Anda di halaman 1dari 89

KONTRIBUSI GAMMA GLUTAMILTRANSFERASE (γγ-GT),

GLUTATION PEROKSIDASE (GPx), high sensitivity C-


Reactive Protein (hs-CRP), SISTEIN TOTAL PLASMA (tCys)
DALAM PATOMEKANISME TERJADINYA RESISTENSI
INSULIN PADA SUBYEK PRIA OBESITAS SENTRAL

CONTRIBUTION OF GAMMA GLUTAMYLTRANSFERASE


(γ-GT), GLUTATHIONE PEROXIDASE (GPx), high sensitivity C-

Reactive Protein (hs-CRP), TOTAL PLASMA CYSTEINE (tCys)


IN THE PATHOMECHANISM OF THE OCCURRENCE INSULIN
RESISTANCE IN CENTRAL OBESITY MEN

Ritawaty
P1505211002

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KONTRIBUSI GAMMA GLUTAMILTRANSFERASE (γγ-GT), GLUTATION
PEROKSIDASE (GPx), high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP),
SISTEIN TOTAL PLASMA (tCys) DALAM PATOMEKANISME
TERJADINYA RESISTENSI INSULIN PADA SUBYEK PRIA OBESITAS
SENTRAL

CONTRIBUTION OF GAMMA GLUTAMYLTRANSFERASE


(γ-GT), GLUTATHIONE PEROXIDASE (GPx), high sensitivity C-
Reactive Protein (hs-CRP), TOTAL PLASMA CYSTEINE (tCys)
IN THE PATHOMECHANISM OF THE OCCURRENCE INSULIN
RESISTANCE IN CENTRAL OBESITY MEN

Ritawaty

P1505211002

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2013
KONTRIBUSI GAMMA GLUTAMILTRANSFERASE (γγ-GT), GLUTATION
PEROKSIDASE (GPx), high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP),
SISTEIN TOTAL PLASMA (tCys) DALAM PATOMEKANISME
TERJADINYA RESISTENSI INSULIN PADA SUBYEK PRIA OBESITAS
SENTRAL

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Biomedik


Konsentrasi Kimia Klinik

Disusun dan Diajukan oleh

RITAWATY

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2013
TESIS

KONTRIBUSI GAMMA GLUTAMILTRANSFERASE (γγ-GT), GLUTATION


PEROKSIDASE (GPx), high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP),
SISTEIN TOTAL PLASMA (tCys) DALAM PATOMEKANISME
TERJADINYA RESISTENSI INSULIN PADA SUBYEK PRIA OBESITAS
SENTRAL

Disusun dan Diajukan oleh

RITAWATY
Nomor Pokok P 1505211002
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 12 Juli 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui
Komisi Penasihat,

Dr. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes Dr. Indriyanti Rafi Sukmawati, M.Si
Ketua Anggota

Ketua Program Studi Biomedik Direktur Program Pascasarjana


Universitas Hasanuddin,

Prof. dr. Rosdiana Natsir, PhD Prof. Dr. Ir. Mursalim, M. Sc


PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan dibawah ini


Nama : Ritawaty
Nomor Pokok : P 1505211002
Program Studi : Biomedik Konsentrasi Kimia Klinik

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya tulis ini


merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau seluruh tesis ini milik orang lain, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 04 Juli 2013.


Yang Menyatakan,

Ritawaty

iv
PRAKATA

Puji syukur, hormat dan kemuliaan kehadirat Tuhan Yesus Kristus

atas segala berkat, kasih dan anugrahNYA yang tak terhingga sehingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Latar belakang yang mendasari penelitian ini adalah γ-GT dinyatakan

sebagai penanda independen pada sindroma metabolik yang berkaitan erat

dengan penyakit kardiometabolik. Walaupun mekanismenya belum jelas,

namun diduga inflamasi, stres oksidatif, gangguan pada metabolisme asam

amino yang berperan pada patomekanisme terjadinya resistensi insulin

pada orang obes.

Berbagai kendala dihadapi penulis selama penulisan tesis ini,

tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya tesis ini dapat diselesaikan

dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada Dr. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes selaku

Ketua Komisi Penasihat dan Dr. Indriyanti Rafi Sukmawati, M.Si selaku

Anggota Komisi Penasihat atas segala bimbingan, pengembangan ide,

dorongan dan motivasi selama masa penulisan sampai akhir tesis ini. Ucapan

terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs.Andi Wijaya, Ph.D,

selaku Komisaris Utama Prodia dan selaku dewan penguji yang

memungkinkan saya untuk melanjutkan pendidikan ke pascasarjana, juga

kepada Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D dan Dr. Marita Kaniawati, M.Si selaku

dewan penguji yang telah memberikan banyak masukan dan ide-ide

perbaikan pada tesis ini.

v
Terimakasih juga kepada Ibu Dra. Indirawati, Ibu Ernie Sulastri,

selaku atasan yang telah memberikan banyak kemudahan dan memfasilitasi

selama masa kuliah ini; kepada suami Martinus S.S, anak-anak saya yang

tercinta yaitu Michelle K.S.S dan Melvyanne K.S.S; kepada mama,

almarhum papa, mama mertua tercinta dan keluarga besar saya atas

segala dukungan, doa dan motivasinya; semua rekan Prodia Malang dan

Denpasar, Dr. Melati Esther Sikome, Dr. Juliani Dewi, Sp.PK atas bantuan,

pengertian dan dukungan selama program magister ini berlangsung;

kepada segenap jajaran Komisaris, Direksi dan Manajemen yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk mengenyam pendidikan pasca

sarjana; kepada rekan-rekan seperjuangan angkatan VII atas kerjasama dan

dukungannya selama ini yang dan juga kepada semua pihak yang telah

berkontribusi pada penelitian ini baik langsung maupun tidak langsung, yang

tidak dapat saya sebut satu per satu. Ibarat tiada gading yang tak retak,

penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan

tesis ini, sehingga penulis membuka diri terhadap saran dan masukan

positif dari semua pihak untuk penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, harapan

penulis tesis ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu dan

masyarakat luas khususnya bidang biomedik. Segala puji, hormat dan

kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus.

Malang, 04 Juli 2013

Ritawaty

vi
ABSTRAK

RITAWATY. Kontribusi Gamma Glutamiltranferase (γ-GT), Glutation


Peroksidase (GPx), high-sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP), Sistein
Total Plasma (tCys) Dalam Patomekanisme Terjadinya Resistensi Insulin
Pada Subyek Pria Obesitas Sentral ( dibimbing oleh Ilhamjaya Patellongi dan
Indriyanti Rafi Sukmawati ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi γ-GT dengan hs-


CRP, GPx dan tCys dalam patomekanisme resistensi insulin (RI) pada
subyek pria obes.

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan 72 subyek


pria dewasa obesitas sentral (IDF 2005), berumur 30-60 tahun, LP 90-128
cm, γ-GT 14-178 U/L, hsCRP 0.36-9.30 mg/L, GPx 28-107 U/gHb, tCys
175.7-362.3 µmol/L, HOMA-IR 0.8-24.7. Pengelompokan dilakukan
berdasarkan lingkar pinggang (LP) dan adanya fatty liver (FL). Analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan uji korelasi antar variabel dengan α=5%.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan positif antara γ-


GT dan hsCRP (r=0.129), hsCRP dan HOMA-IR (r=0.134) dan hubungan
negatif γ-GT dan GPx (r=-0.081), GPx dan HOMA-IR (r=-0.121) dan γ-GT
dengan tCys (r=-0.121), tCys dengan HOMA-IR (r=-0.129), walaupun tidak
bermakna (p>0.05). Pada kelompok LP > 100 cm disertai FL ditemukan
hubungan positif bermakna (p<0.05) antara γ-GT dengan HOMA-IR
(r=0.604), hubungan negatif bermakna antara tCys dengan HOMA-IR (r=-
0.415). Dengan demikian patomekanisme RI hanya terbukti pada subyek
obes sentral dengan LP > 100 cm disertai FL. Kontribusi γ-GT untuk
terjadinya resistensi insulin tidak terbukti melalui hsCRP, GPx dan tCys.

vii
ABSTRACT

RITAWATY. Contribution of Gamma Glutamyltranferase (γ-GT),


Glutathione Peroxidase (GPx), high-sensitivity C-Reactive Protein (hs-
CRP), Total Plasma Cysteine (tCys) in Pathomechanism of the Occurrence
of Insulin Resistance in Central Obesity Men. (supervised by Ilhamjaya
Patellongi and Indriyanti Rafi Sukmawati).

The aims of the research is to find out the contribution of γ-GT with
hs-CRP, GPx and tCys in pathomechanism of IR in central obesity men.

The research was a cross sectional studies with 72 subjects of central


obesity men (IDF 2005), ranging 30 to 60 years old, waist circumference
(WC) 90-128 cm, γ-GT 14-178 U/L, hsCRP 0.36-9.30 mg/L, GPx 28-107
U/gHb, tCys 175.7-362.3 µmol/L, HOMA-IR 0.8-24.7. The grouping was
based on WC and the existence of fatty liver (FL). The data were analyzed
using descriptive analysis and Spearman correlation test among variables with
α=5%.

The results of the research indicate there is a positive correlation


between γ-GT and hsCRP (r=0.129), between hsCRP and HOMA-IR
(r=0.134) and negative correlation between γ-GT and GPx (r=-0.081),
between GPx and HOMA-IR (r=-0.121) and between γ-GT and tCys (r=-
0.121), between tCys with HOMA-IR (r=-0.129), between γ-GT and GPx (r=-
0,411), eventhough is not significant (p>0.05). For group WC > 100 cm with FL
there is a significantly positive correlation (p<0.05) between γ-GT and HOMA-
IR (r=0.604), negative correlation tCys and HOMA-IR (r=-0.415). Thus,
pathomechanism of IR only proven in the central obesity subject with WC >
100 cm and FL. The contribution γ-GT for occurrence of IR is not proven
through hsCRP, GPx and tCys.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Obesitas Sentral 6

B. Resistensi Insulin 7

C. Gamma-Glutamiltransferase (γ-GT) 10

D. Glutation Peroksidase (GPx) 12

ix
E. High sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) 13

F. Sistein Total Plasma (tCys) 14

G. Kerangka Teori 18

H. Kerangka Konsep 20

I. Variabel Penelitian 21

J. Hipotesis Penelitian 21

III. METODOLOGI PENELITIAN 22

A. Rancangan Penelitian 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 22

C. Populasi dan Subyek Penelitian 22

D. Instrumen Pengumpulan Data 24

E. Definisi Operasional 25

F. Persetujuan Etika Penelitian dan Tindakan Medik 28

G. Pengolahan dan Analisis Data 28

H. Alur Penelitian 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30

A. Hasil Penelitian 30

1. Deskripsi umum data penelitian 30

2. Analisis perbedaan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan


HOMA-IR antara kelompok I, II, III dan IV 35

3. Analisis hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan


HOMA-IR pada kelompok I, II, III dan IV 36

3.1. Analisis hubungan γ-GT dan hs-CRP pada


kelompok Total, I, II, III dan IV 37

x
3.2 Analisis hubungan γ-GT dan GPx pada kelompok
Total, I, II, III dan IV 37

3.3. Analisis hubungan γ-GT dan tCys pada kelompok


Total, I, II, III dan IV 38

3.4 Analisis hubungan γ-GT dan HOMA-IR pada


kelompok Total, I, II, III dan IV 38

3.5 Analisis hubungan hs-CRP dan HOMA-IR pada


kelompok Total, I, II, III dan IV 38

3.6 Analisis hubungan GPx dan HOMA-IR pada


kelompok Total, I, II, III dan IV 39

3.7. Analisis hubungan tCys dan HOMA-IR pada


kelompok Total, I, II, III dan IV 39

B. Pembahasan 41

1. Analisis Gambaran Umum Subyek Penelitian 41

2. Analisis perbedaan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan


HOMA-IR antara kelompok I, II, III dan IV 45

3. Analisis hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan


HOMA-IR pada kelompok I, II, III dan IV 47

4. Analisis jalur γ-GT dengan HOMA-IR melalui hs-CRP,


GPx, tCys 56

5. Rangkuman Hasil Penelitian 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN 59

A. Kesimpulan 59

B. Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 66

xi
DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Data deskriptif lengkap subyek penelitian 31

2. Data deskriptif subyek penelitian kelompok I, ll, lll dan IV 32

3. Data pengelompokkan berdasarkan gambaran umum


subyek penelitian 33

4. Data pengelompokkan berdasarkan gambaran biokimiawi


subyek penelitian 34

5. Data analisis perbedaan antar kelompok 35

6. Data analisa hubungan antar variabel pada kelompok I, II,


lll dan IV 37

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Jalur metabolisme sistein 15

2. Hubungan sistein dengan jalur sinyal transduksi insulin 17

3. Kerangka teori 19

4. Kerangka konsep 20

5. Alur Penelitian 29

6. Grafik hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA-IR


Dengan lingkar pinggang 30

7. Ringkasan hasil penelitian 58

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Naskah penjelasan untuk responden (subyek) 66

2. Formulir persetujuan mengikuti penelitian 68

3. Lembar Wawancara Pasien Penelitian 69

4. Prosedur Kerja Pemeriksaan Sistein Total 72

5. Rekomendasi Persetujuan Etik 73

xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/singkatan Arti dan keterangan

γ-GT Enzim Gamma-Glutamiltransferase

Clamp-IR Euglycemic hyperinsulinemic clamp

et al. et alii, dan kawan-kawan

GPx Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Glutation bentuk teroksidasi

H2O2 Hidrogen Peroksida

Hb Hemoglobin

HDL High Density Lipoprotein

HOMA-IR Homeostasis Model Assesment of Insulin


Resistance

hs-CRP High sensitive C-Reactive Protein

IL-6 Interleukin-6

NEFA Non-Esterified Fatty Acid

PI3K Phospho Inositol 3 Kinase

PTP-1B Protein Tyrosine Phosphatase-1B

ROS Reactive Oxygen Species

tCys Sistein Total Plasma

VLDL Very Low Density Lipoprotein

WAT White Adipose Tissue

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Obesitas sentral merupakan salah satu karakteristik utama dari

sindroma metabolik. Sindroma metabolik adalah sekumpulan kelainan

metabolik yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular, yang

memiliki karakteristik umum yaitu obesitas sentral, resistensi insulin,

dislipidemia dan peningkatan tekanan darah (Kirk and Klein, 2009).

Prevalensi obesitas yang meningkat, secara tidak langsung juga

menggambarkan peningkatan kejadian sindroma metabolik dan selanjutnya

juga akan meningkatkan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Hal ini

terlihat pada data RISKESDAS yang menunjukkan adanya peningkatan

prevalensi obesitas dari 10,3 % pada tahun 2007 menjadi 21,7 % pada tahun

2010 (RISKESDAS, 2007; RISKESDAS 2010).

