Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH PETROKIMIA

PEMBUATAN ASAM ASETAT


Bahan Baku, Proses Produksi, dan Potensi Penggunaan

Ari Budi Prasetyo (135061100111014)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
ASAM ASETAT
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat
paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam asetat merupakan bahan baku penting yang digunakan untuk pembuatan vinil
asetat, anhidrida asetat ,polimer-grade asam tereftalat (PTA), dll Tingkat pertumbuhan konsumsi
per kapita dari asam asetat di Asia biasanya 7-8 persen per tahun, kebutuhan asam asetat untuk
produksi PTA menjadi alasan yang paling penting dan terkemuka untuk peningkatan. Meskipun
ada beberapa metode memproduksi asam asetat, seperti oksidasi asetaldehida, oksidasi langsung
etilena, dll, sintesis dari metanol dan karbon monoksida, proses karbonilasi metanol, adalah
proses yang sering digunakan di dunia (Mayer, 2005)
Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan prinsip karbonilasi
methanol, yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis
kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa menggunakan katalis iridium
([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.

REAKSI KARBONILASI
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini, metanol
dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi
dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat
menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama
merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun
karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal
bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese pada tahun 1925. Namun, kurangnya
bahan-bahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang
dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru
pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh
perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]− yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan
rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah
perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium
dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan.

BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN


1. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi
oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil
dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih
sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik
lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil
eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluene. Ia juga larut dalam
hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam
senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Ikatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis,
sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil yang polar
menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya natrium
hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium
klorida, amonium bromida, dan natrium bromide. Natrium klorida dan kalium klorida
sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga memiliki rantai karbon nonpolar,
ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan minyak atsiri dan banyak
perasa, pewarna, dan obat.

2. Karbon Monoksida
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak
berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan
dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu
ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa
karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk
apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida
mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon
dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam
teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
Molekul CO memiliki panjang ikat 0,1128 nm. Perbedaan muatan formal dan
elektronegativitas saling meniadakan, sehingga terdapat momen dipol yang kecil
dengan kutub negatif di atom karbon walaupun oksigen memiliki elektronegativitas
yang lebih besar. Alasannya adalah orbital molekul yang terpenuhi paling tinggi
memiliki energi yang lebih dekat dengan orbital p karbon, yang berarti bahwa
terdapat rapatan elektron yang lebih besar dekat karbon. Selain itu, elektronegativitas
karbon yang lebih rendah menghasilkan awan elektron yang lebih baur, sehingga
menambah momen dipol. Ini juga merupakan alasan mengapa kebanyakan reaksi
kimia yang melibatkan karbon monoksida terjadi pada atom karbon, dan bukannya
pada atom oksigen.
Karbon monoksida adalah gas industri utama yang memiliki banyak kegunaan
dalam produksi bahan kimia pukal (bulk chemical). Sejumlah aldehida dengan hasil
volume yang tinggi dapat diproduksi dengan reaksi hidroformilasi dari alkena, CO,
dan H2. Metanol diproduksi dari hidrogenasi CO. Pada reaksi yang berkaitan,
hidrogenasi CO diikuti dengan pembentukan ikatan C-C, seperti yang terjadi pada
proses Fischer-Tropsch, CO dihirogenasi menjadi bahan bakar hidrokarbon cair.
Teknologi ini mengijinkan batu bara dikonversikan menjadi bensin.
Pada proses Monsanto, karbon monoksida bereaksi dengan metanol dengan
keberadaan katalis rodium homogen dan HI, menghasilkan asam asetat. Proses ini
digunakan secara meluas dalam produski asam asetat berskala industri. Karbon
monoksida merupakan komponen dasar dari syngas yang sering digunakan untuk
tenaga industri. Karbon monoksida juga digunakan pada proses pemurnian nikel.

PROSES PEMBUATAN ASAM ASETAT DENGAN METODE MONSANTO


Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di Texas City.
Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang rendah. Bahan dasar dari
pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah methanol. Prinsip pembuatannya ialah
methanol direaksikan dengan gas CO menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium.
Sebelumnya pembuatan asam asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan
katalis iodinepromoted kobalt, namun kurang efektif dalam hal biaya karena katalis ini bekerja
pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium bekerja pada tekanan
antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam asetat sampai 99 % sedangkan
katalis iodinepromoted kobalt hanya sekitar 90 % saja. (Matar, 2000)
Gambar 1. Peralatan Utama Produksi Asam Asetat Dengan Proses Monsanto
Mekanisme reaksi karbonilasi pada proses Monsanto adalah sebagai berikut. Langkah
awal dalam siklus katalitik terdiri dari konversi cepat metanol menjadi metil iodida, misalnya
melalui reaksi :
CH3OH+HI ↔ CH3I +H2O (1)
Kemudian, tambahan oksidatif metil iodida ke Rh (1) kompleks (d8 planar persegi)
menyebabkan terjadi pembentukan enam koordinat alkil-rhodium (I 1 I) (d6) kompleks yang
ditunjukan pada reaksi berikut :

