S1 KEPERAWATAN 4A
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Jiwa 1
dengan judul “Resiko Bunuh Diri ”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami
dalam menulis makalah ini.Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I .....................................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN ...................................................................................................................7
I. Definisi ........................................................................................................................7
3
Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri............................ Error! Bookmark not defined.
2. Diagnosa Keperawatan Resiko Bunuh Diri .............. Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................................................................25
PENUTUP ...........................................................................................................................25
1. Kesimpulan ..............................................................................................................25
2. Saran.........................................................................................................................25
4
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian
diri sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan
yang disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar,
schizophrenia, ketergantungan alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.
Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris
ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat
dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab
kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah
tiga berbanding satu. Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab
kematian kedua. (Susanto, 2010)
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan
bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun,
selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan
bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang
lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau
lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan
zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering
menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara
menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.
5
9. Bagaimana contoh strategi komunikasi ( SP ) berdasarkan pertemuan ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
I. Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi,
dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart,2006).
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah
tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Bunuh diri mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
II. Etiologi
a. Faktor genetic dan teori biologi Faktor genetic mempengaruhi terjadinya
resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan
serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko
buuh diri.
b. Teori Sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu :
Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social), atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena
7
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan
stressor).
c. Teori Psikologi Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh
diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
8
V. Tahap – Tahap Resiko Bunuh Diri
1. SUICIDAL IDEATION
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2. SUICIDAL INTENT
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang
kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
3. SUICIDAL THREAT
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. SUICIDAL GESTURE
Pada tahap ini klien menunjukkan prilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah
pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
5. SUICIDAL ATTEMPT
Pada tahap ini prilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu
ingin mati dan tidak mau diselamatkan, misalnya minum obat yang mematik
9
VII. Gambaran Proses Terjadinya Bunuh Diri
Verbal/non verbal
Pertimbangan ubtuk
melakukan Bunuh diri
Bunuh Diri
10
g. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
h. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
i. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
j. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
k. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
l. Pekerjaan.
m. Konflik interpersonal.
n. Latar belakang keluarga.
o. Orientasi seksual.
p. Sumber-sumber personal.
q. Sumber-sumber social.
r. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
IX. Pathway
11
X. MASALAH KEPERAWATAN YANG PERLU DIKAJI
Pengkajian Faktor Resiko Perilaku Bunuh Diri
a. Jenis kelamin : Resiko meningkat pada pria
b. Usia : Lebih tua masalah semakin banyak
c. Status perkawinan : dapat menurunkan resiko,Hidup sendiri ( janda/duda)
d. Riwayat keluarga : Meningkat apabila ada keluara dengan percobaan
bunuh diri
e. Riwayat social ekonomi: Pengangguran,mendapat malu di lingkungan social
f. Faktor Kepribadian: Lebih erring pada kepribadian menutup diri
XI. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Resiko bunuh diri berulang
2. Perilaku merusak diri sendiri
3. Alam perasaan depresi
4. Mekanisme koping tidak efektif
5. Isolasi social
6. Perubahan konsep diri
XII. INTERVENSI
1. Melindungi klien
2. Meningkatkan harga diri klien
3. Menguatkan mekanisme koping yang sehat
4. Mengeksplorasikan perasaan
5. Memobilisasi dukungan social
12
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI
13
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
14
dan selalu terlihat 4. Menjelaskan cara
oleh perawat. merawat pasien
c. Awasi klien secara 5. Bermain peran cara
ketat setiap saat. merawat pasien
3. Mengajarkan cara
mengendalikan
dorongan untuk bunuh
diri
SP 2 : TUK 3 SP 2
1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi
yang telah di lakukan ( kemampuan keluarga
SP 1) di SP 1
2. Meningkatkan harga diri 2. Latih keluarga untuk
klien : komunikasi langsung
a. Bantu klien untuk dengan klien
memahami bahwa 3. Menyusun jadwal
klien dapat keluarga untuk
mengatasi merawat klien
keputusasaannya
c. Bantu
mengidentikasi
sumber – sumber
harapan (misal :
hubungan antar
sesame, keyakinan,
hal- hal untuk
diselesaikan)
15
SP 3 : TUK 3, 4, 5 SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi
yang telah di lakukan ( kemampuan keluarga
SP 1 & 2) 2. Mengevaluasi
2. Mengidentifikasi pola kemampuan pasien
koping yang biasa di 3. RTL keluarga :
gunakan klien a. HE perawatan di
3. Menilai pola koping rumah
yang di miliki klien - Jangan
4. Mengajarkan klien biarkan klien
mekanisme koping yang sendiri
adaptif - Jauhkan benda
5. Membantu klien – benda yang
merencanakan masa dapat di
depan yang realistis gunakan untuk
6. Memobilisasi dukungan bunuh diri
social - Temani klien
7. Masukkan dalam jadwal melakukan
kegiatan klien aktivitas yang
di sukai
b. Rencana pulang
16
contoh 1
RESIKO BUNUH DIRI
Tn. B berusia 35 tahun, dibawa keluarganya ke RSJ karena mencoba bunuh diri
dengan meminum pembersih lantai. Beberapa hari sebelum percobaan bunuh diri, klien
terlihat murung dan kusut, suka menyendiri, tidak mau makan dan minum kalau tidak di
bujuk oleh kakaknya. Padahal sebelumnya klien adalah orang yang pekerja keras dan
humoris.
