BAB I
1.1 UMUM
beraspal tersebut diperlukan peralatan yang disebut dengan Asphalt Mixing Plant
(AMP).
Gambar 1.3 : AMP Tipe menerus atau tipe continues Drum Mix
pembersih tersedia
Aspal cair
Penyaringan
Filler
Penakaran Penakaran
Bin Dingin
Penimbunan (Stockpile)
Campuran
Tidak segregasi/degradasi
Bak truk bersih
Tidak ada perubahan secara
visual (kuari berbeda) Tampak visual
Agregat kubikal dan bersih Temperatur di atas truk
Pengangkutan ditutup
terpal
Sistem Operasi (Operating System), yaitu air compressor, air cylinder, dan
sistem pemipaannya.
Sistem Pipa Saluran (Piping Lines), yaitu: Asphalt Distribution System, Fuel
Distribution System, Oil Distribution System (oil heater), dan Operating system
(sistem pengoperasian air cylinder).
Baut Pengikat
Bahan Baku Utama
Pemeriksaan peralatan secara menyeluruh, agar tidak terjadi gangguan dan
kerusakan selama dalam berproduksi.
1.5. PENUTUP
Pembelajaran melalui pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi pejabat struktural
dan fungsional (Staf Teknik Balai, PPK, SNVT, SKPD, Perencana (Bintek),
Pelaksana Wilayah, dan Dinas PU (Bina Marga) Propinsi/Kabupaten/Kota) tentang
penggunaan Peralatan Produksi Bahan Jalan. Sebagai indikator keberhasilan setelah
mengikuti pelatihan ini peserta akan mampu mengenal dan memahami jenis
peralatan produksi bahan jalan Asphalt Mixing Plant (AMP) dengan komponen-
komponennya, dan mengerti tentang proses produksi bahan jalan yang dihasilkan,
serta penggunaan hasil produksi bahan jalan tersebut. Untuk lebih mengerti dan
memahami tentang bentuk dan fungsi peralatan ini peserta diharapkan dapat melihat
langsung dilapangan karena bagi peserta yang akan ditugasi sebagai pengawas
lapangan, selalu berhubungan dengan peralatan ini.
1.6. REFERENSI.
1. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 537/KPTS/M/1989,
Tentang Pedoman Penyimpanan dan penyaluran Barang.
2. Kepmen PU no 585/KPTS/M/1985 tentang Pedoman Penggunaan Peralatan.
3. Manual kriteria pemeliharaan peralatan di lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum, Tahun 1983.
BAB II
2.1 UMUM.
Modul Penggunaan Peralatan Produksi Pemecah Batu (Stone Crusher) dibuat dalam
rangka untuk mempersiapkan bahan pendidikan dan pelatihan (diklat), agar peserta
mampu meningkatkan pengetahuan, memahami, dan mengerti tentang jenis peralatan
produksi bahan jalan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja di lapangan dan
mencapai hasil kerja yang diharapkan.
Setiap bangunan teknis sarana baik itu bangunan gedung, jalan dan jembatan,
bendungan atau dam, selalu dibutuhkan batu, khususnya batu pecah atau agregat
dengan ukuran-ukuran tertentu serta spesifikasi bentuk tertentu yang secara teknis
memenuhi persyaratan untuk dipakai pada jenis konstruksinya. Untuk memperoleh batu
pecah atau agregat tersebut diperlukan peralatan yang kita kenal yaitu Peralatan
Pemecah Batu atau Stone Crushing Plant. Beberapa tipe Peralatan Pemecah Batu
yang dikenal dan biasa dipakai, yaitu Jaw Crusher, Cone Crusher, Impact Crusher, dan
Roll Crusher.