(2)

Penyisipan cepat karbon monoksida, hadir sebagai ligan dalam kompleks Rh, ke yang rhodium-
alkil asil-rhodium (II 1) (1) obligasi terjadi untuk menghasilkan kompleks. Hal ini disertai oleh
berikutnya atau simultan penggantian co di koordinasi rhodium bola. Setelah itu Kompleks Rh
tersebut bereaksi dengan karbon monoksida. Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4
maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide
dan katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm-
60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan
CH3COOH dan HI.
Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi methanol menjadi CH 3I
yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus. Sedangkan asam asetat yang
dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada
seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan dengan cara destilasi. (Roth, 1975)

PENGGUNAAN ASAM ASETAT


Asam asetat dapat dipakai sebagai vynil asetat yang dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk memproduksi senyawa polyinil asetat. Polyvinil asetat digunakan untuk memproduksi
lapisan gelas dan fiber. Asam asetat dapat juga dipakai sebagai bahan baku pembuatan asam
asetat anhydrid yang berguna sebagai zat untuk memproduksi fiber selulose asetat dan plastik.
Asam asetat juga digunakan untuk memproduksi obat-obatan, pewarna, dan insektisida. Asam
Chloroacetic (dari asam asetat) adalah antara reaktif digunakan untuk memproduksi banyak
bahan kimia seperti glisin dan karboksimetil selulosa.(Matar, 2000)
Gambar 2. Turunan produk asam asetat

SUPLAI DAN KEBUTUHAN ASAM ASETAT


Kebutuhan dunia terhadap asam asetat semakin meningkat setiap tahunnya, hal tersebut
dapat dilihat dari grafik pada gambar (3). Pada grafik tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan
demand yang cenderung konstan setiap tahunnya. Kenaikan demand tersebut juga diiringi
dengan peningkatan kapasitas total produksi. Negara yang memiliki demand tertinggi adalah
india(gambar 4A), sehingga india jadi kunci penting dalam perdagangan asam asetat. Lebih dari
setengah asam asetat digunakan untuk produksi etil asetat dan PTA. ( gambar 4B ). (Shah, 2014).
Di Indonesia sendiri, asam asetat diproduksi oleh PT Indo Acidatama Tbk. dengan kapasitas
produksi sebesar 33.000 ton/tahun.
Gambar 3. Kebutuhan Asam Asetat di Dunia

(A) (B)
Gambar 4. (A) Kebutuhan asam asetat di india. (B) Kebutuhan produk turunan asam asetat di
india
PELUANG INVESTASI PRODUKSI ASAM ASETAT
Pada table (1), biaya untuk memproduksi dan mengirim asam asetat dari hipotetis
lokasi manufaktur terintegrasi Asia Tenggara ditampilkan, dengan menggunakan harga
perwakilan, dan memperkirakan jumlah bahan baku, utilitas, katalis, dan tetap biaya,
dengan asumsi yang digunakan tertulis dalam tabel. Produsen dapat mengoptimalkan
biaya dengan mengintegrasikan dekat dengan pabrik petrokimia dan daerah kilang
sehingga memiliki banyak sumber CO
Biaya modal untuk fasilitas metanol skala dunia karbonilasi hari ini (antara 0,5
dan 0,6 juta metrik ton per tahun) sangat bervariasi tergantung pada lokasi, infrastruktur
yang ada, pekerjaan sipil diperlukan untuk persiapan lokasi, dan banyak variabel lainnya.
Sementara biaya konstruksi biasanya tidak rinci di sebagian besar proyek, kisaran biaya
untuk fasilitas greenfield diperkirakan bervariasi antara 450 dan 700 USD per metrik ton
kapasitas terpasang. (MMSA, 2015)
Tabel 1. Biaya Produksi Asam Asetat

DAFTAR PUSTAKA
Matar, Sami; Hatch, Lewis F. 2000. Chemistry of Petrochemical Processes. Texas: Gulf
Publishing Company
Meyers, Robert A. 2005. Handbook of Petrochemical Production Process. United States:The
McGraw-Hill Companies,
MMSA. 2015. 2015 Methanol and Derivatives Analysis. (online).
http://www.methanolmsa.com/wp-content/uploads/2015/07/Chapter-VIII-Process-and-
Economic-Overview.pdf. (Diakses Tanggal 10 Desember 2015)
Shah, Khevna. 2014. Acetic Acid: Overview & Market Outlook. Indian: IHS Chemical
Roth, James F. 1975. The Production of Acetic Acid: Rhodium Catalysed Carbonylation
of Methanol. Platinum Metals Rev. 19, (l), 12-14.
Wikipedia. 2015. Carbon Monoxide (online). https://en.wikipedia.org/wiki/Carbon_monoxide,
(Diakses tanggal 6 Desember 2015)
Wikipedia. 2015. Ethanol (online). https://en.wikipedia.org/wiki/Ethanol (Diakses tanggal 6
Desember 2015)

Anda mungkin juga menyukai