Anda di halaman 1dari 16

Sistem dan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Bisnis Islam
Dosen Pengampu : M. Arif Hakim, M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Ara Liani (16202102)
2. Eni yuliana (16202102)
3. Siti Nadliroh (1620210252)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
TAHUN PELAJARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika sebagai ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat tentang tingkah
laku manusia dengan fokus utama penentuan baik dan buruk. Sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, etika mempersoalkan pengkajian moralitas dan nilai tindakan moral,
sehingga dapat diaplikasikan pula pada sistem atau kode yang dianut.
Bisnis merupakan pertukaran barang dan jasa, atau uang yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat. Bisnis dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan (profit) mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan ,
pertumbuhan sosial, dan tanggung jawab sosial.1
Hampir terdapat satu konsensus umum diantara manusia mengenai nilai-
nilai etika fundamental. Namun masalah utamanya adalah bagaimana
mengoperasionalisasikan dan mengimplementasikannya serta memutuskan bentuk
kekuatan apayang hendak digunakan untuk menyebarluaskannya. Islam
menetapkana garis petunjuk spesifikasi untuk mengatur etika bisnis. Etika Islam
mengidentifikasikan bentuk-bentuk bisnis yang diperbolehkan, menspesifikasi
bentuk-bentuk transaksi yang dilarang, dan menyebutkan aturan umum etika
perilaku bisnis.
Norma dan nilai yang berkaitan dengan prilaku baik dan buruk serta benar
dan salah merupakan bahasan etika dan aturan yang terkait dengan perbuatan yang
diperbolehkan dan dilarang dapat ditemukan dalam bidang hukum. Etika mengkaji
tentang apa yang baik atau buruk juga tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan
moral merupakan ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak,
kewajiban dan sebagainya).

1
Ika Yunia fauziah, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), Hlm 3-4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari etika bisnis islam?
2. Bagaimana sistem etika bisnis islam?
3. Apa saja prinsip-prinsip etika bisnis islam?
4. Apa saja prinsip-prinsip khusus etika bisnis islam?
5. Bagiamana konsep dari etika bisnis islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Etika Bisnis
Etika mempunyai pengertian yang erat dengan kata aslinya dalam bahasa
Yunani dengan istilah kata ethos yang berarti ilmu tentang moral (custom) atau
karakter (character), watak kesusilaan atau adat. bahasa latin yaitu ethicus yang
berarti filsafat moral. Dan dalam kamus besar bahasa Indonesia etika yaitu ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kuwajiban.2
Bisnis berasal dari bahasa Inggris “Bussiness” yang berarti sibuk.
Sedangkan pengertian menurut istilah bisnis adalah suatu lembaga yang
menghasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat untuk memperoleh
keuntungan.
Etika bisnis di definisikan sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk,
benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas.
Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma dimana para
pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku dan berelasi
guna mencapai ‘daratan’ atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.
Dan ini yang menjadi kriteria penghargaan dan peringatan/tindakan (a set of
principles and norms to which business people should adhere in their business
dealings, conduct, and realtions in order to reach the shores of safety. It is also a
criterion for reward or punishment).
Dengan demikian, maka belajar etika bisnis berarti ‘learning what is right or
wrong’ yang dapat membekali seseorang untuk berbuat the right thing yang didasari
oleh ilmu, kesadaran, dan kondisi yang berbasis moralitas. Namun terkadang etika
bisnis dapat berarti juga etika manajerial (management ethics)atau etika
organisasional yang disepakati oleh sebuah perusahaan. Selain itu etika bisnis juga
dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis,
yaitu refleksi tentang perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar,