Penyebab klien mencoba bunuh diri karena frustasi akan keadaan rumah tangganya
yang gagal karena klien di PHK dari pekerjaanya. Istri klien meminta cerai karena klien
tidak memberikan nafkah lagi kepada istrinya.
Sebelum klien di PHK, klien adalah seseorang yang semangat, murah senyum, dan
humoris. Tetapi keadaan klien yang saat ini, membuat klien menjadi orang yang pendiam,
pemurung dan suka menyendiri, dan pada akhirnya klien memiliki fikiran untuk
mengakhiri hidupnya dengan meminum pembersih lantai.
PSIKODINAMIKA KASUS
a. Faktor predisposisi
Klien di PHK dari pekerjaannya dan istri klien meminta cerai.
b. Faktor presipitasi
Klien frustasi atas kegagalan rumah tangganya dank lien di PHK dari pekerjaannya.
c. Penilaian primer
Stressor bermakna bagi klien, alasan : klien frustasi dengan keadaannya, klien
mengatakan hidupnya tidak berguna lagi dank lien mencoba bunuh diri
d. Support (penilaian sekunder)
Klien suka menyendiri, dan tidak mau makan minum kalau tidak di bijuk oleh
kakaknya
e. Mekanisme koping
Maladaptive : klien frustasi, suka menyendiri dan murung, mengungkapkan
hidupnya sudah tidak berguna lagi, sehinggan klien melakukan percobaan bunuh
diri
ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. Klien mencoba bunuh diri Resiko menciderai dirinya sendiri
17
2. Klien mengatakan dirinya Harga diri rendah kronis
sudah tidak berguna lagi
3. Klien suka menyendiri dan Isolasi social
murung
4. Klien tampak lusuh Deficit perawatan diri
POHON MASALAH
18
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
3. Rencana Tindakan ( SP 1)
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melindungi klien dari perilaku bunuh diri
c. Modifikasi lingkungan klien :
- Jauhkan dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
- Tempatkan klien di ruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
d. Awasi klien secara ketat setiap saat
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya B saya mahasiswa dari Stikes Bina
Sehat Ppni Mojokerto. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Bapak biasanya
dipanggil siapa?
b. Evaluasi atau Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
c. Kontrak
19
- Topik : Bapak bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang bapak rasakan
selama ini?
- Tempat : Kita berbicara dimana pak? Bagaimana kalau kita berbicara ditaman?
- Waktu : Bagaimana kalau kita berbicara sekarang pak? Bapak bisa?
Cuma 30 menit saja pak
FASE KERJA
( Sebelumnya perawat harus melakukan modifikasi lingkungan pasien dulu, yaitu dengan
menjauhkan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri )
“ Bagaimana perasaan bapak setelah mengalami kejadian ini? Apakah dengan kegagalan
yang bapak alami ini bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah bapak masih
merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Maaf pak kalau boleh tahu mengapa
bapak ingin mengakhiri hidup? Padahal bapak kan masih terbilang muda. Jika iya, bapak
menggunakan cara apa? Apakah bapak tidak takut mati? Jika bapak masih ada rasa takut,
kenapa bapak tidak mencoba melawan keinginan tersebut? Apakah bapak sudah
mempunyai seorang anak? “ Apa yang akan bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri
muncul? “.
Bapak kalau boleh saya menyarankan, bapak bisa menceritakan masalah bapak kepada
orang yang bisa bapak percaya, saya juga bersedia mendengarkan cerita bapak, saya akan
menemani bapak. Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah, bukan dengan
jalan mengakhiri kehidupan. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat dan bisa menjadi
seorang bapak yang baik untuk anak bapak nantinya, dan saya juga yakin sekali kalau anak
bapak nanti menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Bila keinginan bunuh diri
tersebut muncul, bapak bisa melawannya dengan mencoba selalu berfikir positif. Bapak
bisa menceritakan masalah bapak kepada orang yang dipercaya, termasuk para perawat
disini. Kami akan menemani bapak terus, jadi para perawat disini setia menemani bapak
kapanpun.
