Anda di halaman 1dari 36

Pemrosesan bauksit menjadi logam alumunium umumnya diawali dengan peningkatan kadar, karena

bijih bauksit di alam masih bercampur dengan sejumlah pengotor yang bervariasi. Tujuan
peningkatan kadar adalah untuk mencapai nilai ekonomis pada pemrosesan bauksit menjadi
alumina, karena dengan kadar bauksit yang tinggi pemrosesan lebih efisien dan efektif, serta
menghasilkan alumina yang memenuhi spesifikasi untuk pemrosesan selanjutnya. Di samping
cara yang telah disebutkan, peningkatan kadar bauksit dapat juga dilakukan pula dengan pemisahan
berdasarkan perbedaan gaya berat (gravity separation), pengapungan atau flotasi (flotation) [Hong Zhong
dkk., 2008, Liuyin Xia, dkk.,2009, Massola, dkk.,2008, Zhenghe Xu, dkk., 2004], dan pemisahan
berdasarkan sifat magnetik (mag- netic separation) [Jamieson, dkk., 2006]. PT. Aneka Tambang
menggunakan alat trommel screen dan vibrating screen pada skala komersial yang telah
dioperasikan di lokasi tambang bauksit Bintan (Kepulauan Riau). Alat trommel screen ini juga diterapkan
di Provinsi Kalimantan Barat oleh PT. Aneka Tambang, PT. Harita, serta beberapa perusahaan bauksit yang
ada di wilayah ini.

Pemilihan cara peningkatan kadar bauksit yang paling cocok bergantung pada karakteristik bijih
bauksitnya. Untuk memisahkan kandungan besi dalam bijih bauksit digunakan pemisah magnetik,
untuk pengotor berukuran butir lebih halus dari bijih bauksit digunakan pengayakan, pengotor yang berat
jenisnya cukup berbeda jauh dengan bijih bauksit digunakan pemisahan berdasarkan perbedaan gaya
berat (gravity separation). Bila dengan menggunakan berbagai. cara tersebut tidak sesuai, cara lain
yang mungkin dapat diterapkan adalah flotasi. Flotasi merupakan salah satu cara pemisahan mineral
dengan menggunakan bahan kimia (kolektor) untuk mengubah sifat permukaan yang semula hidrofilik
menjadi hidrofobik, sehingga dapat diapungkan bersama gelembung udara. Secara umum tahapan
peningkatan kadar bauksit

Kominusi (Peremukan)

Kominusi merupakan operasi pengecilan ukuran bijih, yang dalam hal ini merupakan operasi awal untuk
peningkatan kadar bauksit. Alat yang umum digunakan adalah peremuk (jaw crusher) dan penggerus (ball
mill) [Peter, H.W., 1984, Perry, Robert H. 1984]. Dalam kominusi bijih bauksit, dilakukan dua tahapan
pengecilan ukuran, yaitu tahapan primer (dari ukuran sekitar 20 cm menjadi 5-7 cm) dan tahapan sekunder
(dari ukuran 5-7 cm menjadi ukuran sekitar 1 cm). Alat peremuk yang biasanya digunakan adalah jaw
crusher (Gambar 1). Produk kominusi selanjutnya dipisahkan pengotornya melalui beberapa cara
pemisahan, atau kombinasi cara pemisahan, sehingga diperoleh bauksit berkadar tinggi.

5. Peningkatan Kadar

Untuk mencapai tingkat ekonomis pada pemrosesan bauksit menjadi alumina, serta
menghasilkan alumina yang memenuhi spesifikasi proses selanjutnya, maka sebelum diproses
bijih bauksit harus ditingkatkan kadarnya terutama kandungan Al2O3 sampai mencapai
minimum 47 %, dan kandungan SiO2 diturunkan
pelepasan dari pengotor dan pemisahan dari pengotor (pengayakan).
sampai maksimum 3 % (Al2 O 3 >47% dan SiO2<3%). Ada beberapa cara peningkatan kadar bauksit,
bergantung kondisi bijih bauksitnya,
seperti sebaran fraksi ukuran butiran, jenis mineral-mineral pengotornya, ikatan bauksit dengan
mineral pengotornya dan sebagainya.