2
Nasrudin Baidan, Erwati Aziz, Etika Islam dalam Berbisnis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Hlm 1-2
tidak wajar, pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang dalam berbisnis atau
bekerja.3
B. Sistem Etika Bisnis Islam
Sistem etika bisnis Islam merupakan gabungan dari empat kata yaitu sistem,
etika, bisnis dan juga Islam.Sistem dapat diartikan sebagai perangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Etika ialah
bidang normative yang menegaskan secara tegas batas wilayah antara apa yang
seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya dilakukan seseorang. Sedangkan
bisnis ialah aktivitas guna meningkatkan nilai tambah barang dan jasa. Jadi dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem etika bisnis Islam
adalah seperangkat pedoman yang digunakan umat Islam berdasarkan al-qur’an dan
hadits untuk berprilaku dalam segala aspek kehidupan termasuk bisnis.
Etika bisnis islam datang untuk mengatasi keprihatinan ekonomi yang sering
terjadi dalam kehidupan. Islam sebagai agama fitrah dan rahmatalil alamin
memberikan solusi terbaik dan dapat mengatasi manusia dari keburukan islam
memberikan konsep bisnis yang bersih dari berbagai perbuatan kotor dah tercela
yang jauh dari keadilan.
Bisnis dalam islam tidak hanya mencari keuntungan duniawi saja melainkan
untuk bekal akhirat. Mempelajari etika dalam bisnis berarti mempelajarai tentang
mana yang baik atau buruk maupun benar ataupun salah dalam dunia bisnis
berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas.4
C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
Pada dasarnya Islam merupakan satu kode perilaku etik bagi seluruh
kehidupan manusia, yang didasarkan pada perintah dan petunjuk ilahiah. Etika
Islam meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia. Ia tidak hanya menetapkan
prinsip etika atau moral fundamental bagi seluruh kehidupan manusia, namun juga
memberikan garis petunjuk etika yang luas bagi tiap aspek aktivitas manusia secara

3
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Predana Media Gruop, 2006) Hlm 15-16
4
Ibid, hlm. 71.
terpisah. Prinsip-prinsip fundamental etika Islam antara lain: kebenaran, kejujuran,
amanah, keikhlasan, persaudaraan, dan ilmu pengetahuan.
1. Kebenaran
Kebenaran merupakan nilai dasar etika Islam. Islam sebagai jalan,
merupakan nama lain kebenaran Allah yang menfirmankan kebenaran,
perintah bagi seluruh muslim untuk berada di jalan lurus dan benar dalam
tindakan serta ucapan mereka
  
   
 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
Katakanlah Perkataan yang benar.(Q.S. al-Ahzab, 33:70)
Islam sangat tidak suka kepalsuan dan penipuan dalam berbagai bentuknya.
Nilai ini memiliki implikasi mendalam bagi perilaku bisnis. Seorang pelaku
bisnis hendaknya jujur, teguh, benar, dan lurus dalam semua perjanjian
bisnisnya. Tidak ada ruang untuk penipuan, bicara bohong, bersumpah
terlalu banyak, dan iklan yang menipu dalam bingkai bisnis Islam. Namun
demikian, patut dicatat bahwa dalam Islam prinsip kebenaran dan kejujuran
tidak dianggap sebagai masalah kebijakan atau strategi bisnis, yang ada pada
pendekatan Barat. Namun demikian, kebenaran dan kejujuran merupakan
kewajiban iman kepada Allah, dalam menjadi seorang muslim sejati.5
2. Amanah
Esensi amanah adalah rasa bertanggung jawab, rasa memiliki untuk
menghadap Allah dan bertanggung jawab atas tindakan seseorang. Menurut
Islam, kehidupan manusia dan semua potensinya merupakan suatu amanah
ini diberikan oleh Allah kepada manusia. Islam mengarahkan para
pemeluknya untuk menyadari amanah ini dalam setiap langkah kehidupan.
Persoalan bisnis juga merupakan amanah antara masyarakat dengan individu
dan Allah. Semua sumber bisnis, hendaknya diperlakukan sebagai amanah