Pengembangan biomarker yang dapat digunakan untuk memantau

perkembangan dari obesitas menjadi sindroma metabolik sangat diperlukan

untuk mengurangi angka kejadian morbiditas dan mortalitas akibat penyakit

kardiometabolik. Salah satu biomarker yang dikembangkan adalah Gamma

Glutamil Transferase (γ-GT), yang telah dikenal sebagai penanda yang sering
2

digunakan untuk melihat adanya gangguan fungsi hati atau pada konsumsi

alkohol yang berlebih. Namun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa γ-

GT merupakan penanda independen untuk memprediksi penyakit

kardiometabolik seperti sindrom metabolik, diabetes, hipertensi dan penyakit

jantung koroner (Onat, et al, 2012; Lee, et al, 2004).

Walaupun mekanisme yang mendasari asosiasi antara kadar γ-GT

dengan risiko penyakit kardiometabolik ini belum jelas namun sindroma

metabolik merupakan faktor potensial yang dapat menghubungkan antara γ-

GT dengan risiko penyakit kardiometabolik (Lee, et al, 2004). Peningkatan

aktivitas γ-GT pada sindroma metabolik diperkirakan berhubungan dengan

kondisi obesitas sentral dan resistensi insulin serta berkaitan juga dengan

hepatik steatosis (Giral, et al, 2008).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan γ-GT berkaitan

dengan stres oksidatif dan inflamasi, dimana kedua proses tersebut diketahui

dapat menginduksi terjadinya resistensi insulin (Gunawan, et al, 2011;

Bastard, 2006; Tripathy, 2003). Patomekanisme terjadinya resistensi insulin

pada individu dengan obesitas sentral diduga tidak hanya melalui stres

oksidatif dan inflamasi, hal ini dapat diketahui dari adanya penelitian yang

menunjukkan peningkatan aktivitas γ-GT juga berkaitan dengan peningkatan

konsentrasi sistein total dalam plasma (tCys) (Elshorbagy, et al, 2011).


3

Konsentrasi tCys telah terbukti berhubungan dengan obesitas dan resistensi

insulin (Elshorbagy, et al, 2012).

Pada pasien sindroma metabolik dengan dislipidemia menunjukkan

bahwa peningkatan aktivitas γ-GT berkaitan erat dengan peningkatan

konsentrasi sisteinil-glisin dan sistein, hal ini berkaitan dengan fungsi γ-GT

sebagai enzim yang mengkatabolisme glutation (GSH) ekstraseluler menjadi

sisteinil-glisin, yang kemudian akan dipecah oleh enzim dipeptidase menjadi

sistein dan glisin (Giral, et al, 2008).

Sistein dapat mengalami autooksidasi menjadi Sistin dan

menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Pada konsentrasi yang rendah

secara fisiologis H2O2 mempunyai sifat insulinomimetik yang memfasilitasi

aktivitas insulin dengan cara menghambat inhibisi protein tyrosine

phosphatase-1B (PTP-1B), yang merupakan inhibitor alami fosforilasi

substrat reseptor insulin (IRS), sehingga memungkinkan kaskade transduksi

sinyal insulin berlangsung (Elshorbagy, et al, 2011). Namun pada kondisi

pemaparan H2O2 dengan konsentrasi yang tinggi justru akan terjadi

sebaliknya, yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin (Iwakami, et al,

2011).

Berdasarkan data di atas, peneliti ingin melihat sejauh mana kontribusi

enzim γ-GT, hs-CRP, GPx dan tCys terhadap kejadian resistensi insulin pada

subyek pria obesitas sentral.


4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa rumusan masalah yang

dapat diajukan, antara lain :

1. Apakah ada hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA-IR pada

subyek pria obesitas sentral ?

2. Apakah γ-GT berhubungan dengan HOMA-IR melalui GPx ?

3. Apakah γ-GT berhubungan dengan HOMA-IR melalui tCys ?

4. Apakah γ-GT berhubungan dengan HOMA-IR melalui hs-CRP ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui kontribusi γ-GT dengan hs-CRP, GPx dan tCys pada

patomekanisme terjadinya resistensi insulin baik pada subyek pria

obesitas sentral.

2. Tujuan Khusus

1. Menilai hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA-IR pada

subyek pria obesitas sentral.

2. Melihat jalur hubungan γ-GT dan hs-CRP dengan HOMA-IR.

3. Melihat jalur hubungan γ-GT dan GPx dengan HOMA-IR.


5

4. Melihat jalur hubungan γ-GT dan tCys dengan HOMA-IR.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Pengembangan Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kontribusi γ-GT dengan hs-CRP, GPx, tCys dalam patomekanisme

resistensi insulin pada subyek pria obesitas sentral.

2. Untuk Pengembangan Medik

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada

pengembangan biomarker, khususnya γ-GT, untuk memantau proses

terjadinya resistensi insulin dan respon pengobatan pada subyek

obesitas sentral, yang memiliki keunggulan yaitu harga relatif

terjangkau.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas Sentral

Obesitas sentral merupakan salah satu karakteristik utama dari

sindroma metabolik. Sindrom metabolik merupakan sekumpulan kelainan

metabolik yang menjadi faktor risiko pada penyakit kardiovaskular (Kirk and

Klein, 2009).

International Diabetes Federation (IDF), 2005 mendefinisikan

seseorang terdiagnosis sindroma metabolik dengan kriteria wajib adalah

obesitas sentral yang berdasarkan pengukuran lingkar perut ≥ 90 cm untuk

pria dan ≥ 80 cm untuk perempuan, disertai 2 dari 4 faktor yaitu :

1. Peningkatan kadar trigliserida ≥ 150 mg/dL (1.7 mmol/L), atau dengan

pengobatan spesifik.

2. Penurunan kadar cholesterol HDL < 40 mg/dL (1.03 mmol/L) pada pria

dan < 50 mg/dL (1.29 mmol/L) pada wanita atau sedang menjalani

pengobatan spesifik.

3. Peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 130 atau diastolik ≥ 85 mm Hg,

atau menjalani pengobatan hipertensi


7

4. Peningkatan kadar glukosa puasa ≥ 100 mg/dL (5.6 mmol/L), atau

telah didiagnosis menderita diabetes tipe 2.

Obesitas dan resistensi insulin merupakan dasar patofisiologi

terjadinya sindroma metabolik dan komponennya. Obesitas merupakan salah

satu faktor yang dapat mendorong terjadinya resistensi insulin. Kombinasi

antara obesitas, kurangnya aktivitas secara fisik dan konsumsi makanan

bersifat aterogenik yang berlebih, dipercaya mengarah pada terjadinya

resistensi insulin (Cornier, et al, 2008).

Walaupun sebagian besar obesitas memiliki karakteristik resistensi

insulin, tidak semua obes akan berkembang menjadi sindroma resistensi

insulin. Diduga peningkatan adiposit viseral bertanggung jawab terhadap

terjadinya resistensi insulin melalui lipotoksisitas dan dilepaskannya asam

lemak bebas ke sirkulasi portal, begitu pula dengan aksi sejumlah sitokin

yang dilepaskan atau yang dimodulasi oleh adiposit (Deedwania, 2004).

B. Resistensi Insulin

Resistensi insulin merupakan mekanisme utama yang bertanggung

jawab dalam kelainan metabolik dari sindroma metabolik, oleh karena itu

sindroma metabolik juga dikenal sebagai sindroma resistensi insulin (Kirk and

Klein, 2009).
8

Resistensi insulin adalah suatu respon yang tidak mencukupi dari

jaringan-jaringan yang menjadi target kerja insulin seperti otot, hati dan

jaringan adiposa terhadap efek fisiologis dari insulin yang ada di sirkulasi

(Schenk, et al, 2008).

Insulin mempunyai beberapa peran di jaringan adiposa antara lain

menghambat lipolisis, sekresi trigliserida VLDL, uptake glukosa, sedangkan

pada otot dan hati mendorong sintesis glikogen dan produksi glukosa hepatik

(Cornier, et al, 2008).

Respon selular yang kompleks terhadap insulin sangat dipengaruhi

oleh kemampuan reseptor insulin terautofosforilasi dan substrat fosforilasi

intraseluler. Salah satu jalur penting dari kaskade insulin adalah jalur PI3K

yang berperan penting dalam aksi metabolik insulin, sintesis glikogen, lemak

dan protein (Duvnjak, 2009).

Resistensi insulin yang terjadi pada jaringan adiposa berperan penting

pada patofisiologi sindroma metabolik, khususnya pada massa jaringan

adiposa yang membesar, yang menyebabkan peningkatan pembongkaran

asam lemak bebas. Peningkatan asam lemak bebas di peredaran darah akan

terakumulasi pada hati dan sel otot yang berkaitan dengan resistensi insulin

pada jaringan tersebut. Gangguan insulin di hati dimediasi oleh penekanan

produksi glukosa hepatik sedangkan pada sel otot gangguan insulin


9

dimediasi oleh pembuangan glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel.

(Kirk and Klein, 2009).

Peningkatan asam lemak bebas ke hati selanjutnya akan

meningkatkan produksi trigliserida VLDL hepatik dan konsentrasi trigliserida

plasma. Adanya peningkatan trigliserida plasma akan meningkatkan

pemindahan trigliserida dari VLDL ke HDL, sehingga menyebabkan

peningkatan klirens HDL dan penurunan konsentrasi HDL plasma (Kirk and

Klein, 2009).

Patomekanisme yang mendasari terjadinya resistensi insulin sangat

kompleks, namun ada beberapa proses yang telah diketahui dapat

menginduksi terjadinya resistensi insulin antara lain stres oksidatif, inflamasi

(Bastard, 2006). Menurut Schenk, salah satu faktor yang juga dapat

menginduksi terjadinya resistensi insulin adalah nutrien seperti lemak dan

asam amino (Schenk, 2008).

Standar baku yang digunakan untuk pengukuran resistensi insulin

adalah dengan euglycemic hyperinsulinemic clamp (Clamp-IR), tetapi metode

ini sulit dilakukan. Salah satu model pengukuran seperti Homeostasis Model

Assesment of Insulin Resistance (HOMA-IR) telah diperkenalkan untuk

mengukur resistensi insulin dan terbukti memiliki korelasi yang baik dengan

metode Clamp-IR (Yokohama, et al, 2004).


10

C. Gamma-Glutamyltransferase (γγ-GT)

Enzim γ-GT merupakan enzim yang terletak di permukaan membran

sel, dihasilkan oleh banyak jaringan, tetapi sebagian besar γ-GT yang berada

di serum berasal dari hati. γ-GT yang berada di serum dibawa oleh lipoprotein

dan albumin (Emdin, et al, 2005).

Siklus gamma glutamil, menggambarkan fungsi γ-GT dalam

pemindahan asam amino, yang menunjukkan adanya keterlibatan γ-GT

dalam homeostasis intraseluler untuk resintesis GSH. Selain itu pula γ-GT

berperan penting dalam menjaga ketersediaan asam amino sistein, karena

GSH tidak dapat masuk secara langsung ke dalam sel. Hidrolisis GSH di

ekstraseluler oleh γ-GT yang akan memungkinkan sistein masuk ke dalam sel

untuk sintesis ulang GSH (Whitfield, 2001).

Di ekstraselular, γ-GT hanya berperan sebagai enzim yang

bertanggung jawab terhadap katabolisme GSH. GSH sendiri merupakan

tripeptida yang mengandung asam glutamat, sistein, dan glisin. γ-GT akan

menghidrolisis ikatan γ-glutamil antara glutamat dan glisin pada GSH, yang

biasanya akan diambil lebih lanjut oleh intraselular dengan adanya kerja

enzim membran sisteinil-glisin dipeptidase, untuk selanjutnya digunakan

sebagai prekursor pada proses sintesis ulang GSH (Emdin, et al, 2005).
11

Sisteinil-glisin merupakan pereduksi kuat ion Fe3+ menjadi Fe2+ di

ekstraseluler dan menghasilkan radikal bebas anion superoksida yang

dengan cepat dapat diubah menjadi H2O2 (Schulz, 2000).

Beberapa penelitian, menunjukkan adanya hubungan negatif antara γ-

GT dengan Glutation Peroksidase (GPx) dan adanya hubungan positif antara

γ-GT dengan high-sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP), memperlihatkan

bahwa peningkatan γ-GT berkaitan dengan stres oksidatif dan inflamasi.

(Gunawan, et al, 2009; Arifin, et al, 2009)Kedua proses tersebut diketahui

dapat menginduksi terjadinya resistensi insulin (Gunawan, et al, 2011 and

Bastard, 2006).

Peningkatan kadar γ-GT pada sindroma metabolik diperkirakan juga

dimediasi oleh obesitas sentral, steatosis dan resistensi insulin (Giral, et al,

2008).

Terdapat asosiasi antara γ-GT dan kadar insulin, serta variabel

resistensi insulin seperti trigliserida, kolesterol LDL. Korelasi dengan

komponen sindroma metabolik tetap ada walaupun setelah dilakukan

penyesuaian terhadap IMT dan konsumsi alkohol. γ-GT merupakan marker

yang telah dikenal untuk obesitas abdominal dan perlemakan hati. Satu

kemungkinan yang mengkaitkan antara γ-GT dan resistensi insulin adalah

perlemakan hati, peningkatan γ-GT berhubungan dengan kandungan lemak

hepatik pada subyek manusia. Perlemakan hati berkaitan dengan


12

pembentukan radikal bebas, yang akan mengakibatkan berkurangnya GSH

intraseluler dan γ-GT akan diinduksi untuk mempertahankan kadar GSH.

Peningkatan γ-GT pada membran sinusoidal dari hepatosit yang

mengakibatkan pelepasan γ-GT ke sirkulasi (Whitfield, 2001).

Aktivitas enzim γ-GT dapat memodulasi status redoks dari protein

golongan tiol pada permukaan sel, dan menyebabkan peningkatan kadar

ROS dan peningkatan permeabilitas membran terhadap H2O2 (Lee, et al,

2007).

γ-GT yang dimediasi stress oksidatif memiliki kemampuan untuk

menginduksi oksidasi lemak, oksidasi protein tiol, perubahan pola normal

protein fosforilasi dan efek biologis seperti aktivasi faktor transkripsi (Lee, et

al, 2004).

D. Glutation Peroksidase (GPx)

GPx merupakan suatu enzim yang dibutuhkan oleh selular untuk

mempertahankan diri terhadap stres oksidatif dengan menggunakan GSH

untuk mereduksi H2O2 dan lipid peroksida menjadi bentuk alkohol yang tidak

berbahaya (Forgione, et al, 2002).

GPx memiliki bentuk tetramerik yang mengandung dan juga

membutuhkan selenium untuk dapat beraktifitas. Selenium ini secara aktif


13

berperan pada proses reaksi katalitik (Stocker and Keaney, 2004). GPx-1

atau selular GPx adalah salah satu isoform GPx yang paling banyak terdapat

di intraselular baik sitosol maupun di mitokondria. GPx-1 ini berfungsi sebagai

antioksidan yang terlibat dalam proses detoksifikasi H2O2 dan hidroperoksida

lemak. GPx-1 yang menurun akan menyebabkan terjadi peningkatan H2O2

dan berpotensial terhadap kerusakan DNA, protein, dan juga lemak yang

mengakibatkan terjadinya stres oksidatif (Haan, et al, 2006).