Berikut ini cara peningkatan kadar bauksit yang umum sudah diterapkan di berbagai tempat.

 Pencucian dan Pengadukan Kasar (scrubbing)

Peningkatan kadar bauksit umumnya dilakukan melalui mekanisme kombinasi pencucian dengan
semprotan air (washing), pengadukan kasar dan pengayakan. Melalui mekanisme tersebut terjadi
pelepasan mineral-mineral pengotor yang terikat secara fisik dengan bauksit. Pengadukan kasar biasanya
dilakukan pada persen padatan tinggi (sekitar 50% padatan), sehingga pelepasan pengotor lebih efektif. Pada
persen padatan yang relatif tinggi, gesekan antar partikel lebih besar, sehingga mempermudah lepasnya
partikel halus yang melekat pada butiran kasar. Alat pengadukan kasar ini bisa berupa tangki berputar
(mollen), trommel screen yang dilengkapi dengan alat penyemprot, serta rotary drum scrubber. Rotary
drum scrubber adalah sejenis alat trommel screen yang dilengkapi dengan bak penampung air untuk
merendam padatan yang mengalami penyaringan serta screw untuk membawa produk kasar yang terpisah
dari butiran halus yang selalu tersuspensi di dalam air. Adanya mekanisme perputaran/pengadukan material
yang selalu terendam dalam air serta dibantu dengan penyemprotan air akan memper mudah terlepasnya
partikel halus yang menempel pada permukaan padatan kasar. Dengan terlepasnya pengotor (umumnya
berukuran relatif halus) yang menempel tersebut akan mempermudah operasi pengayakan. Ukuran
butiran bauksit yang relatif kasar (>2 mm) memiliki kadar alumina yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
fraksi ukuran butiran yang lebih halus (<2 mm) [Husaini dkk, 2008]. Oleh karena itu, pencucian bauksit di
sini terutama dimaksudkan untuk mendapatkan butiran bauksit relatif kasar (>2 mm), dan membuang
mineral-mineral pengotor seperti lempung, kuarsa dll. yang berukuran relatif lebih halus, sehingga diperoleh
bauksit yang memenuhi syarat untuk diproses di pabrik alumina.
mudah terlepasnya partikel halus yang menempel pada permukaan padatan kasar. Dengan terlepasnya
pengotor (umumnya berukuran relatif halus) yang menempel tersebut akan mempermudah operasi
pengayakan. Ukuran butiran bauksit yang relatif kasar (>2 mm) memiliki kadar alumina yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan fraksi ukuran butiran yang lebih halus (<2 mm) [Husaini dkk, 2008]. Oleh karena itu,
pencucian bauksit di sini terutama dimaksudkan untuk mendapatkan butiran bauksit relatif kasar (>2
mm), dan membuang mineral-mineral pengotor seperti lempung, kuarsa dll. yang berukuran relatif lebih halus,
sehingga diperoleh bauksit yang memenuhi syarat untuk diproses di pabrik alumina.

Pengadukan kasar yang dikombinasikan semprotan air dan pengayakan merupakan cara efektif yang sudah
diterapkan secara komersial untuk memisahkan mineral silika yang relatif halus [Parker, 2008]. Di Brazil,
peningkatan kadar bauksit dilakukan menggunakan cara pengadukan kasar dan desliming yang diikuti
pemisahan dengan spiral concentrators, serta dilewatkan pada magnetic separator intensitas tinggi.

