Anda di halaman 1dari 24

FINAL PROJECT

PLANNING AND PLANT DESIGN

HEAT EXCHANGER DESIGN

By : Group 4
Joshua 1901478995
Enrico Chiesa Goutama 1901460820
Ivan Yudhistira 1901513884
Putu Aditya Ragatama 1901517806
LEMBAR PENUGASAN

PERANCANGAN HEAT EXCHANGER

Group 18 Shell Tube

fluid Water Isopropil Alcohol

Flow rate (kg/h) 1000

Inlet temperature (C) 30 70

Outlet temperature (C) 80 20

Anggota group:
Nama Kontribusi (%) Tanda tangan

Joshua 25

Enrico Chiesa Goutama 25

Ivan Yudhistira 25

Putu Aditya Ragatama 25


BAB I

PROBLEM DAN ANALISIS MASALAH

Heat exchanger merupakan salah satu sistem utilitas yang berfungsi menunjang kerja
reaktor dengan cara mempertukarkan kalor / panas fluida kerja agar sesuai dengan kondisi yang
diinginkan. Heat exchanger mempertukarkan kalor tanpa kontak langsung antara fluida kerja
dengan fluida pendingin (indirect contact).

Di dalam penukar panas (Shell and Tube Heat Exchanger), fluida kerja nitrobenzene dengan
laju massa 1475,092857 kg/jam ingin didinginkan dari temperatur 374oF menjadi 302oF
dengan cara mempertukarkan kalor antara fluida kerja nitrobenzene yang dialirkan di dalam
tube dengan fluida pendingin asam format dari temperatur 122oC menjadi 194oC yang dialirkan
di dalam shell. Untuk itu, Shell and Tube Heat Exchanger perlu didesain agar kondisi fluida
tersebut dapat tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang Heat Exchanger ini
adalah:

 Data-data fisik baik dari fluida kerja maupun fluida pendingin (densitas/ρ, viskositas/µ
, kapasitas panas / cp , konduktivitas termal / k) pada berbagai temperatur
 Jumlah kalor yang harus dipertukarkan (Q)
 Laju alir massa fluida pendingin
 Arah aliran kedua fluida di dalam Heat Exchanger (counter current flow, co-current
flow, atau cross flow)
 Jumlah pass di tube dan pass di shell
 Jumlah tube
 Spesifikasi dari tube (diameter inside, diameter outside, dan wall thickness)
 Panjang Heat Exchanger (L)
 Tipe front dan rear head serta tipe Heat Exchanger yang digunakan menurut standar
TEMA
 Spesifikasi baffle (baffle cut dan baffle spacing)
 Inside diameter dari shell
 Kecepatan fluida dalam shell dan tube
 Tipe aliran di dalam shell dan tube (laminar, transition, atau turbulent flow)
 Wall temperature
 Pressure drop / penurunan tekanan fluida
 Fouling factor dari kedua fluida
Dari data-data tersebut dapat diperoleh nilai overall heat transfer coefficient (U) dari
heat exchanger yang dirancang. Nilai tersebut merupakan suatu konstanta yang menyatakan
kemampuan heat exchanger untuk mempertukarkan kalor dimana semakin besar nilai U maka
akan semakin besar pula kalor yang dapat dipertukarkan di dalam heat exchanger tersebut.
Shell and Tube Heat Exchanger yang didesain sedapat mungkin memiliki nilai U yang besar
dengan mempertimbangkan biaya / cost untuk membuat penukar panas tersebut.
BAB II

METODE PERANCANGAN

FLOWCHART TAHAPAN PERANCANGAN

Menulis spesifikasi yang Menentukan standard


diketahui TEMA, diameter pitch, dan
diameter shell

Mencari suhu rata-rata dan


data fisik Menghitung kecepatan aliran
fluida pada shell dan tube,
dan menentukan koefisien hi
Mencari laju alir massa (tube)
dengan neraca energi