E. High sensitivity C-Recative Protein (hs-CRP)

CRP adalah protein fase akut yang disintesis di hati. Pelepasan CRP

distimulasi oleh sitokin pro inflamasi salah satunya adalah interleukin 6 (IL-6)

(Daniel and Hackam, 2003). CRP merupakan suatu protein berbentuk

pentraxin dengan lima subunit masing-masing 23 kDa (Ridker, 2003).

CRP merupakan protein berkaitan dengan respon imun innate. Oswald

Avery menemukan CRP pertama kali pada serum pasien yang mengalami

infeksi akut Streptococcus pneumonia, berupa protein yang dapat

mengendapkan polisakarida ”C” pada dinding sel pneumococcal (Ridker,

2003; Black, et al, 2004).


14

CRP bukan hanya sebagai suatu penanda inflamasi akut, namun juga

merupakan penanda low grade inflammation kronik dan sistemik yang terlibat

secara aktif dalam proses aterogenesis (Ridker, 2003)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa CRP juga penanda yang

sangat kuat untuk patogenesis aterosklerosis, acute coronary syndrome

(ACS), perkembangan hipertensi, sindroma metabolik dan kejadian

kardiovaskular lainnya (Jialal and Devaraj, 2001).

F. Sistein Total Plasma (tCys)

Peningkatan kadar dari beberapa asam amino seringkali dihubungkan

dengan obesitas. Konsentrasi sistein tinggi dalam plasma dikaitkan dengan

penyakit yang berhubungan dengan obesitas salah satunya adalah sindroma

metabolik (Elshorbagy, et al, 2011).

Sistein adalah asam amino proteinogenik esensial yang mengandung

sulfur. Sistein total plasma meliputi semua bentuk sistein dalam sirkulasi

termasuk bentuk bebas, disulfida, dan sistein yang terikat albumin. Sistein

dalam plasma yang tidak terikat pada protein (bebas) sering berada dalam

bentuk disulfida homogen (sistin) atau campuran (antara lain homosistein-

sistein) (Elshorbagy, et al, 2011).


15

Ketersediaan sistein dalam plasma diatur oleh fungsi makanan,

perombakan protein dan sintesis endogen (gambar 1).

Gambar 1. Jalur metabolisme sistein (Elshorbagy, et al, 2011).

Pada kondisi kelebihan asam amino yang mengandung sulfur di dalam

tubuh, sistein juga dapat teroksidasi menjadi sulfur anorganik dan piruvat,

yang selanjutnya dapat digunakan dalam glukoneogenesis (Elshorbagy, et al,

2011).

Terdapat bukti bahwa kadar sistein diatur oleh tingkat pemecahan

sistein. Langkah awal proses katabolisme sistein dan produksi taurin

dikatalisis oleh enzim sistein dioksigenase (CDO). Enzim ini akan meningkat

dalam keadaan sistein yang tinggi, untuk mengendalikan konservasi atau

pembuangan sistein, tergantung pasokannya. CDO terutama menunjukkan

kemampuan merespon sistein yang kuat di hati dan jaringan adiposa,


16

memperlihatkan adanya hubungan antara homeostasis sistein dan fungsi

jaringan adiposa (Elshorbagy, et al, 2011).

Penelitian yang dilakukan pada anak dan remaja, tCys menunjukkan

hubungan positif kuat dengan leptin serum, juga terlihat hubungan positif

tCys dengan glukosa puasa, insulin, C-peptide, Non-Esterified Fatty Acid

(NEFA) dan HOMA-IR namun berhubungan negatif terhadap adiponektin.

Dari penelitian tersebut terlihat bahwa tCys berhubungan dengan massa

lemak dan marker obesitas sentral. tCys yang tinggi mempunyai risiko dua

kali menjadi resistensi insulin dan diduga berkaitan dengan NEFA yang

berperan penting pada perkembangan resistensi insulin pada orang yang

mengalami obesitas (Elshorbagy, et al, 2012).

Pada tikus dengan pemberian diet sistin tinggi, ditemukan ekspresi

PTP-1B pada White Adipose Tissue (WAT) meningkat 4 kali dan pada hati

meningkat 2 kali. PTP-1B, yang secara fisiologis terlibat dalam terminasi

kaskade transduksi sinyal insulin dan juga terlibat dalam pengaturan

pengeluaran energi. Induksi PTP-1B berimplikasi pada penurunan

pengeluaran energi, peningkatan jumlah atau ukuran adiposit, sehingga akan

menurunkan sensitivitas insulin. Ekspresi PTP-1B yang berlebihan akan

menginduksi SREBP-1 hepatik yang mengakibatkan resistensi insulin dan

hipertrigliseridemia. Peningkatan ketersediaan sistin mengakibatkan

resistensi insulin dan kondisi dislipidemia (Elshorbagy, 2010).


17

Sistein dapat mengalami autooksidasi menjadi Sistin dan

menghasilkan H2O2. Pada konsentrasi yang rendah H2O2 bersifat

insulinomimetik yang memfasilitasi aktivitas insulin dengan cara menstimulasi

inhibisi PTP-1B. PTP-1B adalah inhibitor alami fosforilasi IRS, yang secara

normal dihambat oleh H2O2, sehingga memungkinkan kaskade sinyal insulin

berlangsung (gambar 2). Pada kondisi pemaparan ROS yang lama dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan redoks yang mengakibatkan stres

oksidatif yang erat kaitannya dengan inflamasi dan resistensi insulin

(Elshorbagy, et al, 2011).

Gambar 2. Hubungan sistein dengan jalur sinyal transduksi insulin


(Elshorbagy, et al, 2011).
18

G. Kerangka Teori

Obesitas sentral merupakan komponen utama dari sindrom metabolik

yang dikategorikan sebagai tahap subklinis inflamasi dan stres oksidatif.

Pada kondisi obesitas sentral dan sindroma metabolik terjadi peningkatan

kadar γ-GT meskipun masih dalam batas nilai normal yang umumnya

digunakan untuk penanda fungsi hati.

Kadar γ-GT terbukti berhubungan dengan proses stres oksidatif dan

inflamasi pada sindrom metabolik, Kedua proses ini telah diketahui dapat

berperan dalam patomekanisme terjadinya resistensi insulin.

Enzim γ-GT merupakan enzim membran yang bertanggung jawab

terhadap katabolisme GSH dengan menghidrolisis ikatan GSH dengan

menghidrolisis ikatan γ-glutamil antara glutamat dan glisin, menghasilkan

sisteinil-glisin. Sisteinil-glisin akan dipecah menjadi sistein oleh enzim

dipeptidase. Sisteinil-glisin dapat mereduksi ion Fe3+ menjadi Fe2+ dan

menghasilkan H2O2. Sistein sangat mudah mengalami autooksidasi menjadi

Sistin dan menghasilkan H2O2. Konsentrasi sistein dan sistin dalam plasma

dapat terwakili dengan pengukuran tCys.

Pada konsentrasi yang rendah H2O2 dibutuhkan untuk menstimulasi

inhibisi PTP-1B, yang merupakan inhibitor alami fosforilasi IRS, sehingga

memungkinkan kaskade transduksi sinyal insulin berlangsung. Sebaliknya

pada pemaparan H2O2 pada konsentrasi yang tinggi dan jangka waktu yang
19

lama akan menyebabkan meningkatnya aktivitas PTP-1B yang dapat

menekan salah satu fungsi insulin sebagai penghambat lipolisis, sehingga

terjadi peningkatan lipolisis dan semakin meningkatnya NEFA. Peningkatan

NEFA diketahui dapat menginduksi terjadinya resistensi insulin yang

merupakan karakteristik dari sindroma metabolik.

Genetik,
Obesitas Sentral
Umur,

Jenis kelamin,
NEFA ↑
Inflamasi
Akut,

Alkoholik,
γ-GT ↑
Penyakit
Hepatitis,
Gunawan, et al, 2011 Gunawan , et al, 2011
Sirosis,
Keganasan,
Stres Sisteinil- Gangguan
Inflamasi Oksidatif glisin ↑ ginjal

Konsumsi
Suplemen/
Gunawan, et al, 2011
Antioksidan/
Bastard, 2006;
Obat
Tripathy, 2003 Sistin ↑ Hepatotoksik
(tCys ↑) Perokok

Konsumsi
Jumlah
H2O2 ↑ Makanan yang
mengandung
Metionin,
Resistensi PTP-1B ↑ Vitamin B12,
Insulin Asam Folat

Vegetarian

Sindroma Metabolik

Gambar 3. Kerangka Teori


20

: Jalur yang telah dibuktikan


: Jalur yang belum dibuktikan

H. Kerangka Konsep

Subyek :
Obesitas Sentral

hs-CRP

γ-GT GPx HOMA-


IR
tCys

Variable bebas Variable antara Variable tergantung

Variabel Perancu :
Tidak dikendalikan : Genetik, konsumsi jumlah makanan yang mengandung
metionin, vitamin B12, asam folat
Gambar 3. :Kerangka
Dikendalikan secara Metodologi Jenis kelamin, Umur, Inflamasi akut, Alkoholik,
Konseptual
riwayat penyakit Hepatitis, Sirosis dan keganasan, konsumsi suplemen/
antioksidan/obat hepatoksik, perokok, gangguan ginjal, vegetarian

Gambar 4. Kerangka konsep


21

I. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah γ-GT

2. Variabel antara

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel antara adalah GPx, tCys, hs-

CRP

3. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah HOMA-IR

J. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA-IR pada subyek

pria obesitas sentral

2. Hubungan γ-GT dengan HOMA-IR melalui hs-CRP. Semakin tinggi γ-GT

serum, semakin tinggi kadar hs-CRP dan semakin tinggi kadar hs-CRP

plasma, semakin tinggi HOMA-IR pada subyek pria obesitas sentral

3. Hubungan γ-GT dengan HOMA-IR melalui GPx. Semakin tinggi γ-GT

serum, semakin rendah GPx dan semakin rendah GPx, semakin tinggi

HOMA-IR pada subyek pria obesitas sentral

4. Hubungan γ-GT dengan HOMA-IR melalui tCys. Semakin tinggi γ-GT

serum, semakin tinggi kadar tCys plasma dan semakin tinggi kadar tCys

plasma, semakin tinggi HOMA-IR pada subyek pria obesitas sentral


22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan

pendekatan studi potong lintang (cross sectional), dengan populasi sampel

pria dewasa usia 30-60 tahun dengan kriteria obesitas sentral.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan spesimen dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia

Malang dan Denpasar. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Klinik

Prodia Malang, Laboratorium Klinik Prodia Denpasar, Laboratorium Klinik

Prodia Jakarta dan Lab. Riset Prodia Jakarta. Penelitian dilakukan pada

bulan April 2013.

C. Populasi dan Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

penerimaan.
23

1. Kriteria penerimaan

a. Subyek pria usia 30-60 tahun, obesitas sentral ditegakkan dengan

memenuhi kriteria IDF 2005.

b. Menerima pemberian informasi serta persetujuan partisipasi bersifat

sukarela dan tertulis (informed concent) untuk menjalani pengambilan

darah untuk pemeriksaan laboratorium.

2. Kriteria penolakan

a. Kebiasaan konsumsi alkohol.

b. Riwayat hepatitis B,C aktif.

c. Penderita sirosis dan keganasan.

d. Konsumsi suplemen atau antioksidan atau obat-obat hepatotoksik.

e. Perokok

f. Inflamasi akut

g. Vegetarian

h. Gangguan fungsi ginjal

3. Perhitungan besar sampel

Perhitungan besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini

digunakan rumus:
24

n : Perkiraan jumlah sampel

Z : Nilai standar Normal, Zα = 1,96 dan Zβ = 1,645

α : Tingkat kesalahan alpha = 5% = 0,05

β : Tingkat kesalahan beta = 10% = 0,10

SD : Simpang baku gabungan

r : Koefisien korelasi

Perkiraan total sampel minimal yang dibutuhkan adalah 72 Sampel.

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Menerangkan secara singkat latar belakang, tujuan dan manfaat

penelitian, serta tindakan pengambilan darah yang dapat terjadi kepada

keluarga dan pasien. Pasien kemudian menandatangani informed consent

yang telah disediakan.

2. Wawancara/anamnesis untuk subyek yang masuk dalam kriteria obesitas

sentral yaitu untuk memperoleh informasi tentang karakteristik dan

keadaan umum subyek misalnya umur, lingkar pinggang, riwayat penyakit

dan seterusnya sesuai dengan pertanyaan yang telah disiapkan, untuk


25

kemudian menentukan subyek yang dapat masuk ke dalam kriteria

penerimaan atau kriteria penolakan.

3. Melakukan pengambilan darah kepada subyek yang masuk dalam kriteria

penerimaan untuk dilakukan pemeriksaan hs-CRP, kreatinin dan

pemeriksaan USG untuk kemudian menentukan subyek yang dapat

masuk ke dalam kriteria penerimaan atau kriteria penolakan yang

selanjutnya.

4. Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh data tentang

konsentrasi darah lengkap, glukosa darah, γ-GT, GPx, tCys dan Insulin

puasa (untuk perhitungan HOMA-IR).

E. Definisi Operasional

1. Lingkar pinggang (LP) diukur dengan menggunakan alat ukur (plastik /

tidak elastis), hasil dinyatakan dalam satuan cm dengan ketelitian 0,1 cm,

cara mengukur yaitu pada daerah perut pertengahan antara arcus costae

dan iliaca crest.

Obesitas sentral dinilai dari lingkar pinggang, pria > 90 cm (IDF 2005).

2. Pemeriksaan USG, dilakukan menggunakan alat Logic 3 Pro/Logic 200,

dilakukan bila subyek calon penelitian belum pernah melakukan

pemeriksaan USG selama 6 bulan terakhir.


26

Kriteria USG yang diambil bila normal atau perlemakan hati / fatty liver,

tidak ditemukan adanya keganasan atau sirosis.

3. Pengukuran kadar hs-CRP (mg/L), dengan metode Immunoturbidimetri,

pada alat Cobas Integra, Reagen Roche.

Kriteria obyektif :

hs-CRP < 1.0 mg/L : risiko rendah PJK

hs-CRP 1.0 – 3.0 mg/L : risiko sedang PJK

hs-CRP 3.1 - 10 mg/L : risiko tinggi PJK

hs-CRP > 10 mg/L : inflamasi akut

4. Pengukuran kadar Kreatinin (mg/dL), dengan metode enzimatik, pada

alat Cobas Integra, Reagen Roche. Kemudian dihitung nilai eLFG

menurut CKD EPI. Kriteria gangguan fungsi ginjal yang digunakan bila

eLFG < 60 ml/menit/1.73m2.