Material/bahan
Yang akan di crushing
Vibrator feeder
Timbunan
material
Cone
crusher
Bahan jalan
Bahan jalan
Bahan jalan
Bagian atau komponen peralatan Pemecah Batu seperti yang terlihat pada
gambar 2.1 adalah sebagai berikut:
Ada beberapa macam jenis atau tipe peralatan pemecah batu atau stone
crusher yang umum dipakai untuk memproduksi agregat bahan jalan,
yaitu :
1. Pemecah batu tipe jaw atau jaw crusher.
2. Pemecah batu tipe giratory crusher
3. Pemecah batu tipe bentur atau impact crusher.
4. Pemecah batu tipe silinder atau rol, disebut roll crusher.
5. Pemecah batu tipe konus atau cone crusher.
mengenai pelat bentur atau breaker plate yang dipasang pada dinding
rumah crusher. Demikian terjadi terus menerus sampai terbentuk batu-
batu dalam ukuran yang kecil-kecil. Jadi proses pemecahan batu terjadi
akibat dipukul dan benturan.
Hasil batu atau agregat yang dihasilkan pada umumnya berbentuk bagus
yaitu kubikal, dengan bidang pecah banyak.
Tipe impact crusher ini ada beberapa bentuk, yaitu bentuk impact
breaker dan bentuk hammer mills atau impact mills.
Bentuk Saringan
Saringannya sendiri berbentuk anyaman baja dengan besaran lubang-
lubang anyaman disesuaikan standar ukuran fraksi butiran agregat.
Di dalam unit saringan terpasang 4 atau 5 ukuran saringan untuk masing-
masing fraksi agregat, yang disusun sedemikian rupa dimana saringan
fraksi terkecil dipasang di bagian paling rendah.
Saringan fraksi paling besar ditempatkan paling atas, sehingga apabila ada
agregat dengan ukuran butiran besar (lebih besar dari ukuran saringan),
atau biasa disebut oversize, akan terbuang keluar melalui saluran
pembuang.
Agregat panas yang lolos saringan sesuai fraksinya masing-masing akan
terus masuk ke dalam bin panas di ruang masing-masing ukuran fraksi.
e. Komponen: Grizzly
Grizzly adalah alat penyaring agregat yang umumnya diletakkan sebelum
alat pemecah batu (baik primer atau sekunder/tersier), yang berfungsi
menghindarkan batu tertalu besar masuk ke bukaan atas (Top Opening)
dan tertalu kecil untuk bukaan bawah (Crusher Setting), dengan tujuan
menghindari terjadinya kemacetan dan meningkatkan efektifitas. Ukuran
batu besar yang lolos lebih kecil ukuran bukaan atas dari pemecah batu.
Ukuran batu kecil yang lolos lebih kecil bukaan bawah dari pemecah batu.
Grizzly harus mempunyai kapasitas yang cukup, sesuai kapasitas
pemecah batu
keatasfeeder untuk memisahkan batu ukuran kecil agar tidak ikut dipecah).
Dari feeder batu-batu tadi masuk kedalam pemecah batu (crusher). Keluar dari
pemecah sudah menjadi batu pecah atau agregat dan seluruhnya ditampung
oleh ban berjalan atau conveyor, langsung dibawa kekomponen saringan atau
screen. Dari saringan, tiap-tiap jenis ukuran agregat ditampung masing-masing
oleh ban berjalan (conveyor) sendiri-sendiri dan langsung di tumpahkan oleh
conveyor tersebut ke penumpukan agregat atau stock pile sesuai ukuran
agregat masing-masing.
2.5. Penutup.
Sebagai indikator keberhasilan setelah mengikuti pelatihan ini peserta akan mampu
mengenal dan memahami jenis peralatan produksi bahan jalan Stone Crusher
dengan komponen-komponennya, dan mengerti tentang proses produksi bahan jalan
yang dihasilkan, serta penggunaan hasil produksi bahan jalan tersebut. Untuk lebih
mengerti dan memahami tentang bentuk dan fungsi peralatan ini peserta harus
melihat langsung dilapangan karena bagi peserta yang akan ditugasi sebagai
pengawas lapangan dapat memahami dan mengerti penggunaan peralatan produksi
Stone Crusher untuk menghasilkan fraksi-fraksi agregat dari yang berbentuk halus
sampai dengan yang berbentuk kasar sebagai bahan jalan untuk pelaksanaan
konstruksi perkerasan lentur ataupun perkerasan kaku.
2.6. Referensi
1. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 537/KPTS/M/1989,
Tentang Pedoman Penyimpanan dan penyaluran Barang.