Menentukan baffle spacing


dan menghitung nilai
Menebak nilai U (koefisien
koefisien ho (shell)
perpidahan panas overall)

Menebak nilai Tw,


Menentukan jumlah pass
menghitung nilai hi, ho, dan
shell & tube, menentukan
nilai ∆TLMTD, dan nilai Ft Tw baru, serta melakukan
(Ft>0,8) iterasi hingga hi, ho, Tw
konstan

Menghitung nilai luas


perpindahan panas (A) Menghitung nilai U tanpa
fouling. Nilai U
dibandingkan dengan U
tebak, nilai error<30%
Menentukan tipe, ukuran,
dan material pada tube

Menghitung pressure drop


pada shell & tube, dan
Menghitung jumlah pass menghitung nilai over
pada tube dan jumlah tube surface dan over design
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis masalah, ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam merancang
sebuah Shell and Tube Heat Exchanger.

3.1 Laju alir fluida pendingin asam format di dalam shell

Agar fluida nitrobenzene dengan laju alir 1475,092857 lbm/h bisa didinginkan dari temperatur
374oF menjadi 302oF, maka kalor yang harus dipertukarkan adalah sebesar 58413,67712 Btu/h.
Untuk itu, fluida pendingin asam format perlu dialirkan dengan laju 2204,622476 lbm/h
dimana temperaturnya akan berubah dari 122oF menjadi 194oF.

3.2 Jumlah tube-passes dan shell-passes

Pada Shell and Tube Heat Exchanger yang dirancang ini, jumlah pass pada tube yang
digunakan adalah 4 dan jumlah pass pada shell yang digunakan adalah 1. Hal ini dilakukan
untuk menghemat bahan serta agar panjang heat exchanger yang dibutuhkan lebih pendek.

3.3 Arah aliran fluida di dalam Heat Exchanger

Arah aliran kedua fluida di dalam Heat Exchanger yang digunakan adalah dengan counter
current flow karena counter current flow lebih baik dalam mempertukarkan panas
dibandingkan dengan co-current flow.

3.4 Tipe front dan rear head serta tipe heat exchanger yang digunakan menurut
standar TEMA dan panjang heat exchanger

Panjang heat exchanger yang digunakan adalah 4 ft agar dapat menghemat biaya dalam
perancangan heat exchanger. Tipe yang digunakan dalam perancangan heat exchanger ini
adalah tipe AFU :

• Front head  tipe front head yang digunakan adalah tipe A. Keuntungan penggunaan
tipe ini adalah dapat dilepaskan untuk dibersihkan.
• Shell type  tipe shell yang digunakan adalah tipe F dimana shell type ini berfungsi
untuk aliran dengan 2 pass pada shell. Pada tipe F ini juga digunakan longitudinal baffle
untuk membelokkan arah aliran fluida pada shell.

• Rear head  tipe rear head yang digunakan adalah tipe U. Tipe U ini memiliki
keuntungan yaitu: dapat menyesuaikan tube yang memuai akibat panas fluida, lebih
murah dibandingkan floating head, tube bundle dapat dikeluarkan untuk dibersihkan, dan
dapat menahan thermal shock dari fluida. Namun tipe U ini memiliki batasan-batasan
dalam penggunaannya, seperti hanya dapat digunakan untuk jumlah pass yang genap
pada tube.

Berikut ini adalah gambar shell and tube heat exchanger yang dirancang sesuai dengan
standar TEMA, termauk jumlah pass pada tube dan shell nya:

Nitrobenzene Formic Acid


Tin = 374°F Tin = 122°F

Nitrobenzene Formic Acid


Tout = 302°F Tout = 194°F

3.5 Spesifikasi dan Material (tube dan shell)

Berikut ini merupakan beberapa spesifikasi dan material tube yang digunakan dalam heat
exchanger ini:

• Tube yang digunakan adalah tube dengan outside diameter 0,0833 ft dan inside diameter
0,0695 ft (BWG 14).
• Jenis material tube yang digunakan adalah admiralty brass karena kedua fluida cukup
korosif. Admiralty brass bukan merupakan bahan anti karat passive, sehingga sesuai
untuk fluida-fluida yang bersifat korosif.