 Pengayakan

Peningkatan kadar bauksit melalui pengayakan dilakukan terhadap bijih bauksit yang memiliki berbagai
ukuran butiran. Bauksit dapat dipisahkan menjadi beberapa fraksi ukuran sesuai dengan jumlah ayakan
(dengan lubang bukaan berbeda-beda) yang digunakan. Umumnya semakin kecil ukuran butiran cenderung
semakin rendah kadar bauksitnya, dengan kata lain pengotor cenderung terakumulasi dalam fraksi ukuran
terkecil. Efisiensi pengayakan ditentukan oleh tingkat kesempurnaan pemisahan material ke dalam fraksi-fraksi
ukuran baik partikel yang berukuran di atas maupun di bawah ukuran lubang ayakan yang digunakan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi efisiensi pengayakan meliputi: jumlah material yang diayak, intensitas
goyangan dan pukulan ataupun vibrasi, distribusi ukuran partikel dalam ma- terial, persentase partikel halus
dalam mate- rial, jumlah material yang berukuran dekat dengan ukuran lubang, dan kandungan air dalam
material.

Mekanisme pengayakan ada beberapa macam di antaranya adalah melalui getar (vibrating
screen), goyangan (shaking screen) dan putar (trommel screen). Jenis ayakan yang umum
digunakan untuk peningkatan kadar bauksit adalah trommel screen (Gambar 2) dan ayakan getar

 Kombinasi Pengadukan Kasar dan Pengayakan

Kombinasi pengadukan kasar dan pengayakan bisa dilakukan untuk meningkatkan kadar alumina,
mengingat bauksit dari tambang memiliki ukuran butir yang bervariasi dan tiap fraksi ukuran memiliki komposisi
kimia yang berbeda-beda. Berdasarkan data hasil karakterisasi, bijih bauksit Indonesia yang berukuran
makin halus umumnya kualitas rendah, oleh karena itu produk hasil pengadukan kasar dan pengayakan
yang diambil adalah fraksi ukuran di atas 2 mm. Dari percobaan yang pernah dilakukan, diperoleh data
bahwa bijih bauksit asal Kijang yang semula memiliki kandungan Al2O3 antara 40,50 - 48,36%,
setelah melalui pengadukan kasar dan
pengayakan yang didahului peremukan diperoleh produk dengan kadar Al2O3 antara 50,53-53,67%
(persyaratan bahan baku
untuk proses Bayer adalah minimum 47% Al2O3, maksimum 3% silika reaktif dan 7% Fe2O3). Perolehan
alumina yang didapat dari
pengadukan kasar dan pengayakan berkisar
82,78-89,66% dan rasio konsentrasi 78,42-
84,8% [Husaini dkk., 2007 2008]. Di India peningkatan kadar alumina dalam bauksit dilakukan dengan cara
peremukan yang dilanjutkan dengan pengayakan cara kering untuk menurunkan kandungan silikanya
[Nandi, 2004].

memperlihatkan jenis alat pengadukan kasar yang dikombinasikan dengan pengayak yang disebut
pengayak putar (rotary drum scrubber).

Peningkatan kadar bauksit melalui mekanisme semprotan air dan pengadukan kasar yang
dikombinasikan dengan pengayakan merupakan cara efektif yang sudah diterapkan secara komersial
untuk memisahkan mineral pengotor silika yang terkonsentrasi pada fraksi ukuran halus [Parker,
2008].