2. Kepmen PU no 585/KPTS/M/1985 tentang Pedoman Penggunaan Peralatan.
3. Manual kriteria pemeliharaan peralatan di lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum, Tahun 1983
BAB III
3.1. UMUM
Modul Penggunaan Peralatan Produksi Aggregate Mixing Plant dibuat dalam rangka
untuk mempersiapkan bahan pendidikan dan pelatihan (diklat), agar peserta mampu
meningkatkan pengetahuan, memahami, dan mengerti tentang jenis peralatan
produksi bahan jalan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja di lapangan dan
mencapai hasil kerja yang diharapkan.
Dalam suatu konstruksi jalan, salah satu struktur pembentukan jalan adalah badan
jalan, dimana struktur ini memerlukan pondasi yang disebut sub base dan base.
Kadangkala untuk struktur perkerasan kaku (rigid pavement), untuk memperkuat
struktur perkerasan juga memerlukan base atau pondasi. Pondasi badan jalan ini
yang selanjutnya disebut dengan Agregat A dan Agregat B. Untuk memproduksi
agregat ini, peralatan yang dipergunakan adalah Aggregate Mixing Plant. Peralatan
ini sekarang jarang dipergunakan, karena untuk memproduksi bahan jalan agregat ini
dapat mempergunakan peralatan Asphalt Mixing Plant yang sedang tidak sedang
memproduksi (tidak bekerja/idle). Bahan jalan agregat ini juga dapat dihasilkan
dengan mempergunakan bahan jalan hasil perlatan stone crusher dimana ukuran
fraksi-fraksi agregat A dan agregat B dicampur dengan mempergunakan alat berat
loader dan grader.
Fungsi peralatan ini adalah untuk memproduksi agregat kelas A atau agregat
kelas B yang dipergunakan sebagai bahan dasar base course suatu
konstruksi jalan baik untuk perkerasan lentur (fleksible pavement) atau
perkerasan kaku (rigid pavement).
Untuk memperoleh bahan jalan base course tersebut diperlukan peralatan
produksibahan jalan yaitu Peralatan Aggregate Base Mixing Plant.
a. Bin Agregat
Agregat dari berbagai ukuran (Fraksi) sesuai ukuran dalam komposisi
campuran agregat Kelas A dan Kelas B disimpan dalam masing-masing
bin. Pintu dibagian bawah bin bisadi setel untuk mengatur kasarnya jumlah
agregat yang mengalir keluar jumlah bin bisa 2 atau 3 bin.
3.5. PENUTUP
Sebagai indikator keberhasilan setelah mengikuti pelatihan ini peserta akan mampu
mengenal dan memahami jenis peralatan produksi bahan jalan Aggregate Mixing
Plant dengan komponen-komponennya, dan mengerti tentang proses produksi bahan
jalan yang dihasilkan, serta penggunaan hasil produksi bahan jalan tersebut. Untuk
lebih mengerti dan memahami tentang bentuk dan fungsi peralatan ini peserta harus
melihat langsung dilapangan karena bagi peserta yang akan ditugasi sebagai
pengawas lapangan dapat memahami dan mengerti bahwa peralatan yang benar
untuk menghasilkan agregat sebagai bahan jalan subbase dan base adalah
peralatan produksi Aggregate Mixing Plant. Dibandingkan dengan peralatan lain
Peralatan Aggegate Mixing Plant ini dapat mencampur bahan jalan secara homogeny
sesuai dengan spesifikasi yang dipwersyaratkan.
3.6. REFERENSI
1. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 537/KPTS/M/1989, Tentang
Pedoman Penyimpanan dan penyaluran Barang.
2. Kepmen PU no 585/KPTS/M/1985 tentang Pedoman Penggunaan Peralatan.
3. Manual kriteria pemeliharaan peralatan di lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum, Tahun 1983
BAB IV
4.1. UMUM
Concrete Mixing Plant (Concrete Batching Plant) adalah seperangkat peralatan untuk
memproduksi campuran beton semen atau cement concrete. Material bahan
campuran terdiri dari semen, agregat, air dan bahan tambahan lain seperti additive
atau retarder. Hasil produksi cement concrete ini saat ini banyak dipergunakan
sebagai konstruksi jalan dan jembatan.