• Impingement protection plates tidak diperlukan karena kecepatan fluida tidak terlalu
besar (plat ini digunakan jika fluida yang digunakan bersifat erosif dan kecepatan fluida
saat masuk / inlet velocities besar karena plat ini dapat mengurangi tumbukan langsung
antara fluida dengan permukaan tube).

• Tube patterns yang digunakan dalam perancangan heat exchanger ini adalah square
pattern dimana square patterns ini memiliki keunggulan yaitu permukaan tube nya dapat
dibersihkan secara mekanik (mechanical cleaning)

• Pitch (Pt) adalah 1¼ inch

• Jumlah tube yang dibutuhkan untuk luas area perpindahan panas yang dibutuhkan (Ai
required) adalah sebanyak 7,6 tube. Untuk itu, berdasarkan tabel tube count maka jumlah
tube yang digunakan adalah 8

• Tubesheet joint yang digunakan adalah expanded joint dengan tipe grooved and flared
expanded joint karena expanded joint ini lebih mudah untuk dibuat dibandingkan welded
joint. Jika tube diberikan internal pressure maka tube akan mengalami ekspansi dan
diameternya bertambah. Akibat adanya ekspansi ini maka perlu adanya joint ini agar tube
dapat terikat dengan kuat pada tubesheet.
• Untuk heat exchanger AFU dengan jumlah pass 1-4 serta jumlah tube 8 maka inside
diameter shell berdasarkan tabel tube count adalah sebesar 8 inch.

3.6 Spesifikasi baffle

Baffle digunakan untuk meningkatkan kecepatan fluida dengan mengarahkan aliran fluida
sepanjang tube bundle untuk mendapatkan koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi.
Berikut ini adalah spesifikasi baffle yang digunakan:

• Jenis baffle yang digunakan adalah tipe cut-segmental baffle atau biasa sering disebut
baffle cut. Baffle cut 25% digunakan sebab dengan baffle cut 25% akan memberikan
perpindahan panas yang baik dengan pressure drop yang dapat diterima (tidak terlalu
besar).

• Dari grafik diperoleh nilai baffle spacing per inside diameter shell sebesar 0,46 sehingga
baffle spacing (jarak antar baffle) adalah sebesar 0,306666667 ft. Dengan demikian
jumlah baffle yang digunakan adalah 13 baffles per pass shell. Contoh gambar baffle
pada heat exchanger dengan shell type F:

3.7 Kecepatan aliran fluida dan jenis aliran fluida

Kecepatan aliran fluida, baik di dalam shell maupun di dalam tube tidak boleh terlalu rendah
dan tidak boleh terlalu tinggi sebab kecepatan fluida yang terlalu rendah dapat menyebabkan
terjadinya fouling, sedangkan kecepatan fluida yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan erosi
pada pipa.

Kecepatan aliran fluida dipengaruhi oleh jumlah tube, jumlah pass, inside diameter dari tube
(untuk fluida di dalam tube), inside diameter dari shell, baffle spacing, pitch (untuk fluida di
shell), densitas, dan laju alir massa dari fluida. Semua variabel yang berpengaruh pada
kecepatan fluida ini harus diatur dalam perancangan heat exchanger ini agar kecepatannya
sesuai. Kecepatan aliran fluida nitrobenzene (di dalam tube) adalah sebesar 2,40 ft/s dan asam
format (di dalam shell) adalah sebesar 0,211 ft/s.
Kecepatan aliran fluida ini juga berpengaruh pada jenis aliran fluida (laminer, transisi, ataupun
turbulen) dimana dapat digambarkan sebagai bilangan Reynold (untuk laminer NRe < 2100,
transisi 2100 < NRe < 104, dan turbulen NRe > 104). Jenis aliran fluida diusahakan turbulen
agar pressure drop fluida tidak terlalu besar karena pressure drop yang besar dapat
mengakibatkan pemborosan biaya dan energi untuk pompa. Bilangan Reynold yang didapat
dari perancangan heat exchanger ini adalah 49158,9060 (turbulen) pada sisi tube dan 2750,289
pada sisi shell. Oleh sebab itu, Nusselt number pada sisi tube menggunakan persamaan Hausen
untuk aliran transisi yaitu: NNu = 0,027 x NRe0,8 x NPr1/3 x (µ/µw)0,14.