5. Pengukuran kadar Glukosa puasa (mg/dL), dengan metode Heksokinase,

pada alat Cobas Integra, Reagen Roche.

Salah satu kriteria sindroma metabolik adalah glukosa darah puasa > 100

mg/dL (IDF 2005).

6. Pengukuran nilai HOMA IR dilakukan dengan perhitungan :

HOMA IR = Insulin puasa (uIU/mL) x Glukosa puasa (mmol/L)


27

22.5

Glukosa puasa (mmol/L) = Glukosa puasa (mg/dL) / 18

Hasil pengukuran berupa skala rasio, diagnosis Resistensi Insulin

ditegakkan bila HOMA-IR > 3.8 (Qu, H.Q, et al, 2011)

7. Pengukuran aktivitas γ-GT serum (U/L), dengan metode IFCC, pada alat

Advia 1800, Reagen Siemens.

Nilai rujukan pada pria : < 66 U/L

8. Pengukuran Darah Lengkap untuk mendapatkan data Hemoglobin

(g/dL) yang diperlukan untuk pengukuran GPx, dengan metode

Flowcytometri, pada alat Sysmex XT 2000i, reagen Sysmex.

Nilai rujukan pada pria dewasa : 13.2 – 17.3 g/dL

9. Pengukuran kadar Insulin puasa (uIU/mL), dengan metode

Chemiluminescent pada alat Immulite 2000, Reagen DPC (Diagnostic

Product Coorporation).

Nilai rujukan : 3.2 – 28.5 uIU/mL

10. Pengukuran GPx (U/gHb), metode enzimatik, reagen Randox.

Nilai rujukan : 27.5 – 73.6 U/gHb

11. Pengukuran kadar tCys (µmol/L), dengan alat HPLC Fluoresensi, Lab.

Riset Prodia Jakarta.

Nilai rujukan : 200 – 400 µmol/L (Elshorbagy, 2008)


28

F. Persetujuan Etika Penelitian dan Tindakan Medik

Persetujuan tindakan medik diperoleh dengan terlebih dahulu menerangkan


secara singkat latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian kepada pasien.
Pasien kemudian menandatangani informed consent yang telah disetujui oleh
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin Nomor : 560/H4.8.4.5.31/PP36-KOMETIK/2013 dengan nomor
register : UH13020059.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui program SPSS versi 19. Analisis

data dilakukan secara deskriptif pada masing-masing variabel. Hasilnya

dinarasikan dan diperjelas oleh tabel atau grafik. Untuk uji statistik, tingkat

kemaknaan (signifikansi) yang digunakan adalah 5%. Uji statistik yang

digunakan adalah :

1. Untuk menilai hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA-IR

pada subyek pria obesitas sentral digunakan uji korelasi Pearson

bila data berdistribusi normal atau Spearman bila data tidak

berdistribusi normal.

2. Untuk menilai jalur hubungan γ-GT dengan HOMA-IR melalui GPx

atau hs-CRP atau tCys digunakan analisis jalur (Path Analysis)


29

H. Alur Penelitian

Subyek
Subyek Calon
Calon Penelitian
Penelitian Eksklusi :
Inklusi: Pria,
Inklusi : UmurUsia
3030
– 60
– 60
tahun
tahun Umur
Usia <<30
30tahun
tahunatau
atau>>60
60tahun
tahun,

Pengukuran Lingkar pinggang Eksklusi :


Inklusi : ≥ 90 cm Vegetarian, Kebiasaan minum
alkohol, perokok, minum
suplemen
suplemen,antioksidan,
antioksidan,obat
obat
Anamnesa & pemeriksaan fisik hepatotoksis, riwayat hepatitis
(TB, BB, suhu tbh, riwayat penyakit) B, C

USG Eksklusi :
Inklusi : Normal/ Fatty Liver Sirosis, Keganasan

Pengambilan Darah

Eksklusi :
Inflamasi akut (hs-CRP > 10
Pemeriksaan Lab : mg/L), Gangguan fungsi ginjal
hsCRP dan kreatinin eLFG (CKD EPI) < 60
ml/menit/1.73m2

Pemeriksaan Lab :
Glukosa puasa, DL, γ-GT,GPx,
Insulin puasa, tCys, HOMA-IR

Analisa data

Kesimpulan
30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi umum data penelitian

Pengumpulan subyek penelitian dilakukan di Laboratorium Prodia

Malang dan Denpasar. Jumlah total subyek yang mengikuti penelitian ini 72

subyek pria dewasa dengan rata-rata usia 42 tahun. Berikut data deskriptif

subyek penelitian secara keseluruhan. Seluruh subyek ini memenuhi kriteria

obesitas sentral yaitu lingkar pinggang lebih dan sama dengan 90 cm.

Gambar 6. Grafik hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA IR


dengan lingkar pinggang
31

Tabel 1 . Data deskriptif lengkap subyek penelitian

Variabel Mean±SD Med Min Max


Umur (th) 42.4±8.7 41.5 30 60
LP (cm) 100.3±6.9 99.0 90 128
TB (cm) 167.9±6.1 167.3 154 181
BB (kg) 80.3±10.5 78.2 63 125
BMI (kg/m2) 28.4±2.8 27.9 24 39
Hb (g/dL) 15.7±1.0 15.6 14 18
GGT (U/L) 44.2±12.8 35.0 14 178
Glukosa Puasa (mg/dL) 97.6±26.8 90.5 77 235
Insulin Puasa (uIU/mL) 13.6±14.5 9.6 4 100
hs-CRP (mg/L) 2.1±1.6 1.7 0.36 9.3
Kreatinin (mg/dL) 0.94±0.1 0.90 0.70 1.30
eLFG (mnt/1.73m2) 98.1±15.3 100.0 64 128
GPx (U/gHb) 48.1±13.4 46.3 28.0 107
tCys (µmol/L) 250.2±44.8 242.0 175.7 362.3
HOMA-IR 3.2±3.4 2.3 0.8 24.7

Keterangan : LP = Lingkar Pinggang; TB : Tinggi Badan; BB = Berat Badan;


BMI = Body Mass Index; Hb = Hemoglobin; γ-GT = Gamma-
glutamiltransferase; hs-CRP = High Sensitivity C-Reactive Protein; LFG =
estimasi Laju Filtrasi Glomerolus; tCys = Sistein Total Plasma; Med = Median;
Min = minimum; Maks = maksimum

Gambar 6 menunjukkan bahwa beberapa variabel yang diukur

dipengaruhi oleh lingkar pinggang dan berdasarkan data USG diperoleh

subyek ada yang tanpa atau dengan fatty liver yang diketahui berpengaruh

pada nilai HOMA-IR. Kemudian dilakukan pengelompokkan subyek menurut

lingkar pinggang dan yang mengalami fatty liver. Pengelompokkan dilakukan

terlebih dahulu berdasarkan median lingkar pinggang yaitu lingkar pinggang


32

di bawah dan sama dengan 100 cm dan lingkar pinggang di atas 100 cm,

setelah itu dibagi lagi berdasarkan yang mengalami fatty liver.

Dari 72 subyek pria ini diperoleh data kelompok I (lingkar pinggang

kurang dan sama dengan 100 cm tanpa disertai adanya fatty liver) sebanyak

33 subyek, kelompok II (lingkar pinggang kurang dan sama dengan 100 cm

disertai adanya fatty liver) sebanyak 5 subyek, kelompok III (lingkar pinggang

lebih dari 100 cm tanpa disertai adanya fatty liver) sebanyak 17 subyek dan

kelompok IV (lingkar pinggang lebih dari 100 cm disertai adanya fatty liver)

sebanyak 17 subyek. Berikut ini deskripsi data umum kelompok I, II, III, IV :

Tabel 2 . Data deskriptif subyek penelitian kelompok I, II, III dan IV

Variabel Kel I (n=33) Kel II (n=5) Kel IlI (n=17) Kel IV (n=17)
Med Min Max Med Min Max Med Min Max Med Min Max

Umur (th) 40.0 30 60 44.0 31 49 46.0 31 60 45.0 30 55


LP (cm) 96.0 90 100 97.0 94 99 103.0 101 112 106.0 101 128
TB (cm) 166.0 154 178 171.0 162 178 171.0 160 181 166.5 163 179
BB (kg) 75.0 51 125 78.6 70 86 82.5 74 105 85.0 74 125

BMI (kg/m2) 26.8 24 29 26.7 25 30 29.3 26 34 30.2 28 39

Hb (g/dL) 15.6 14 18 16.2 15 17 15.0 14 18 16.1 14 17


GGT (U/L) 34.0 14 153 35.0 21 61 39.0 18 86 34.0 18 178
Gluk.P (mg/dL) 92.0 77 235 88.0 87 222 89.0 82 150 92.0 81 176
Ins. P (uIU/mL) 9.2 4 81 7.2 4 11 9.2 4 100 12.1 5 33
HsCRP (mg/L) 1.5 0.4 9.3 1.4 1.0 2.9 1.6 0.4 4 2.0 0.4 6.2
Kreat. (mg/dL) 0.9 0.70 1.20 1.00 0.93 1.12 1.00 0.70 1.30 0.90 0.70 1.10
eLFG
(mnt/1.73m2) 100.0 68 128 90.0 79 109 95.0 64 122 103.0 80 124
GPx (U/gHb) 49.4 31 73 36.9 33 50 49.0 30 107 41.4 28 58
tCys (µmol/L) 246.9 176 362.3 261.5 184.5 310.4 252.1 176.4 326.4 239.7 195.4 309.2
HOMA-IR 2.2 8.0 17.4 2.2 0.8 3.9 2.7 0.9 24.7 3.1 1.0 7.8
33

Keterangan : LP = Lingkar Pinggang; TB : Tinggi Badan; BB = Berat Badan;


BMI = Body Mass Index; Hb = Hemoglobin; γ-GT = Gamma-
glutamiltransferase; Gluk.P = Glukosa Puasa; Ins.P = Insulin Puasa; hs-CRP
= High Sensitivity C-Reactive Protein, eLFG = estimasi Laju Filtrasi
Glomerolus; tCys = Sistein Total Plasma; Med = Median; Min = minimum;
Maks = maksimum

Jika dilakukan pengelompokan berdasarkan gambaran umum dan

biokimiawi subyek penelitian, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3. Data pengelompokkan berdasarkan gambaran umum subyek


penelitian

Total
Kategori Subyek Kel I Kel II Kel III Kel IV
(n=72) (n=33) (n=5) (n=17) (n=17)
n % n % n % n % n %
Usia 30-40 th 33 45.8 18 54.5 2 40.0 7 41.2 6 35.3
41-50 th 27 37.5 9 27.3 3 60 6 35.3 9 52.9
51-60 th 12 16.7 6 18.2 0 0 4 23.5 2 11.8
Lama < 1 th 5 6.9 3 9.1 1 20.0 1 5.9 0 0
3-5 th 34 47.2 15 45.5 4 80.0 7 41.2 8 47.1
> 5 th 33 45.8 15 45.5 0 0 9 52.9 9 52.9

Berikut ini adalah data pengelompokkan berdasarkan gambaran

kimiawi subyek penelitian kelompok I, II, III dan IV.


34

Tabel 4 . Data pengelompokkan berdasarkan gambaran biokimiawi subyek


penelitian

Total
Kategori Subyek Kel I Kel II Kel III Kel IV
(n=72) (n=33) (n=5) (n=17) (n=17)
n % n % n % n % n %
hs-CRP < 1.00 17 23.6 11 33.3 1 20.0 4 23.5 1 5.9
1.00-3.00 44 61.1 17 51.5 4 80.0 12 70.6 11 64.7
> 3.00 11 15.3 5 15.2 0 0 1 5.9 5 29.4
GPx < 27.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27.5-73.6 70 97.2 33 100 5 100 15 88.2 17 100
>73.6 2 2.8 0 0 0 0 2 12 0 0
GGT ≤ 35 39 54.2 19 57.6 3 60.0 8 47.1 9 52.9
> 35 33 45.8 14 42.4 2 40 9 52.9 8 47.1
tCys ≤ 242 36 50 16 48.5 2 40.0 8 47.1 10 58.8
> 242 36 50 17 51.5 3 60.0 9 52.9 7 41.2
tCys < 200 11 15.3 6 18.2 1 20.0 2 11.8 2 11.8
200-400 61 84.7 27 81.8 4 80.0 15 88.2 15 88.2
>400 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
HOMA IR ≤ 2.0 28 38.9 15 45.5 2 40.0 7 41.2 4 23.5
> 2.0 44 61.1 18 54.5 3 60.0 10 58.8 13 76.5
HOMA IR ≤ 3.0 45 62.5 26 78.8 4 80.0 9 52.9 6 35.3
> 3.0 27 37.5 7 21.2 1 20.0 8 47.1 10 64.7
HOMA IR ≤ 3.8 58 80.6 30 90.9 4 80.0 14 82.4 10 58.8
> 3.8 14 19.4 3 9.1 1 20.0 3 18.2 7 41.2

Untuk mengetahui distribusi populasi penelitian maka dilakukan uji

normalitas Shapiro-Wilk dan Kolmogorov-Smirnov. Asumsi data berasal dari

populasi yang terdistribusi normal apabila uji normalitas Shapiro-Wilk dan

Kolmogorov-Smirnov memiliki P-value lebih besar dari α = 0,050. Hasil uji

normalitas data menunjukkan data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu,

untuk data yang tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji non parametrik.
35

2. Analisis perbedaan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA IR antara

Kelompok I, II, III dan IV

Dari 72 subyek yang telah dikelompokkan menjadi kelompok I, II, III dan

IV dilakukan analisis perbedaan antar kelompok tersebut menggunakan uji

Mann Whitney. Berikut rangkuman analisis perbedaan antar kelompok pada

keempat kelompok tersebut :

Tabel 5 . Data analisis perbedaan antar kelompok

Variabel Kel p (*)


Mean ±
SD (I&II) (I&III) (I&IV) (II&III) (II&IV) (III&IV)
GGT l (n=33) 42.3±30.7 0.492 0.246 0.276 0.348 0.348 0.459
ll (n=5) 36.6±15.3
lll (n=17) 42.9±21.7
IV (n=17) 49.6±39.5
hs-CRP l (n=33) 2.1±1.9 0.423 0.500 0.062 0.453 0.136 0.046
ll (n=5) 1.7±1.4
lll (n=17) 1.7±0.9
IV (n=17) 2.6±1.6
GPx l (n=33) 50.1±11.6 0.018 0.464 0.009 0.019 0.145 0.021
ll (n=5) 38.9±6.9
lll (n=17) 53.2±17.7
IV (n=17) 41.8±7.7
tCys l (n=33) 250.9±51.1 0.341 0.403 0.360 0.306 0.164 0.309
ll (n=5) 258.1±49.0
lll (n=17) 253.4±45.2
IV (n=17) 243.2±31.5
HOMA IR l (n=33) 2.8±2.9 0.341 0.166 0.017 0.184 0.074 0.172
ll (n=5) 2.1±1.2
lll (n=17) 3.9±2.7
IV (n=17) 3.7±2.0

Keterangan : (*) Uji perbedaan Mann Whitney


36

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa antara keempat kelompok

tersebut tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada γ-GT dan tCys. Pada

uji beda kelompok III dan IV terdapat perbedaan yang bermakna pada hs-

CRP, sedangkan pada uji beda kelompok I dan II, I dan IV, II dan III, III dan

IV terdapat perbedaan yang bermakna pada GPx. Pada uji beda kelompok I

dan IV terdapat perbedaan bermakna pada HOMA-IR.