Modul tentang ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi dan jenis/tipe
peralatan produksi campuran beton semen serta beberapa hal yang terkait dengan
persyaratan teknis yang harus dimiliki dan pemeriksaan kelaikan operasi serta
pengoperasian peralatan produksi campuran beton semen (Batching Plant).
A B
2. Power Mixer
Power Mixer atau Alat Pencampur Bermesin mengaduk bahan-bahan
material campurannya di dalam drum (pan) pencampur, dimana proses
pencampurannya menggunakan tenaga penggerak dari pemutar (pengaduk)
Power Mixer atau Alat Pencampur Bermesin mengaduk bahan-bahan
material campurannya di dalam drum pencampur yang dipasangi lengan-
lengan atau pedal yang diputar mesin. Untuk mencegah melekatnya beton
semen ke dinding ataupun dasar atau alas drum, maka beberapa pedal akan
membersihkan beton semennya dari dinding atau alas drum. Alat Pencampur
Bermesin ini terdiri dari 2 (dua) macam drum pencampur, yaitu drum
pencampur berbentuk panci yang disebut Pan Mixer dengan lengan-lengan
berputar mendatar pada poros vertikal dan drum pencampur berbentuk drum
terbuka (gambar 4.2). Alat pencampur bermesin ini lebih banyak dipakai pada
produksi beton semen jadi atau Ready Mixed concrete karena kapasitas
produksinya bisa lebih tinggi dibandingkan dengan Freefall Mixer.
Bahan utama untuk membuat beton (concrete) adalah agregat, semen dan
air. Bahan-bahan ini kemudian dicampur/diaduk dengan Pan Mixer dengan
kapasitas antara 2,5 m3 sampai dengan 3,5 m3.
Alat Pencampur Bermesin yang kedua adalah Pencampur Tabung Datar atau
Trough Mixer yang berbentuk setengan tabung dimana terdapat 2 (dua) pintu,
yaitu pintu atas untuk menampung bahan/material, dan pintu bawah untuk
pengeluaran bahan/material yang sudah tercampur homogen. Peralatan ini
dilengkapi dengan pedal yang dipasang pada poros yang berfungsi sebagai
pusat putaran lengan-lengan. Pada pencampur poros tunggal, material yang
sudah dituangkan ke dalam tabung akan diaduk-aduk oleh pedal-pedal pada
lengan-lengan yang dipasang pada poros yang diputar mesin. Pada
pencampur poros ganda dengan kedua porosnya berputar berlawanan arah,
sepanjang kedua poros dipasangi lengan-lengan saling bersilangan dan pada
ujung lengan dipasang pedal.
Pada kedua macam pencampur baik poros tunggal maupun poros ganda,
maka bagian dinding sebelah dalam dilapisi dengan pelat aus, yang dapat
diganti baru apabila sudah tipis karena aus.
Gambar 4.4. Power Mixer Pedal Spiral Gambar 4.5. Power Mixer Poros Ganda
Gambar 4.8. Pemutar Hidrolik Drum Mixer. Gambar 4.9. tempat persediaan air.
Proses Pencampuran.
Proses pencampuran bahan-bahan/material beton semen dengan sistem
free fall mixer dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Mempergunakan alat pencampur angkat atau Tilting Mixer.
Kapasitas peralatan produksi beton semen ini antara 250 liter sampai
1000 liter, maksimum produksi hanya 7 m3 dalam 1 (satu) hari.
Kelemahannya adalah pada saat produksi, komposisi campuran bahan
diatur secara manual tapi tetap sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan.
Kondisi Bahan/material
Sedangkan dari kondisi bahan pencampurannya juga dibagi menjadi 2
(dua) jenis, yaitu :
a. Pencampuran basah atau Wet Type
Adalah proses pencampuran bahan-bahan beton semen yaitu agregat
dan semen sudah dicampur dengan air sehingga hasil campuran
sudah berupa beton semen. Pencampuran seperti ini biasa di sebut
ready mix. Biasa dilaksanakan di batching plant dan produknya berupa
beton semen dibawa kelokasi memakai agregate truck.
b. Pencampuiran kering atau Dry Type
Dalam sistem ini maka agregat dan semen dituangkan kedalam truck
mixer, selanjutnya truck mixer berangkat menuju lokasi pekerjaan.