3.8 Pressure drop

Pressure drop baik pada shell maupun pada tube tidak boleh besar sebab pressure drop
yang besar akan mengakibatkan pemborosan energi dan biaya untuk pompa. Nilai pressure
drop yang diperoleh pada perancangan ini adalah sebesar 0,00460 psi pada shell side dan
0,22718 psi pada tube side. Pressure drop tidak boleh lebih besar dari 50-70 kPa agar ekonomis
untuk dibuat.

3.9 Overall Heat Transfer Coefficient, Over Design, dan Over Surface

Overall heat transfer coefficient (U) merupakan koefisien yang menyatakan


kemampuan dari heat exchanger untuk mempertukarkan panas. Semakin besar nilai U maka
semakin bagus pula perpindahan panas antar fluidanya. Nilai U antara organic solvent
umumnya sekitar 20-60 Btu/h.ft2.oF. Fluida nitrobenzene dan asam format merupakan pelarut
organik dengan fouling resistance masing-masing sebesar 0,0044 h ft2 oF/ Btu. Untuk itu pada
iterasi pertama digunakan tebakan U antara 20-60 Btu/h.ft2.oF.
Nilai wall resistance pada perancangan ini diabaikan sehingga wall temperature antara
shell side dengan tube side adalah sama. Dengan mengabaikan adanya fouling resistance maka
diperoleh nilai Ui clean yaitu sebesar 62,509 Btu/h.ft2.oF dan jika nilai fouling resistance tidak
diabaikan maka diperoleh nilai Ui dirty yaitu sebesar 49,032 Btu/h.ft2.oF. Nilai over surface
dapat dihitung dengan cara : Over surface = [( Ui clean - Ui dirty ) / Ui clean ] x 100% =
10,547614%. Nilai over surface ini menggambarkan seberapa besar penurunan nilai koefisien
perpindahan panas jika terjadi fouling. Nilai over surface yang terlalu besar tidaklah ekonomis
untuk dibuat.
Selain itu, nilai over design dapat dihitung dengan :

Over design = [( Ai - Ai required ) / Ai required ] x 100% = 15,880 %.

Nilai over design ini menggambarkan kelebihan luas permukaan perpindahan panas dari yang
seharusnya. Nilai over design tidak boleh terlalu besar ataupun terlalu kecil. Nilai over design
harus > 0% untuk menutupi kekurangan heat transfer coefficient akibat terjadinya fouling.
Namun jika nilai over design terlalu besar maka heat exchanger juga tidak ekonomis untuk
dibuat.

Contoh Perhitungan

SHELL TUBE
Fluida Water Isoprophyl alcohol
Laju alir (kg/jam) 1000 -
Inlet Temperature (oC) 30 70
Outlet Temperature (oC) 80 20

1. Spesifikasi yang diketahui


 Mc = 1000 kg/jam = 2204,622476 lbm/h
 Tci = 30oC = 86 oF
 Tco = 80 oC = 176 oF
 Thi = 70 oC = 158 oF
 Tho = 20 oC = 68 oF
2. Penentuan data fisik fluida
Rata-rata suhu
𝑇𝑐𝑖 +𝑇𝑐𝑜 176+86
 𝑇𝑐 = = = 131℉
2 2
𝑇ℎ𝑖 +𝑇ℎ𝑜 158+68
 𝑇ℎ = = = 113℉
2 2

