Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Prostat merupakan organ fibromuskularyang mengelilingi leher vesika dan bagian
proksimal urethra pada pria.Beratnya sekitar 20-35 gram pada pria dewasa dan terdiri
dari bagian anterior dan bagian posterior . Secara embriologi, prostat berasal dari lima
evaginasi epitel urethra posterior. Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis
inferior dan masuk pada sisi postero lateralis leher vesika.Drainase vena prostatb ersifat
difus dan bermuara ke dalam pleksus santorini. Persarafan prostat terutama berasal dari
simpatis pleksus hipogastrikus dan serabut yang berasal dari nervus sakralis ketiga dan
keempat melalui pleksus sakralis. Drainase limfe prostat ke nodi limfatisi obturatoria,
iliaka eksterna dan presakralis, serta sangat penting dalam mengevaluasi luas penyebaran
penyakit dari prostat.
Fungsi prostat yang normal tergantung dari testosteron, yang dihasilkan oleh sel
leydig testis dalam respon terhadap rangsang oleh hormon luthein (LH). Dan hipofisis.
Testosteron dimetabolisme menjadi dihidrotestosteron oleh 5α-reduktase didalam prostat
dan vesikula seminalis.
Hiperplasti prostat benigna merupakan penyakit pada pria tua dan jarang
ditemukan pada usia yang kurang dari 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami
peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas. Pada waktu itu ada
peningkatan cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30-an. Pertengahan
dasawarsa kelima, prostat dapat mengalami perubahan hipertropi.
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalab penyakit yang disebabkan oleh penuaan.
Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia lebih dari.
Hiperplasia prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam
prostat; pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik
terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya
berbeda-beda. Prostat tersebut mengehlingi uretra, dan pembesaran bagian periuretral
akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars prostatika, yang
mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih. Penyebab BPH
kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan disertai dengan perubahan hormon. Dengan
1
penuaan, kadar testosteron serum menurun, dan kadar estrogen serum meningkat.
Terdapat teori bahwa rasio estrogen/androgen yang lebih tinggi akan merangsang
hiperplasia jaringan prostat.
Tanda dan gejala yang sering terjadi yaitu sering berkemih, nokturia, urgensi
(kebelet), urgensi dengan inkontinensia, tersendat-sendat, mengeluarkan tenaga untuk
mengalirkan kemih, rasa tidak lampias, inkontinensia overflow, dan kemih yang menetes
setelah berkemih. Kandung kemih yang teregang dapat teraba pada pemeriksaan
abdomen, dan tekanan suprapubik pada kandung kemih yang penuh akan menimbulkan
rasa ingin berkemih. Prostat diraba sewaktu pemeriksaan rektal untuk menilai besarnya
kelenjar.
Tes diagnostik yang dipakai termasuk USG abdominal untuk melihat
hidronefrosis atau massa di ginjal dan untuk menghitung volume sisa urine setelah
berkemih dan ukuran prostat. Kistoskopi dilakukan untuk menyingkirkan adanya
divertikula kandung kemih, batu dan tumor. Pengukuran urine dan uretrogram retrograd
juga dapat dilakukan. Obstruksi pada leher kandung kemih mengakibatkan berkurangnya
atau tidak adanya aliran kemih dan ini memerlukan intervensi untuk membuka jalan
keluar urine. Metode yang mungkin adalah prostatetomi parsial, reseksi transuretral
prostat (TUR) atau insisi prostatektomi terbuka, untuk mengangkat jaringan periuretral
hiperplastik; insisi transuretral melalui serat otot leher kandung kemih untuk
memperbesar jalan keluar urine; dilatasi balon pada prostat untuk memparbesar lumen
uretra; dan terapi antiandrogen untuk membuat atrofi prostat. Baru-baru ini
dikembangkan metode pengobatan non bedah yaitu kateter uretra permanen yang
ditempatkan pada uretra pars prostatika.
2
PEMERIKSAAN FISIK PROSTAT :
1.Posisi: Variasi dari posisi menjelaskan untuk menunjukkan pemeriksaan rektum digital.
Pasien dipersilahkan berbaring di atas meja pemeriksaan dengan posisi lateral dekubitus,
dengan posisi kaki pada pinggul fleksi, pada kaki yang berada di atas tepat pada lutut
didorong setinggi dada, sedangkan pada kaki bagian bawah dibiarkan pada posisi nyaman
bagi pasien dan pemeriksa. Sebagai alternatif, pasien dapat membongkok diatas meja
pemeriksaan saat posisi berdiri dengan bagian tubuh atas bertumpu pada siku. Pada posisi
lateral dekubitus ini, dengan tujuan penetrasi terdalam pada rektum untuk merasakan
perbesaran prostat pasien atau untuk merasakan bagian atas dari kelenjar yang besar.