Sebelum mencapai lokasi, air yang sudah tersedia diatas truck mixer
dituangkan kedalam campuran sehingga truck mixer tiba dilokasi beton
semen sudah selesai teraduk dengan baik didalamnya. Pencampuran
kering ini biasanya untuk pengiriman ke lokasi yang cukup jauh (lebih
dari 40 km) untuk menghindari terjadinya pembekuan lebih cepat
apabila memakai wet type.
Dari lokasi pelaksanaan pencampurannya juga dibagi menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu :
a. Pencampur terpusat atau central mixing yang biasa disebut ready mix.
Hanya ada 1 (satu) lokasi pencampuran terpusat atau central. Dari
central ini hasil campuran beton semen dibawa dengan agigator truck
kelokasi lapangan.
b. Pencampur berjalan atau On Road Mixing. Disini proses pencampuran
terjadi selama dalam perjalanan menuju lokasi pekerjaan.
Pencampuran ini umumnya terjadi pada dry mixer, peralatan umumnya
adalah truck mixer.
a. Bin Agregat
c. Tangki air.
Tangki air yang akan dipergunakan harus bersih dari bahan-bahan lain seperti
bahan-bahan organik atau minyak yang akan mempengaruhi ikatan semen
dengan agregat. Bahan-bahan alkali dan asam akan menimbulkan reaksi
kimiawi dengan semen yang mengakibatkan bubur semen berkurang
kekuatanya sehingga akan merusak konstruksi beton semen setelah jadi. Air
yang boleh dipakai pada pembuatan campuran beton semen harus bebas dari
bahan-bahan organik, alkalis, asam serta minyak sesuai yang dipersyaratkan
dalam spesifikasi teknis Direktorat Jenderal Bina Marga. Pada umumnya air
minum dapat dipakai dalam pencampuran beton semen. Air yang diperlukan
untuk pencampuran beton semen disimpan di dalam tangki air yang bersih
yang dilengkapi pengukur isi tangki
e. Agrigator Truck
g. Penimbang Bahan
3.3.2. Pencampuran
Alat pencampur atau mixer yang dipakai adalah dari tipe Pan Mixer (lihat
Gambar) agregat masing-masing ukuran dialirkan dari bin agregat masing-
masing menuju kealat timbangan memakai belt conveyor dan selanjutnya
setelah ditimbang untuk keperluan 1 (satu) kali mengaduk lalu ditumpahkan
kedalam pan mixer yang sudah diberi air sebagian terlebih dulu (Pan mixer
dalam keadaan dihidupkan) selanjutnya semen dikeluarkan dari silo,
ditimbang untuk 1 (satu) kali mengaduk dan ditumpahkan kedalam pan mixer
yang sudah berisi agregat dan sebagian air.
Selanjutnya seluruh kebutuhan air ditumpahkan kedalam adukan, lama
pengadukan tiap kali adukan 1.5 menit untuk pan mixer kapasitas sampai 0.75
m3. Selesai pengadukan hasilnya su berupa campuran beton semen,
ditumpukan kedalam agitator truck untuk dibawa kelokasi lapangan. Biasanya
agitator truck membawa sejumlah air cadangan yang akan ditambahkan ke
dalam campuran beton semen dekat sebelum sampai lokasi tujuan untuk
menjaga slum dari campuran jangan menurun.
3.6. PENUTUP
Pembelajaran melalui pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi pejabat struktural
dan fungsional (Staf Teknik Balai, PPK, SNVT, SKPD, Perencana (Bintek),
Pelaksana Wilayah, dan Dinas PU (Bina Marga) Propinsi/Kabupaten/Kota) tentang
penggunaan Peralatan Produksi Bahan Jalan. Sebagai indikator keberhasilan setelah
mengikuti pelatihan ini peserta akan mampu mengenal dan memahami jenis
peralatan produksi bahan jalan Concrete Batching Plant dengan komponen-
komponennya, dan mengerti tentang proses produksi bahan jalan yang dihasilkan,
serta penggunaan hasil produksi bahan jalan tersebut. Untuk lebih mengerti dan
memahami tentang bentuk dan fungsi peralatan ini peserta harus melihat langsung
dilapangan karena bagi peserta yang akan ditugasi sebagai pengawas lapangan,
selalu berhubungan dengan peralatan ini.
