Anda di halaman 1dari 12

PENGENDALIAN HAMA

Disusun Sebagai Salah SatuTugas Terstruktur yang Diwajibkan Dalam Mengikuti


Perkuliahan ENTOMOLOGI

Oleh,

KELOMPOK : II (Dua)

1. DEA MORA TANJUNG/0310162030


2. ISMAYANTI/0310162037
3. JUMIAH/0310161005
4. SANTI /0310161003
5. TAUFIQUR RAHMAN/0310162033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2019

1
BAB I

RINGKASAN BUKU

A. Identitas Buku
1. Buku 1
Judul Buku : Entomology Third Edition
Penulis : Cedric Gillot
Penerbit : Springer
Tahun Terbit : 2005
Kota Terbit : Canada
ISBN : ISBN-10 1-4020-3183-1

2. Buku 2
Judul Buku : Entomologi
Penulis : Agus Dana Permana & Ramadhani Eka Putra
Penerbit : Universitas Terbuka
Tahun Terbit : 2017
Kota Terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-979-011-867-6

PENGENDALIAN HAMA

Seperti akan terlihat dari apa yang dikatakan di atas, hama adalah organisme
yang merusak, menjadi tingkat signifikan secara ekonomi, manusia atau harta
benda mereka, atau dalam beberapa cara lain sumber gangguan bagi manusia.
Tersirat dalam uraian di atas adalah penilaian nilai itu dapat bervariasi sesuai
dengan siapa yang membuatnya, serta di mana dan kapan mereka dibuat.(Gillot :
2005)
Namun demikian, dalam keadaan tertentu, akan ada cedera ekonomi
(gangguan) ambang batas, diukur berdasarkan kepadatan populasi suatu spesies,

2
yang diinginkan (menguntungkan) untuk mengambil langkah-langkah kontrol yang
akan mengurangi kepadatan spesies. Sebagai margin antara ambang cedera
ekonomi dan kepadatan populasi aktual melebar, keinginan (profitabilitas) kontrol
meningkat. Pengendalian hama, pada dasarnya, adalah masalah sosiologis masalah
ekonomi, politik, dan psikologi.
Berbagai metode tersedia untuk pengendalian hama serangga. Masing-
masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan dan ini harus seimbang satu
sama lain di menentukan metode (kombinasi) mana yang paling tepat dalam contoh
yang diberikan. Beberapa metode ini spektakuler tetapi bersifat jangka pendek dan
akan sesuai, misalnya, di mana wabah besar hama relatif tiba-tiba, namun tidak
dapat diprediksi dan bersifat sementara. (Gillot : 2005) Lainnya bertindak lebih
lambat tetapi efeknya relatif permanen, dan dapat digunakan untuk hama yang lebih
atau kurang permanen tetapi populasinya relatif stabil.
Conway (1976) dan Southwood (1977) mengusulkan bahwa hama dapat
diatur dalam suatu spektrum menurut "strategi ekologis" mereka dan metode
kontrol utama (terbaik) didasarkan pada posisi mereka dalam spektrum (Tabel
24.3). Di kedua ujung spektrum adalah yang disebut "r hama" dan "hama K,"
dengan "hama menengah" di antaranya.R hama dicirikan oleh tingginya tingkat
populasi yang berpotensi meningkat (dihasilkan dari kesuburan yang tinggi dan
waktu generasi yang pendek), kekuatan yang berkembang dengan baik penyebaran
(migrasi) dan kemampuan untuk menemukan sumber makanan baru, dan preferensi
makanan yang lebih umum. Fitur-fitur ini memungkinkan hama untuk menjajah
habitat yang cocok sementara, di mana biasanya ada sedikit kompetisi interspesifik
untuk sumber daya yang tersedia. Karena r hama dapat terjadi dalam jumlah yang
besar tetapi tidak dapat diprediksi dan dengan cepat mengubah lokasi mereka,
predator (yang mungkin ada banyak) memiliki efek yang relatif kecil pada populasi
mereka. Lebih lanjut, meskipun seperti organisme lain yang terkena penyakit, hama
ini lambat untuk diterapkan, pada saat kerusakan signifikan mungkin telah
dilakukan. (Gillot : 2005)
Akhirnya, karena tingginya potensi reproduksi, r hama mampu mentolerir
kematian massal dan cepat regenerasi kepadatan aslinya. Karenanya, kontrol
biologis, yang relatif lambat tetapi jangka panjang metode, sedikit gunanya

3
melawan r hama. Untuk hama seperti insektisida spesifik, yang bisa disimpan untuk
aplikasi dalam waktu singkat, terus menjadi alat paling penting dalam kendali
mereka. Termasuk dalam kelompok uji adalah hama "klasik": belalang, kutu daun,
nyamuk, dan rumah lalat. (Gillot : 2005)

