Makalah Ideologi Komunisme Pendidikan Pa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Sebagai perusahaan yang besar dan bersinergi dengan kesejahteraan pekerja,

BPJS Ketenagakerjaan menyadari bahwa SDM merupakan modal dan kekuatan

yang harus dimiliki demi keberlangsungan masa depan BPJS (sumber:

www.bpjsketenagakerjaan.co.id, diakses 27 Februari 2019). Seperti dijelaskan oleh

Sudarmanto (2009) SDM dianggap sebagai salah satu faktor sangat penting karena

termasuk faktor yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam

mencapai tujuan, baik pada organisasi publik maupun private. Walaupun telah

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, apabila tanpa pengelolaan secara

optimal tentu kontribusi terhadap organisasi akan jauh dari harapan. Sehingga,

sudah seharusnya SDM dikelola secara tepat salah satunya dengan menciptakan

motivavsi dalam bekerja dan memperhatikan konflik peran maupun beban kerja

yang ada.

Sumber Daya Manusia merupakan aspek yang terpenting untuk sebuah

perusahaan, karena manusialah yang berperan sebagai penggerak utama didalam

sebuah organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia yakni karyawan didalam

sebuah perusahaan merupakan modal utama yang harus dijaga dan diperhatikan

untuk tercapainya keberhasilan perusahaan. Keberhasilan sebuah perusahaan dapat

diukur dari berjalan atau tidaknya kinerja karyawan secara baik atau buruk dalam

sebuah perusahaan. Kinerja yang berjalan baik dalam sebuah perusahaan dapat

menentukan keberhasilan perusahaan didalam pencapaian tujuan visi dan misi dari

perusahaan itu sendiri.

Kinerja karyawan ditunjukan bagaimana karyawan dapat mampu

melaksanakan tugas-tugas yang merupakan tanggung jawabnya. Kinerja karyawan

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya, dalam Mangkunegara (2010:67). Tugas-tugas yang telah

diembankan kepada karyawan telah memiliki indikator tersendiri apabila telah

dilaksanakan oleh karyawan itu sendiri, yakni kinerja tinggi, kinerja sedang dan

kinerja yang rendah.

Kinerja karyawan menunjukan kemampuan karyawan dalam melaksanakan

keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Pada perusahaan, jika

kinerja karyawan baik dan meningkat maka kinerja dari organisasi suatu

perusahaan akan meningkat juga. Setiap kinerja dalam organisasi selalu

dipengaruhi berbagai perubahan lingkungan baik itu internal maupun eksternal.

Kinerja karyawan harus diperhatikan setiap perusahaan karena upaya inilah penentu

keberhasilan organisasi suatu perusahaan untuk mencapai level atas sesuai tujuan

yang ditentukan. Akan tetapi, sering kali perusahaan kurang memperhatikan hal

tersebut. Secara umum yang tejadi dalam perusahaan terlihat masih banyak

karyawan yang datang ke kantor sering terlambat, mengambil waktu istirahat

melebihi jam istirahat, pulang lebih cepat tanpa alasan yang jelas, pekerjaan yang

tidak mencapai target bahkan ketidak disiplinan karyawan yang menimbulkan

pelayanan kepada pelanggan kurang memuaskan. Hal tersebut merupakan salah

satu permasalahan kinerja karyawan yang mengindikasikan adanya gejala-gejala

aktual rendahnya kinerja karyawan. Salah satu hal yang dapat diukur adalah aspek

kehadiran karyawan dalam bekerja, hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2
GAMBAR 1.2
PERSENTASE TINGKAT KEHADIRAN KARYAWAN WANITA
PERIODE DESEMBER 2017 – NOVEMBER 2018 PADA BPJS
KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR (dalam persen %)

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Jawa Timur

Indikasi yang diperoleh dari gambar 1.2 menunjukkan persentase kehadiran

karyawan Desember 2017 – November 2018. Berdasarkan diagram diatas dapat

diketahui tingkat kehadiran karyawan fluktuatif dan cenderung mengalami

penurunan. Persentase kehadiran yang paling rendah terjadi pada Oktober 2018

yaitu sebesar 85%. Selain itu, tingkat kehadiran karyawan tidak mencapai target

kehadiran yang diharapkan yaitu sebesar 95%. Sisa 5% merupakan toleransi

ketidakhadiran yang diterima oleh perusahaan dengan berbagai alasan (sakit, cuti)

serta tanpa alasan yang jelas (mangkir). Sehingga dapat dikatakan terjadinya

perilaku cenderung kurang disiplin tersebut akibat adanya konflik peran antara

peran dalam keluarga maupun pekerjaan mengingat secara alamia peran utama

wanita adalah sebagai pengelolah rumah tangga dan tidak hanya aspek konflik
peran saja melainkan juga adanya beban kerja yang berlebih mengingat adanya

penambahan jumlah kepesertaan yang meningkat pesat dari tahun 2017 menuju ke

tahun 2018.

Salah satu aspek manajemen MSDM dalam upaya meningkatkan kinerja

yang perlu memperoleh perhatian adalah aspek kinerja untuk karyawan berjenis

kelamin perempuan atau wanita. Perkembangan ekonomi dan globalisasi

memungkinkan wanita memiliki peran yang sama (equal) dengan laki-laki salah

satunya dalam hal memperoleh pekerjaan. Keputusan untuk mengambil dua peran

berbeda yaitu di rumah tangga dan di tempat kerja tentu diikuti dengan tuntutan dari

dalam diri sendiri dan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Tuntutan dari diri sendiri

dan kebutuhan hidup ini menyerukan hal yang sama yaitu keberhasilan dalam dua

peranan tersebut. Idealnya memang setiap wanita bisa menjalani semua peran

dengan baik dan sempurna, namun ini bukanlah hal mudah. Banyak wanita

berperan ganda mengakui bahwa secara operasional sulit untuk membagi waktu

bagi urusan rumah tangga dan urusan pekerjaan. Akibat yang sering dihadapi oleh

wanita berperan ganda adalah keberhasilan setengah-setengah pada masing-masing

peran atau hanya berhasil di salah satu peran saja dan peran yang lain dinomor

duakan kemudian terbengkalai.

Ihromi (dalam Vitarini, 2009) menyatakan bahwa jumlah wanita pencari

kerja akan semakin meningkat di wilayah dunia. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik 2012, partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat signifikan.

saat ini ada 43 juta pekerja perempuan yang membantu pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Itu artinya, jumlah pekerja perempuan hampir sama besarnya dengan

pekerja laki-laki. Namun menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja
sekaligus sebagai ibu rumah tangga tidaklah mudah. Karyawan wanita yang telah

menikah dan mempunyai anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat

daripada wanita single. Peran ganda pun dialami oleh karyawan BPJS

Ketenagakerjaan Jawa Timur, karena selain berperan di dalam keluarga, wanita

tersebut juga berperan di dalam pekerjaannya. Konflik peran inilah yang menjadi

pemicu stres dalam kerja, sehingga terkadang hasil pekerjaan tidak maksimal atau

banyak kesalahan.

Selain Work Familiy Conflict, adapula beban kerja yang menjadi

permasalahan terhadap kinerja. Beban kerja seseorang sudah ditentukan dalam bentuk

standar kerja perusahaan menurut jenis pekerjaannya. Beban kerja karyawan dapat

terjadi dalam tiga kondisi. Pertama, beban kerja sesuai standar. Kedua, beban kerja

yang terlalu tinggi (over capacity). Ketiga, beban kerja yang terlalu rendah (under

capacity). Beban kerja yang terlalu berat atau ringan akan berdampak terjadinya in-

efisiensi kerja. Beban kerja yang terlalu ringan berarti terjadi kelebihan tenaga kerja.

Kelebihan ini menyebabkan organisasi harus menggaji jumlah karyawan lebih banyak

dengan produktifitas yang sama sehingga terjadi inefisiensi biaya. Sebaliknya, jika

terjadi kekurangan tenaga kerja atau banyaknya pekerjaan dengan jumlah karyawan

yang dipekerjakan sedikit, dapat menyebabkan keletihan fisik maupun psikologis bagi

karyawan. Akhirnya karyawan pun menjadi tidak produktif karena terlalu lelah.

“Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengklaim

capaian di sepanjang tahun 2018 menggembirakan. Hal ini terlihat dari peningkatan

jumlah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. Sebanyak 30,5 juta pekerja tercatat

aktif sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan sampai akhir Desember 2018. Jumlah

tersebut melampaui target yang ditetapkan perseroan yaitu sebesar 29,6 juta pekerja
aktif, (nasional.kontan.co.id pada tanggal 8 Maret 2019) ” dari hal ini dapat diambil

dua aspek bahwa pertama kinerja karyawan yang ada sudah baik akrena sudah

dapat melampaui capaian target dan kedua karena jumlah target kepesertaan dengan

jumlah sangat banyak maka jumlah beban kerja juga akan meningkat, sehingga hal

ini dapat mengidentifikasikan bahwa jenis beban kerja yang ada dalam bentuk

beban kerja berlebih (over capacity).

Dalam upaya mempertahankan kinerja yang baik dan bagus dengan

permasalahan work family conflict serta beban kerja yang tinggi maka perlu adanya

pemberian motivasi agar karyawan selalu memberikan kinerja yang terbaik dengan

stabil dan tidak fluktulatif. . Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan

individu, sebagai suatu dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Para karyawan

membutuhkan motivasi sebagai pendorong untuk melakukan tindakan karena

mereka ingin melakukannya, apabila karyawan termotivasi mereka akan membuat

pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu karena dapat memuaskan keinginan

mereka mencapai suatu tujuan organisasi. Semangat kerja tidak dapat dipisahkan

oleh motivasi kerja, gambaran yang akurat tentang hubungan ini adalah bahwa

motivasi kerja dapat menimbulkan semangat kerja yang tinggi. Motivasi kerja

memang sangat diperlukan oleh seorang karyawan untuk dapat mencapai suatu

semangat kerja yang tinggi meskipun menurut sifatnya besarnya semangat kerja itu

sendiri sangat relatif atau berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

Seseorang dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi memiliki perasaan positif

terhadap pekerjaanya, begitu sebaliknya perasaan positif terhadap pekerjaan ini

dapat meningkatkan kinerja.

Anda mungkin juga menyukai