3. Analisis hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA IR pada

kelompok Total, I, II, III dan IV

Dari hasil analisa hubungan data pada kelima kelompok diperoleh

hubungan yang bermakna hanya antara γ-GT dengan HOMA-IR dan tCys

dengan HOMA-IR pada kelompok III.

Tabel 6 . Data analisa hubungan antar variabel pada kelompok Total, I, II, III
dan IV

Korelasi Variabel Total (n=72) Kel I (n=33) Kel II (n=5) Kel III (n=17) Kel IV (n=17)

r p (*) r p (*) r p (*) r p (*) r p (*)

GGT vs hs-CRP 0.129 0.140 0.096 0.297 1.000 0.000 0.073 0.391 0.068 0.398
-
GGT vs GPx 0.081 0.250 -0.172 0.169 0.100 0.436 -0.326 0.101 0.307 0.116
-
GGT vs t-Cys 0.121 0.156 -0.183 0.153 0.700 0.094 -0.129 0.311 -0.301 0.120
GGT vs HOMA-IR 0.179 0.066 -0.018 0.460 0.100 0.436 0.018 0.472 0.604 0.005
hs-CRP vs
HOMA-IR 0.134 0.131 0.182 0.155 0.100 0.436 0.124 0.318 -0.027 0.459
-
GPx vs HOMA-IR 0.121 0.156 -0.219 0.111 0.200 0.374 0.167 0.261 0.022 0.467
-
tCys vs HOMA-IR 0.129 0.141 -0.093 0.304 0.600 0.142 -0.098 0.354 -0.415 0.049

Keterangan : (*) Uji korelasi Spearman, r = Koefisien korelasi


37

3. 1 Analisis hubungan γ-GT dan hs-CRP pada kelompok Total, I, II, III

dan IV

Pada penelitian ini diperoleh kecenderungan hubungan yang positif γ-

GT dengan hs-CRP hampir pada semua kelompok, walaupun secara statistik

tidak bermakna yaitu kelompok Total (r=0.129, p=0.140), I (r=0.096, p=0.297),

III (r=0.073, p=0.391) dan IV (r=0.068, p=0.398). Hubungan positif bermakna

antara γ-GT dengan hs-CRP hanya ditemukan pada kelompok II (r=1.000,

p=0.000).

3. 2 Analisis hubungan γ-GT dan GPx pada kelompok Total, I, II, III dan

IV

Pada uji korelasi γ-GT dengan GPx walaupun secara statistik tidak

berbeda bermakna (p>0.050), menunjukkan adanya kecenderungan

hubungan yang negatif baik pada kelompok Total (r=-0.081, p=0.250), I (r=-

0.172, p=0.169) dan III (r=-0.326, p=0.101), sedangkan pada kelompok II

(r=0.100, p=0.436) dan IV (r=0.307, p=0.116), justru sebaliknya terdapat

kecenderungan hubungan yang positif.

3. 3 Analisis hubungan γ-GT dan tCys pada kelompok Total, I, II, III dan

IV

Pada uji korelasi γ-GT dengan tCys walaupun secara statistik tidak

berbeda bermakna (p>0.050), menunjukkan adanya kecenderungan


38

hubungan yang positif hanya pada kelompok II (r=0.700, p=0.094),

sedangkan pada kelompok Total (r=-0.121, p=0.156), I (r=-0.183, p=0.153),

III (r=-0.129, p=0.311) dan IV (r=-0.301, p=0.120), justru sebaliknya yaitu

terlihat kecenderungan hubungan yang negatif.

3. 4 Analisis hubungan γ-GT dan HOMA IR pada kelompok Total, I, II, III

dan IV

Data uji korelasi γ-GT dengan HOMA-IR berhubungan linier positif kuat

yang bermakna secara statistik (p<0.050) hanya pada kelompok IV (r= 0.604,

p=0.005). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi γ-GT maka semakin

tinggi pula HOMA-IR pada kelompok IV. Hal yang sama terlihat pada

kelompok Total (r=0.179, p=0.066), II (r=0.100, p=0.436), III (r=0.018,

p=0.472) diperoleh kecenderungan hubungan yang positif, walaupun secara

statistik tidak bermakna (p>0.050). Namun hal yang berbeda terlihat pada

kelompok I justru diperoleh kecenderungan hubungan yang negatif (r=-

0.018), walaupun secara statistik juga tidak bermakna (p 0.460 > 0.050).

3.5 Analisis hubungan hs-CRP dan HOMA IR pada kelompok Total, I, II,

III dan IV

Pada uji korelasi hs-CRP dengan HOMA-IR walaupun secara statistik

tidak berbeda bermakna (p > 0.050), menunjukkan adanya kecenderungan

hubungan yang positif baik pada kelompok Total (r=0.134, p=0.131), I

(r=0.182, p=0.155), II (r=0.100, p=0.436) maupun pada kelompok III (r=0.124,


39

p=0.318), sedangkan pada kelompok III sebaliknya menunjukkan

kecenderungan hubungan yang negatif (r=-0.027, p=0.459).

3. 6 Analisis hubungan GPx dan HOMA IR pada kelompok Total, I, II, III

dan IV

Pada uji korelasi GPx dengan HOMA-IR walaupun secara statistik

tidak berbeda bermakna (p > 0.050), menunjukkan adanya kecenderungan

hubungan yang negatif pada kelompok Total (r=-0.121, p=0.156), I (r=-0.219,

p=0.111) sedangkan pada kelompok II (r=0.200, p=0.374), III (r=0.167,

p=0.261) dan kelompok IV (r=0.020, p=0.467) menunjukkan kecenderungan

hubungan yang positif.

3. 7 Analisis hubungan tCys dan HOMA IR pada kelompok Total, I, II, III

dan IV

Pada uji korelasi tCys dengan HOMA-IR menunjukkan hubungan linier

negatif sedang yang bermakna hanya pada kelompok IV (r=-0.415, p=0.049),

namun menunjukkan adanya kecenderungan hubungan yang negatif pada

kelompok Total (r=-0.129, p=0.141), I (r=-0.093, p=0.304) dan III (r=-0.098,

p=0.354) walaupun secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0.050). Pada

kelompok II (r=0.600, p=0.142) terdapat kecenderungan hubungan yang

positif walaupun secara statistik tidak berbeda bermakna.

Analisis tahap berikutnya yaitu analisa jalur γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys

terhadap HOMA-IR tidak dapat dilanjutkan karena tidak ditemukan hubungan


40

yang bermakna (p > 0.050) pada γ-GT terhadap HOMA-IR melalui hs-CRP,

GPx, tCys.
41

Pembahasan

Secara garis besar penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan

linier antara γ-GT dan tCys dengan HOMA-IR pada subyek obesitas sentral

dengan lingkar pinggang 100 cm disertai adanya fatty liver.

1. Analisis Gambaran Umum Subyek Penelitian

Untuk melihat karakterisasi khusus pada subyek penelitian ini

dilakukan pengelompokan yang membedakan antara kelompok Total, I, II, III

dan IV.

Dari data deskripsi umum subyek penelitian diperoleh data usia total

subyek sebagian besar berada di dua kelompok umur yaitu 30 – 40 tahun

(45.8%) dan 41 – 50 tahun (37.5%). Pada kelompok I memiliki komposisi

subyek dengan persentase terbesarnya berada pada usia 30 – 40 tahun yaitu

sebesar 54.5%. Pada kelompok II diperoleh komposisi subyek terbesar

berada pada usia 41 – 50 tahun sebesar 60.0%. Pada kelompok III memiliki

komposisi subyek dengan persentase terbesarnya berada pada usia 30 – 40

tahun yaitu sebesar 41.2%. Pada kelompok IV memiliki komposisi subyek

dengan persentase terbesarnya berada pada usia 41 – 50 tahun yaitu

sebesar 52.9%. Pada kelompok yang disertai fatty liver sebagian besar

berada pada usia 41 – 50 tahun, sedangkan pada kelompok tanpa fatty liver
42

sebagian besar berada pada usia 30 – 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan karakteristik usia pada keempat kelompok.

Bila dilakukan pengelompokan data berdasarkan lama menderita

obesitas sentral dari total subyek diperoleh dua kelompok besar, yaitu lama

obes 3-5 tahun (47.2%) dan > 5 tahun (45.8%). Komposisi subyek dengan

lama obes > 5 tahun yang terbesar berada pada kelompok III dan IV dengan

persentase 52.9%, bila dibandingkan dengan kelompok I (45.5%) dan

kelompok II (0%). Hal ini menggambarkan adanya perbedaan karakteristik

subyek antara keempat kelompok dalam hal lama menderita obesitas sentral

berdasarkan data wawancara.

Dari hasil pengelompokan berdasarkan gambaran biokimiawi tersebut

diperoleh 61.1% total subyek berada pada inflamasi risiko sedang (hs-CRP

1.00 – 3.00 mg/L). Pada kelompok I terlihat komposisi 33.3% pada inflamasi

risiko ringan dan 51.5% pada inflamasi risiko sedang. Begitu pula pada

kelompok II terlihat komposisi 20.0% pada inflamasi risiko ringan dan 80.0%

pada inflamasi risiko sedang dan kelompok III terlihat komposisi 23.5% pada

inflamasi risiko ringan dan 70.6% pada inflamasi risiko sedang. Pada

kelompok III terlihat komposisi 64.7% pada inflamasi risiko sedang dan

29.4% pada inflamasi risiko tinggi. Hal ini menggambarkan terjadinya

pergeseran komposisi subyek ke arah peningkatan risiko inflamasi yang

diwakili oleh peningkatan hs-CRP seiring dengan pertambahan lingkar

pinggang dan adanya fatty liver.


43

Seluruh kelompok subyek memiliki nilai GPx yang berada pada

rentang nilai rujukan (27.5-73.6 U/gHb), dengan persentase jumlah subyek

pada kelompok total subyek (97.2%). Hal ini pun terlihat pada komposisi

subyek dari tiap kelompok yang hampir seluruhnya mempunyai GPx berada

pada rentang nilai rujukan baik pada kelompok I (100%), kelompok II (100%),

III (88.2%) maupun kelompok IV (100%), yang menunjukkan bahwa proses

stress oksidatif masih berada pada tahap awal dan kemungkinan adanya

kompensasi tubuh sehingga masih terjadi keseimbangan antara antioksidan

dan radikal bebas. Hal ini diperkuat dengan tidak ditemukannya data GPx

yang berada di bawah nilai terendah dari rentang rujukan GPx pada semua

kelompok.

Pengelompokkan berdasarkan data γ-GT digunakan nilai mediannya

(rendah ≤ 35, tinggi > 35 U/L) karena data tidak terdistribusi normal. Dari total

subyek diperoleh 54.2% berada pada γ-GT yang rendah. Begitu pula

komposisi subyek dengan γ-GT yang rendah dari tiap kelompoknya sebesar

57.6% pada kelompok I, 60.0% pada kelompok II dan 52.9% kelompok IV,

sedangkan pada kelompok III sebagian besar berada pada γ-GT yang tinggi.

Hampir seluruh kelompok memiliki karakteristik yang sama yaitu γ-GT yang

rendah pada sebagian besar subyeknya kecuali pada kelompok III.

Pengelompokkan tCys berdasarkan median total subyek (rendah ≤

242, tinggi > 242 µmol/L) diperoleh persentase yang sama yaitu 50% tCys
44

rendah dan 50% tCys tinggi pada kelompok total subyek. Pada kelompok I

(51.5%), II (60.0%), III (52.9%) sebagian besar subyeknya memiliki tCys

tinggi, sedangkan pada kelompok IV hanya sebesar 41.2% yang berada pada

tCys tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok III justru sebagian

besar 58.8% berada pada tCys yang rendah. Berdasarkan literatur, nilai

rujukan yang digunakan untuk kadar tCys adalah 200 – 400 µmol/L. Bila

dilakukan pengelompokkan tCys berdasarkan nilai rujukan tersebut, diperoleh

sebagian besar berada pada rentang nilai rujukan dengan persentase

sebesar 84.7% pada total subyek. Begitu pula pada komposisi subyek per

kelompok diperoleh tCys pada rentang nilai rujukan dengan persentase

sebesar 81.8% pada kelompok I, 80.0% pada kelompok II dan 88.2% pada

kelompok III dan IV. Pada seluruh kelompok tidak ditemukan subyek dengan

tCys yang berada di atas nilai tertinggi rentang rujukan tCys.

Bila dilakukan pengelompokan HOMA-IR dengan cut off 2.0 (Non IR ≤

2.0, IR > 2.0), diperoleh sebagian besar termasuk kelompok IR (61.1% total

subyek) dengan komposisi IR yang semakin meningkat per kelompoknya

yaitu pada kelompok I sebesar 54.5%, kelompok II sebesar 60.0%, kelompok

III sebesar 58.8% dan kelompok IV sebesar 76.5%. Pada pengelompokan

HOMA-IR dengan cut off 3.0 (Non IR ≤ 3.0, IR > 3.0), walaupun hanya 37.5%

yang termasuk kelompok IR namun peningkatan komposisi IR per

kelompoknya masih terlihat yaitu pada kelompok I sebesar 21.2%, kelompok

II sebesar 20.0%, kelompok III sebesar 47.1% dan kelompok IV sebesar


45

64.7%. Bila dilakukan pengelompokan HOMA-IR dengan cut off 3.8 (Non IR ≤

3.8, IR > 3.8), diperoleh data yang sama walaupun hanya 19.4% yang

termasuk kelompok IR namun peningkatan komposisi IR per kelompoknya

masih terlihat yaitu pada kelompok I sebesar 9.1%, kelompok II sebesar

20.0%, kelompok III sebesar 18.2% dan kelompok IV sebesar 41.2%.

Walaupun menggunakan cut off yang berbeda terlihat pola yang sama yaitu

terjadi peningkatan komposisi subyek yang termasuk IR dengan persentase

terbesar pada kelompok IV. Data di atas memperlihatkan pada kelompok

dengan adanya fatty liver mempunyai nilai HOMA-IR lebih tinggi

dibandingkan kelompok tanpa fatty liver.