 Pemisahan Secara Magnetik


Mineral bersifat magnetik seperti mineral- mineral besi oksida yang terkandung dalam bijih bauksit
dapat dipisahkan dengan pemisah magnetik atau Magnetic Separator (Gambar 5). Intensitas
medan magnit yang digunakan dapat diatur, tergantung pada jenis mineral besi yang terkandung dalam
bijih. Untuk mineral besi yang memiliki sifat mag- net yang tinggi seperti magnetit cukup
menggunakan medan magnet yang relatif rendah, sedangkan mineral besi yang sifat kemagnetannya
rendah seperti limonit dan goethit, maka diperlukan medan magnit yang relatif tinggi. Untuk
meningkatkan sifat kemagnetan mineral besi dapat dilakukan melalui pemanasan pada suhu
sekitar 400- 700OC. Berikut hasil uji coba pemisahan dengan pemisah magnetik [Husaini and
Wijayanti, 2002] :
– Bijih bauksit (Al2O3 48,98% dan Fe2O3 11,49%) yang dipanaskan pada suhu 450oC
menghasilkan perolehan magnetik
sebesar 70% dengan kadar Al2O3 53,8% dan Fe2O3 9,14% (terjadi peningkatan kadar Al2O3 sebesar
4,82% dan penurunan kadar Fe2O3 sebesar 2,35%
– Bijih bauksit (Al 2 O 3 42,25% dan Fe2O315%), dengan kondisi yang sama menghasilkan
perolehan magnetik
sebesar 58 % dengan kadar Al2O3 57,7%. dan Fe2O3 9,41%.
PROSES BAYER : EKSTRAKSI ALU- MINA DARI BAUKSIT

Proses Bayer ditemukan oleh Karl Josef Bayer, ahli kimia Austria (1847 - 1904) yang dipatenkan pada
tahun 1888. Ekstraksi bauksit dengan soda kostik secara komersial pertama kali dilakukan oleh Sainte-
Claire Deville di Perancis tahun 1865, tetapi cara ini tidak digunakan lagi setelah ditemukan proses baru
(Bayer) oleh ahli kimia Austria tersebut pada tahun 1887.

 Pencampuran (Blending)

Untuk mendapatkan kadar bauksit yang memenuhi syarat dapat juga dilakukan melalui pencampuran
(blending), yaitu antara bauksit
kadar rendah yang sudah ditingkatkan Dalam proses Bayer, bauksit yang dihasilkan dari proses
peningkatan kadar (upgraded bauxite) diekstraksi melalui larutan soda kostik dalam reaktor bejana
bertekanan (autoclave) pada suhu antara 140-175oC dan tekanan 4-5 atmosfir. Hasilnya berupa larutan
sodium
aluminat (NaAlO 2) yang apabila dihidrolisis membentuk endapan aluminium hidroksida (Al(OH) 3 ).
Puslitbang TekMIRA juga telah
melakukan penelitian ekstraksi bijih bauksit pada
suhu sekitar 140oC dan tekanan 4-4,5 atmosfir dengan persentase tingkat ekstraksi Al O 23
kadarnya dengan bauksit yang kadarnya jauh
lebih tinggi. Pencampuran bauksit kadar rendah dengan bauksit kadar tinggi ini akan diterapkan oleh PT.
Antam, Tbk di Mempawah, Kalimantan Barat dengan perbandingan tertentu. Misalnya bauksit kadar
rendah
misalnya kadar Al2O3-nya 40% dengan kadar tinggi Al2O3-nya 50%. Untuk mendapatkan kadar Al2O3 48%
diperlukan perbandingan antara kadar rendah dan kadar tinggi sebesar
1 : 4.

 Cara Lainnya
 sebesar >80% [Amalia D., Aziz M., 2011]. Alu-
minium hidroksida yang dihasilkan ini langsung dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam
produk kimia. Sedangkan bila ingin dijadikan logam aluminium, maka aluminium hidroksida harus
dikalsinasi terlebih dahulu menjadi alumina sebelum dilebur menjadi logam aluminium.

 Reaksi kimia yang terjadi pada proses Bayer


Pemasakan (Digesting)
2 aq

Pemisahan melalui media berberat jenis tinggi (heavy media separation) telah dicoba digunakan untuk
meningkatkan kadar bauksit, hasilnya menunjukkan kadar bauksit bisa ditingkatkan dari asalnya 48%
menjadi
Al2O3.3H2O
sol + 2NaOHaq
→ 2 NaAlO +
4H2O ..............................................(1) Al O .H O +2 32NaOH
2 sol
→ 2 NaAlO
aq
+ 2H
2 aq2
O
..............................................(2)
3(Al O .2SiO .2H O) + 18 NaOH →
55,18% Al2O3 dan kadar besinya turun dari
2 3 2
2 sol aq