Data Fisik Air pada 131oF Isopropil alkohol pada 113oF

Cp (Btu/lb.oF) 0.999 0.685

μ (lbm/oF.h) 1.219 2.88

k (Btu/h.ft.oF) 1.1222 0.07516

ρ (lbm/ft3) 0.0615 47.632

3. Neraca energi untuk mengetahui laju alir massa isopropyl alkohol (mc)
Dengan menggunakan asas Black diperoleh :

Qformic acid = Qnitrobenzene


mh Cph ∆Th = mc Cpc ∆Tc
mh x 0,685 btu/(lb.F)x (158°F - 68°F) = 2204.6225lbm/h x 0,999 btu/(lb.F)x (176°F -86 °F)
mh x 61.65 btu/lb = 198217.609 Btu/h
mh = 3215,2085 lbm/h = 1458,394 kg/h
4. Pehitungan ∆TLMTD
(86−158)−(68−176)
∆TLMTD = (86−159) = 88.787 °F
ln(68−176)

5. Perhitungan ∆TLMTD correction factor


Ta−Tb 158−176
R= = =1
tb−ta 68−86
tb−ta 176−86
P =Ta−ta = = 1,25
158−86

Keterangan:
Ta = Temperatur Shell In
Tb = Temperatur Shell Out
ta = Temperatur Tube in
tb = Temperatur Tube Out
dari grafik di atas ini, dapat ditentukan faktor koreksi dengan memplotkan R dan S sehingga
didapatkan Ft = 0.97
Harga Ft = 0.97 ini telah memenuhi syarat karena konfigurasi shell and tube harus mempunyai
harga Ft > 0.75

∆TLMTD = 0.97 x 88.787 °F = 87.0934 °F

6. Estimasi UD
Untuk menentukan estimasi UD dapat digunakan tabel di bawah ini.
Formic acid dan nitrobenzene dapat digolongkan sebagai organic solvent. Dari tabel
diatas untuk shell side dan tube side organic solvent diperoleh rentang nilai UD yaitu
140<UD<200 Btu/h ft2 oF. Dalam perhitungan, diambil nilai UD perkiraan sebesar 170
Btu/h ft2 oF.

7. Penentuan luas perpindahan panas dan jumlah tube

Q 198217.6068 Btu/h
A=U = = 13.539 ft2
D F ∆T𝐋𝐌𝐓𝐃 170 Btu/h ft²°F x 88.787 °F

Aone tube = π x Do x Le = π x 0.0833 ft x 4.95 ft = 1.2947 ft2


A 13.539 ft²
ntube = = = 10.5 ≈ 12
Aone tube 1.2947 ft²

 Menentukan shell ID
Standar TEMA : AFU
Pitch : square pitch
Jenis HE : 1 shell pass – 4 tube pass
Dari tabel tersebut didapatkan shell ID = 12 in = 1 ft

8. Menghitung Kecepatan Aliran


4 𝑥 𝑚ℎ 𝑥 𝑁𝑝𝑎𝑠𝑠 𝑑𝑖 𝑡𝑢𝑏𝑒
𝑣𝑡𝑢𝑏𝑒 = = 4.95 ft/s
𝑛𝑇 𝑥 𝜌ℎ 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑖 2
9. Penentuan nilai hi dengan mengabaikan tahanan dinding
𝑙𝑏 ft s
𝜌𝜐𝐷𝑖 47.632 × 4.95 ×0.0695 𝑓𝑡𝑥3600
𝑓𝑡³ s h
NRe = = 𝑙𝑏 = 204484649
𝜇 2.88
𝑓𝑡.ℎ