2. Analisis perbedaan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA-IR antara

Kelompok I, II, III dan IV

Dari data hasil uji Mann Whitney yang digunakan untuk menilai

perbedaan antar kelompok tersebut dapat disimpulkan bahwa antara

kelompok I dan III, II dan IV tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara

statistik (p>0.050). Diperoleh perbedaan hs-CRP yang bermakna antara

kelompok III dan IV, dengan kadar hs-CRP yang paling tinggi pada IV

(2.6±1.6) bila dibandingkan dengan kelompok III (1.7±0.9), II (1.7±1.4) dan

kelompok I (2.1±1.9). Bila dilihat data median hs-CRP pada kelompok I (1.5),

II (1.4), III (1.6) dan IV (2.0), tidak terdapat perbedaan pada kelompok I, II

dan III. Hal ini menggambarkan adanya proses inflamasi yang semakin
46

meningkat pada kelompok dengan lingkar pinggang lebih dari 100 cm disertai

adanya fatty liver. Pada hasil uji perbedaan ini, terlihat penurunan GPx yang

secara statistik bermakna antara kelompok I (50.1±11.6) dan kelompok II

(38.9±6.9), kelompok I (50.1±11.6) dan kelompok IV (41.8±7.7), kelompok II

(38.9±6.9) dan kelompok III (53.2±17.7), kelompok III (53.2±17.7) dan

kelompok IV (41.8±7.7). Data di atas menunjukkan bahwa pada kelompok

yang disertai fatty liver (kelompok II dan IV) memiliki GPx yang lebih rendah

dibandingkan kelompok yang tanpa fatty liver (kelompok I dan III), yang

menggambarkan adanya hubungan antara stres oksidatif dengan fatty liver.

Walaupun secara statistik tidak bermakna, γ-GT terlihat antara kelompok I

(42.3±30.7) dan kelompok III (42.9±21.7) hampir sama, namun ada

kencenderungan meningkat pada kelompok III (49.6±39.5), menunjukkan

pada kelompok dengan lingkar pinggang lebih dari 100 cm disertai adanya

fatty liver terdapat peningkatan γ-GT. Pada kelompok I (250.9±51.1), II

(258.1±49.0) dan III (253.4±45.2) terlihat tCys yang hampir sama namun

sebaliknya menurun pada kelompok IV (243.2±31.5). Pada uji perbedaan

HOMA-IR diperoleh perbedaan yang bermakna pada kelompok I dan IV,

dengan nilai HOMA-IR yang lebih tinggi pada kelompok IV (3.7±2.0)

dibandingkan kelompok I (2.8±2.9). Walaupun mean HOMA-IR pada

kelompok dengan adanya fatty liver (kelompok II dan IV) sedikit lebih rendah

dibandingkan kelompok tanpa adanya fatty liver (kelompok I dan III), namun
47

median HOMA-IR menunjukkan kelompok I dan II tidak berbeda yaitu 2.2,

sedangkan kelompok IV (3.1) sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok III

(2.7). Hal ini menggambarkan kecenderungan peningkatan kondisi resistensi

insulin dengan adanya penambahan lingkar pinggang disertai adanya fatty

liver.

3. Analisis hubungan γ-GT, hs-CRP, GPx, tCys dan HOMA IR pada

kelompok Total, I, II, III dan IV

Pada subyek obesitas sentral menunjukkan adanya peningkatan γ-GT

berkaitan dengan terjadinya stres oksidatif dan inflamasi, kedua proses

tersebut diketahui dapat menginduksi terjadinya resistensi insulin.

Patomekanisme terjadinya resistensi insulin pada individu dengan obesitas

sentral diduga tidak hanya melalui stres oksidatif dan inflamasi, hal ini dapat

diketahui dari adanya penelitian yang menunjukkan peningkatan aktivitas γ-

GT juga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi sistein total dalam

plasma (tCys) (Gunawan, et al, 2011; Bastard, et al, 2006; Elshorbagy, et al,

2011). Konsentrasi tCys telah terbukti berhubungan dengan obesitas dan

resistensi insulin (Elshorbagy, et al, 2012).

CRP adalah protein fase akut yang disintesis di hati (Daniel and

Hackam, 2003). CRP selain sebagai suatu penanda inflamasi akut, juga

merupakan penanda low grade inflammation kronik dan sistemik yang terlibat

secara aktif dalam proses aterogenesis (Ridker, et al, 2003)


48

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selain CRP merupakan

penanda yang sangat kuat untuk patogenesis aterosklerosis, acute coronary

syndrome (ACS), perkembangan hipertensi, sindroma metabolik dan kejadian

kardiovaskular lainnya (Jialal and Devaraj, 2001).

Penelitian Lee, et al (2006), menyatakan bahwa enzim γ-GT

berhubungan positif dengan beberapa faktor risiko kardiovaskular seperti C-

Reactive Protein (CRP), fibrinogen, F2-isoprostan, dan berhubungan negatif

terhadap kadar antioksidan.

Pada uji korelasi γ-GT dengan hs-CRP walaupun secara statistik tidak

berbeda bermakna (p>0.050) menunjukkan adanya kecenderungan

hubungan yang positif baik pada kelompok total subyek (r=0.129, p=0.140),

kelompok I (r=0.096, p=0.297), kelompok III (r=0.073, p=0.391) maupun pada

kelompok IV (r=0.068, p=0.398) dan hanya pada kelompok II yang bermakna

(r=1.000, p=0.000). Hal ini sudah sejalan dengan beberapa penelitian

sebelumnya yang dilakukan, yang menyatakan γ-GT berhubungan secara

positif dengan hs-CRP (Gunawan, et al, 2011; Arifin, et al, 2009; Lee, et al,

2006).

Pada uji korelasi hs-CRP dengan HOMA-IR walaupun secara statistik

tidak berbeda bermakna (p>0.050), menunjukkan adanya kecenderungan

hubungan yang positif baik pada kelompok total subyek (r=0.134, p=0.131),

kelompok I (r=0.182, p=0.155), II (r=0.100, p=0.436) maupun kelompok III


49

(r=0.124, p=0.318). Hal ini sesuai dengan teori bahwa stres oksidatif dan

inflamasi dapat menginduksi terjadinya resistensi insulin (Bastard, et al, 2006).

Namun justru sebaliknya pada kelompok IV terdapat hubungan yang negatif

antara hs-CRP dengan HOMA-IR, walaupun secara statistik tidak bermakna

(r=-0.027, p=0.459), hal ini kemungkinan adanya mekanisme keseimbangan

antara pro oksidan dan anti oksidan dalam tubuh.

GPx merupakan suatu enzim yang berfungsi sebagai antioksidan yang

terlibat dalam proses detoksifikasi H2O2 dan hidroperoksida lemak menjadi

bentuk alkohol yang tidak berbahaya, penurunannya dapat menggambarkan

terjadinya stres oksidatif (Forgione, et al, 2002; Haan, et al, 2006).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas GPx antara

lain status selenium, genetik. Aktivitas GPx membutuhkan selenium untuk

dapat beraktivitas, Selenium secara aktif berperan pada reaksi katalitik

(Stocker and Keaney, 2004). Adapun faktor genetik sangat berperan penting

dalam mengontrol aktivitas suatu enzim (Mezes, et al, 2003). Pada penelitian

ini tidak dilakukan pemeriksaan terhadap status selenium ataupun

pengendalian pada variasi genetik.

Pada uji korelasi γ-GT dengan GPx walaupun secara statistik tidak

berbeda bermakna (p>0.050), menunjukkan adanya kecenderungan

hubungan yang negatif baik pada kelompok total subyek (r=-0.081, p=0.250),

kelompok I (r=-0.172, p=0.169) maupun kelompok III (r=-0.326, p=0.101). Hal


50

ini sudah sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan, yang

menyatakan γ-GT berhubungan secara negatif dengan GPx yang

menunjukkan adanya proses stres oksidatif (Gunawan, et al, 2011; Arifin, et

al, 2009; Lee, et al, 2006). Namun sebaliknya pada kelompok II (r=0.100,

p=0.436) dan IV (r=0.307, p=0.116), terlihat adanya kecenderungan

hubungan yang positif antara γ-GT dan GPx, hal ini menggambarkan

terjadinya peningkatan aktivitas GPx, yang merupakan mekanisme tubuh

dalam menghadapi stres oksidatif yaitu dengan meningkatkan antioksidan

salah satunya adalah GPx.

Pada uji korelasi GPx dengan HOMA-IR walaupun secara statistik

tidak berbeda bermakna (p>0.050), menunjukkan adanya kecenderungan

hubungan yang negatif pada kelompok total subyek (r=-0.121, p=0.156) dan

kelompok I (r=-0.219, p=0.111). Hal ini sesuai dengan teori bahwa stres

oksidatif dan inflamasi diketahui dapat menginduksi terjadinya resistensi

insulin (Bastard, et al, 2006). The Framingham Offspring Study, menunjukkan

adanya hubungan positif antara kondisi stres oksidatif sistemik dengan

kejadian resistensi insulin (Meigs, et al, 2007). Kecenderungan hubungan

positif yang pada kelompok II (r=0.200, p=0.374), III (r=0.167, p=0.261) dan

IV (r=0.022, p=0.467) kemungkinan disebabkan masih adanya keseimbangan

antara anti oksidan dan pro oksidan dalam tubuh. Hal ini diperkuat dengan
51

data pada kelompok subyek penelitian ini sebagian besar masih berada pada

rentang nilai rujukan.

Sistein adalah asam amino proteinogenik esensial yang mengandung

sulfur. Sistein total plasma meliputi semua bentuk sistein dalam sirkulasi

termasuk bentuk bebas, disulfida, dan sistein yang terikat albumin. Sistein

dalam plasma yang tidak terikat pada protein (bebas) sering berada dalam

bentuk disulfida homogen (sistin) atau campuran (antara lain homosistein-

sistein). Sistein dapat mengalami autooksidasi menjadi Sistin dan

menghasilkan H2O2, dengan semakin meningkatnya ketersediaan Sistin

dapat mengakibatkan ketidakseimbangan redoks yang mengakibatkan stres

oksidatif yang erat kaitannya dengan inflamasi dan resistensi insulin.

(Elshorbagy, et al, 2010; Elshorbagy, et al, 2011).

γ-GT berperan dalam menyebabkan risiko penyakit vaskular pada

sindrom metabolik berdasarkan peningkatan sistein-glisin dan sistein serta

peningkatan aktivitas γ-GT yang merupakan bentuk kompensasi dari

penurunan level GSH (Giral, et al, 2008).

Adanya penelitian yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan

aktivitas enzim γ-GT yang dinyatakan berkaitan dengan kondisi potensial

prooksidan komponen senyawa tiol, yang ditunjukkan dengan adanya

penurunan kadar glutation plasma dan peningkatan konsentrasi sistein-glisin

pada populasi penderita dislipidemia dan sindrom metabolik (Heistad, 2006).


52

Pada uji korelasi γ-GT dengan tCys walaupun secara statistik tidak

berbeda bermakna (p>0.050), menunjukkan adanya kecenderungan positif

hanya pada kelompok II (r=0.700, p=0.094). Hal ini seiring dengan penelitian

yang menyatakan terjadinya defisiensi sistein plasma yang berat pada orang

yang mengalami defisiensi γ-GT secara genetik (Hammond, et al, 1999).

Pada penelitian ini diperoleh adanya kecenderungan hubungan yang negatif

baik pada kelompok total subyek (r=-0.121, p=0.156), kelompok I (r=-0.183,

p=0.153), kelompok III (r=-0.129, p=0.311) maupun kelompok IV (r=-0.301,

p=0.120) walaupun secara statistik tidak bermakna. Keterbatasan pada

penelitian ini yaitu sulitnya melakukan pengendalian jumlah makanan yang

mengandung metionin, vitamin B12 dan asam folat yang dikonsumsi yang

kemungkinan berpengaruh pada ketersediaan sistein, yang dalam plasma

diatur oleh fungsi makanan, perombakan protein dan sintesis endogen

(Elshorbagy, et al, 2011). Selain itu pula belum tersedianya pemeriksaan

khusus untuk tCys sehingga pada penelitian ini masih menggunakan assay

khusus pemeriksaan homosistein yang dapat memberikan hasil tambahan

tCys dan pemeriksaan tCys mewakili sistin yang ingin diukur yang berkisar

25% dari tCys.

Ada pula penelitian yang dilakukan pada anak dan remaja,

menunjukkan hubungan positif tCys dengan glukosa puasa, insulin, C-

peptide, Non-Esterified Fatty Acid (NEFA) dan HOMA-IR. tCys yang tinggi
53

mempunyai risiko dua kali menjadi resistensi insulin dan diduga berkaitan

dengan NEFA yang berperan penting pada perkembangan resistensi insulin

pada obesitas (Elshorbagy, et al, 2012).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Elshorbagy (2012) yang menyatakan adanya hubungan positif tCys dengan

HOMA-IR, yaitu pada uji korelasi tCys dengan HOMA-IR walaupun secara

statistik tidak berbeda bermakna (p>0.050), menunjukkan adanya

kecenderungan hubungan yang negatif pada hampir seluruh kelompok yaitu

kelompok total subyek (r=-0.129, p=0.141), I (r=-0.093, p=0.304), III (r=-0.098,

p=0.354), kecuali pada kelompok II (r=0.600, p=0.142) sebaliknya terdapat

kecenderungan yang positif. Namun yang menarik bahwa pada kelompok III

hubungan linier negatif antara tCys dan HOMA-IR (r=-0.415, p=0.049) cukup

kuat dan secara statistik bermakna, beberapa asumsi kemungkinan masih

adanya proses keseimbangan dalam tubuh yang dipengaruhi kerja enzim

Cysteine Dioxygenase dalam mengendalikan ketersediaan tCys yang

berlebih agar kadar tCys tetap berada pada kadar tertentu (Stipanuk, et al,

2006). Hal ini semakin diperkuat dengan hasil GPx dan hs-CRP pada

kelompok III yang menggambarkan bahwa proses stres oksidatif dan

inflamasi masih pada tahap awal. Asumsi lain yang membedakan hasil

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, adanya perbedaan metode yang

digunakan untuk mengukur tCys, pada penelitian Elshorbagy (2012)

menggunakan LC-MS, sedangkan pada penelitian ini menggunakan HPLC


54

dengan detektor fluoresensi. Berdasarkan literatur diketahui bahwa metode

GC-MS/LC-MS lebih sensitif dan selektif untuk pengukuran tCys (Amarnath,

et al, 2003)

Pada kondisi obesitas sentral dan sindroma metabolik terjadi

peningkatan kadar γ-GT meskipun masih dalam batas nilai normal yang

umumnya digunakan. Peningkatan aktivitas γ-GT yang diperkirakan

berhubungan dengan kondisi obesitas sentral dan resistensi insulin serta

berkaitan juga dengan hepatik steatosis (Giral, et al, 2008).