3.7. REFERENSI
1. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 537/KPTS/M/1989, Tentang
Pedoman Penyimpanan dan penyaluran Barang.
2. Kepmen PU no 585/KPTS/M/1985 tentang Pedoman Penggunaan Peralatan.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum : 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat
Jenderal Bina Marga,
4. Manual kriteria pemeliharaan peralatan di lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum, Tahun 1983
BAB V
5.1. UMUM
Daur ulang perkerasan yang ada adalah sistem yang dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan bahan jalan yang sekarang dirasakan semakin sulit untuk
mendapatkannya. Dengan adanya sistem recycling ini banyak faktor keuntungan
diperoleh antara lain akan mengurangi dampak kerusakan lingkungan disekitar
quarry, mengurangi pemakaian peralatan dalam pekerjaan jalan, alat produksi bahan
jalan bisa berpindah-pindah (mobile), dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, dan dapat mengaplikasikan teknologi peralatan dan bahan yang tepat
guna. Jenis peralatan daur ulang ini sebetulnya sudah lama dikenal di Indonesia,
namun peralatan ini baru dipergunakan setelah adanya krisis material/bahan jalan
seperti yang diuraikan diatas.
Peralatan produksi bahan jalan ini dalam operasinya mempergunakan perkerasan
jalan yang ada, yang sudah dilakukan pemeliharaan berkali-kali namun tetap
mengalami kerusakan yang sedang maupun parah. Prinsip peralatan produksi ini
dalam penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Mengolah dan memanfaatkan kembali (re-use) material perkerasan jalan lama
secara optimal dan ekonomis, yang disebut RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)
dan RAM (Reclaimed Asphalt Material).
b. Menstabilisasi/ memodifikasi material perkerasan lama sehingga menjadi lapis
perkerasan jalan yang lebih berkualitas (rejuvenating pavement).
c. Hasil (bahan jalan) produksi peralatan daur ulang ini dalam aplikasinya mampu
memikul beban lalu lintas rencana.
d. Mengaplikasikan teknologi bahan dan peralatan yang tepat guna.
Corong
SKEMA DAUR ULANG Conveyor penyemprot bitumen
Drum 2 Drum 1
Campuran baru penyebar bahan penyebar bahan
dengan cement atau lime treated (menambahkan semen atau lime), atau
dengan menambah bitumuminous treated (agregat baru).
Proses pencampuran bahan-bahan baru tersebut dengan material lama hasil
kupasan terjadi didalam peralatan recycler. Jadi peralatan recycler sambil
berjalan mengupas lapisan permukaan perkerasan yang rusak, maka hasil
kupasannya langsung ditambah/dicampur dengan bahan-bahan baru, dan hasil
keluaran dari recycler sudah berupa campuran baru yang sudah terhampar
diatas permukaan perkerasan yang dikupas.
Dump Truck
Milling Machine
a. Cold Milling
Cold Milling, beroperasi dalam keadaan dingin, yaitu proses pengupasan
dilaksanakan pada kondisi dingin, tanpa adanya pemanasan permukaan
perkerasan yang akan dikupas/dikeruk.
b. Hot Milling
Hot Milling, beroperasi dalam keadaan panas, yaitu proses pengupasan
dilaksanakan pada kondisi panas, yaitu permukaan perkerasan jalan yang
akan dikupas/dikeruk dipanaskan terlebih dahulu dengan memakai alat
pemanas/radiasi elemen infrared yang di pasang di peralatan recycle.
RAP
RAP
Gambar 5.6. Hasil Proses Pengerukan
a. Rotor Pengupas/pengeruk .