𝐵𝑡𝑢 𝑙𝑏
𝐶𝑝𝜇 0.685 × 2.88
𝑙𝑏.𝐹 𝑓𝑡.ℎ
NPr = = 𝐵𝑡𝑢 = 26.2662
𝑘 0.07516
ℎ.𝑓𝑡.⁰𝐹

1
𝑁𝑁𝑢 = 0.023 𝑥 𝑁𝑟𝑒 0.8 𝑥 𝑁𝑃𝑟 3 = 565.631
𝐵𝑡𝑢
𝑁𝑛𝑢.𝑘 565.631 𝑥 1.1222
ℎ.𝑓𝑡.⁰𝐹
hi = = = 611.695 Btu/h.°F
𝐷𝑖 0.0695𝑓𝑡

10. Penentuan ho dengan mengabaikan tahanan dinding


Untuk menentukan ho, pertama-tama ditentukan baffle spacing dengan menggunakan
grafik dibawah ini.

Dari grafik diatas, digunakan grafik SBC ( single phase flow ) dan baffle cut sebesar
25% sehingga diperoleh B/ds sebesar 0.46

Jadi, baffle spacing : B = 0.46 x ds = 0.46 x 10/12 ft = 0.383 ft

Pitch (Pt) = 1.25 Do = 1.25 x 0.0833 ft = 0.104125 ft


10
(𝑃𝑡− 𝐷𝑜 )×𝐷𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙×𝐵 (0.104125 ft − 0.0833 𝑓𝑡) × 𝑓𝑡× 0.383 𝑓𝑡
As = = 12
= 0.06389 ft2
𝑃𝑡 0.104125 𝑓𝑡

𝑙𝑏
ṁ𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 2204.622476

vshell = 𝜌 = 𝑙𝑏 s = 155.86 ft/s
𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 × 𝐴𝑠 0.0615 × 0.06389 ft²x 3600
𝑓𝑡³ h

1,27 1,27
Deq = (Pt2 – 0,785Do2 ) = 0.0833 𝑓𝑡 [(0.104125 𝑓𝑡)2 – 0,785(0.0833 ft)2 ] = 0.082ft
𝐷𝑜

𝑙𝑏 ft s
𝜌𝑠 𝜐𝑠 𝐷𝑒 0.0615 × 155.86 𝑥 3600 ×0.082 ft
𝑓𝑡³ s h
NRe = = 𝑙𝑏 = 2328.382
𝜇 1.219
𝑓𝑡,ℎ

𝐵𝑡𝑢 𝑙𝑏
𝐶𝑝𝜇 0.999 × 1.219
𝑙𝑏.𝐹 𝑓𝑡,ℎ
NPr = = 𝐵𝑡𝑢 = 1.0852
𝑘 1.1222
𝑓𝑡.ℎ.𝐹
Jh diperoleh dari grafik berikut:

Dari grafik, diperoleh bahwa: Jh = 0,012


ℎ𝐷 𝜇 0,14
Nu = = jh x NRe x NPr1/3(𝜇 ) = 10.1068
𝑘 𝑤

𝑁𝑁𝑢 𝑥 𝑘𝑐
ho = = 137.891 Btu/ft2.h.⁰F
𝐷𝑒

11. Menentukan Clean Overall Coefficient (Uc)


Iterasi 1:
 hi = 611.695 Btu/ft2.h.⁰F
 ho = 137.891 Btu/ft2.h.⁰F
𝐷𝑜 −1
Do 𝐷𝑜.ln( ) 1
 Uc = [hi.Di + 𝐷𝑖
+ ℎ𝑜]
2.𝑘𝑡𝑢𝑏𝑒