A. Program Pengendalian Hama Terpadu


Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi
tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama,
penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu
penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat
negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya.
Berdasarkan pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas
penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya
dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus
gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT pada
produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar dan menetap di
suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang berarti dalam perdagangan
internasional.(Gillot : 2005)
Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara mengatasi
masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan kehilangan hasil akibat OPT,
tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, tanpa pestisida kimia
sintetis akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan
masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama
masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor
ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu
pestisida yang melebihi ambang toleransi.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest
Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan
masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga
kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan

4
yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu komponen
pengendalian hama terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian
berkelanjutan pembangunan pertanian secara hayati karena pengendalian ini lebih
selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih
berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan pengendali
hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel
dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian
pestisida dan lain-lain. Berbagai kendala yang menyangkut komponen hayati antara
lain adalah adanya kesan bahwa cara pengendalian hayati lambat kurang diminati.
Tujuan dari PHT adalah membuat status suatu organisme dari hama menjadi
bukan hama. Walaupun demikian sering kali kita harus membunuh organisme hama
tersebut, tetapi membunuh hama bukanlah tujuan hanya merupakan tindakan
pencegahan dari kerusakan secara ekonomi atau kehilangan hasil. Organisme
pengganggu dapat juga dikurangi dengan cara memberikan bahan-bahan yang tidak
disenangi oleh organisme tersebut, jadi tidak dibunuh, atau dengan mengurangi laju
reproduksinya. (Gillot : 2005)
Pengendalian Hama Terpadu, memberi ruang dan hak kehidupan bagi semua
komponen biota ekologi, tanpa terjadinya kerusakan pada tanaman yang
dibudidayakan. Sasaran pengendalian hama terpadu adalah mengurangi
penggunaan pestisida dengan memadukan teknik pengendalian hayati dan
pengendalian kimiawi. Pada tahun 1986 Pemerintah mengeluarkan Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 1986 yang menjadi Tonggak sejarah PHT di Indonesia,
diawali dengan instruksi presiden nomor 3 tahun 1986 tentang larangan
penggunaan 57 formulasi pestisida untuk tanaman padi.
Perkembangan selanjutnya adalah UU No 12 Tahun 1992 tentang sistem
budidaya tanaman yang menyatakan bahwa “ Perlindungan tanaman dilaksanakan
dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).Pengendalian hama pada
tanaman kedelai hingga kini masih tertumpu pada penggunaan insektisida, cara
pengendalian yang lain masih belum banyak di lakukan. Penggunaan insektisida
secara berlebihan berdampak timbulnya resurgensi hama sasaran, dan pencemaran
lingkungan pertanian, sehingga Pengendalian Hama Terpadu (PHT) perlu di
lakukan Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman kedelai merupakan teknik

5
pengelolaan keseimbangan lingkungan pertanian melalui ekologi dan efisiensi
ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan. Strategi PHT adalah mensinergikan semua teknik atau metode
pengendalian hama dan penyakit yang kompatbel didasarkan pada asas ekologi dan
ekonomi. Prinsip operasional yang digunakan dalam PHT adalah :
1. Budidaya tanaman sehat,
2. Penyeimbangan komponen ekobiota lingkungan,
3. Pelestarian musuh alami,
4. Pemantauan ekosistem secara terpadu, 5) Mewujudkan petani aktif sebagai
ahli PHT.

Untuk menerapkan PHT seoptimal mungkin diperlukan pengetahuan


mengenai unsur dasar PHT, yakni:
1. Ekosistem, khususnya komponen ekosistem yang berperanan sebagai
pengendali populasi OPT secara alamiah;
2. Biologi dan ekologi berbagai jenis organisme untuk menentukan peranan
tiap jenis organisme tersebut dalam ekosistem;
3. Batas toleransi tanaman terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangan OPT untuk mengusahakan agar populasi OPT dapat dipertahankan
tetap berada di bawah batas tersebut; dan
4. Teknik pemantauan populasi OPT serta komponen fisik dan biologis yang
menentukan keberadaan dan mengatur kepadatan populasi OPT. Keempat
pengetahuan tersebut dipadukan dalam suatu kesatuan yang serasi agar
produktivitas tanaman dapat dioptimalkan dan ekosistem dapat diusahakan
stabil.

B. Beberapa Teknik Pengendalian Hama

1. Pengendalian Secara Kultur Teknik


Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif,
dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT

6
(Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang
kendalinya. Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis:
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari
varietas domestik adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena
cocok terhadap lingkungannya.
b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila
jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis
tanaman tersebut bukan merupakan inang hama yang menyerang
tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan
ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah
meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim
berikutnya. Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama
yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi
terbatas terutama pada fase yang aktif makan.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan
hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian instar hama yang berada dalam tanah. Misal:

2. Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods)


Merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja
memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau
mengendalikan populasi hama. Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan
patogen dikenal sebagai fator pengatur dan pengendali populasi serangga yang
efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan populasi inang atau
mangsa. Peningkatan populasi inang akan ditanggapi secara numerik (respon
numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan secara fungsional (respon
fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh alami. Beberapa tindakan
antara lain:
a. Pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.
b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami.
c. Perlindungan dan dorongan musuh alami.