γ-GT merupakan marker yang telah dikenal untuk obesitas abdominal

dan fatty liver. Salah satu kemungkinan yang mengkaitkan antara γ-GT dan

resistensi insulin adalah fatty liver, peningkatan γ-GT berasosiasi dengan

kandungan lemak hepatik pada subyek manusia. Fatty liver berkaitan dengan

pembentukan radikal bebas, yang akan mengakibatkan berkurangnya GSH

intraseluler dan γ-GT diinduksi untuk mempertahankan kadar GSH.

Peningkatan γ-GT pada membran sinusoidal dari hepatosit yang

mengakibatkan pelepasan γ-GT ke sirkulasi (Whitfield, 2001).

Data uji korelasi γ-GT dengan HOMA-IR berhubungan linier positif kuat

yang bermakna pada kelompok IV dengan koefisien variasi = 0.604, p=0.005

(p<0.050). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi γ-GT maka semakin

tinggi pula HOMA-IR pada kelompok obesitas sentral dengan lingkar

pinggang lebih dari 100 cm disertai adanya fatty liver. Korelasi antara γ-GT
55

dengan HOMA-IR pada kelompok total subyek menunjukkan kecenderungan

hubungan yang positif walaupun secara statistik tidak bermakna. Pada

kelompok dengan disertai fatty liver diperoleh r yang lebih besar

dibandingkan tanpa disertai fatty liver. Hal ini sesuai dengan beberapa

penelitian yang menunjukkan bahwa γ-GT berhubungan dengan resistensi

insulin dan penanda resistensi insulin seperti insulin puasa, HOMA-IR

(Nilssen et al, 1994; Whitfield, 2001; Andre, et al, 2007; Kawamoto, et al,

2009). Marchesini, et al (2001), menyatakan bahwa peningkatan γ-GT pada

subyek obesitas terkait dengan adanya deposisi lemak pada hati, yang dapat

menyebabkan resistensi insulin hepatik yang dapat berkembang menjadi

resistensi insulin yang sistemik. Selain Inflamasi, stress oksidatif, peningkatan

asam amino sistein, faktor lain yang dapat mempengaruhi hubungan γ-GT

dengan HOMA-IR salah satunya adalah fatty liver.

Dari hasil USG diperoleh data dari total subyek kelompok IV (17

subyek) terdiri dari 23.5% (4 subyek) dengan fatty liver grade I, 29.4% (5

subyek) dengan fatty liver grade II dan 47.1% (8 subyek) dengan fatty liver

grade III. Pada kelompok II, dari total subyeknya (5 orang), terdapat subyek

dengan fatty liver grade I sebesar 13.6% (3 subyek) dan fatty liver grade II

sebesar 9.1% (2 subyek). Bila dikaitkan dengan korelasi γ-GT dengan HOMA

IR pada kelompok II yang sudah mulai terlihat adanya kecenderungan

hubungan yang positif walaupun secara statistik tidak bermakna, sedangkan


56

pada kelompok IV terlihat hubungan linier positif yang kuat, hal ini

menggambarkan adanya pengaruh derajat fatty liver yang semakin

meningkat dengan didukung lingkar pinggang yang semakin besar pada

kejadian resistensi insulin. Dari data di atas terlihat pula bahwa tidak semua

subyek yang fatty liver menunjukkan peningkatan HOMA-IR, namun γ-GT

dapat mewakili adanya resistensi insulin pada subyek dengan fatty liver, perlu

penelitian lebih lanjut untuk menentukan cut off γ-GT yang dapat

membedakan subyek fatty liver yang sudah menunjukkan resistensi insulin

dan yang belum menunjukkan resistensi insulin.

4. Analisis Jalur γ-GT dengan HOMA IR melalui hs-CRP, GPx, tCys

Analisis tahap selanjutnya untuk melihat jalur γ-GT dengan HOMA-IR

melalui hs-CRP, GPx, tCys pada kelompok obesitas sentral tidak dilakukan

karena tidak ditemukan hubungan yang bermakna pada γ-GT dengan HOMA-

IR melalui hs-CRP, GPx, tCys.

5. Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan data hasil penelitian di atas dan pertanyaan penelitian

yang ada, diperoleh rangkuman sebagai berikut :

1. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara γ-GT, hs-CRP, GPx,

tCys dan HOMA-IR pada total subyek obesitas sentral. Akan tetapi pada

pengelompokkan obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang dan fatty

liver, ditemukan hubungan positif yang bermakna dan cukup kuat antara
57

γ-GT dengan HOMA-IR pada kelompok obesitas sentral dengan lingkar

pinggang lebih dari 100 cm disertai adanya fatty liver. Begitu pula tCys

ditemukan adanya hubungan linier negatif yang bermakna pada kelompok

kelompok obesitas sentral dengan lingkar pinggang lebih dari 100 cm

disertai adanya fatty liver.

2. Hubungan antara γ-GT dengan HOMA-IR tidak terbukti melalui GPx pada

subyek obes sentral, termasuk kelompok obesitas sentral dengan lingkar

pinggang lebih dari 100 cm dan disertai adanya fatty liver.

3. Hubungan antara γ-GT dengan HOMA-`IR tidak terbukti melalui tCys pada

subyek obes sentral, termasuk kelompok obesitas dengan lingkar

pinggang lebih dari 100 cm dan disertai adanya fatty liver.

4. Hubungan antara γ-GT dengan HOMA-IR tidak terbukti melalui hs-CRP

pada subyek obes sentral, termasuk kelompok obesitas dengan lingkar

pinggang lebih dari 100 cm dan disertai adanya fatty liver.


58

Subyek Obesitas Sentral :


Total (n=72), I (n=33), II (n=5), III (n=17) dan IV (n=17)
T : 0.129 (p 0.140) T : 0.134 (p 0.131)
I : 0.096 (p 0.297) I : 0.182 (p 0.155)
II : 1.000 (p 0.000) II : 0.100 (p 0.436)
III : 0.073 (p 0.391) III : 0.124 (p 0.318)
IV : 0.068 (p 0. 398) IV : -0.027 (p 0.027)

hs-CRP
T : - 0.081 (p 0.250) T : - 0.121 (p 0.156)
I : - 0.172 (p 0.169) I : - 0.219 (p 0.111)
II : 0.100 (p 0.436) II : 0.200 (p 0.374)
III : - 0.326 (p 0.101) III : 0.167 (p 0.261)
γ-GT IV : 0.307 (p 0.116)
GPx
IV : 0.022 (p 0.467)

HO
T : - 0.121 (p 0.156) T : - 0.129 (p 0.141)
MA
I
II
: - 0.183 (p 0.153)
: 0.700 (p 0.094)
I
II
: - 0.093 (p 0.304)
: 0.600 (p 0.142)
-IR
III : - 0.129 (p 0.311) III : - 0.098 (0.354)
IV : - 0.301 (p 0.120) IV : - 0.415 (p 0.049)

tCys
T : 0.179 (p 0.066)
I : - 0.018 (p 0.460)
II : 0.100 (p 0.436)
III : 0.018 (p 0.472)
IV: 0.604 (p 0.005)

Variable bebas Variable antara Variable tergantung

Gambar 7. Ringkasan hasil penelitian


59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneltian ini, diperoleh beberapa hal yang dapat

disimpulkan yaitu :

1. Kontribusi γ-GT dalam patomekanisme terjadinya resistensi insulin pada

subyek obesitas sentral, hanya terbukti pada subyek dengan lingkar

pinggang lebih dari 100 cm yang sudah mengalami fatty liver. Begitupula

untuk tCys.

2. Kontribusi γ-GT untuk terjadinya resistensi insulin pada subyek obesitas

sentral tidak terbukti melalui hs-CRP, GPx dan tCys, termasuk pada

kelompok obesitas sentral dengan lingkar pinggang lebih dari 100 cm

yang sudah mengalami fatty liver.


60

C. Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut pada subyek obesitas sentral yang telah

mengalami proses inflamasi dan stress oksidatif yang lebih lanjut atau

yang telah mengalami fatty liver dengan jumlah sampel yang lebih besar

atau pada subyek obesitas sentral yang telah mengalami resistensi

insulin.

2. Metode pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan tCys perlu

dipertimbangkan agar menggunakan metode yang lebih selektif dan

sensitif yang khusus untuk pengukuran tCys pada penelitian selanjutnya.

3. Perlu dilakukan penelitian kohort dengan jumlah subyek lebih banyak

pada subyek obesitas sentral yang bervariasi dengan kontrol subyek

tidak obesitas sehingga diperoleh gambaran yang lengkap tentang

peran γ-GT pada patomekanisme resistensi insulin yang dapat

menggambarkan progresifitas subyek obesitas sentral menjadi sindroma

metabolik.

4. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan cut off γ-GT yang dapat

membedakan subyek fatty liver yang sudah menunjukkan resistensi

insulin dan yang belum menunjukkan resistensi insulin.


61

DAFTAR PUSTAKA

Amarnath, K., Amarnath, V., Amarnath, K., Valentine, H.L., Valentine, W.M.
2003. Specific HPLC-UV Method for the Determination of Cysteine
and Related Aminothiols in Biological Samples. 60 : 1229 – 1238

Andre, P., Balkau, B., Vol, S., Charles, M.A., Eschwege, E. 2007. DESIR
Cohort Study : γ-Glutamyltransferase Activity and Development of the
Metabolic Syndrome (International Diabetes Federation Definition) in
Middle-Aged Men and Women. Diabetes Care. 30 : 2355 – 2361

Arifin, M., Donosepoetro, M., Kasiman, S. 2009. Relationship between γ-


Glutamyltransferase (γ-GT) with High Sensitive C-Reactive Protein
(HsCRP), Oxidized (Ox-LDL) and Glutathione Peroxidase on Coronary
Heart Disease (CHD) Patient. Indones Biomed J. 2 : 51-58

Bastard, J.P., Maachi, M., Lagathu, C., Kim, M.J., Caron, M., Vidal, H.,
Capeau, J., and Feve, B. 2006. Recent Advances in Relationship
Between Obesity, Inflammation and Insulin Resistance. Eur Cytokine
Netw. 17 : 4 – 12

Black, S., Kushner, I., and Samols, D. 2004. C-Reactive Protein. J Biol
Chem. 279 : 48487 - 48490

Cornier, M.A., Dabelea, D., Hernandez, T.L., Lindstrom, R.C., Steig, A.J.,
Stob, N.R., Van Pelt, R.E., Wang, H., and Eckel, R.H. 2008. The
Metabolic Syndrome. Endocr Rev. 29 : 777-822

Daniel, G., and Hackam, S.S.A. 2003. Emerging Risk Factors for
Atherosclerotic Disease : A Critical Review of The Evidence. J Am
Heart Assoc. 290 : 932 – 940

Deedwania, P.C. 2004. Metabolic Syndrome and Vascular Disease, Is Nature


or Nature Leading the New Epidemic of Cardiovascular Disease?
Circulation. 109 : 2-4

Duvnjak, L., and Duvnjak, M. 2009. The Metabolic Syndrome – An Ongoing


Story. J Physiol Pharmacol. 60 : 19-24

Elshorbagy, A.K., Nurk, E., Gjesdal, C.G., Tell, G.S., and Ueland, P.M. 2008.
Homocysteine, Cysteine, and Body Composition in the Hordaland
62

Homocysteine Study : Does Cysteine Link Amino Acid and Lipid


Metabolism. Am J Clin Nutr. 88 : 738 – 746

Elshorbagy, A.K., Church, C., Garcia, M.V., Smith, A.D., Refsum, H., and Cox,
R. 2010. Dietary Cystine Level Affects Metabolic Rate and Glycaemic
Control in Adult Mice. Nutr Biochem. 23 : 332-340

Elshorbagy, A.K., Smith, A.D., Kozich, V., and Refsum, H. 2011. Cysteine
and Obesity. Obesity. 20 : 473-481

Elshorbagy, A.K., Garcia, M.V., Refsum, H., and Butte, N. 2012. The
Association of Cysteine with Obesity, Inflammatory Cytokines and
Insulin Resistance in Hispanic Children and Adolescents. Plos One. 7 :
1-8

Emdin, M., Pompella, A., and Paolicchi, A. 2005. Gamma-glutamyltranferase,


Aterosclerosis, and Chronic Heart Disease: Triggering Oxidative Stres
Within Plaque. Circulation. 112 : 2078 – 2080

Forgione, M.A., Cap ,A., Liao, R., Moldovan, N.I, Eberhardt, R.T., Lim, C.C.,
Jones, J., Clermont, P.J., and Loscalzo, J. 2002. Heterozygous
Cellular Glutathione Peroxidase Deficiency in the Mouse. Circulation.
106 : 1154 – 1158.

Giral, P., Jacob, N., Dourmap, C., Hansel, B., Carrie, A., Bruckert, E., Girerd
X., and Chapman, M.J. 2008, Elevated Gamma-glutamyltranferase
Activity and Perturbed Thiol Profile are Assosiated With Features of
Metabolic Syndrome. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 28:587-593

Gunawan, S., Santoso, A., and Wijaya, A.. 2011. The Correlation of γ-
Glutamyl Transferase (γ-GT), Glutathione Peroxidase (GPx) and Total
Antioxidant Status (TAS) with Inflammatory Marker in Individuals with
Metabolic Syndrome. Indones Biomed J. 3 : 57 – 63

Haan, J.B., Witting, P.K., Stefanovic, N., Pete, J., Daskalakis, M., Kola, I.,
Stocker, R., and Smolich, J.J. 2006. Lack of Antioxidant Glutathione
Perixidase-1 Does Not Increase Atherosclerosis in C57BL/J6 Mice Fed
a High-Fat-Diet. J Lipid Res. 47 : 1157 – 1167

Hammond, J.W., Potter, M., Sim, K.G., Wilcken, B. 1999. Reduced


glutathione, γ-glutamylcysteine, cysteine and γ-glutamylglutamine in γ-
glutamyltransferase deficiency. J Inherit Metab Dis. 22 : 235 – 239
63

Heistad, D.D. Oxidative Stress and Vascular Disease : 2005 Duff Lecture.
2006. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 26 :689 - 695

Iwakami, S., Misu, H., Takeda, T., Sugimori, M., Kaneko, S., and Takamura,
T. 2011. Concentration-dependent Dual Effects of Hydrogen Peroxide
On Insulin Signal Transduction in H4IIEC Hepatocytes. Plos One. 6 : 1
- 10

Jialal, I., and Devaraj, S. 2001. Inflammation and Atherosclerosis P : The


Value of The High-Sensitivity C-Reactive Protein Assay as a Risk
Marker. Am J Clin Pathol. 116 : S108 – S115

Kawamoto, R., Kohara, K., Tabara, Y., Miki, T., Otsuka, N. 2009. Serum
Gamma-Glutamyl Transferase Levels are Associated with Metabolic
Syndrome in Community-Dwelling Individuals. J Atheroscler Thromb.
16 : 355 - 362