Uc = 107.249 Btu/h.ft2. oF
1
 Tw = 𝑇ℎ − 1
ℎ𝑖
𝐷𝑖 1 x T
+ 𝑥
ℎ𝑖 𝐷𝑜 ℎ𝑜

Tw = 116.311 ⁰F
Iterasi 2 :
 μi, water = 0.55 lb/(ft.h)
μo, isopropyl alkohol = 1.6125 lb/(ft.h)
μwi, water = 1.147 lb/(ft.h)
μwo, isopropil alkohol = 0.0183 lb/(ft.h)

 hi (Tw= 284.78⁰F) = hi lama x (μi/μwi )^0,14


= 611.695 Btu/ft2.h.⁰F x (0.55/1.147)^0.14
= 304.573 Btu/ft2.h.⁰F
 ho (Tw= 284.78⁰F) = ho lama x (μo/μwo)^0,14
= 137.891 Btu/ft2.h.⁰F x (1.6125/0.0183)^0.14
= 83.244 Btu/ft2.h.⁰F
𝐷𝑜 −1
Do 𝐷𝑜.ln( ) 1
 Uc = [hi.Di + 𝐷𝑖
+ ℎ𝑜]
2.𝑘𝑡𝑢𝑏𝑒

Uc = 120.953 Btu/h.ft2. oF
1
 Tw = 𝑇ℎ − 1
ℎ𝑖
𝐷𝑖 1 x T
+ 𝑥
ℎ𝑖 𝐷𝑜 ℎ𝑜

Tw = 114.812 ⁰F
Iterasi dilanjutkan hingga hi, ho, Tw konstan

ITERASI Tw & μw Iterasi 1 Iterasi 2 Iterasi 3 Iterasi 4

Uc 107.249 120.953 121.516 121.507

hi 6611.695 1242.519 1242.519 1242.519

ho 137.891 139.073 139.818 139.806

Tw (oF) 116.311 114.812 114.821 114.820

μwi, water 1.147 1.104 1.105 1.105

μwo, isopropil 0.0183 0.0183 0.0183 0.0183


alkohol

12. Perhitungan Ureq


q 198217.6068
Ureq = = = 219.8703 Btu/h.ft2. oF
nt π DoLF ∆Tlmtd 8 x π x 0.0833x 5x 0.97x 88.787
Uc (setelah iterasi) = 121.507 Btu/h.ft2. oF
Uc<Ureq → perhitungan dilanjutkan
13. Perhitungan RD
𝑅𝐷𝑖 Do 0,002 𝑥 0.0833
RD = + RDo = + 0,002 = 0.0044 h ft2 oF/ Btu
Di 0.0695

14. Perhitungan Q/A


𝑄 𝑄 198217.6068
= = π x 0.0695 x 5 x 8 = 22695.908 Btu/ ft2
A πx𝐷 𝑖 x L x np

15. Perhitungan UD
1 1
UD = ( + RD )-1 = ( + 0,0044) -1 = 79.195 Btu/ h ft2 oF
Uc 121.507

UD<Ureq

16. Perhitungan Over Surface


𝑈𝑐 121.507
Over Surface (%) = (Ureq − 1) 𝑥 100 = (219.8703 − 1) 𝑥 100 = -44.737

17. Perhitungan Over Design


𝐷 𝑈 79.195
Over Design (%) = (Ureq − 1) 𝑥 100 = (219.8703 − 1) 𝑥 100 = -63.981

18. Perhitungan Tube-side Pressure Drop


 f = 0.4137 Reisopropil alcohol -0.2585 = 0.4137 (20448.4649)-0.2585 = 0.0318
𝑛𝑝 2
𝑚( ) 3215.208545 ( )
 G= 𝑛𝑡
2
= 8
= 423974.6
(π x𝐷𝑖 /4) (π x0.06952 /4)

f 𝑛𝑝 L 𝐺 2 0.0318 x 4 x 5 x 847949.2912
 ∆Pf = 7.5 x 1012 𝐷 = 2.88 0.14 = 0.6136 psi
𝑖 𝑠∅ 7.5 x 1012 (0.0695)(1.25)( )
1.105