5
Taha Jabir Al-Alwani, Bisnis Islam (Yogyakarta: AK Group, 2005), hlm. 36-37.
ilahiah oleh pelaku bisnis. Sehingga ia akan menggunakan sumber daya
bisnisnya dengan sangat efisien. Aktivitas bisnisnya harusnya tidak
membahayakan atau bahkan menghancurkan masyarakat ataupun
lingkungan.
3. Keikhlasan
Islam menetapkan betapa pentingnya keikhlasan niat dan perilaku dalam
setiap langkah kehidupan. Pelaksanaan kewajiban, menuju kesempurnaan,
mensyaratkan bahwa individu melaksanakan dengan ikhlas dan patuh. Kode
etik tersebut mengakibatkan kerja yang lebih efisien serta produktivitasnya
lebih tinggi. Keikhlasan juga mengurangi manipulasi atau ekploitasi orang
lain untuk alas an-alasan personal. Jelas bahwa seorang pelaku bisnis yang
tulus tidak diharapkan menipu atau membahayakan orang lain dengan cara
yang disengaja.
4. Persaudaraan
Islam menyatakan bahwa semua manusia saling bersaudara. Perbedaan ras,
warna kulit, suku, kasta, dan bahasa bukan merupakan kriteria absah untuk
menilai superioritas individu ataupun kelompok. Semua manusia secara
etika dihargai karena perilaku baik tanpa memandang perbedaan kasta,
kredo, ras, atau wilayah. Ini merupakan implikasi positif bagi pembentukan
sikap pelaku bisnis kepada para pekerja, konsumen dan masyarakat umum.
5. Ilmu pengetahuan
Islam mewajibkan muslim untuk mencari ilmu pengetahuan dan mencapai
keunggulan dalam sikap. Riset dan pengembangan sangat dianjurkan dalam
islam. Dalam kode etik Islam, permasalahan seperti ilmu pengetahuan
sangat berhasil bagi peradaban Islam di masa lalu. Hal tersebut mendorong
dinamisme, mendorong perkembangan inisiatif dan memerintahkan orang
beriman untuk terus bekerja keras demi kemajuan dan prestasi baik secara
material atau spiritual.dorongan itu memiliki arti yang sama bagi aktivitas
ekonomi, mencari karunia Allah yang menyebar luas, terutama yang
direkomendasikan dai dalam kitab suci Al-Qur’an.
6. Keadilan
Keadilan merupakan prasyarat bisnis dan perdagangan sebagaimana
keadilan melingkupi seluruh wilayah kehidupan manusia. Seluruh alam
semesta didasarkan pada konsep keadilan dan keseimbangan. Keadilan
berarti bahwa semua orang hendaknya diperlakukan secara patut, tanpa ada
tekanan dan diskriminasi . keadilan mencakup perlakuan adil, kesamaan dan
satu rasa memiliki, serta keseimbangan. Keadilan diwajibkan berlaku dalam
harga, kualitas produk, memperlakukan pekerja, memperhatikan lingkungan
serta akibat sosial dari keputusan-keputusan bisnis.6
D. Prinsip-Prinsip Khusus
Etika islam mengidentifikasi bentuk-bentuk bisnis yang diperbolehkan,
menspesifikasi bentuk-bentuk transaksi yang dilarang, dan menyebutkan aturan
umum etika prilaku bisnis antara lain yaitu:
1. Ketaan pada kontrak
Islam menegaskan betapa pentingnya memenuhi kontrak dan janji. Seorang
pedagang atau menejer muslim hendaknya melaksanakan amanah, janji, dan
kontraknya. Bisnis tidaklah mungkin terlaksana tanpa saling percaya dan
percaya diri. Menurut islam dianjurkan untuk membuat hitam diatas putih
semua kontrak dan perjanjian bisnis. Pihak-pihak yang terlibat hendaknya
jelas dan memahami kata-kata, kondisi syarat kontrak, waktu, dan kewajiban
yang ditetapkan masing-masing pihak. Firman Allah dalam al-Qur’an surat
Al-Maidah ayat 1 yaitu :
2. Iklan menipu dan misrepresentasi
Salah satu praktek yang tidak baikdalam bisnis modern adalah menipu
konsumen dengan peluncuran iklan dan publikasi yang menyimpan.
Perusahaan bisnis menghabiskan banyak uang untuk iklan komersial.
Produk sebenarnya jarang sesuai dengan standar dan spesipikasi yang
disebutkan dalam pesan iklan. Pedagang bisnis dan salesmen memiliki
kecenderungan untuk memotivasi konsumen dengan kata-kata palsu,