“ Saya percaya bapak adalah orang yang kuat dan dapat mengatasi masalah “
FASE TERMINASI
a. Evaluasi Respon Klien
- Data Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bercerita sebentar dengan saya? “.
- Data Obyektif
20
Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama fase kerja dan
klien bersedia berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan bunuh diri
muncul.
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah bapak, bagaimana kalau nanti kita bercerita kembali mengenai
pengalaman bapak yang menyenangkan dan kegiatan yang bapak sukai? “.
c. Kontrak Akan Datang
- Topik : “ Baiklah bapak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan
kali ini. Saya senang sekali bisa berbincang- bincang dengan bapak, bagaimana
kalau nanti kita lanjutkan untuk berbicara mengenai aktivitas bapak .
- Waktu : “ Menurut bapak enaknya jam berapa? Bagaimana kalau nanti sore jam
15.00 saya temani bapak jalan-jalan sambil berbincang-bincang? “.
- Tempat : “ Bapak melakukan ho? Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih pak
sudah mau berbagi cerita dengan saya “.
21
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum pak, masih ingat dengan saya kan ? saya perawat yang
berbincang – bincang dengan bapak kemarin.
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya semalam bu ?
bapak masih ingat kana pa yang kita bicarakan kemarin
c. Kontrak
1. Topik : bapak, seperti yang kita bicarakan tadi pagi, kita akan
berbincang – bincang sambil menikmati udara segar di taman
2. Tempat : bapak mau duduk dimana ? oww, di sini saja. . .baiklah pak
22
3. Waktu : kita berbincang – bincang sekarang bagaimana pak ?
FASE KERJA
Pak, bagaimana udara di taman ini ? segar kan ? bapak suka dengan taman ini ?
oh iya, apakah bapak sudah pernah jalan – jalan ke taman ini ? kalau pernah,
dengan siapa bapak biasanya ke sini ? ( ekspresi klien tampak sedih, dan
berkaca – kaca saat memegang dan melihat tempat duduk yang sedang kami
duduki). Kenapa dengan bangku ini pak ? apakah bapak ingin bercerita sesuatu
? saya siap mendengarkan cerita bapak, jadi istri bapak dulu sering mengajak
jalan – jalan ke taman kalau libur kerja ? baiklah, kalau begitu saya akan akan
mengajak bapak ke tempat lain saja, mari pak. Naah, ini kita sudah sampai di
tempat yang mungkin bisa membuat bapak menjadi lebih nyaman ( masjid).
Apakah bapak masih sedih ? tenang pak, saya tidak akan menyakiti bapak.apa
yang sudah bapak lakukan saat ini sudah sangat bagus, bapak sudah mau
menceritakan apa yang bapak rasakan saat ini, dan bisa mencegah keinginan
bapak untuk bunuh diri yang sering muncul. Bapak sudah sholat ?mari kita
sholat dulu pak kalau bapak belum sholat. Apakah di rumah bapak juga
melaksanakan sholat 5 waktu ?
Sepertinya sudah mulai gelap pak, mari kita pulang. Tapi jangan lupa di rumah
bapak tetap harus melaksanakan sholat yaa. . .
FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien
- Data subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang – bincang dengan saya ?
- Data obyektif
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan menerapkan cara untuk
mengalihkan keinginan bunuh diri yang sering muncul meskipun rasa takut
pasien terulang kembali, ekspresi klien tampak sedih saat melihat bangku dan
jalan – jalan di taman, namun klien tampak lebih tenang ketika saya ajak ke
tempat lain ( masjid )
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah pak, bagaiman kalau kita berbincang – bincang tentang rencana masa
depan dan menceritakan pengalaman bapak selam dirawat disini ?
c. Kontrak yang akan datang
23
- Topik : baiklah pak, saya kira sudah cukup perbincangan kita hari ini.
Bagaimana kalau lain kali kita berbincang – bincang lagi tentang rencana masa
depan dan mencerikan pengalaman bapak selama dirawat disini ?
- Waktu : bapak mau kapan ? bagaimana kalau besok pagi kita sambung lagi
?
- Tempat : bapak mau berbincang – bincang dimana ?di sini saja, baiklah pak
besok kita ketemu di sini untuk melanjutkan perbincangan kita hari ini. Terima
- kasih bapak sudah mau berbincang – bincang dengan saya.
24
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk
mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang
akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri. Terjadinya bunuh
diri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti halusinasi.
Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan. Penatalaksanaan medis
yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi farmakologi sedangkan
penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien.
Selain penatalaksanaan, resiko bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan,
baik upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal dari
lingkungan klien
2. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan resiko bunuh diri dengan
baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian bunuh diri dapat
ditekan dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula
25
DAFTAR PUSTAKA
26