 ∆Pr = 1,334 x 10-13 (2np-1.5)G2/s


= 1.334 x 10-13 (2 x 2 - 1.5) (847949.291)2/ (1.25)
= 0.19183 psi

19. Perhitungan Shell-side Pressure Drop


 Jf = 0.055 (didapat dari Figure 12.30)
4
jf 𝐺 2 𝑑𝑠 (𝑛𝑏 +1) 0.055 x (34507.13)2 𝑥 0.83 𝑥 ( )
 ∆Pf = = 0.46𝑥0,666666667
2.88 0.14 = 0.00051 psi
7.5 x 1012 𝐷𝑒 𝑠∅ 12
7.5 x 10 (0.082) (1.25)( )
1.105
BAB IV
SPECIFICATION SHEET HEAT EXCHANGER

Heat Exchanger Specification Sheet


Size In Type AFU
Surf/unit(eff.) 8,42285714 Ft2 Shells/unit 2 Surf/shell(eff.) Ft2
PERFORMANCE OF ONE UNIT
Fluid Allocation Shell side Tube side
Fluid Name water Isoporpil alkohol
Fluid Quantity, Total 2204,622476 3215,2085
Vapor (In/Out) lb/h - -
Liquid lb/h 2204,622476 3215,2085
Noncondensable lb/h - -

Temperature (in/Out) F 86 176 158 68


Dew / Bubble Point F
Density Lb/ft3 0.0615 47.632
Viscosity Cp 1.219 2.88
Molecular wt, Vap - -
Molecular wt, NC - -
Specific Heat BTU/(lb*F) 0,999 0,685
Thermal conductivity BTU/(ft*h*F) 1.1222 0,07516
Latent Heat BTU/lb - -
Pressure Psi 14,7 14,7
Velocity Ft/s 155.86 4.95
Pressure drop, allow./calc. Psi 7,251887 7,251887
0,0046 0,22718
195 195
Fouling resist. (min) Ft2*h*F/BTU 0,002
Heat Exchanged 198217,606 BTU/h MTD Corrected 87.0934 F
8
Transfer Rate, Service Dirty 118,194 Clean 246,092
CONSTRUCTION OF ONE SHELL Sketch
Shell Side Tube Side Pada bagian :
Design/Test Pressure (psi) 14,7 14,7 BAB V

Design Temperature (F) 140 140 SKEMATIS HEAT


EXCHANGER
Number passes per shell 1 4
Corrosion allowance (in) 0 0
Connections In
Size/rating Out
in. Intermediate
Tube No. OD 0,0833 ft Length 4 ft Pitch 1,25 In
Tube Type Plain Material Admiralty Brass Tube Square pitch
Pattern
Shell 12 ID OD in Shell cover
Channel or Bonnet Channel Cover
Tubesheet-stationary √ Tubesheet-floating X
Floating head cover Impingement Protection
Baffle crossing Type Single seg 25 Cut(%d) Spacing:c/c 0,46 In
Baffle long Segmental type Inlet In
BAB V
SKEMATIS HEAT EXCHANGER

COUNTER-CURRENT 1-4 SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER

Water Isopropil Alchohol


Tin = 86°F Tin = 158°F

Water Isorpropil Alcohol


Tout = 176°F Tout = 68°F
DAFTAR PUSTAKA

Brownell, L.E. and Young, E.H., 1979, “Process Equipment Design”, John Wileyand Sons,
Inc., New York

Cengel, Yunus A. 2003. Heat Transfer 2nd edition. Mc Graw Hill Book Company. New
York.

Coulson and Richardson. Chemical Engineering Design.Fourth Edition.1993Oxford:Elsevier

Kuppan, T. 2000. Heat Exchanger Design Handbook. Maercel Deker Inc. New York.

Incopera, P. 2007. Fundamental of Heat and Mass Transfer Sixth Edition. John Wiley &
sons. Newyork.

McCabe, Warren, Julian C Smith, Peter Harriott.Unit Operations of Chemical


Engineering.Fifth Edition.1993.Singapore : McGraw-Hill Book Co.

Serth, Robert W.Process Heat Transfer Principles and Applications.2007.USA:Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai