Anda di halaman 1dari 8

BATUAN BEKU

1. Proses terbentuknya

Batuan beku terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau mengalami pembekuan.
Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh batuan yang sudah ada sebelumnya, baik
yang berada di mantel maupun di kerak bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada
salah satu proses dari kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi.
Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang tergantung pada jenis batuan
bekunya masing- masing. Beberapa jenis batuan beku dan proses pembentukannya antara lain:

a. Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan yang terjadi di dalam
dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga tubuh batuan terdiri dari kristal- kristal
besar. Contoh dari batuan ini adalah batuan granit, batuan peridotim, dan juga batuan gabro.
b. Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah antar lapisan di
dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih cepat sehingga di samping kristal
besar terdapat pula banyak kristal kecil. Contoh dari batuan jenis ini antara lain batu granit
porfir
c. Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini adalah ketika gunung
api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini terjadi tidak hanya di sekitar kawah
gunung api saja, namun juga di udara. Proses pembekuan ini berlangsungsingkat dan hampir
tidak mengandung kristal (armorf).

2. Jenis-jenis batuan beku

1. Klasifikasi batuan beku menurut cara atau proses terjadinya


Jika dilihat dari cara atau proses terjadinya, batuan beku ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yakni :

a. Deep seated Rock, yakni batuan beku yang terbentuk jauh di dalam lapisan atmosfer bumi.
Deep seated rock ini disebut juga dengan batuan plutonik. Batuan plutonik ini merupakan
batuan beku yang proses terbentuknya atau proses terjadinya ada di dalam dapur magma.
b. Dike rock, yakni batuan beku yang terbentuk di dekat permukaan. Dike rock ini juga batuan
beku gang atau korok. Batuan beku jenis ini merupakan batuan beku yang terbentuk di gang
ataupun celah- celah antar lapisan di dalam kulit bumi.
c. Effusive rock, yakni batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Effusive rock ini juga
disebut dengan batuan vulkanik atau batuan beku luar atau batuan lelehan. Batuan jenis ini
merupakan batuan beku luar yang proses pembentukannya berada di luar permukaan bumi

2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 nya


Jika dilihat dari klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi empat
macam, yakni:
a. Batuan beku asam. Batuan beku asam merupakan jenis batuan beku yang kandungan
SiO2nya lebih dari 66%. Contoh dari batuan ini adalah riolit.
b. Batuan beku intermediate. Batuan beku intermediate merupakan batuan beku yang
kandungan SiO2nya antara 52% hingga 66%. Contoh dari batuan ini adalah dasit.
c. Batuan beku basa. Batuan beku basa merupakan jenis batuan beku yang kandungan SiO2nya
antara 45% hingga 52%. Contoh dari batuan ini adalah andesit.
d. Batuan beku ultra basa. Batuan beku ultra basa merupakan jenis batuan beku yang
kandungan SiO2 nya kurang dari 45%. Contoh dari batuan jenis ini adalah batu basalt.

3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warnanya


jenis batuan beku yang dilihat dari indeks warna batuan itu sendiri. Jika dilihat dari klasifikasi sudut
ini, batuan beku dibedakan menjadi 3 hingga 4 macam. Mengapa 3 hingga 4 macam? Karena ada
beberapa pendapat dari para ahli yang menyatakan jenis- jenis dari batuan beku berdasarkan indeks
warnanya ini.

a. Pendapat pertama dari S.J. Shand (1943) – yang menyatakan bahwa batuan beku dilihat dari
indeks warnanya dibedakan menjadi 3 jenis, yakni:

 Leucoctaris rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik kurang dari 30%.
 Mesococtik rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik sebanyak 30%
hingga 60%.
 Melanocractik rock, yani batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik lebih dari 60%.

b. Pendapat kedua dari S.J. Ellis – Berbeda dengan pendapat sebelumnya, S.J. Ellis
mengklasifikasikan batuan beku menurut indeks warna ini menjadi 4 macam, yakni:

 Holofelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna kurang dari 10%.
 Felsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara 10% hingga 40%.
 Mafelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara 40% hingga 70%.
 Mafik, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna lebih dari 70%.