semula sebesar 15% menjadi 7,97% Fe2O3


6Na2SiO3 aq + 6NaAlO2 aq + 15H2O..........(3)
[Husaini dan Soenara, 2003]. Pemisahan
melalui teknik optical sorting dan konsentrasi 2
(....3) + Na 2 CO
3aq
→ 3(Na O.
gaya berat menggunakan Jig juga dilaporkan pernah dilakukan pula untuk memisahkan silika [Chaves, et al.
2009].
Al2O3.2SiO2.2H2O)Na2CO3sol+ 12 NaOHaq + 3 H2O .............................................(4)

Teknologi Pemrosesan Batubara ; Muchtar Aziz dan Husaini 11


Topik Utama
Presipitasi:
2 (NaAlO ) + 4H O → Al O .3H O +
 Tahapan Proses
2 aq 2
2NaOHaq
Kalsinasi:
Al O .3H O → Al O
2 3 2

+ 3H O
sol
Secara garis besar pemrosesan bauksit di pabrik alumina ditunjukkan pada Gambar 6. Bauksit hasil
peningkatan kadar (Al2O3 ± 47%
2 3 2
sol
2 3sol
2 uap
dan SiO2 3%) digerus dalam mesin
Reaksi pelarutan terkait jenis bauksit :
Gibbsite Al O .3H O + 2NaOH → 2 NaAlO2 + 4 H2O (135-150 °C)
2 3 2
Boehmiite Al O .H O2 +3 2NaOH
2
→ 2
NaAlO2 + 2 H2O (205-245 °C)
Diaspore Al2O3.H2O + 2NaOH → 2 NaAlO2
+ 2 H2O (high T and P)

Pengontrolan silika umumnya dilakukan selama atau sebelum proses pemasakan (digestion) dan melibatkan
pelarutan kaolin : Al2O3.2SiO2 +
NaOH → Na2SiO3.

Penghilangan silikat lewat presipitasi:


Na2SiO3 + NaAlO2 → Na2O. Al2O3.2SiO2
penggerusan (Ball Mill) sampai ukuran lolos saringan 35 mesh (- 35 mesh) kemudian diproses
(digesting) dalam bejana tekan (autoclave) dengan pelarut yaitu larutan so- dium hidroksida.

Pemrosesan tersebut menghasilkan larutan sodium aluminat dan residu. Larutan sodium aluminat
disaring dari residu, selanjutnya dihidrolisis dan dipresipitasi menghasilkan presipitat alumunium
trihidrat (Al(OH) 3 ).
Presipitat (Al(OH)3), kemudian dicuci, dan
Al(OH) 3 dikeringkan dalam Fluidized-bed Dryer [Habashi, 1997]. Presipitat selanjutnya dikalsinasi
dalam Rotary Kiln (alat yang lebih
baru adalah Fluidized-bed Furnace).

Bauksit kadar tinggi


(Washed bauxite)

PENGGERUSAN

Sodium hidroksida (Soda kostik)


PEMASAKAN (DIGESTING)
Energi (Uap
bertekanan

)
- 35 mesh

Larutan
Residu (Red mud)
sodium aluminat
HIDROLISIS DAN PRESIPITASI

Energi (Panas)
PENGERINGAN DAN KALSINASI

Alumina Kalsin (Al2O3)


Presipitat (Al(OH)3)

Gambar 6. Bagan alir (yang disederhanakan) proses Bayer

12 M&E, Vol. 11, No. 1, Maret 2013


Topik Utama
Kalsinasi menghasilkan alumina kalsin sebagai bahan baku pembuatan logam
2009]. Pemasakan menghasilkan larutan sodium aluminat (Na O.Al O ) dan residu
2
(red2 3
alumunium. Alumina kalsin didinginkan dan
diangkut ke pabrik peleburan alumunium (reduction plant). Soda kostik encer di pabrik
alumina yang sudah dipisahkan dari Al(OH)3 dipekatkan untuk dipergunakan kembali.

Kontrol kondisi proses dalam proses Bayer sangat berperan penting dilakukan agar
diperoleh sifat fisik dan kimia produk sesuai dengan yang dikehendaki dan luas
permukaan alumina pengendap (bayerit) yang disebut seed terjaga. Penambahan
memberikan kontrol terhadap distribusi ukuran partikel dari produk dan ini merupakan dasar
dari paten proses Bayer. Distribusi ukuran partikel dan kemurnian bayerit yang dihasilkan
tergantung pada suhu kristalisasi (presipitasi), tingkat pengadukan, dan jumlah seed yang
ditambahkan.

Pabrik pembuatan alumina kalsin untuk bahan baku pabrik peleburan aluminium (PT.
Inalum) yang ada di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, sampai saat ini belum ada di Indone- sia.
PT. Antam melalui anak perusahaannya yaitu Indonesia Chemical Alumina (ICA) saat ini
sedang membangun pabrik chemical grade alumina (CGA) di daerah Tayan,
Kalimantan Barat dengan kapasitas 300.000 ton/tahun [Aziz M., dkk., 2010]. Sedangkan
untuk pabrik smelter grade alumina (SGA) baru dirintis oleh PT. Antam di Mempawah,
Kalimantan Barat.

 Pemasakan (Digesting)

Pemasakan bijih bauksit kadar tinggi yang sudah dihaluskan (-35 mesh) berlangsung dalam
autoclave dengan pelarut soda kostik pada konsentrasi 100-300 g/liter, dalam kondisi
bertekanan pada rentang suhu 140- 150OC. Jika bauksit mengandung silikat yang tinggi
biasanya ditambahkan kapur untuk mengikat silikat terlarut menjadi endapan dikalsium
silikat (Ca2SiO4) [Aziz M., dkk.,
mud) berupa lumpur berwarna coklat kemerahan [Aziz M., 2012]. Larutan sodium
aluminat selanjutnya dihidrolisis dan dipresipitasi.

 Hidrolisis dan Presipitasi

Larutan sodium aluminat hasil dari pemasakan dihidrolisis, menghasilkan


endapan alumina hidroksida (trihidroksida), berupa endapan kristal berbutir halus
berwarna putih, bersifat seperti kapas (fluffy) mudah disaring dan dicuci [Anonim, 2011].
Dalam proses presipitasi ditambahkan seed crystals untuk memulai presipitasi dari
partikel alumina murni sebagai liquor dingin. Kristal alumina mulai tumbuh di sekitar
seed, kemudian mengendap di dasar tangki.

Aluminium trihidroksida (Al (OH)3) atau alu- mina hidrat adalah senyawa tidak berbau,
tidak beracun dan digunakan secara luas di
industri seperti extender dan filler di dalam sistem polimer dan sebagai ingredient utama
dalam berbagai macam bahan keramik. Bentuk kristal yang paling umum dari alumina
hidrat adalah gibbsite, bayerite dan nordstrandite. Partikel alumina hidrat yang
digunakan harus dibuat dengan kemurnian tinggi, dan menunjukkan sifat-sifat yang
diperlukan industri [Das dkk, 2002].

Tangki hidrolisis yang umum digunakan berbentuk silinder tegak dengan kapasitas
komersial mencapai volume antara 4.000-
6.00 m3 (Gambar 7). Kinetika reaksi proses hidrolisis sangat lambat, dengan waktu
tinggal (residence time) 48 jam. Untuk terjadinya proses presipitasi
diperlukan penambahan seed alumina hidrat segar. Fenomena yang terjadi
pada proses hidrolisis tersebut adalah pembentukan inti (nucleation),
pembesaran inti kristal (agglom- eration), pertumbuhan kristal (growth), dan atrisi
(attrition).

Anda mungkin juga menyukai