7
3. Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik.
Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain Mematikan
hama, Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-
pestisida, mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi
kurang sesuai bagi kehidupan OPT. Beberapa tindakan tersebut yaitu:
a. Penghancuran dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari
adanya hama dan selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup
hama yang dikumpulkan dan dibunuh adalah yang mudah dtemukan
seperti telur dan larva. Atau dapat pula mengumpulkan bagian
tanaman yang terserang hama.
b. Menutup dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk
mencegah masuknya atau mengganggunya ngengat yang akan
berkembang biak pada tanaman.
c. Perangkap. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan
berdasarkan jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap.
d. Perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran,
frekuenditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas
hama. Setiap perubahan faktor fisik mempengaruhi berbagai
parameter kehidupan tersebut.(Gillot : 2005)

BAB II

8
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

a. Pada buku ini dibahas perkembangan pengelolaan hama. Pada


buku Gillot dijelaskan bahwa hama adalah organisme yang merusak,
menjadi tingkat signifikan secara ekonomi, manusia atau harta benda
mereka, atau dalam beberapa cara lain sumber gangguan bagi
manusia.Pada buku pembanding bahasan ini tidak secara
mendalam dijelaskan
b. Pada Buku Gillot menjelaskan mengenai Berbagai metode tersedia
untuk pengendalian hama serangga. Pada buku pembanding hal ini
tidak dijelaskan bagaimana metode pengendalian hama tersebut
memperlihatkan suatu diversitas yang besar dalam bentuknya.
c. Pada Buku Gillot memaparkan hama dapat diatur dalam suatu
spektrum. Hal ini tidak dijelaskan pada buku pembanding.
d. Pada Buku Gillot pengendalian hama mempunyai Fitur-fitur yang
memungkinkan hama untuk menjajah habitat yang cocok sementara, di
mana biasanya ada sedikit kompetisi interspesifik untuk sumber daya
yang tersedia. Karena r hama dapat terjadi dalam jumlah yang besar
tetapi tidak dapat diprediksi dan dengan cepat mengubah lokasi mereka,
predator Sementara pada buku pembanding tidak ada
memaparkan bahasan ini
e. Pada Buku Gillot Pengendalian hama The "botani" adalah racun
kontak organik yang diproduksi oleh tanaman tertentu di mana mereka
berfungsi sebagai pelindung terhadap serangga. Di antara yang paling
awal untuk digunakan adalah (1) alkaloid nikotin, yang berasal dari
spesies Nicotiana tertentu, termasuk N. Tabaca (tembakau) (famili
Solanaceae); (2) rotenoid diekstraksi dari akar derris (Derrisspp.) dan
kubus '(Lonchocarpus spp.); dan (3) piretroid, diproduksi oleh tanaman
dalam genus Pyrethrum (Chrysanthemum) (family Compositae).
Tetapi pada buku pembanding tidak membahas hal tersebut.

B. Kelemahan Buku

9
a. Tidak menjelaskan sistem respirasi pada serangga, bahwa pengendalian
hama berkembang sejalan dengan pesatnya penggunaan insektisida yang
memberikan implikasi negatif maupun positif. Tidak menjelaskan
Defenisi dari PHT : Strategi dan teknik PHT
b. Tidak memaparkan Informasi penting dalam PHT: Konsep dasar PHT
yang menjaga populasi serangga. Penjelasan ini tidak terkait dalam buku
Gillot
c. Pengembangan program PHT: Pengendalian hama biasanya bergantung
pada suatu program yang telah disusun atau dirancang dengan baik dan
biasanya diterapkan pada hama-hama penting dalam suatu sistem produksi.
Pemaparan ini tidak dijelaskan dalam buku pembanding.

BAB III

IMPLIKASI

10
A. Terhadap Teori dan Konsep Entomologi

Implikasi atau dampak yang ditimbulkan dari Critical Book materi


pengendalian hama ialah mahasiswa mengetahui konsep ataupun teori PHT
dan hal-hal yang bersangkutan mengenai pengendalian hama seperti :

1. Pengendalian alami, adalah pengendalian hama oleh faktor-faktor


fisik (abiotik) dan organisme hidup (biotik).
2. Pengendalian hayati, yaitu pengendalian hama oleh musuh-musuh
alami

B. Analisis Mahasiswa

Buku yang saya kritik telah menjelaskan mengenai hal yang berkaitan
dengan Pengendalian Hama. Walaupun masih ada kekurangan yang terdapat
di dalam buku tersebut. Tetapi dengan adanya buku tersebut dan membahas
bagian pengendalian hama terpadu. Mahasiswa akan menganilisis buku ini
agar bisa dijadikan sebagai buku panduan ataupun refrensi dalam membahas
pengendalian hama dan perkembangan pengelolaan hama terpadu.

Daftar Pustaka

11
Gillott, Cedric. 2005. Entomology Third Edition. Canada: University of
Saskatchewan.
Permana, Agus Dana & Putra, Ramadani Eka. 2017. Entomologi. Universitas
Terbuka. Tangerang Selatan

12

Anda mungkin juga menyukai