3. Struktur Batuan Beku


Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava bantal
yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur aliran dan lain –lainnya.
Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Macam – macam struktur batuan beku adalah :
a. Masif, apabila tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi
tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah
umumnya -+\.30-60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut.
c. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah
aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.
d. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang
sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnya).
f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas diisi oleh mineral-mineral sekunder
seperti zeolit, larbonat, dan bermacam silika.
g. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau
tertanam ke dalam batuan beku. Stuktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna
dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
h. Autobreccia, adalah struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu
sendiri.

BATUAN SEDIMEN

A. Pengertian Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa
bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan. Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan
ketebalan antara beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat
halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan
sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak
bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari
jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn,
1975).

B. Genesa Batuan Sedimen


Secara genesa batuan sedimen dapat diinterpretasikan mengenai
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance).
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di
antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di pantai atau
di laut (dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.

C. Proses Sedimentasi
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen.
Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya
batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area
tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses
sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara
mekanik dan proses sedimentasi secara kimiawi.
1. Prsoses Sedimentasi Mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen
tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal dari luar.
Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan,
terdapat dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir
sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen).
Arus turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi,
sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga
lempung). Proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang
dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.
2. Proses Sedimentasi Kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida menembus atau
mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut
terhadap cairan yang masuk tersebut.
a) Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen dari batuan, semen
tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.
c) Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral
yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk
dan menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)

D. Macam-Macam Sedimentasi
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan
sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua
golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan
tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun
dilingkungan laut.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-
proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn,
1975).
Proses diagenesa antara lain :
a) Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban
di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain
menjadi rapat.
b) Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat
butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada
ruang butir makin besar.
c) Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari
pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi
pada pembentukan batuan karbonat.
d) Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai
berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e) Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan
volume asal.

2. Batuan Sedimen Non-klastik


Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan
batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara
keduanya (biokimia).

E. Tekstur Batuan Sedimen


1. Kekompakan
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan
sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik
sampai dengan suhu 3000C dan tekanan 1 – 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami
penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada
3 macam diagenesa, yaitu :
· Padat : Apabila tidak terdapat rekahan-rekahan atau bubuk-bubuk pasir bila
dipegang.
· Lunak : Apabila dipegang tertinggal serbuk di tangan.
· Mudah Hancur : Apabila pada permukaan batuaannya terdapat rekahan hasil
penggambaran dari batuaan asalnya.
2. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan kawan-kawan
(1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
Ø Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
Ø Meruncing (menyudut) (angular)
Ø Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
Ø Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
Ø Membundar (membulat (rounded)
Ø Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
3. Ukuran Butir
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran butir
lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir
tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak
terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Tabel 1
Skala Ukuran Butir Batuan Sedimen

Ukuran butir
(mm) Nama Butiran Nama batuan

Æ > 256 Boulder / block (bongkah) Breksi

(bentuk /
kebundaran butiran
64 – 256 Cobble (kerakal) meruncing)

4 – 64 Pebble Konglomerat

(bentuk /
kebundaran butiran
2–4 Granule (kerikil) membulat)

1/16 – 2 Sand (pasir) Batupasir

1/16 – 1/256 Silt (lanau) Batulanau

Æ < 1/256 Clay (lempung) Batulempung

4. Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam
batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai
lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila
kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak
mempunyai pori-pori. Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair).

5. Kemas
1. Kemas tertutup
Bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau bersinggungan atau
berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam
(besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga
macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported.
2. Kemas terbuka
Bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya terdapat material yang
lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).

6. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya
bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik.
a. Pemilahan baik
Bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal ini biasanya terjadi pada
batuan sedimen dengan kemas tertutup.
b. Pemilahan sedang
Bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang seragam maupun yang tidak
seragam.
c. Pemilahan buruk
Bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari halus hingga kasar. Hal
ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.
DAFTAR PUSTAKA

Alif Patriot “Batuan Sedimen ”. 28 Oktober 2013.http://rizqigeos.blogspot.co.id/2013/05/batuan-


sedimen.html Diakses pada tanggal 2 September 2017, pukul 20.00 WIB
Maulana “Dasar-Dasar Pada Batuan Sedimen”..
http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/ Diakses pada
tanggal2 September 2017, pukul 20.00 WIB
Prodjosumarto, Purwoto dan Rosana, M Fatimah, 1999, Diktat Kuliah Petrografi Bandung Jurusan
Geologi Unpad

Anda mungkin juga menyukai