Berbentuk sebuah drum dengan paku (pin) pengupas/pengeruk di pasang
disekeliling permukaan drum. Paku (pin) pengupas bisa diganti dengan
mudah bila apabila sudah aus atau rusak.
ROTOR
b. Penggerak/pemutar rotor
Penggerak mekanis memutarkan pengeruk dan rotor pencampur langsung
dari putaran engine dengan perantara v-belt, sehingga mengurangi daya-
daya yang hilang (lihat gambar 5.7)
Proses recycling adalah proses dimana recycle machine mengupas perkerasan lama
dengan kedalaman sampai dengan 50 cm untuk membentuk RAP (Reclaimed Aspalt
Pavement) didaur ulang dengan menambah semen, air dan bitumen (berbentuk
foam) membentuk bahan jalan CTRB (Cement Treated Recycling Base) dan CMFRB
(Cold Mixed Recycling Foam Bitumen). CTRB maupun CMFRB mempunyai fungsi
yang sama yaitu sebagai lapisan pondasi base course, dimana sebelum didaur ulang
bahan jalan ini berfungsi sebagai pavement/perkerasan aspal. Yang membedakan
antara CTRB dan CMFRB adalah dalam proses daur ulang, CMFRB mempunyai
komposisi agregat RAP hasil milling 75% ditambah agregat baru berupa abu batu
25%. Semen (1%-1,5%), Foam bitumen (2,5%), dan air (di perlukan untuk proses
pembentukan foamed bitumen). Bitumen ini ditambahkan untuk menambah daya ikat
binder dan strength/kekuatan sesuai spesifikasi. Sedangkan CTRB merupakan
bahan jalan base course dengan mempergunakan material daur ulang hasil milling
perkerasan lama dan penambahan material baru hanya kalau diperlukan. CTRB
ditambah dengan semen (4%) untuk menambah strength/ kekuatan.
Dalam pelaksanaan memproduksi bahan jalan tersebut ada 2 (dua) cara yaitu:
a. Cara In-Plant
In Plant, yaitu hasil cold milling (RAP) dibawa dump truck ketempat penimbunan
diluar lokasi area pengerukan untuk dilakukan pencampuran. Lokasi penimbunan
RAP ini tidak terlalu jauh dari lokasi penanganan jalan agar dalam transportasi
bahan jalan/material yang sudah diremajakan (CMFRB) lebih cepat dalam
pelaksanaan konstruksinya.(Gambar 5.8)
Proses kerja rangkaian peralatan Recycling ini dapat dilihat pada gambar 5.9 berikut :
a b c
c d e
Proses kerja rangkaian peralatan Recycling ini dapat dilihat pada gambar 5.11 berikut :
a b c
d e f
g g h
a. Recycling machine
f. Motor Grader
g. Vibro Roller
h. Padfoot Roller
i. Truck Tangki Air
j. Alat Penyebar Semen (Cement Spreader)
k. Pneumatic Tyre Roller
c. Finisher
d. Tandem Roller
e. Vibro Roller
f. Pneumatic Tire Roller
g. Cement Silo (kapasitas 20 ton)
5.6. Penutup
Pembelajaran melalui pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi pejabat struktural
dan fungsional (Staf Teknik Balai, PPK, SNVT, SKPD, Perencana (Bintek),
Pelaksana Wilayah, dan Dinas PU (Bina Marga) Propinsi/Kabupaten/Kota) tentang
penggunaan Peralatan Produksi Bahan Jalan. Sebagai indikator keberhasilan setelah
mengikuti pelatihan ini peserta akan mampu mengenal dan memahami jenis
peralatan produksi bahan jalan Recycler atau Mesin Daur Ulang dengan tipe
pelaksanaan millingnya yang ilengkapi dengan perangkat pendukungnya,
komponen-komponennya, mengerti tentang proses produksi bahan jalan yang
dihasilkan, serta penggunaan hasil produksi bahan jalan tersebut. Untuk lebih
mengerti dan memahami tentang bentuk dan fungsi peralatan ini peserta harus
melihat langsung dilapangan karena bagi peserta yang akan ditugasi sebagai
pengawas lapangan, selalu berhubungan dengan peralatan ini.
5.7. Referensi