup semua komponen

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah komponen

(kognitif,afektif dan psikomotor).

5). Langkah-langkah Pengembangan Silabus dan Penentuan Alokasi Waktu

Langkah-langkah pengembangan silabus secara teknis mengikuti tahap-

tahap sebagai berikut (Masnur Muslich :2007):

Langkah Pertama, Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

sebagaimana yang tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut .

o Urutan berdasarkan hierarki konsep dasar ilmu dan/atau tingkat kesulitan

materi.

o Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata

pelajaran.
o Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata

pelajaran.

Langkah Kedua, Mengidentifikasi Materi Pokok

Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan :

o tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual

peserta didik;

o kebermanfaatan bagi peserta didik;

o struktur keilmuan;

o kedalaman dan keluasan materi;

o relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;

o alokasi waktu.

Langkah Ketiga, Mengembangkan Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan

peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan

pembelajaran yang bervariasa dan mengaktifkan peserta didik. Pengalaman

belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Rumusan

pengalaman belajar juga mencerminkan pengelolaan pengalaman peserta didik.

Langkah keempat, merumuskan indikator Keberhasilan Belajar

Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan

tanda/tanda,perbuatan dan/atau respons yang dilakukan atau ditampilkan oleh

peserta didik. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan

pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai

dasar untuk menyususun alat penilaian.

Langkah Kelima, Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes

dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil

karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Langkah Keenam. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat

kesulitan,dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi yang dicantumkan

dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik

untuk menguasai kompetensi dasar.

Langkah Ketujuh, Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, subjek dan/atau bahan yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan

elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian

kompetensi. Cara-cara pengalokasian waktu dalam silabus adalah :


(a). silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang

disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di

tingkat satuan pendidikan.

(b). implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus

sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran

dengan alokasi waktu yang terseia pada struktur kurikulum.

Komponen-komponen Silabus

Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses

tidak memuat 9 komponen.

(1). Komponen Identitas,

(2). Komponen Standar Kompetensi,

(3). Komponen Kompetensi Dasar

(4). Komponen Materi Pembelajaran

(5). Komponen Kegiatan Pembelajaran

(6). Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi

(7). Komponen Penilaian

(8). Komponen Alokasi Waktu,

(9). Komponen Sumber Belajar

b. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Istilah perencanaan menurut pendapat (Willian G.Cuningham : 1982)

yang dikutip oleh Hamzah.B.Uno mengemukakan : Perencanaan adalah

menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk

masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan memformulasikan


hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-

batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.

Definisi kedua mengemukakan bahwa perencanaan adalah hubungan

antara yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should

be) yang bertalian dengan kebutuhan,penentuan tujuan, prioritas,program dan

alokasi sumber. Bagaimana seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan

datang. Perencanaan di sini menekankan kepada usaha mengisi kesenjangan

antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan

apa yang dicita-citakan yaitu menghilangkan jarak antara keadaan sekarang

dengan keadaan mendatang yang diinginkan.

Sementara definisi yang lain tentang perencanaan dirumuskan sangat

pendek, perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan

menyeimbangkan perubahan. Dalam definisi ini ada asumsi bahwa perubahan

selalu terjadi, dan perubahan ini selalu diantisipasi, dan hasil antisipasi ini dipakai

agar perubahan itu seimbang. Artinya perubahan yang terjadi di luar organisasi

pengajaran tidak jauh berbeda dengan perubahan yang terjadi pada organisasi itu

dengan harapan agar organisasi tidak mengalami keguncangan. Jadi, makna

perencanaan di sini adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan

perubahan lingkungannya.

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat dibuat rumusan baru tentang

apa itu perencanaan. Perencanaan yaitu suatu cara yang memuaskan untuk

membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah
yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan

tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pembelajaranpun perlu perencanaan yang matang sebagai upaya

untuk perbaikan pembelajaran dengan asumsi sebagai berikut.

1).Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.

2). Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.

3). Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.

4).Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara

perorangan.

5).Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan

pembelajaran,dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan

pengiring dari pembelajaran.

6).Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa

untuk belajar.

7). Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran.

8).Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode

pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan disusunnya rencana pembelajaran, guru yang mengajar menjadi

lebih siap dan lebih profesional. Menurut Oemar Hamalik 2001 : 135 rencana

pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut.

1).Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah

dan hubungan dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan.


2).Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya

terhadap tujuan pencapaian pendidikan.

3).Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan

prosedur yang dipergunakan.

4) Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan murid, minat-

minat murid dan mendorong motivasi belajar.

5) Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar. Dengan

adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat

waktu.

1). Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) , dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh masing-

masing guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran

mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan RPP inilah seorang guru baik yang menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran[ RPP] itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan

pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu RPP harus mempunyai daya

terap (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui

kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

Dalam menyusun rencana pembelajaran ada beberapa anggapan dasar

yang harus diperhatikan ( Depdiknas ; 2007)

(a). Rencana pembelajaran harus diarahkan atau ditujukan untuk membantu siswa

belajar individual.
(b). Rencana pembelajaran memiliki dua tahap yaitu tahap jangka pendek yang

merupakan tahap dimana rencana pembelajaran segera dibuat karena segera

akan dilaksanakan, dan tahap jangka panjang merupakan rencana yang dibuat

untuk satu semester ataupun untuk satu program.

(c). Rencana pembelajaran yang sistematis akan berpengaruh besar terhadap

pengembangan manusia secara individual. Alasan yang paling mendasar

adalah untuk meyakinkan bahwa pendidikan tidak ada hal-hal yang

merugikan dan setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

mengembangkan bakatnya secara individual sampai pada tingkat yang

maksimum.

(d). Rencana pembelajaran dibuat dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu

melalui beberapa tahap dimulai dari analisis tujuan dan diakhiri dengan

evaluasi. Penetapan pada setiap tahap didasarkan pada kenyataan yang

bersifat empiris dan setiap tahap akan masuk ke tahap berikutnya.

(e). Rencana pembelajaran didasarkan pada pengetahuan bagaimana manusia itu

belajar. Anggapan tersebut dengan pengertian bagaimana kemampuan

individu itu dapat dikembangkan dan tidak cukup dengan pernyataan “apa

yang seharusnya bagi mereka”.

2). Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan RPP adalah

sebagai berikut.

o Ambillah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

o Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam unit tersebut.


o. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.

o Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.

o Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran

tersebut.

o Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

o Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan

pembelajaran.

o Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan

tujuan pembelajaran , yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.(Depdiknas; 2007)

o Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua)

jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu

pertemuan . Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan

tujuan pembelajan atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.

o Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran

secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.

o Tentukan teknik penilaian, bentuk dan contoh instrumen penilaian yang akan

digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk

tugas, rumus kan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu

penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantum- kan soal-soal

tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan/atau kunci jawabannya.


Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-

masing.

c. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi :

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

1). Kegiatan Pendahuluan,kegiatan yang dilakukan guru adalah (Depdiknas ;2007)

(a). Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran.

(b). Mengajukan pertanyaan-pertanyan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

(c). Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan

dicapai.

(d). Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai

silabus.

2). Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.(Standar

Proses;2007)
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik

peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi

dan konfirmasi.

(a). Eksplorasi

Dalam kegiatan eksporasi, guru :

(1). melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

(2). menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

(3). memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

peserta didik dengan guru,lingkungan dan sumber belajar lainnya;

(4). melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

(5). memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,

studio, atau lapangan.

(b). Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi guru :

(1). membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam

melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

(2). memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi dan

lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis;
(3). memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

(4). memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

(5). memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

(6). memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

(7). memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja

individual maupun kelompok;

(8). memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,

festival, serta produk yang dihasilkan;

(9). memfasilitasinpeserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

(c). Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru :

(1). memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan

peserta didik;

(2). memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbgai sumber;


(3).memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan;

(4). memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar :

o berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam

menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi

kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan

benar;

o membantu menyelesaikan masalah;

o memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil eksplorasi;

o memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

o memberikan motivasi kepada peserta didik yang

kurang/belum berpartisipasi aktif.

c). Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru :

(1). bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

(2). melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

(3). memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

(4). merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan


tugas balik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil

belajar peserta didik;

(5). menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

4. Konsep Pembinaan Guru

Guru adalah suatu profesi. Oleh karena merupakan profesi, maka sebelum

seseorang menjadi guru haruslah terlebih dahulu menempuh jenjang pendidikan

keguruan. Sungguhpun para guru telah dipersiapkan sedemikian melalui lembaga

pendidikan, realitas menunjukkan bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang

terdidik penuh termasuk guru. Perkembangan IPTEK yang demikian pesat

mengharuskan guru untuk belajar terus. Kalau tidak, ia akan ketinggalan dengan

laju perkembangan jaman.

Jika pendidikan telah pernah disinyalir mengejar IPTEK, maka guru

sebagai faktor kunci pendidikan di sekolahpun, tidak ada yang menjamin kalau

mampu mengejar IPTEK. Yang mungkin dapat dilakukan adalah berusaha

menjadikan mereka tidak terlalu jauh tertinggal dengan serangkaian upaya

Pembinaan guru (Depdikbud, 1986). Istilah Pembinaan guru sendiri sebenarnya

berasal dari kurikulum SD, SMP dan SMA tentang Pembinaan Guru (Depdikbud,

1984; 1986). Dalam berbagai kepustakaan, baik Indonesia maupun asing, sering

diistilahkan supervisi. Meskipun haruslah disadari, bahwa ada juga yang

menempatkan Pembinaan guru atau supervisi ini dalam kerangka staff

development, staff improvement, profesional growth dan career development.

Secara terminologis, Pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian

usaha bantuan kepada guru,terutama bantuan yang berwujud layanan profesional


yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah, Penilik Sekolah dan Pengawas serta

Pengawas lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang

dimaksud Pembinaan guru adalah supervisi, maka banyak pakar yang

memberikan pengertian berbeda dengan inti yang sama. Adams (1959)

memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pengajaran.

Sementara itu Wiles memberikan batasan Supervisi sebagai berikut : Supervision

is service activity that exists to help teachers do their job better (Wiles, 1955:3)

Berdasarkan pengertian tersebut, nyatalah bahwa Pembinaan guru atau

supervisi adalah sebagai berikut.

a. Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional.

b. Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli (Kepala

Sekolah, Penilik Sekolah, Pengawas dan ahli lainnya) kepada guru .

c. Maksud layanan profesional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar, sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat

tercapai.