Kirk, E.P., and Klein, S. 2009. Pathogenesis and Pathophysiology of the


Cardiometabolic Syndrome. J Clin Hypertens (Greenwich). 11 : 761-
765

Lee, D.S., Jane, C.E., Sander, J.R., Peter, W.W., Irene, A.C.S.F., Thomas, J.
W, Emelia J.B., Ralph, B.D., and Ramachandran, S.V. 2006. Gamma
Glutamyl Transferase and Metabolic Syndrome, Cardiovascular
Disease, and Mortality Risk : The Framingham Heart Study.
Arterioscler Thromb Vasc Biol. 27 : 127-133

Lee, D.H., Blomhoff, R., and Jacobs, D.R. 2004. Is Serum Gamma
Glutamyltransferase a Marker of Oxidative Stress?. Free Radic Res.
38 : 535-539

Marchesini, G., Brizi, M., Bianchi, G., Tomassetti, S., Bugianesi, E., Lenzi, M.
2001. Nonalcoholic Fatty Liver Disease: A Feature of The Metabolic
Syndrome. Diabetes. 50 : 1844 -18850

Meigs, J.B., Larson, M.G., Fox, C.S., Keaney, J.F., Vasan, R.S., and
Benjamin, E.J. 2007. Association of Oxidative Stress, Insulin
Resistance, and Diabetes Risk Phenotypes : The Framingham
Offspring Study. Diabetes Care. 30 : 2529 -2535
64

Nilssen, O., Forde, O.H. 1994. Seven-year Longitudinal Population Study of


Change in Gamma-glutamyltransferase : The Tromso Study. Am J
Epidemiol. 139 : 787 - 792

Onat, A., Can, G., Ornek, E., Cicek, G., Ayhan, E., and Dogan, Y. 2012.
Serum γ-Glutamyltransferase : Independent Predictor of Risk of
Diabetes, Hypertension, Metabolic Syndrome, and Coronary Disease.
Obesity. 20 : 842-848

Qu, H.Q, Li, Q., Rentfro, A.R., Fisher, S.P., and McCormick, J.B. 2011. The
Definition of Insulin Resistance Using HOMA-IR for Americans of
Mexican Descent Using Machine Leraning. Plos One. 6 : 1-4

Ridker, P.M. 2003. Clinical Application of C-Reactive Protein for


Cardiovascular Disease Detection and Prevention. Circulation. 107 :
363 – 369

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007. Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2010. Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Schenk, S., Saberi, M., and Olefsky, J.M. 2008. Insulin Sensitivity :
Modulation by Nutrients and inflammation. J Clin Invest. 118 : 2992 –
3002

Schulz, J.B., Lindenau, J., and Dichgans, J. 2000. Glutathione, Oxidative


Stress and Neurodegradation. Eur. J. Biochem. 267 : 4904 – 4911

Stipanuk, M.H., Londono, M., Lee, J.I., Hu, M., and Yu, A.F. 2002. Enzymes
and Metabolites of Cysteine Metabolism in Nonhepatic Tissues of Rats
Show Little Response to Changes in Dietary Protein or Sulfur Amino
Acid Levels. J Nutr. 132 : 3369 - 3378

Stocker, R. and Keany, J.F.Jr. 2004. Role of Oxidative Modifications in


Atherosclerosis. Physiol Rev. 84 : 1381 – 1478.

Tripathy, D., Mohanty, P., Dhindsa, S., Syed, T., Ghanim, H., Aljada, A., and
Dandona, P. 2003. Elevation of Free Fatty Acid Induces Inflammation
65

and Impairs Vascular Reactivity in Healthy Subjects. Diabetes. 52 :


2882 – 2887.

Whitfield, J.B. 2001. Gamma Glutamyl Transferase. Crit Rev Clin Lab Sci.
38 : 263-355

Yokohama, H., Emoto, M., Fujiwara, S., Motoyama, K., Morioka, T., Komatsu,
M., Tahara, H., Koyama, H., Shoji, T., Inaba, M., and Nishizawa, Y.
2004. Quantitative Insulin Sensitivity Check Index and the Reciprocal
Index of Homeostasis Model Assessment Are Useful Indexes of Insulin
Resistance in Type 2 Diabetic Patients with Wide Range of Fasting
Plasma Glucose. J Clin Endocr Metab. 89 : 1481-1484
66

LAMPIRAN

Lampiran 1

NASKAH PENJELASAN UNTUK RESPONDEN (SUBYEK)

Selamat pagi, saya Ritawaty, yang akan melakukan penelitian mengenai Hubungan
Beberapa Jenis Pemeriksaan Laboratorium Dengan Sekumpulan Faktor Risiko
Penyakit Jantung Pada Orang Dengan Lingkar Perut Yang Besar.
Dengan semakin meningkatnya gaya hidup yang kurang baik seperti
konsumsi makanan yang berlebih namun kurangnya aktivitas fisik sehari – hari serta
adanya pengaruh faktor keturunan mengakibatkan semakin meningkatnya faktor –
faktor risiko penyakit jantung. Sekumpulan faktor risiko penyakit jantung tersebut di
tandai adanya lingkar perut besar (pria ≥ 90 cm atau wanita ≥ 80 cm) disertai adanya
gula darah tinggi/kencing manis, tekanan darah tinggi, lemak darah yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan mencari pemeriksaan laboratorium yang relatif terjangkau
yang dapat mewakili bertambahnya faktor – faktor risiko penyakit jantung pada
seseorang dengan lingkar perut yang besar.
Apabila Bapak/Ibu setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, ada
beberapa tahapan yang akan Bapak/Ibu jalani :
1. Pengisian kuisioner (data pribadi Bapak/Ibu, obat-obatan yang diminum (jika
ada), serta riwayat penyakit yang pernah dialami).
2. Pemeriksaan fisik (lingkar perut, tinggi badan, berat badan, suhu tubuh,
tekanan darah) dan USG bila Bapak/Ibu belum melakukan USG dalam waktu
6 bulan terakhir.
3. Pengambilan darah hanya dilakukan sekali, sebanyak 20 ml dari pembuluh
darah di lipatan siku. Pengambilan darah akan menimbulkan sedikit rasa
sakit sebagaimana rasanya bila disuntik. Kemungkinan juga bisa timbul
memar ringan atau terjadi infeksi, namun resiko ini akan kami minimalkan
dengan prosedur pengambilan darah yang steril dan dilakukan oleh petugas
yang terlatih. Namun bila terjadi hal yang tidak diharapkan akibat
67

pengambilan darah ini, maka Bapak/Ibu akan ditangani sebagaimana


mestinya.
Darah yang diambil tadi akan digunakan untuk beberapa pemeriksaan
laboratorium, antara lain kadar hs-CRP, kreatinin, trigliserida, glukosa puasa,
Kolesterol HDL, Gamma GT, Darah lengkap, Insulin Puasa, GPx dan tCys.

Keuntungan mengikuti penelitian ini adalah dapat mengetahui status kesehatan dan
faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan lingkar perut yang besar.
Biaya-biaya yang berkaitan dengan penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti.
Keikut-sertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan, oleh
karena itu Bapak/Ibu berhak menolak atau mengundurkan diri. Penolakan atau
pengunduran diri Bapak/Ibu tidak akan mempengaruhi pelayanan kesehatan yang
seharusnya diberikan bagi Bapak/Ibu. Bila masih ada hal yang belum jelas atau
belum dimengerti dengan baik, maka Bapak/Ibu dapat meminta penjelasan lebih
lanjut kepada kepada saya: Ritawaty.

Untuk menunjang kemajuan ilmu pengetahuan, kami juga meminta ijin dari
Bapak/Ibu untuk melaporkan hasil penelitian kami ini pada :
– Forum ilmiah Program Pasca sarjana (S2) Universitas Hasanuddin.
– Publikasi pada jurnal ilmiah dalam maupun luar negeri.

Jika Bapak/Ibu setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, Bapak/Ibu dapat
menanda tangani surat persetujuan terlampir. Penandatanganan ini juga berarti
bahwa Bapak/Ibu telah mendapatkan penjelasan penelitian. Atas kesediaan dan
kerja samanya diucapkan terima kasih.

Identitas peneliti
Nama : Ritawaty, S.Si., Apt.
Alamat Kantor : Prodia Malang, Jl. Merbabu 10 Malang
Telepon Kantor : (0341) 366042
Hp : 081 330 21 9090
68

Lampiran 2.

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH


MENDAPAT PENJELASAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ..................................................................
Umur : ...................................................................
Alamat : ...................................................................
setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan mengenai
tujuan, manfaat apa yang akan dilakukan pada penelitian ini, menyatakan setuju
untuk ikut dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan.

Saya tahu bahwa keikut sertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga
saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa kehilangan
hak saya untuk mendapat pelayanan kesehatan.

Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian akan terjamin dan
saya dengan ini menyetujui semua data saya yang dihasilkan pada penelitian ini
untuk disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Bila terjadi perbedaan pendapat dikemudian hari, kami akan menyelesaikannya
secara kekeluargaan.
NAMA TANDA TANGAN TGL/BLN/THN

Klien ......................................... .............................. ..............................

Saksi 1 ......................................... .............................. ..............................

Saksi 2 ......................................... .............................. ..............................

Penanggung Jawab Penelitian : Penanggung Jawab Medis :


Nama : Ritawaty, S.Si, Apt Nama : dr. Juliani Dewi, SpPK
Alamat : Jl. Merbabu 10 Malang Alamat : Jl. Merbabu 10 Malang
No. Hp : 081-330219090 Telepon : 0341-366042
Telepon : 0341-366042
DISETUJUI OLEH KOMISI ETIK
PENELITIAN KESEHATAN
FAK. KEDOKTERAN UNHAS
Tanggal 8 April 2013
69

Lampiran 3.

Lembar Wawancara Pasien Penelitian

KONTRIBUSI GAMMA GLUTAMILTRANSFERASE (γγ-GT), GLUTATION


PEROKSIDASE (GPx), hs-CRP (high sensitivity C-Reactive Protein), SISTEIN
TOTAL PLASMA (tCys) DALAM PATOMEKANISME TERJADINYA
RESISTENSI INSULIN PADA SUBYEK SINDROMA METABOLIK

No. Pasien : Lingkar perut : cm


Nama Pasien : Tinggi badan : cm
Jenis Kelamin : Pria/Wanita Berat badan : kg
0
Umur / Tgl.Lahir : Suhu tubuh : C
No. Telp / HP : Tgl.Wawancara :
Email : Alamat :
Suku : Jawa/Bali/Madura/Cina/Arab/………
Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/Diploma/S1/………
Pekerjaan :
Tekanan Darah : I. II. III. Rata-Rata : /
mmHg
Tgl.Pengambilan Sampel/jam :
Lama menderita obesitas : ( ) < 1 tahun ( ) 3 - 5 tahun ( )
> 5 tahun
USG Liver 6 bulan terakhir :

Riwayat Penyakit yang Sedang/Pernah Diderita

Penyakit Riwayat pribadi Ada Riwayat Keluarga


Telah
diderita
berapa lama
Y Tida (bulan/tahun Y Tida
a k ) a k Keluarga
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Diabetes u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Hipertensi u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Riwayat PJK u
70

Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Dislipidemia u
Riwayat
keluarga Kakek/Nenek/Ayah/Ib
obesitas u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Hepatitis B/C u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Fatty Liver u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Sirosis u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Kanker hati u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Anemia u
Kakek/Nenek/Ayah/Ib
Thallasemia u
Sakit gigi (2
minggu terakhir)
Demam/flu (2
minggu terakhir)

Obat atau suplemen yang sedang dikonsumsi dalam 3 bulan terakhir

Y Tida Jenis/Nam Telah


Obat a k a Obat Frekuensi/minggu dikons
setia lain umsi
2 3 p - berapa
1x x x hari lain lama
Antibiotik
Anti
Inflamasi
Analgesik
Vitamin
Antioksidan
Food
Supplement
Fish
Oil/Minyak
Ikan
Kortikosteroi
d
Penurun
71

lemak
Penurun
gula
Penurun
tensi
Obat lain

Kebiasaan/Pola Hidup
Telah Sudah
dilakukan tidak
Kebiasaan/Pol Tida berapa dilakukan
a Hidup Ya k Frekuensi/Jumlah lama sejak
Merokok
Minum Alkohol
Minum Red
Wine
Vegetarian
Konsumsi telor
Konsumsi keju
Konsumsi
daging
Konsumsi wijen
Olahraga
72

Lampiran 4.
Prosedur Kerja Pemeriksaan Sistein Total

Prinsip :
HPLC derivatisasi dengan detektor fluoresensi. Preparasi sampel dengan bahan
pereduksi untuk memecah bentuk terikat berupa dimer homosistein atau yang terikat
dengan sistein. Setelah itu dilakukan deproteinase menggunakan reagen presipitasi
dan endapan dipisahkan melalui sentifugasi. Kemudian analit diberi penanda
fluoresens (reagen derivatisasi). Setelah dipisahkan secara kromatografi baru
dideteksi fluoresensinya. Peak area setara dengan konsentrasi substansi yang diukur.

Spesimen :
Plasma EDTA (sentrifugasi dari Whole Blood segera atau dari satu setengah jam
setelah pengambilan sampel)

Reagen dan Alat:


1. Homocysteine ClinRep, Cat. 23000
2. Analytical Column with test chromatogram, Cat. No. 23030
3. Derivatisation vial with cap (PE), Cat No. 23060
4. Plasma Control,Lyophil,Level I,II, Cat No. 23082
5. Flurorescence detector (panjang gelombang eksitasi 385 nm, panjang
gelombang emisi 515 nm.

Langkah Kerja :
1. Pelarutan kalibrator plasma liofilisat :tambahkan 3.0 ml air HPLC pada vial
dan lakukan pencampuran dengan menggunakan rotator selama 15 menit.
2. Reduksi : pindahkan 100 µl kalibrator, kontrol, atau plasma pasien pada vial
preparasi sampel. Pipet 25 µl standar internal dan 25 µl reagen A ke dalam
vial dan lakukan pencampuran menggunakan vortex selama 5 detik.
3. Pengendapan : Tambahkan 100 µl reagen B pada sampel yang telah direduksi
dan lakukan pencampuran lagi menggunakan vortex selama 5 detik.
Kemudian centrifugasi sampel pada 10000g selama 5 menit.
4. Derivatisasi : Pipet 50 µl supernatan pada vial khusus derivatisasi yang
bertutup, dan pindahkan 100 µl reagen C dan 50 µl reagen D ke dalam vial
pada saat penambahan reagen D pastikan sampel terlindung dari cahaya,.
Lakukan pencampuran sampel menggunakan vortex-mixer selama 5 detik.
Kemudian inkubasi pada suhu 60 0C selama 60 menit. Setelah diinkubasi ,
sampel didinginkan selama 5 menit pada suhu 4-8 0C (kulkas). Setelah itu
sampel diinjeksi secara manual atau menggunakan autosampler sebanyak 20
µl menggunakan sistem HPLC.
73

Lampiran 5.

Anda mungkin juga menyukai