6
Ibid, hlm. 39.
menyembunyikan cacat dan misrepresentasi. Firman al-Qur’an surat Hud
ayat 85
 
 
   
  
   

dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan.(Q.S Hud 11:85)
3. Timbangan dan berat akurat
Salah satu cara paling kuno menipu dalam bisnis adalah menjual barang
dengan berat atau timbangan yang lebih rendah dibanding standar. Motif
dasar dibalik praktek salah ini adalah untuk memaksimalkan keuntungan dan
menumpuk kepemilikan material tanpa perduli validitas etis atas sarana yang
diadopsi untuk hal yang sama. Islam menegaskan bahwa keadilan dan
keseimbangan merupakan esensi dalam alam semesta. Oleh karena itu
manusia sebagai bagian darinya, diharapkan menetapkan keadilan dan
keseimbangan dalam seluruh wilayah kehidupannya. Firman Allah dalam al-
Qur’an surat Al-Israa’ ayat 35
   
 
   
  
dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(Q.S Al-Israa’ 17:35)
4. Penimbunan dan lintah darat
Penimbunan dan lintah darat adalah beberapa diantara bentuk umum
eksploitasi bisnis atas masyarakat secara umum dan atas konsumen secara
khusus. Keinginan atas uang dan tekanan yang berlebihan pada
maksimalisasi keuntungan mengakibatkan penimbunan komoditas esensial
selama masa kelangkaan atau krisis, dengan satu keinginan untuk menjual
hal yang sama dengan harga yang sangat menguntungkan. Kelangkaan
buatan atas produk tertentu kadang sengaja diciptakan pelaku bisnis dengan
penimbunan stok besar. Islam sangat mencela penimbunan dan pembelian
spekulatif serta memperingatkan pelaku bisnis yang seperti itu. Surat ali
imron ayat 180
   
   
     
     
  
   
   
   
sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.
harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Ali Imron,
3:180)
5. Penghancuran kelebihan hasil
Salah satu metode maksimisasi modern, diadopsi oleh organisasi bisnis barat
yaitu menghancurkan keblebihan hasil dengan maksut untuk menciptakan
kelangkaan produksi atas barang dan menaikan harga dengan peningkatan
tuntutan produksi.
6. Bunga dan perdagangan terlarang
Semua transaksi bisnis yang memasukkan bunga dalam salah satu bentuk
lain, menurut islam dilarang dan member kontribusi pada keadilan. Islam
menegaskan bahwa bunga (riba) merupakan akar penyebab semua kejahatan
ekonomi. Islam menawarkan satu bisnis yang bebas bunga (riba)
berdasarkan prinsip mudhorobah dan syirkah islam firman Allah dalam al-
Quran Al Baqoroh ayat 275
 
   
   
   
  
  
   
  
    
   
    
   
    

orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
7. Praktek adil
Salah satu wilayah penting perhatian umum adalah praktek kerja organisasi
industry besar. Diskriminasi, nepotisme, korupsi dan penyuapan merupakan
hal yang sangat biasa dalam organisasi besar terutama di sektor publik
dalam kasus menerima tenaga kerja dan promosi. Menurut islam satu
jabatan atau pos merupakan amanah ilahiah oleh karna itu hendaknya
diberikan kepada orang yang tepat dan tanggung jawab sehingga orang
tersebut mampu memikulnya dan memiliki kemampuan untuk bertindak adil
atas amanah yang di percayakan kepadanya.
8. Perlakuan adil terhadap pekerja
Merupakan tanggung jawab moral dari organisasi bisnis untuk perduli atas
semua kesejahteraan dan kemajuan pekerja. Mereka hendaknya tidak
melakukan pekerjasebagai mesin ataupun alat namun sebagai manusia. Gaji
yang sesuai, kondisi kerja yang bagus, kerja yang tepat dan perlakuan bagus
penuh persaudaraan hendaknya diberikan kepada pekerja. Islam sangat
memelihara keadilan dalam mengatur hubungan antar manusia untuk
menyelamatkan masyarakat dari buruknya kondisi ekonoi.7
9. Menjaga lingkungan
Salah satu ancaman bangunan industri saat ini adalah polusi lingkungan.
Pelaku bisnis, dalam nafsu mereka atas uang sangan tidak memeperdulikan
akibat proses pembangunan pada lingkungan. Pemanfaatan sumber daya
alam untuk kepentingan bisnis hendaknya dipertanggung jawabkan secara
soasial. Islam mendorong pemeluknya untuk memanfaatkan alam semesta.
Secara umum alam di perlukan bagi produksi barang atau jasa yang secara
sosial bermanfaat dan menggunakan sarana yang membenarkan
pemanfaatannya sebagai tanggung jawab islami produk akhir yang menuntut
bahwa tidak ada bahaya bagi alam dalam proses usufruct manusia.
E. Konsep Etika Bisnis
Lima Konsep Etika Bisnis
1. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep
tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik
dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen,

7
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti wakaf, 1995), Hlm. 33.
serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan
sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka
etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk
suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.
2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan
melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah
untuk membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang
berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau
menimbang untuk orang selalu dikurangi. Kecurangan dalam berbisnis
pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis
adalah kepercayaan. Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin
untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan
sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan
timbangan.
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk
berbuat adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah : 8

  


   
   
   
   
   
     
 

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang


selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Maidah: 8)
3. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu
dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong
manusia untuk akif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang
dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi
kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya
kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan
sedekah.
4. Tanggungjawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh
manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan
akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia
perlu mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini
berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan
mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan
bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan
dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.
Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan
perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau
memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya
meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka
etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi,
kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.8

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Etika bisnis di definisikan sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar
dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas.
sistem etika bisnis Islam adalah seperangkat pedoman yang digunakan umat
Islam berdasarkan al-qur’an dan hadits untuk berprilaku dalam segala aspek
kehidupan termasuk bisnis.
Prinsip-prinsip etka bisnis islam ialah meliputi kebenaran, amanah, keiklasan,
persaudaraan, ilmu pengetahuan dan keadilan.
Prinsip-prinsip khusus ialah meliputi ketaan dalam kontrak, iklan menipu dan
misrepresentasi, timbangan dan berat akurat, penimbunan dan lintah darat,
penghancuran kelebihan hasil, bunga perdagangan terlarang, praktik adil dan
perlakuan adil terhadap pekerja serta menjaga lingkungan.
Konsep etika bisnis islam terdiri dari kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas,
tanggung jawab, kebenaran.

8
Warjo, Etika Bisnis dalam Prespektif Islam, Jurnal Ekonomi, UNTAG, Cirebon, 2013, Vol. 1 No.
2 Januari-April, Hlm 63-65
DAFTAR PUSTAKA
Al-Alwani,Taha Jabir.2005.Bisnis Islam.Yogyakarta:AK Group.
Badroen,Faisal.2006.Etika Bisnis dalam Islam.Jakarta:Predana Media Gruop.
Baidan,Nasrudin.Erwati Aziz.2014.Etika Islam dalam Berbisnis.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Fauziah, Ika Yunia.2014.Etika Bisnis Islam.Jakarta:Kencana.
Rahman,Afzalur.1995.Doktrin Ekonomi Islam.Yogyakarta:Dana Bhakti wakaf.
Warjo.2013.Etika Bisnis dalam Prespektif Islam.Jurnal Ekonomi.UNTAG.Cirebon.Vol. 1
No. 2 Januari-April.

Anda mungkin juga menyukai