Supervisi atau Pembinaan guru yang dilakukan menginspeksi tersebut

ternyata tidak hanya ditemukan dalam kepustakaan Indonesia. Dalam kepustakaan

asing supervisi dengan pengertian inspeksi pun ditemukan,seperti dikemukakan

oleh Gwynn (1961) sebagai berikut : Supervision originated as inspection of

school and continued with that its major emphasis to about 1920 (Gwynn, 1961)

Pembinaan guru atau supervisi dengan model lama (inspeksi) bisa

menjadikan penyebab guru menjadi takut, tidak bebas dalam melaksanakan tugas

dan merasa terancam keamanannya bila bertemu dengan supervisor, tidak


memberikan dorongan bagi kemajuan guru. Oleh karena itu, semua kegiatan

pembaharuan pendidikan, termasuk pembaharuan kurikulumnya, yang dilakukan

dengan pengerahan waktu, biaya dan tenaga akan sia-sia.

Conny Semiawan (1985) mengemukakan bahwa penghalang bagi

pembaharuan, termasuk dalam supervisi adalah sebagai berikut.

Pertama, sistem Pembinaan yang kurang memadai. Hal ini disebabkan oleh :

1). pembinaan yang masih menekankan aspek administratif dan

mengabaikan aspek profesional,

2). tatap muka antara pengawas dan guru sangat sedikit,

3). pengawas banyak yang sudah lama tidak mengajar,sehingga banyak

dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru,

4). pada dasarnya masih menggunakan jalur searah,dari atas ke bawah,

5). potensi guru sebagai Pengawas kurang dimanfaatkan.

Kedua,sikap mental yang kurang sehat dari Pengawas. Hal ini disebabkan oleh :

1). hubungan profesional yang kaku dan kurang akrab akibat sikap otoriter

pengawas,sehingga guru takut bersikap terbuka kepada Pengawas,

2). banyak pengawas dan guru sudah merasa berpengalaman,sehingga

tidak merasa perlu lagi belajar,

3). pengawas dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar siswa.

a. Tujuan Pembinaan Guru

Tujuan Pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan

profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian

bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses
belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan

demikian,rangkaian usaha Pembinaan profesional guru akan memperlancar

pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar ( Depdikbud, 1986).

Secara umum, Pembinaan guru atau supervisi bertujuan untuk

memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih

baik melalui usaha peningkatan profesional mengajar , menilai kemampuan guru

sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu

mereka melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukkan

kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri (Nawawi, 1983)

Joesoef Djajadisastra mengemukakan tujuan Pembinaan guru atau

supervisi, sebagai berikut.

1). Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa

2). Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar

3). Memperbaiki metode,yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar

mengajar

4). Memperbaiki penilaian atas media

5). Memperbaiki proses belajar mengajar dan hasilnya

6). Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya

7). Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah jelas, bahwa supervisi atau

pembinaan guru bertujuan sebagai berikut.

1). Memperbaiki proses belajar mengajar

2). Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui Pembinaan profesional


3). Yang melakukan Pembinaan adalah Pengawas

4). Sasaran Pembinaan tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada

kaitannya

5). Secara jangka panjang, Pembinaan tersebut adalah memberikan

kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.

b. Fungsi Pembinaan Guru

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, kemudian dapat diidentifikasi fungsi-

fungsi pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi :memelihara program

pengajaran sebaik-baiknya, menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang

mempengaruhi hal belajar ,memperbaiki situasi belajar anak-anak (Wiles, 1955).

Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan

mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasi semua usaha sekolah,

memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,

menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,memberi fasilitas dan penilaian yang terus

menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan

ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu

meningkatkan kemampuan guru.

Pada kenyataannya bahwa fungsi pembinaan guru adalah menumbuhkan

iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya

pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.

c. Prinsip-prinsip Pembinaan Guru

Agar pembinaan guru dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani

prinsip-prinsip pembinaan guru. Yang dimaksud dengan prinsip adalah sesuatu


yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi

prinsip-prinsip pembinaan guru sesuai dengan sudut tinjau mereka. Depdikbud

(1986) mengemukakan prinsip-prinsip pembinaan guru sebagai berikut.

1). Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru

2). Hubungan antara guru dengan Pengawas didasarkan atas kerabat kerja

3). Pengawas ditunjang sifat keteladanan dan terbuka

4). Dilakukan secara terus menerus

5). Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada

6). Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi horizontal

dan vertikal baik di tingkat pusat maupun daerah

Dalam penggolongan yang lebih rinci lagi, Djajadisastra (1976)

mengemukakan prinsip pembinaan guru menjadi prinsip fundamental dan prinsip

praktis. Yang dimaksud dengan prinsip fundamental adalah pembinaan guru atau

supervisi dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses pendidikan yang

tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia, yakni Pancasila.

Supervisi pendidikan haruslah menggunakan prinsip-prinsip sila pertama sampai

kelima Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai kegiatan supervisi.

Yang dimaksud dengan prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus

dijadikan pedoman praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis oleh

Djajadisastra dibagi lagi menjadi prinsip positif dan negatif. Tahalele (1979) juga

mengemukakan bahwa prinsip praktis pembinaan guru dapat digolongkan prinsip

positif dan negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang

baik dalam pelaksanaan supervisi, sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk
meninggalkan sesuatu yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya pencapainya

tujuan pendidikan.

Prinsip-prinsip positif meliputi hal-hal (Djajadisastra, 1976;

Tahalele,1979) sebagai berikut:

1).Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis,obyektif dan menggunakan

instrumen. Sistematis maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah

berikutnya secara runtut. Obyektif maksudnya apa adanya,tidak

mencari-cari atau mengarang-ngarang. Menggunakan instrumen

maksudnya, dalam melaksanakan pembinaan guru harus ada instrumen

pengamatan yang dijadikan sebagai panduan.

2). Kooperatif, artinya terdapat kerjasama yang baik antara guru dengan

pengawas.

3). Konstruktif, artinya dalam melaksanakan pembinaan, hendaknya

mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun

perbaikannya.

4).Realistik, sesuai dengan keadaan,tidak terlalu idealistik.

5). Progresif, artinya dilaksanakan maju selangkah demi selangkah namun

tetap mantap.

6). Inovatif, yang berarti mengihtiarkan pembaharuan dan berusaha

menemukan hal-hal baru dalam pembinaan.

7). Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.

8). Memberi kesempatan kepada guru dan pengawas untuk

mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan


pemecahan atas kekurangannya.

Adapun prinsip-prinsip negatif pembinaan guru adalah sebagai berikut.

1). Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter.

2). Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari kesalahan guru.

3). Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya

pangkat.

4). Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil.

5). Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan

pengajaran.

6). Pengawas tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan

guru.

7). Pembinaan guru tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang tidak

substansial dalam mengajar sehingga tidak sesui dengan maksud

pembinaan.

8). Pengawas tidak boleh kecewa jika mengalami kegagalan.

d. Kompetensi Guru

Seorang guru yang akan mengajar di SD atau bentuk lain yang sederajat

harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimal Diploma Empat (D-IV)

atau Sarjana (S1 PGSD), dan diperleh dari program studi yang terakreditasi.

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru

dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan

di Perguruan Tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji

kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah
dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk

melaksanakannya.(Depdiknas; 2007)

Standar kompetensi guru dikembangan secara utuh dari 4 kompetensi

utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Keempat

kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru, yang dikembangkan menjadi

kompetensi guru mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya keempat standar

kompetensi tersebut akan diuraikan satu-persatu.

1). Kompetensi Pedagogik, meliputi :

a). menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,sosial,

kultural,emosional dan intelektual;

b). menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik;

c). mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan

yang diampu;

d).menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;

e). memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran;

f). memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktuali-

sasikan berbagai potensi yang dimiliki;

g). berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.

h). menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;

i). memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran;
j). melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2). Kompetensi Kepribadian, meliputi :

a). bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan

nasional Indonesia;

b). menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

c). menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa;

d). menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru, dan rasa percaya diri;

e). menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3). Kompetensi Sosial, meliputi :

a). bersikap inklusif, bertindak subjektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi;

b). berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat;

c). beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya;

d). berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain;

4). Kompetensi profesional, meliputi :

a). menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu;

b). menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

yang diampu;

c). mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif;

d). mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif;

e).memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

5. Pandangan Kolaboratif Pembinaan Guru

Menurut pendapat Ali Imron (2007,hal 74-75) menyatakan bahwa

pandangan Kolaboratif pembinaan guru mendasarkan asumsi-asumsi yang

digunakan dalam psikologi kognitif. Belajar siswa dalam pandangan psikologi

kognitif adalah merupakan konvergensi antara pandangan behavioristik dan

pandangan humanistik. Jika pandangan behavioristik lebih menekankan kontrol

instrumen lingkungan, maka pandangan humanistik memandang belajar sebagai

usaha penemuan sendiri atas sesuatu. Dengan demikian, dalam pandangan

psikologi kognitif, belajar sesungguhnya merupakan konvergensi antara kontrol

instrumental lingkungan dan usaha penemuan oleh diri sendiri.

Jika dalam pandangan psikologi kognitif, tanggung jawab guru dan siswa

sama-sama sedang dan seimbang, maka pandangan Kolaboratif dalam pembinaan

guru juga ada kedaulatan yang seimbang antara pengawas dan guru. Tanggung

jawab mereka masing-masing, yaitu sebagai guru dan sebagai pengawas, sama-

sama sedang.
Dalam pandangan Kolaboratif, perilaku pokok pengawas mencakup :

mendengar, mempresentasikan, memecahkan masalah dan negosiasi. Target

pembinaan guru dalam pandangan Kolaboratif adalah terdapatnya kontrak antara

pengawas dan guru.

Kondisi guru yang dihadapi berbeda, sesuai dengan pendapat Glickman

(1981) yang dikutip Ali Imron (1990,hal.77) mengemukakan karakteristik guru

berdasarkan atas tingkatan komitmen (level of Commitment) dan tingkat abstraksi

(level of abstraction)-nya. Tingkatan komitmen menunjukkan kepada usaha dan

penyediaan waktu dalam melaksanakan tugasnya. Ia lebih dari sekedar concern.

Sementara itu tingkatan abstraksi menunjuk kepada kemampuan kognitif,

pemikiran abstrak dan simbolik yang dapat dilakukannya, dan bahkan

kemampuan imajinatifnya.

Untuk tingkatan karakteristik guru tersebut dapat di lihat di bawah ini.

Tabel.2.2. Kontinum Komitmen Guru


Rendah Tinggi
 Sedikit perhatian terhadap  Tinggi perhatian terhadap
siswanya siswanya
 Sedikit waktu dan tenaga yang  Banyak waktu dan tenaga yang
dikeluarkan dikeluarkan
 Perhatian utama adalah  Bekerja sebanyak mungkin
memperhatikan jabatan untuk orang lain
(Sumber Glickman,C.D,1981. Developmental Supervision. Alexandria. ASCD.

Hal.13.
Sedangkan tingkatan abstraksi guru dapat dituliskan dalam satu garis

kontinum yang bergerak dari rendah, sedang dan tinggi, secara jelas digambarkan

dalam Tabel di bawah ini.

Tabel.2.3 . Kontinum Tingkatan Abstraksi Guru

RENDAH SEDANG TINGGI


Bingung bila menghadapi Dapat memecahkan Dalam menghadapi masalah
masalah suatu masalah selalu dapat mrencari
alternatif pemecahan masalah
Tidak mengetahui cara Dapat menafsirkan satu Dapat menggeneralisasikan
bertindak bila atau dua kemunginan berbagai alternatif
menghadapi masalah pemecahan masalah pemecahan masalah
Suka minta petunjuk. Sulit merencanakan Bisa membuat perencanaan
Responsinya terhadap pemecahan masalah dan memikirkan langkah-
masalah biasa saja secara komprehensif langkah pemecahan
(Sumber : Glickman, C.D.,1981. Developmental Supervision. Alexandria ; ASCD,
hal.46)
Tabel 2.4 Paradigma Guru Abad 21

Paradigma Guru Tradisional Paradigma Guru Abad 21


 Berperan sebagai teknisi dan  Berperan profesional, proaktif,
implementator kurikulum, buku memiliki kemampuan diagnostik,
dan program pengajaran. Berarti modus mengajarnya bervariasi dan
seperti mesin, rutin, tidak student oriented, mendorong
mendorong siswa berpikir. inisiatif dan bersikap fleksibel
Pendekatan terhadap kurikulum
dogmatis
 Guru memiliki otoritas tunggal,  Guru memandang siswa sebagai
tidak dapat ditentang, hubungan patner dalam mencari pengetahuan
siswa dengan guru otoritas (search for knowledge). Guru
bersama-sama murid menentukan
kepuasan
 Guru merupakan satu-satunya  Guru hanya merupakan salah satu
sumber pengetahuan selain buku, sumber pengetahuan. Ada multi
siswa hanya obyek dengan nilai sumber lain di luar guru. Siswa
minus menjadi subyek dan obyek belajar
 Guru menjadi pengajar individual  Guru berlaku sebagai anggota tim,
yang terisolasi tanpa kerja sama baik dengan guru lain maupun
dengan guru lain dengan siswa. Mampu membentuk
team work
 Guru sebagai “dependent learner”  Guru sebagai “otonomous learner”
yang berdampak pada siswa yang berdampak pada siswa dapat
tergantung pada guru dan tidak belajar mandiri, punya inisiatif dan
punya inisiatif kreatif
 Guru selalu dinilai atasan/ pihak  Guru mahir mengkritik diri sendiri
luar (eksternal evaluation) tidak (self evaluation). Selalu auto critic
dilatih mengkritik diri sendiri untuk memperbaiki diri
 Guru puas menggunakan teknologi  Guru terbuka terhadap teknologi
pengajaran tradisional dan pendidikan baru dan berusaha
monoton menerapkannya secara holistik,
interdisipliner, multidisipliner dan
tradisipliner

 Guru mempunyai wawasan  Guru memiliki wawasan


pengetahuan terbatas pada dunia pengetahuan yang luas tentang
pendidikan dan teknologi karena pendidikan, teknologi dan
tidak mengembangkan diri pengetahuan lainnya
 Guru kurang menyadari pentingnya  Guru menjadikan prinsip “life long
prinsip “life long education” education” sebagai pegangan
belajar berhenti pada terminal profesi dan pengembangan dirinya
tertentu pengetahuan menjadi tetap dengan mengikuti latihan, seminar,
dan usang konferensi secara berkala
 Guru menganggap bahwa mengajar  Guru memandang bahwa mengajar
adalah rutinitas yang dianggapnya adalah pekerjaan profesional yang
biasa dan tidak perlu dipersoalkan harus selalu dikembangkan
lagi

Penelitian yang memfokuskan pada masalah penyusunan perencanaan

pembelajaran sebenarnya sudah banyak dilakukan para peneliti. Hal ini

disebabkan karena memang pada kenyataannya guru masih mengalami problem

dalam pembuatan silabus dan RPP.

B. Penyelesaian Masalah/ Kerangka Berfikir

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru kelas V di Daerah

Binaan II UPK Jatilawang, tindakan yang akan dilakukan adalah :

1. Terlebih dahulu menginventarisir beberapa permasalahan yang

dihadapi dan diambil prioritas permasalahan yang paling penting dari

hasil supervisi akademik

2. Pengawas memberikan angket kepada semua guru tentang administrasi

pembelajaran yang telah dibuatnya (angket terlampir).

3. Pengawas merencanakan kegiatan presentasi tentang rencana

pembelajaran sesuai hasil angket guru.

4. Pengawas mempresentasikan persepsi mengenai rencana pembelajaran

yang akan dijadikan sasaran pembinaan.

5. Pengawas mendengarkan penuturan guru tentang apa yang sudah

dilakukannya selama ini.


6. Setelah diperoleh permasalahan, pengawas mengajukan alternatif

pemecahan yaitu dengan diadakan Pembinaan Kolaboratif.

7. Sebagai tindak lanjut guru praktek menyusun silabus dan RPP secara

kelompok mapun mandiri.

Berikut diagram alur permasalahan dan pemecahan / kerangka berfikir

Akar masalah Penyebab Pemecahan Masalah


Sebagian besar guru Kurangnya Akan dilakukan tindakan
hanya mengcopy paste pembimbingan pembimbingan dari
silabus dan RPP penyusunan Silabus Pengawas TK/SD sesuai
dan RPP dengan tugasnya

Hasil Pembimbingan Tugas Pengawas dlm Membimbing


Guru senang karena ada tempat 1. Pengawas menginventarisir
bertanya, mendapat pengetahuan, permasalahan.
termotivasi, merasa dihargai, lebih 2. Mencari data tentang administrasi
semangat, sehingga: yang telah dibuat.
1. Kemampuan menyusun rencana 3. Pengawas mempresentasikan tentang
pembelajaran meningkat perencanaan pembelajaran
2. Berhasil menyusun silabus dan RPP 4. Diskusi dengan guru tentang hal-hal
3. Tindakan pembimbingan dari peneliti yang sudah dilakukan guru
nampak maksimal. 5. Pembinaan penyusunan rencana
pembelajaran

Diagram 1

Kerangka Pikir tentang Alur Permasalahan dan Pemecahannya


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Subyek Penelitian.

Sesuai dengan fokus permasalahan maka yang menjadi subjek dalam

penelitian ini adalah guru-guru kelas V yang ada di Daerah Binaan II UPK

Jatilawang. Berikut adalah nama-nama guru yang dijadikan subjek penelitian:

Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian

No Nama Sekolah Nama Guru Kelas V

1 SDN 1 Jatilawang Yulianti, A.Ma.

2 SDN 2 Jatilawang Yuliyatin, S.Pd.

3 SDN 2 Adisara Juminah, S.Pd.

4 SDN 3 Adisaea Suwartini, A.Ma.Pd.

5 SDN 1 Kedungwringin Siti Khasanah, S.Pd.SD

6 SDN 5 Kedungwringin Singgih Irawati, S.Pd.SD.

7 SDN 1 Pekuncen Dwi Fitri Yahni, A.Ma.

8 SDN 3 Pekuncen Purwati, S.Pd.

9 SDN 1 Gunungwetan Sri Arifah Y, S.Pd.

10 SDN 2 Gunungwetan Supangat, A.Ma.

11 SDN 3 Gunungwetan Diana Wahyu Wijayanti

12 SDN 4 Gunungwetan Maryono, A.Ma.


2. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Binaan (Dabin) II UPK Jatilawang

yang terdiri dari 12 sekolah tersebar di lima desa. Sebagian sekolah berada di jalur

utama kecamatan namun sebagian besar ( tujuh) SD berada di lingkungan desa

dengan infrastruktur jalan yang sudah rusak namun sekolah-sekolah di Dabin II

UPK Jatilawang ini sangat nyaman dan menyenangkan bagi siswa dalam belajar.

Tabel 3.2 Profil SD di Daerah Binaan II UPK Jatilawang

Guru Guru G. Siswa


No Nama Sekolah KS Ket
Kelas Penjas PAI L P

1 SDN 1 Jatilawang 1 6 1 - 70 55

2 SDN 2 Jatilawang 1 6 - - 120 109

3 SDN 2 Adisara 1 11 1 1 186 180

4 SDN 3 Adisaea 1 14 1 1 264 236

5 SDN 1 Kedungwringin 1 6 1 - 100 100

6 SDN 5 Kedungwringin 1 6 1 1 69 62

7 SDN 1 Pekuncen 1 6 - - 65 59

8 SDN 3 Pekuncen 1 6 - - 87 89

9 SDN 1 Gunungwetan 1 6 - - 82 74

10 SDN 2 Gunungwetan 1 6 1 1 88 96

11 SDN 3 Gunungwetan 1 6 - - 102 99

12 SDN 4 Gunungwetan 1 6 - 1 70 89

JUMLAH 12 85 6 5 1303 1248


3.Waktu Penelitian.

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Juli sampai awal September dengan

jadwal tersusun sebagai berikut.

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian Kegiatan Bulan / Minggu ke

Juli Agustus September

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Penyusunan proposal x

2 Pembuatan instrumen X

3 Pencarian data awal x x

4 Pelaksanaan tindakan siklus 1 x x

5 Pelaksanaan tindakan siklus II x x

6 Pembahasan x

7 Penyusunan laporan x x

Keterangan : minggu 3 dan 4 Agustus libur sebelum dan sesudah idul fitri

B. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini akan dilaksanakan dalam dua siklus di

mana kegiatan setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,

tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Adapun rincian kegiatan pada setiap

siklusnya diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah :


a. Mengadakan pertemuan, pengawas pelaksana tindakan dan pengawas

lain sebagai kolaborator/ pengamat berdiskusi tentang persiapan

penelitian

b. Menyiapkan lembar observasi guru oleh pengawas tentang

kelengkapan administrasi pembelajaran

c. Menyusun materi tentang silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang akan disajikan dalam penelitian

d. Menyiapkan instrumen lainnya

e. Menyusun laporan Penelitian Tindakan Sekolah

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan sekolah ini, peneliti selaku pengawas di

Daerah Binaan (Dabin) II sebagai pelaksana tindakan melakukan aktivitas

pembinaan kolaboratif bersama kolaborator dalam penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

3. Observasi

Pada tahap observasi ini, dilakukan observasi guru tentang kelengkapan

administrasi pembelajaran dan wawancara dengan guru. Observasi

dilaksanakan oleh pengawas dan kolaborator.

4. Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini untuk mengukur kemampuan guru dalam

menyusun pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Sedangkan untuk mengevaluasi aktivitas guru dalam menyusun RPP

menggunakan lembar observasi dan wawancara.


5. Refleksi

Pada tahap refleksi data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian

dianalisis. Hasil analisis digunakan untuk merefleksi pelaksanaan tindakan

pada siklus tersebut. Hasil refleksi kemudian untuk merencanakan

tindakan pada siklus berikutnya.

Dalam penelitian tindakan sekolah ini langkah-langkah yang akan

dilalui adalah sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan
dan Evaluasi

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan
Dan Evaluasi

Agar dalam penelitian ini berhasil pengawas menggunakan cara

Pembinaan Kolaboratif, karena antara guru dan pengawas memiliki kedaulatan

yang seimbang dan masing-masing memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan

tugas dengan sebaik-baiknya, dalam hal ini pengawas mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk membina guru-guru, sedangkan guru-guru mempunyai

tugas dan tanggung jawab untuk membuat perencanaan pembelajaran sebelum

mengajar melaksanakan proses belajar mengajar.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Metode ini digunakan selama pembinaan berlangsung dengan menggunakan

instrumen Lembar Observasi Guru (LOG) yang diisi oleh pengawas sebagai

peneliti dan Lembar Observasi Pengawas (LOP) yang diisi oleh collaborator.

2. Dokumentasi

Metode ini digunakan dengan melihat hasil dari supervisi akademik

pelaksanaan pembelajaran dan hasil penelitian eksplorasi serta foto-foto pada

waktu pelaksanaan pembinaan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. yaitu untuk mengolah data di bawah ini meliputi :

1. Hasil penelitian eksploratif

2. Hasil Observasi Guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal

Berdasarkan hasil pemantauan melalui supervisi akademik dan hasil dari

penelitian eksplorasi di Daerah Binaan II UPK Jatilawang Kabupaten Banyumas

masih ditemukan guru yang mengajar belum mengkaji ulang pengembangan

silabus dan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk

kompetensi yang akan diajarkan, sehingga dalam pelaksanaan proses

pembelajaran tidak terrencana dengan baik, karena itu bisa saja terjadi materi

yang berulang-ulang diberikan pada siswa, sedangkan kompetensi yang lain tidak

tersampaikan secara keseluruhan, sehingga siswa-siswapun menilai bahwa guru

mengajar kurang menguasai materi,

Ada sebagian guru memiliki rencana pembelajaran lengkap, tetapi dengan

cara memfotokopi dari sekolah lain yang situasi dan kondisinya berbeda, baik

guru, siswa maupun sarana dan prasarananya, karena yang membuat orang lain

pemikiran dan ide-idenya juga bisa saja berbeda, sehingga rencana pembelajaran

yang telah ada tidak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Sebagai dampak dari tidak/belum disusunnya rencana pembelajaran, maka

metode dan model pembelajaran yang digunakan pun tidak terencana dengan

baik, dan metode yang paling mudah tanpa adanya persiapan khusus yaitu

digunakannya metode ceramah. Akibat selanjutnya siswa menjadi pasif, kurang

antusias, mengantuk, ngobrol sendiri dan ada pula yang mengerjakan mata

pelajaran lain. Sedangkan bagi yang memfotocopi silabus dan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran dari sekolah lain sebagian besar tidak bisa diterapkan,

karena memang situasi dan kondisinya berbeda. Sebenarnya dengan

diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sekolah diberi

otorita penuh untuk melaksanakan kurikulum disesuaikan dengan situasi dan

kondisi sekolah masing-masing, tanpa merubah substansi dan esensi dari

kurikulum yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

B. Siklus 1

1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, terlebih dahulu guru harus

menyusun perencanaan pembelajaran yaitu silabus dan Perencanaan Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Untuk mengetahui sejauh mana guru telah memahami dalam

penyusunan silabus dan RPP, peneliti melakukan penelitian eksplorasi tentang

administrasi/perangkat pembelajaran secara umum melalui angket yang diberikan

pada semua guru kelas V dan hasil supervisi akademik. Hasil supervisi akademik

yaitu hasil supervisi pengawas terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran

di dalam kelas, yang merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya, peneliti sajikan hasil dari penelitian eksplorasi pada

tabel 4.1, yaitu sebagai berikut :


Tabel. 4.1
Distribusi Prosentase Hasil Penelitian Eksplorasi
Lembar Observasi Guru (LOG) Tentang Perangkat Pembelajaran
Guru Kelas V di Dabin II UPK Jatilawang

No Kegiatan Ketercapaian
1 Membuat program tahunan 75 %
2 Membuat program semester 75 %
3 Membuat program harian 25 %
4 Menyusun pengembangan silabus sendiri 25 %
5 Memfotocopi/mengeprint silabus yang sudah ada 75 %
6 Menyusun pengembangan semua RPP 25 %
7 Memfotokopi pengembangan Rencana Pelaksanaan 75 %
Pembelajaran dari sekolah lain
8 Membuat daftar nilai harian 100 %
9 Membuat daftar nilai tugas 75 %
10 Membuat daftar hadir 100 %
11 Membuat agenda pelaksanaan harian 25 %
12 Membuat analisis butir soal 25 %
13 Membuat analisis hasil ulangan dan daya serap 100 %
14 Membuat program remedial 50 %
15 Membuat program pengayaan 50 %
16 Membuat kisi-kisi soal 25 %
17 Membuat lembar kerja siswa (LKS) 50 %
18 Membuat kumpulan tugas 75 %
19 Membuat kumpulan soal-soal 100 %
`20 Membuat catatan insidental 25 %
21 Membuat daftar buku pegangan 100 %

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar guru belum memiliki

administrasi pembelajaran yang lengkap, tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya

membatasi dalam hal penyusunan pengembangan silabus dan RPP saja, yang

sangat penting dikuasai oleh semua guru. Dari hasil tabel diatas menunjukkan

bahwa guru belum mengembangkan silabus sendiri, tetapi baru sebatas

memfotocopi/mengeprint silabus yang sudah ada dari Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) yaitu sebanyak 75 %, sedangkan yang sudah memiliki semua


RPP dalam arti membuat sendiri baru 25 % dan yang hanya memfotocopi dari

sekolah lain sebanyak 75 %.

Berdasarkan data di atas, secara umum administrasi pembelajaran guru-

guru kelas V di Dabin II UPK Jatilawang masih kurang, tetapi pada penelitian ini

dibatasi hanya pembinaan tentang penyusunan pengembangan silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pembinaan penyusunan

pengembangan silabus dilaksanakan pada siklus I dengan 2 kali pertemuan

dengan alasan silabus merupakan dasar untuk penentuan indikator dan materi ajar

pada penyusunan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

sedangkan pengembangan penyusunan RPP akan dilaksanakan pada siklus II

dengan 2 kali pertemuan. Untuk pelaksanaannya direncanakan melalui tindakan

yang dilakukan oleh pengawas sebagai peneliti dan pengawas lain sebagai

kolaborator yang mengobservasi peneliti selama pembinaan berlangsung.

2 Pelaksanaan

Berdasarkan perencanaan siklus I, bahwa tindakan yang dilakukan oleh

peneliti terhadap guru yaitu melalui Pembinaan, pelatihan, sosialisasi, diskusi dan

pemodelan untuk memahami silabus. Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah

mengimplementasikan hasil kegiatan di atas dengan menyusun pengembangan

silabus dengan melihat standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL).

Dalam Pembinaan dan pelatihan ini lebih menitikberatkan pada mencermati dan

menganalisis Standar Isi untuk dijabarkan dalam komponen silabus. Hasil diskusi

menunjukkan bahwa silabus yang telah dibuat sebelumnya masih memerlukan

pembenahan atau revisi. Setelah melakukan pelatihan tersebut, peneliti


memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk menyusun pengembangan

silabus sendiri berdasarkan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang

tersedia di sekolah, yaitu dengan membagikan format komponen silabus untuk

diisi dan dikerjakan. Setelah selesai disusun silabus tersebut , dikumpulkan dan

dianalisa oleh peneliti yang dimaksud kesesuaian dalam hal ini adalah sesuai

dengan tuntutan silabus yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan siklus I pertemuan 1

ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 28 Juli 2012 pukul 08.00 s.d jam.12.00

WIB. Hasil penyusunan pengembangan silabus bisa dilihat pada tabel 4.2 yaitu

sebagai berikut :

Tabel.4.2
Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian Silabus
Pada Siklus I, Pertemuan 1

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan


Belum Sesuai Sesuai
1 Identitas - 100 %
2 Standar Kompetensi - 100 %
3 Kompetensi Dasar - 100 %
4 Materi Ajar 50 % 50 %
5 Kegiatan Pembelajaran 75 % 25 %
6 Indikator 75 % 25 %
7 Jenis Penilaian 50 % 50 %
8 Alokasi Waktu - 100 %
9 Sumber Belajar 25 % 75 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek materi ajar masih ada

kesulitan dalam penyesuaian dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan,

yang sudah sesuai yaitu diperoleh 50 %, penentuan indikator hanya 25 % dalam

hal ini guru masih menemui kesulitan dalam mengembangkan kata-kata kerja

operasional (KKO) yang bervariasi supaya keberhasilan bisa langsung terukur,


Dalam menentukan jenis penilaian untuk mengukur indikator hanya 50 % yang

sudah sesuai sedangkan penentuan sumber belajar diperoleh baru diperoleh 75

%, yang ditemui dalam penentuan sumber belajar ini untuk referensi hanya

menyebutkan sumber yang relevan, padahal diharapkan guru menuliskannya

dengan lengkap sehingga orang lain yang membaca silabus tersebut, sudah bisa

melihat sumber belajar yang tercantum dalam silabus dengan mudah. Sebagai

contoh kalau sumber belajarnya adalah buku, maka jelas tertulis judul buku,

karangan, penerbit, tahun terbit kalau perlu dengan halamannya. Tidak hanya dari

buku atau media massa sumber belajarpun bisa melibatkan orang-orang yang ada

dalam sistem sekolah, pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan sekitarpun

diperlukan dalam upaya menjadikan sekolah sebagai bagian integral dari

masyarakat setempat.

Dalam pelaksanaan Pembinaan ini para guru sebagian besar begitu

antusias terbukti dengan adanya beberapa guru yang mengajukan pertanyaan dan

berdiskusi dengan sesama guru serta menyadari betapa perlunya mengembangkan

sendiri silabus, dan menyadari kekeliruannya selama ini yang tidak hanya sebagai

syarat administrasi saja, tetapi lebih memiliki arti penting dalam pelaksanaan

proses pembelajaran sehingga apa yang akan dilaksanakan sudah terencana dan

disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah sendiri yaitu dengan menerapkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sehingga sekolah diberi keleluasaan untuk

mengembangkan sendiri kurikulum tanpa mengurangi substansi standar isi.

Berdasarkan tabel distribusi prosentase hasil observasi kesesuaian

penyusunan silabus, diketahui bahwa beberapa guru masih kesulitan menentukan


materi ajar, penentuan indikator keberhasilan, jenis penilaian dan menentukan

sumber belajar, maka disepakati diadakan pembinaan pada hari yang lain, dengan

kesepakatan memilih kompetensi dasar yang lain, berbeda dari yang sudah dibuat

pada pertemuan 1.

Menurut pengamatan dari kolaborator, peneliti sudah melaksanakan

langkah-langkah Pembinaan Kolaboratif dengan sebaik-baiknya yang meliputi :

mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan masalah dan negoisasi,

pelaksanaan kondusif antara guru-guru dengan pengawas sebagai peneliti.

Pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2 oleh peneliti terhadap guru yaitu

melalui pembinaan, pelatihan, sosialisasi, diskusi dan pemodelan untuk

memahami silabus. Kegiatan ke dua ini dilaksanakan hari Sabtu tanggal 4 Agustus

2012. Pada pertemuan kedua ini terasa lebih santai karena lebih terbuka, bebas

untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga merasa senang, karena guru-

guru tersebut tidak merasa sedang mendapatkan pembinaan, karena peneliti

sendiripun sama-sama mengerjakan tugas membuat silabus walaupun dengan

mata pelajaran yang berbeda. Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah

mengimplementasikan hasil kegiatan di atas dengan menyusun pengembangan

silabus dengan melihat standar isi dan standar kompetensi lulusan. Setelah

pengawas mendengarkan kesulitan yang dihadapi, pengawas kembali

mempresentasikan jalan keluar mengatasi kesulitan yang dihadapi serta

melakukan pelatihan, peneliti memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk

menyusun pengembangan silabus. Setelah selesai disusun silabus tersebut,


dikumpulkan dan dianalisa oleh peneliti sebagai bahan pembahasan dalam refleksi

pertemuan kedua.

Tabel.4.3
Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian Silabus
Pada Siklus I, pertemuan 2

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan


Belum Sesuai Sesuai
1 Identitas - 100 %
2 Standar Kompetensi - 100%
3 Kompetensi Dasar - 100%
4 Materi Ajar 25 % 75 %
5 Kegiatan Pembelajaran 25 % 75 %
6 Indikator 25 % 75 %
7 Jenis Penilaian 25 % 75 %
8 Alokasi Waktu - 100 %
9 Sumber Belajar 100 %

Dengan melihat tabel distribusi prosentase hasil observasi tentang silabus

di atas, yaitu materi ajar sebanyak 75 %, penentuan indikator keberhasilan

sebanyak 75 %, jenis penilaian 75 % dan sumber belajar sebanyak 100 %.

3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh kollaborator, pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2

.Menurut observer peneliti sudah melaksanakan langkah-langkah Pembinaan

Kolaboratif yang meliputi : mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan

masalah dan negoisasi. Pelaksanaan sangat kondusif karena antara pengawas dan

guru tidak kelihatan seperti sedang diadakan pembinaan, tetapi seperti sedang

bekerja bersama tanpa ada yang merasa saling terbebani dan keterpaksaan.

4. Evaluasi dan Refleksi

Setelah proses pembinaan kolaboratif (mendengarkan, mempresentasikan,

memecahkan masalah dan negoisasi) selesai dan guru-guru sudah mencoba


membuat sendiri penyusunan pengembangan silabus, peneliti bersama guru

melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I. Hasil refleksi terhadap

pelaksanaan pembinaan dan pelatihan diidentifikasi bahwa tindakan 1 telah

berlangsung dengan baik. Berdasarkan tabel distribusi prosentase hasil

penyusunan pengembangan silabus, perlu adanya perbaikan yang meliputi

penentuan materi pokok yang harus mengacu pada standar isi (SI) dan standar

kompetensi lulusan (SKL), penentuan indikator keberhasilan masih adanya yang

menemui kesulitan dalam menentukan kata-kata kerja operasional (KKO),

penentuan jenis penilaian yang disesuaikan dengan indikator serta masih kurang

bervariasi serta penentuan sumber belajar masih menyebutkan sumber yang

relevan belum menunjukkan pada sumber belajar yang jelas.

Guru baru menyadari kurang bervariasinya penentuan indikator

keberhasilan setelah pengawas membagikan daftar Kata-kata Kerja Operasional

yang disarankan oleh Bloom, guru-guru hanya tinggal memilih dari daftar yang

sudah ada. Selanjutnya bagi guru yang masih menemui kesulitan, dalam

menentukan materi ajar, penentuan indikator keberhasilan dan sumber belajar,

bersedia untuk diadakan pembinaan. Dan disepakati dilaksanakan pada pertemuan

berikutnya.

Setelah proses pembinaan dan pelatihan selesai dan guru-guru sudah

mencoba membuat sendiri pengembangan silabus, peneliti bersama guru

melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I pertemuan 2. Hasil refleksi

terhadap pelaksanaan pembinaan dan pelatihan diidentifikasi bahwa tindakan 2

telah berlangsung dengan baik. Berdasarkan tabel distribusi prosentase hasil


penyusunan pengembangan silabus, dalam hal penentuan materi ajar sudah

mengacu pada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL), penentuan

indikator keberhasilan sudah menggunakan kata-kata kerja operasional seperti

yang disarankan oleh Bloom. Dalam menentukan sumber belajarpun sudah

menyebutkan sumber belajar yang jelas, sehingga memudahkan bagi siapapun

yang membaca untuk mendapatkan sumber belajar yang telah dituliskan dalam

silabus.

Berikut hasil kemajuan yang diraih para guru pada pertemuan I dan

pertemuan 2 seperti pada tabel berikut :

Tabel.4.4
Distribusi Perbandingan Prosentase Hasil Observasi
Tentang Kesesuaian Silabus
Pada Siklus I, pertemuan 1 dan 2
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Hasil Ket
1 Pengamatan 2
Belum Sesuai Belum Sesuai
Sesuai Sesuai
1 Identitas - 100 % - 100 %
2 Standar Kompetensi - 100 % - 100%
3 Kompetensi Dasar - 100 % - 100%
4 Materi Ajar 50 % 50 % 25 % 75 %
5 Kegiatan 75 % 25 % 25 % 75 %
Pembelajaran
6 Indikator 75 % 25 % 25 % 75 %
7 Jenis Penilaian 50 % 50 % 25 % 75 %
8 Alokasi Waktu - 100 % - 100 %
9 Sumber Belajar 25 % 75 % 100 %

Dengan melihat tabel di atas, dari pengamatan 1 dan 2 sudah terlihat ada

peningkatan yaitu tentang materi ajar dari 50 % menjadi 75 %, Kegiatan

pembelajaran meningkat dari 25% menjadi 75%, Indikator dari 25 % menjadi 75

%, jenis penilaian dari 50% menjadi 75%. Dalam penelitian ini, peneliti

mentargetkan kriteria keberhasilan adalah 75%, berarti pada siklus I pertemuan 2


ini kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan sudah tercapai, maka pada

pertemuan kedua ini untuk penyusunan pengembangan silabus dianggap sudah

selesai dari yang direncanakan 2 kali pertemuan. Untuk selanjutnya diteruskan

pada siklus II tentang penyusunan pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

C. Siklus 2

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus I pertemuan 2 disepakati bersama, bahwa

guru setelah mampu menyusun pengembangan silabus yaitu sudah memperbaiki

materi ajar yang sudah disesuaikan dengan standar isi (SI) dan standar kompetensi

lulusan (SKL), jeniis penilaian, dan penentuan indikator keberhasilan yaitu

dengan memperbaiki menggunakan kata-kata kerja operasional (KKO) sesuai

dengan daftar Kata-kata Kerja Operasional yang disarankan oleh Bloom serta

melengkapi sumber bahan.

Hasil dari perbaikan penyusunan pengembangan silabus merupakan dasar

untuk menyusun pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

sebagai bekal untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan lebih terperinci,

terutama dalam hal penentuan indikator keberhasilan pencapaian kompetensi.

2 Pelaksanaan

Siklus II pertemuan 1 ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 Agustus

2012 pukul 08.00 s.d 12.00 WIB. Kegiatan pembinaan penyusunan RPP

dilakukan dengan berbekal pengetahuan dan kemampuan dalam penyusunan


silabus, serta membawa silabus yang sudah dibuat sendiri pada siklus I serta

membawa sumber bahan.

Sebelum masuk ke materi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

terlebih dahulu peneliti menanyakan dan berdiskusi dengan guru-guru,apakah di

antara guru-guru ada yang masih mengalami kesulitan untuk memperbaiki hasil

refleksi I, melalui strategi tersebut guru merasakan bahwa penyusunan silabus

tidak sulit, dan tidak merasa terbebani asal ada motivasi diri yang kuat untuk

menjadi guru yang profesional dan memberikan pengetahuan dan pengalaman

terbaik pada siswa-siswanya.

Pembinaan penyusunan RPP ini dilaksanakan secara kondusif, guru-guru

begitu antusias untuk mencoba membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) sendiri. Untuk mengetahui hasil pekerjaan guru dalam penyusunan

pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu kesesuaian

antara pekerjaan guru dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan, di bawah ini peneliti sajikan pada tabel 4.5 yaitu sebagai

berikut :
Tabel.4.5
Distribusi Prosentase Hasil Observasi
Tentang Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pada Siklus II, pertemuan 1

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan


Belum Sesuai Sesuai
1 Mata Pelajaran - 100 %
2 Kelas/Semester - 100 %
3 Pertemuan ke...... 0% 100 %
4 Alokasi Waktu 25 % 75 %
5 Standar Kompetensi 100 %
6 Kompetensi Dasar 100 %
7 Indikator 75 % 25 %
8 Tujuan Pembelajaran 50 % 50 %
9 Materi Ajar 75 % 25 %
10 Metode Pembelajaran 50 % 50 %
11 Langkah-langkah
Pembelajaran
a. Kegiatan Awal 50 % 50 %
b. Kegiatan Inti 75 % 25 %
c. Kegiatan Akhir 50 % 50 %
12 Alat/Bahan/Sumber 25 % 75 %
Belajar
13 Penilaian 75 % 25 %

Dari data tabel di atas yaitu hasil dari penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), bahwa dalam kegiatan inti guru ada yang belum

memperhatikan beberapa hal, antara lain : bagaimana mengaktifkan siswa,

bagaimana siswa membangun peta konsep, bagaimana mengumpulkan informasi

dengan stimulus pertanyaan efektif, bagaimana menggali informasi dari media

massa, bagaimana membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana

melakukan kerja praktek dan sebagainya.

Dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam kegiatan inti baru diperoleh

hasil sebanyak 25 % hal ini, menunjukkan bahwa guru belum banyak mengenal

berbagai bentuk model pembelajaran. Dalam mengembangkan kegiatan


pembelajaran masih nampak belum bervariasi yang melalui proses ekplorasi,

elaborasi dan konfirmasi. Hal ini terjadi karena belum dipahami secara mendalam

mengenai kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk memberikan

pengalaman belajar kepada siswa serta menentukan model pembelajaran.

Penentuan pengalaman belajar akan memberikan banyak pengaruh terhadap

sumber belajar maupun di mana siswa akan belajar. Untuk mengatasi hal tersebut

peneliti mengajak guru-guru untuk mendiskusikan suatu model pembelajaran

dengan kompetensi dasar dan indikator yang sesuai dengan Standar Isi.

Dalam penentuan penilaianpun guru baru mencapai 25 %, peneliti

temukan belum sinkronnya antara indikator pencapaian kompetensi dengan

bentuk soal yang dibuat, termasuk pedoman penilaianpun skore yang dibuat

belum disesuaikan dengan bobot soal hanya disamakan masing-masing soal

skorenya 4, padahal bobot soal berbeda-beda, demikian juga dalam membuat

kunci jawabanpun masih ada yang terkesan asal-asalan, demikian juga dalam

penggunaan metode diskusi dan unjuk kerja masih ada yang belum membuat

pedoman penilaiannya. Hal lain yang ditemui adalah belum ditemukan langkah

tindak lanjut dari hasil pembelajaran yaitu bagi yang nilainya masih kurang belum

ada soal ataupun tugas remidi demikian juga bagi yang sudah mendapatkan nilai

yang bagus belum ada soal ataupun tugas pengayaan.

Dalam pelaksanaan pembinaan ini para guru begitu antusias terbukti

dengan adanya beberapa guru yang mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan

sesama guru serta menyadari betapa perlunya membuat sendiri Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga tahu persis apa yang akan dilakukan
selama pembelajaran berlangsung, serta menyadari kekeliruannya selama ini yang

tidak hanya sebagai syarat administrasi saja,tetapi lebih memiliki arti penting

dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga apa yang akan dilaksanakan

sudah terencana dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah sendiri yaitu

dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga

sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkan sendiri kurikulum tanpa

mengurangi substansi standar isi.

Sebelum mulai Pembinaan pada siklus II pertemuan 2 ini Pengawas

masih mengajak untuk berdiskusi tentang kelemahan pada siklus II pertemuan 1,

dan masih menanyakan kalau masih menemui kesulitan. Pada umumnya guru-

guru sudah mengetahui kelemahannya masing-masing sehingga mereka langsung

mendiskusikan dan mencari solusi tentang kesulitan-kesulitan yang masih

ditemui.

Dalam hal menentukan model pembelajaran yang tepat untuk setiap

kompetensi yang akan dicapai memang tidak mudah, harus betul-betul

disesuaikan dengan kondisi yang hadapi seperti karakter siswa, yang memiliki

minat belajar rendah, kelengkapan sarana, kemampuan guru dan lain-lain.

Agar lebih jelas hasil Pembinaan pada siklus II pertemuan 2 ini, peneliti

sajikan pada tabel 4.6 di bawah ini, yaitu sebagai berikut :


Tabel.4.6
Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pada Siklus II, pertemuan 2

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan


Belum Sesuai Sesuai
1 Mata Pelajaran 100 %
2 Kelas/Semester 100 %
3 Pertemuan ke...... 100 %
4 Alokasi Waktu 100 %
5 Standar Kompetensi 100 %
6 Kompetensi Dasar 100 %
7 Indikator 25 % 75 %
8 Tujuan Pembelajaran 25 % 75 %
9 Materi Ajar 25 % 75 %
10 Metode Pembelajaran 25 % 75 %
11 Langkah-langkah
Pembelajaran
a. Kegiatan Awal 100 %
b. Kegiatan Inti 25 % 75 %
c. Kegiatan Akhir 100 %
12 Alat/Bahan/Sumber 25 % 75 %
Belajar
13 Penilaian 25 % 75 %

Dengan melihat hasil dari tabel 4.6 di atas, dari kesulitan yang dihadapi

sebagian guru pada siklus II pertemuan 1 guru sudah mampu untuk mengatasi

kesulitan masing-masing diantaranya, penentuan metode pembelajaran sudah

mencapai hasil sebanyak 75 %, Kegiatan inti dalam hal ini menentukan model

pembelajaran sudah mencapai hasil sebanyak 75 %, dan aspek penilaian sudah

mencapai hasil sebanyak 75 %.

Pelaksanaan kali ini guru-guru sangat bersemangat untuk segera

menyesaikan pekerjaannya. Setelah selesai diadakan refleksi. Siklus II pertemuan


2 ini dilaksanakan pada Hari Sabtu tanggal 11 Agustus 2012 karena minggu ke

tiga dan ke empat ada libur sebelum dan sesuadah idul fitri.

Menurut pengamatan dari kolaborator, peneliti sudah melaksanakan

langkah-langkah Pembinaan Kolaboratif yang meliputi : mendengarkan,

mempresentasikan, memecahkan masalah dan negoisasi, suasana begitu kondusif

pengawas dan guru merasa senang karena sudah tidak banyak mengalami

kesulitan yang berarti.

3. Refleksi

Berdasarkan perencanaan, tindakan dan pengamatan pada siklus II,

peneliti dan guru-guru bertemu untuk mengadakan refleksi. Disepakati bersama

bahwa beberapa guru masih memerlukan pembinaan kegiatan pembelajaran yaitu

pengembangan kegiatan inti dalam hal menentukan model pembelajaran yang

tepat dan aspek penilaian. Penentuan refleksi disepakati pada siang hari, sesudah

pelaksanaan diskusi. Pelaksanaan kegiatan refleksi kali ini diadakan sangat

kondusif karena dilaksanakan dengan santai seperti sedang ngobrol biasa diselingi

dengan guyonan-guyonan, tanpa menghilangkan tujuan dari refleksi materi

tentang penyusunan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Yang menjadi penekanan dalam siklus II, terutama pada pertemuan 2 ini

adalah dalam hal pemilihan model pembelajaran yang PAKEM untuk

mengaktifkan siswa, serta penentuan tentang aspek pedoman penilaian.

Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan

pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan hasil


pengamatan pada siklus II, pertemuan 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel. 4.7 di

bawah ini

Tabel.4.7
Distribusi Perbandingan Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pada Siklus II, pertemuan 1 dan 2

Hasil Hasil
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Keter
No Aspek Pengamatan Belum Sesuai Belum Sesuai
Sesuai Sesuai
1 Mata Pelajaran - 100 % 100 %
2 Kelas/Semester - 100 % 100 %
3 Pertemuan ke...... 100 % 100 %
4 Alokasi Waktu 25 % 75 % 100 %
5 Standar Kompetensi 100 % 100 %
6 Kompetensi Dasar 100 % 100 %
7 Indikator 75 % 25 % 25 % 75 %
8 Tujuan Pembelajaran 50 % 50 % 25 % 75 %
9 Materi Ajar 75 % 25 % 25 % 75 %
10 Metode Pembelajaran 50 % 50 % 25 % 75 %
11 Langkah-langkah
Pembelajaran
a. Kegiatan Awal 50 % 50 % 100 %
b. Kegiatan Inti 75 % 25 % 25 % 75 %
c. Kegiatan Akhir 50 % 50 % 100 %
12 Alat/Bahan/Sumber 25 % 75 % 25 % 75 %
Belajar
13 Penilaian 75 % 25 % 25 % 75 %

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, pengembangan kegiatan inti dalam hal ini

menentukan model pembelajaran sudah ada peningkatan yaitu : dari 25 %

meningkat menjadi 75 % dan aspek penilaian dari 25 % meningkat menjadi 75 %,

Indikator meningkat dari 25% menjadi 75%, tujuan pembelajaran meningkat dari

50% menjadi 75%, materi ajar dari 25% menjadi 75%. Target pencapaian hasil

yang ditetapkan oleh peneliti sebanyak 75 % guru-guru mampu membuat Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri sudah tercapai. Dengan demikian pada

siklus II pertemuan kedua ini dianggap telah selesai.

D. Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti memilih model Pembinaan Kolaboratif

dengan harapan terjadi kontrak antara pengawas dan guru, karena dalam pola

Pembinaan Kolaboratif ada kedaulatan yang seimbang antara pengawas dan guru,

yang memiliki tanggung jawab masing-masing sama-sama sedang. Dalam

pandangan Kolaboratif ini, perilaku pokok pengawas mencakup : mendengarkan,

mempresentasikan, memecahkan masalah dan negosiasi. Dalam pembahasan ini

peneliti sampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka

Pembinaan guru tentang penyusunan pengembangan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

Dengan mendengarkan semua kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru,

yaitu tentang penyusunan pengembangan silabus dan pengembangan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru-guru merasa mendapatkan perhatian,dan

kesulitannya didengar sehingga menjadi lebih terbuka untuk mengemukakan

kesulitannya masing-masing. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru

diinventarisir dan diolah, setelah itu Pengawas mempresentasikan tentang

pentingnya membuat perencanaan pembelajaran sendiri yang sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai agar tahu persis apa yang akan dilakukan sesuai

dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan

demikian guru menyadari kekeliruannya selama ini, yang hanya memfotokopi


silabus dan RPP dan itupun hanya dikumpulkan pada wakil Pengawas Sekolah

urusan kurikulum,belum dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar.

Setelah guru menyadari kekeliruannya selama ini,mereka ingin mencoba

menyusun pengembangan silabus dan RPP sendiri dan bersedia untuk diadakan

Pembinaan secara klasikal dan berdasarkan kesepakatan diadakan dua kali yang

pertama tentang penyusunan pengembangan silabus dan yang kedua penyusunan

pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Data hasil penelitian ini diketahui bahwa pembuatan perencanaan

pembelajaran dilaksanakan melalui 2 siklus yaitu :

1. Siklus I, dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, pada pertemuan 1 setelah selesai

diadakan refleksi, dan diperoleh data bahwa penentuan materi ajar, menentuan

indikator keberhasilan dan menentukan sumber belajar masih kurang dari target

keberhasilan pada penelitian ini, maka untuk materi yang masih kurang

dilanjutkan pada pertemuan 2, setelah selesai pertemuan 2 diadakan refleksi

untuk menentukan apakah masih perlu ada pertemuan 3 atau tidak.

Dengan melihat tabel 4.4 di atas, sudah terlihat ada peningkatan yaitu

tentang materi ajar dari 50 % menjadi 75 %, Kegiatan pembelajaran meningkat

dari 25% menjadi 75%, Indikator dari 25 % menjadi 75 %, jenis penilaian dari

50% menjadi 75%. Dalam penelitian ini, peneliti mentargetkan kriteria

keberhasilan adalah 75 %, berarti pada siklus I pertemuan 2 ini kriteria

keberhasilan yang sudah ditetapkan sudah tercapai, maka pada pertemuan

kedua ini untuk penyusunan pengembangan silabus dianggap sudah


selesai.lanjutnya diteruskan pada siklus II tentang penyusunan pengembangan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, pada pertemuan 1 setelah

selesai pengamatan diadakan refleksi, dan diperoleh data bahwa : dalam

kegiatan inti yaitu belum merencanakan kegiatan yang bisa mengaktifkan

siswa dalam hal ini menentukan model pembelajaran, demikian juga dalam

menentukan aspek penilaian masih ditemukan belum adanya kesesuaian antara

materi pembelajaran dengan bentuk soal yang dibuat termasuk dalam

menentukan skore penilaian. Dengan telah ditemukan kekurangan pada

pertemuan 1 ini, maka untuk materi yang masih kurang dilanjutkan pada

pertemuan 2, setelah selesai pada pertemuan 2 hasilnya dikumpulkan, diteliti

dan dianalisa, setelah itu diadakan refleksi untuk menentukan pada tahap

berikutnya.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, pengembangan kegiatan inti dalam hal

ini menentukan model pembelajaran sudah ada peningkatan yaitu : dari 25 %

meningkat menjadi 75 % dan aspek penilaian dari 25 % meningkat menjadi 75

%, Indikator meningkat dari 25% menjadi 75%, tujuan pembelajaran

meningkat dari 50% menjadi 75%, materi ajar dari 25% menjadi 75%. Target

pencapaian hasil yang ditetapkan oleh peneliti sebanyak 75 % guru-guru

mampu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri sudah

tercapai. Dengan demikian pada siklus II pertemuan kedua ini dianggap telah

selesai.
Dengan demikian dalam penelitian ini, dapat menjawab rumusan masalah

yang dikemukakan oleh peneliti yaitu upaya yang digunakan oleh Pengawas

Sekolah agar guru-guru sebelum mengajar membuat perencanaan pembelajaran

adalah dengan cara memberikan Pembinaan dan cara yang digunakan oleh

pengawas adalah cara pembinaan dengan Kolaboratif, karena antara Pengawas

dan guru sama-sama memiliki tanggung jawab. Pengawas memberikan motivasi

agar sebelum mengajar sudah menyusun pengembangan pembelajaran yang

dibuat sendiri sehingga pada pelaksanaan pembelajaran lebih percaya diri,

terprogram dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah serta sarana dan

prasarana yang tersedia serta untuk memenuhi tuntutan kompetensi

profesionalisme dan kompetensi pedagogik seorang pendidik,dengan demikian

tujuan akhir adalah prestasi siswa baik.

Dari hasil penelitian ini diperoleh adanya peningkatan kemampuan guru-

guru dalam membuat perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan

pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setelah

diberikan pembinaan secara Kolaboratif oleh Pengawas.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data di atas penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Terdapat peningkatan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan

pembelajaran sebelum ada pembinaan dan setelah dilaksanakan

pembinaan yaitu pada penyusunan silabus komponen penentuan materi

ajar dari 50 % menjadi 75 %, Kegiatan pembelajaran meningkat dari

25% menjadi 75%, Indikator dari 25 % menjadi 75 %, jenis penilaian

dari 50% menjadi 75%.Sedangkan pada penyusunan RPP ada

peningkatan dalam hal menentukan model pembelajaran sudah ada

peningkatan yaitu : dari 25 % meningkat menjadi 75 % dan aspek

penilaian dari 25 % meningkat menjadi 75 %, Indikator meningkat dari

25% menjadi 75%, tujuan pembelajaran meningkat dari 50% menjadi

75%, materi ajar dari 25% menjadi 75%.

2. Pembinaan secara kolaboratif (mendengarkan, mempresentasikan,

memecahkan masalah dan negoisasi) sangat baik dalam upaya

peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) guru kelas V se- Dabin II UPK Jatilawang

Kabupaten Banyumas.
3. Dengan pembinaan kolaboratif semua guru kelas V di Dabin II UPK

Jatilawang meningkat kemampuan dan kemauannya dalam menyusun

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Kepada para guru agar selalu mengutamakan penyusunan perencanaan

pembelajaran karena dengan perencanaan yang matang maka

pembelajaran akan maksimal.

2. Kepada para kepala sekolah agar selalu melaksanakan perannya sebagai

supervisor dengan melaksanakan kegiatan supervisi akademik agar dapat

diketahui permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru..

3. Kepada para pengawas agar selalu mengadakan pembinaan penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran dan supervisi akademik (Penyusunan

RPP dan pelaksanaan KBM) secara terprogram.


DAFTAR PUSTAKA

---------------- 1975. Kurikulum Sekolah Dasar 75. Buku II D. Pedoman

Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta. Depdikbud

Arikunto, Suharsimi. ( 2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Badan Diklat Profesi Guru Sertifikasi Guru Rayon 11 DIY & Jateng, “Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom Action Research)”.Tim PUDI Dikdasmen

Lemlit UNY, Yogyakarta, 2007.

Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang :”Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru”, Jakarta,2007.

Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1986 .Kurikulum Sekolah Dasar:

Pedoman Pembinaan Guru. Jakarta. Depdikbud

Departemen Pendidikan Nasional, “Perencanaan Pembelajaran”

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga

Kependidikan, Jakarta, 2004.

Hamalik, Oemar (2001), Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Bumi Angkasa


Madya, Suwarsih. (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Seri Metodologi

Penelitian. Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Muslich, Masnur. (2007). KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar

Pemahaman dan Pengembangan. Seri Standar Nasional Pendidikan,

Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah,

Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah dan Guru. Jakarta :

Bumi Aksara

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. 2006

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. 2006.

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang :”Standar Proses”

Semiawan, Conny, 1985. Bagaimana Cara Membina Guru Yang Profesional.

Jakarta. Depdikbud.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta

Uno, Hamzah. B. (2007) .Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara


Lampiran 1
Lembar Observasi Guru (LOG)
tentang Kelengkapan
Administrasi Pembelajaran Guru Kelas V
Dabin II UPK Jatilawang
Nama Guru : Juminah, S.Pd
NIP : 196006011982012014

Mohon diisi dengan sebenar-benarnya tentang persiapan,pelaksanaan dan evaluasi


pembelajaran untuk tahun ajaran 2011/2012.
No Kegiatan Ya/ada Tdk/belum Ket
1 Membuat program tahunan V
2 Membuat program smester V
3 Membuat program harian V
4 Menyusun pengembangan silabus sendiri V
5 Memfotocopi/mengeprint silabus yang sudah V
ada
6 Menyusun pengembangan semua RPP V
7 Memfotokopi pengembangan Rencana V
Pelaksanaan Pembelajaran dari sekolah lain
8 Membuat daftar nilai harian V
9 Membuat daftar nilai tugas V
10 Membuat daftar hadir V
11 Membuat agenda pelaksanaan harian V
12 Membuat analisis butir soal V
13 Membuat analisis hasil ulangan dan daya V
serap
14 Membuat program remedial V
15 Membuat program pengayaan V
16 Membuat kisi-kisi soal V
17 Membuat lembar kerja siswa (LKS) V
18 Membuat kumpulan tugas V
19 Membuat kumpulan soal-soal V
20` Membuat catatan insidental V
21 Membuat daftar buku pegangan V

Jatilawang, 17 Juli 2012


Guru Kelas V

Juminah, S.Pd
NIP.19600601 198201 2014
Lampiran 2
Hasil Penelitian Eksplorasi Tentang Kelengkapan
Administrasi Pembelajaran Guru Kelas V
Dabin II UPK Jatilawang, Kabupaten Banyumas

No Kegiatan Ada belum Ket


1 Membuat program tahunan 9 3 75 %
2 Membuat program semester 9 3 75 %
3 Membuat program harian 3 9 25 %
4 Menyusun pengembangan silabus sendiri 3 9 25 %
5 Memfotocopi/mengeprint silabus yang sudah ada 9 3 75 %
6 Menyusun pengembangan semua RPP 3 9 25 %
7 Memfotokopi pengembangan Rencana 9 3 75 %
Pelaksanaan Pembelajaran dari sekolah lain
8 Membuat daftar nilai harian 12 0 100 %
9 Membuat daftar nilai tugas 9 3 75 %
10 Membuat daftar hadir 12 0 100 %
11 Membuat agenda pelaksanaan harian 3 9 25 %
12 Membuat analisis butir soal 3 9 25 %
13 Membuat analisis hasil ulangan dan daya serap 12 0 100 %
14 Membuat program remedial 6 6 50 %
15 Membuat program pengayaan 6 6 50 %
16 Membuat kisi-kisi soal 3 9 25 %
17 Membuat lembar kerja siswa (LKS) 6 6 50 %
18 Membuat kumpulan tugas 9 3 75 %
19 Membuat kumpulan soal-soal 12 0 100 %
20 Membuat catatan insidental 3 9 25 %
21` Membuat daftar buku pegangan 12 0 100 %

Angket diberikan pada semua guru yang menjadi subjek penelitian.


Jatilawang, 17 Juli 2012
Peneliti

Budi Triyono, S.Pd.


NIP 19620516 198304 1 002
Lampiran 3
Hasil Lembar Observasi Guru
Siklus 1 Pertemuan 1
Tentang Kesesuaian Silabus

Hasil Pengamatan Prosentase yg


No Aspek Pengamatan
Belum Sesuai Sesuai sesuai
1 Identitas 0 12 100 %
2 Standar Kompetensi 0 12 100 %
3 Kompetensi Dasar 0 12 100 %
4 Materi Ajar 6 6 50 %
5 Kegiatan Pembelajaran 9 3 25 %
6 Indikator 9 3 25 %
7 Jenis Penilaian 6 6 50 %
8 Alokasi Waktu 0 12 100 %
9 Sumber Belajar 3 9 75 %

Jumlah Silabus yang diamati sebanyak 12 Silabus


Penentuan Materi ajar, Indikator dan Sumber belajar masih ada beberapa yang
belum sesuai
Jatilawang, 28 Juli 2012
Peneliti

Budi Triyono, S.Pd.


NIP 19620516 198304 1 002
Lampiran 4
Lembar Observasi Pengawas (LOP)
Dabin II UPK Jatilawang, Banyumas

Nama : SURTINI, S.Pd, M.Pd.


NIP : 19711105 199303 2 006
Jabatan : Pengawas TK/SD
No Aspek Pelaksanaan
Keterangan
Ya Tdk
1 Pembinaan mempresentasikan tentang hasil v
supervisi akademik dan hasil penelitian
eksporasi
2 Pengawas mempertanyakan kepada guru v
mengenai persepsinya tentang Silabus dan
RPP
3 Pengawas mendengarkan guru memberikan v
gagasan untuk menyelesaikan masalah hasil
supervisi akademik dan penelitian eksploratif

4 Pengawas dan guru mengajukan alternatif v


pemecahan masalah tentang Silabus
5 Pengawas dan guru bernegoisasi untuk v
mengadakan Pembinaan dalam pembuatan
Silabus

Jatilawang, 28 Juli 2012


Kolaborator

SURTINI, S.Pd, M.Pd


NIP 19711105 199303 2 006
Lampiran 5
Lembar Observasi Pengawas (LOP)
Dabin II UPK Jatilawang, Banyumas

Nama : SURTINI, S.Pd, M.Pd.


NIP : 19711105 199303 2 006
Jabatan : Pengawas TK/SD

No Aspek Pelaksanaan
Keterangan
Ya Tdk
1 Pembinaan mempresentasikan tentang hasil v
pembinaan pada pertemuan 1
2 Pengawas mempertanyakan kepada guru v
mengenai persepsinya tentang Silabus dan
RPP
3 Pengawas mendengarkan guru memberikan v
gagasan untuk menyelesaikan masalah hasil
penyusunan silabus pertemuan 1
4 Pengawas dan guru mengajukan alternatif v
pemecahan masalah tentang Silabus
5 Pengawas dan guru bernegoisasi untuk v
mengadakan Pembinaan dalam pembuatan
Silabus

Jatilawang, 4 Agustus 2012


Kolaborator

SURTINI, S.Pd, M.Pd


NIP 19711105 199303 2006
Lampiran 6
Hasil Lembar Observasi Guru
Siklus 1 Pertemuan 2
tentang Kesesuaian Silabus

Hasil Pengamatan Prosentase yg


No Aspek Pengamatan
Belum Sesuai Sesuai sesuai
1 Identitas 0 12 100 %
2 Standar Kompetensi 0 12 100%
3 Kompetensi Dasar 0 12 100%
4 Materi Ajar 3 9 75 %
5 Kegiatan Pembelajaran 3 9 75 %
6 Indikator 3 9 75 %
7 Jenis Penilaian 3 9 75 %
8 Alokasi Waktu 0 12 100 %
9 Sumber Belajar 0 12 100 %

Jatilawang, 5Agustus 2012


Pengawas

Budi Triyono, S.Pd.


NIP 19620516 198304 1 002
Lampiran 7

Hasil Lembar Observasi Guru


Siklus 2 Pertemuan 1
tentang Kesesuaian RPP

Hasil
Pengamatan Prosentase yg
No Aspek Pengamatan
Belum sesuai
Sesuai
Sesuai
1 Mata Pelajaran 0 12 100 %
2 Kelas/Semester 0 12 100 %
3 Pertemuan ke...... 0 12 100 %
4 Alokasi Waktu 3 9 75 %
5 Standar Kompetensi 0 12 100 %
6 Kompetensi Dasar 0 12 100 %
7 Indikator 9 3 25 %
8 Tujuan Pembelajaran 6 6 50 %
9 Materi Ajar 9 3 25 %
10 Metode Pembelajaran 6 6 50 %
11 Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal 6 6 50 %
b. Kegiatan Inti 9 3 25 %
c. Kegiatan Akhir 6 6 50 %
12 Alat/Bahan/Sumber Belajar 3 9 75 %
13 Penilaian 9 3 25 %

Peneliti

Budi Triyono, S.Pd.


NIP 19620516 198304 1 002
Lampiran 8

Hasil Lembar Observasi Guru


Siklus 2 pertemuan 2
Tentang Kesesuaian RPP

Hasil Pengamatan Prosentase


Aspek Pengamatan
No Belum Sesuai Sesuai Yg sesuai
1 Mata Pelajaran 0 12 100 %
2 Kelas/Semester 0 12 100 %
3 Pertemuan ke...... 0 12 100 %
4 Alokasi Waktu 0 12 100 %
5 Standar Kompetensi 0 12 100 %
6 Kompetensi Dasar 0 12 100 %
7 Indikator 3 9 75 %
8 Tujuan Pembelajaran 3 9 75 %
9 Materi Ajar 3 9 75 %
10 Metode Pembelajaran 3 9 75 %
11 Langkah-langkah
Pembelajaran
a. Kegiatan Awal 0 12 100 %
b. Kegiatan Inti 3 9 75 %
c. Kegiatan Akhir 0 12 100 %
12 Alat/Bahan/Sumber 3 9 75 %
Belajar
13 Penilaian 3 9 75 %

Peneliti

Budi Triyono, S.Pd.


NIP 19620516 198304 1 002
Lampiran 9
Lembar Observasi Pengawas (LOP)
Dabin II UPK Jatilawang, Banyumas

Nama : SURTINI, S.Pd, M.Pd.


NIP : 19711105 199303 2 006
Jabatan : Pengawas TK/SD

Pelaksanaan
No Aspek Keterangan
Ya Tdk
1 Pembinaan mempresentasikan tentang hasil V
kegiatan penyusunan silabus
2 Pengawas mempertanyakan kepada guru V
mengenai persepsinya tentang RPP
3 Pengawas mendengarkan guru memberikan V
gagasan untuk menyelesaikan masalah RPP

4 Pengawas dan guru mengajukan alternatif V


pemecahan masalah tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
5 Pengawas dan guru bernegoisasi untuk V
mengadakan Pembinaan dalam pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Jatilawang, 8 Agustus 2012
Pengawas

SURTINI, S.Pd, M.Pd


NIP 19711105 199303 2 006
Lampiran 10
Lembar Observasi Pengawas (LOP)
Dabin II UPK Jatilawang, Banyumas

Nama : SURTINI, S.Pd, M.Pd


NIP : 19711105 199303 2 006
Jabatan : Pengawas TK/SD
No Aspek Pelaksanaan Keterangan
Ya Tdk
1 Pembinaan mempresentasikan tentang hasil V
penyusunan RPP pada pertemuan 1
2 Pengawas mempertanyakan kepada guru V
mengenai kesulitan dalam penyusunan RPP
3 Pengawas mendengarkan guru memberikan V
gagasan untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan RPP

4 Pengawas dan guru mengajukan alternatif V


pemecahan masalah tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
5 Pengawas dan guru bernegoisasi untuk V
mengadakan Pembinaan dalam pembuatan
RPP

Jatilawang, 11 Agustus 2012


Pengawas

SURTINI, S.Pd, M.Pd


NIP 19711105 199303 2 006
DATA KOLABORATOR

NAMA : SURTINI, S.Pd, M.Pd

NIP : 19711105 199303 2 006


GOLONGAN/ : PEMBINA/IV A
PANGKAT

JABATAN : PENGAWAS TK/SD

UNIT KERJA : UPK JATILAWANG

ALAMAT KANTOR : JL.PRAMUKA NO 1 JATILAWANG


BANYUMAS
NO.TLP :

ALAMAT RMH : KARANGTALUN KIDUL RT 5/5


PURWOJATI, BANYUMAS
Lampiran 11
Contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Satuan Pendidikan : .............................................................................
Mata Pelajaran : .............................................................................
Kelas/Semester : .............................................................................
Standar Kompetensi : .............................................................................
Kompetensi Dasar : .............................................................................
Indikator : .............................................................................
Alokasi Waktu : ... x ... menit ( ... pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran
........................................................................................................................
B. Materi Pembelajaran
.........................................................................................................................
C. Metode Pembelajaran
.........................................................................................................................
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Awal : ( dilengkapi dengan alokasi waktu )
.........................................................................................................................
Kegiatan Inti : ( dilengkapi dengan alokasi waktu )
.........................................................................................................................
Kegiatan Penutup : ( dilengkapi dengan alokasi waktu )
.........................................................................................................................
Pertemuan 2
.........................................................................................................................
Dan seterusnya.
E. Sumber Belajar : (disebutkan secara konkret)
.........................................................................................................................
F. Penilaian
Teknik
.........................................................................................................................
Bentuk Instrumen
..........................................................................................................................
Contoh Instrumen ( Soal/Tugas) :
(Ditambah Kunci Jawaban atau Pedoman Penilaian )
........................................................................................................................

....................., .......................
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

............................ .........................................

Anda mungkin juga menyukai