Dapat juga yang lebih penting dari posisi, bagaimanapun, pada sarung tangan pemeriksa
dilumuri lumbrikan (pelicin) dan perlahan, jari melakukan penekanan yang lembut
selama berada posisi transversal di springter anus. Pemeriksaan rektum dapat sebabkan
nyeri yang sangat hebat atau tanpa nyeri sama sekali. Hal ini sangat penting pada
pemeriksaan tidak hanya palpasi kelenjar prostat tapi untuk palpasi bagian dalam dari
rektum untuk menilai kelainan yang lain.
A. Kelenjar prostat yang normal ukurannya kecil, berukuran seperti walnut dengan
struktur yang rata, dengan bentuk seperti hati.Dengan kerutan ditengahnya, salah satu
menurun ke aksis longitudinal dari prosat. Terdapat dua sulkus lateral, dimana fold
mukosa rektal membalik keatasnya setelah refleksi dari prostat. Konsistensi dari prostat
yang normal seperti ”ruberi”, Konsistensi dibandingkan dengan thenar bagian atas
dengan ibu jari, dengan menggerakkan ibu jari atau kelima jari.
B.Konsistensi yang abnormal dari prostat dapat ditandai dengan pemeriksaan rektal dan
termasuk abnormal nodular yang dapat ditegakkan atau dengan substansi dari prostat,
3
area dari indurasi dapat menandakan malignan, atau area dari kerutan atau fluktuasi dapat
dihubungkan dengan bentuk abses.
C. Memijat prostat dapat mengeluarkan dan mengarahkan secara cepat sekret prostat ke
lumen urethra. Kemungkinan sekret ini secara langung mengandung jika mengalami
kekeringan saat melewati meatus penile atau pada pasien jumlah urin yang sedikit ke
penampungan segera setelah pemijat.
4
BAB II
HISTOLOGI DAN ANATOMI PROSTAT
5
2.2 Anatomi Prostat
Prostat merupakan suatu organ fibro muskular glanduler
Letaknya tepat inferior dari vesika urinaria dan posterior dari symphisis
pubis. Beratnya kira-kira 20 gram.
Organ ini dilalui oleh uretra (pars posterior) yang panjangnya ± 2,5 cm.
Prostat difixatio di tempatnya oleh
1. Anterior : Ligamentum puboprostatikum
2. Posterior : Diafragma urogenital
Di posterior kelonjar prostat masuk ductus ejaculatorius yang
bermuara pada uretra pars prostatica yaitu proximaldari sphincter externa.
Lowsley: prostat terdiri dari 5 lobus:
Anterior
Posterior
Median
Lateral (kiri dan kanan)
Di posterior, organ ini dipisahkan dari rectum oleh fascia denonvillier.
Perdarahan didapatkan dari aa. Vesicalis inferior, pudenda interna dan
hemorrhoid media
Me Neal membagi kelenjar prostat menjadi 5 zona: zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, zona periuretra
6
BAB IV
PATOFISIOLOGI
7
BAB V
INSIDEN DAN ETIOLOGI
4.2 ETIOLOGI
Teori dihidrotestosteron (DHT) DHT dibentuk dari testosteron dibantu oleh enzim
5a reduktase dan koenzim NADPH. DHT inilah yang menstimulasi pertumbuhan
sel prostat
Ketidakseimbangan estrogen-testosteron pada usia tua testosteron menurun.
Estrogen meningkatkan sensitifitas sel prostat terhadap rangsang hormon androgen,
meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan apoptosis sel
Interaksi stroma-epithel DHT dan estradiol menstimulasi sel stroma untuk
mengeluarkan growth factor sehingga menyebabkan proliferasi sel epithel dan sel
stroma
Berkurangnya kematian sel
Teori sel stem
8
BAB VI
DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING
9
Setiap pertanyaan dihubungkan dengan keluhan miksi diberi nilai dari 0 sampai dengan
5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 sampai 7.
Dari skor I-PSS dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1)
ringan : skor 0-7, (2) sedang : skor 8-19, (3) berat : skor 20-35.
Mild or No Symptoms. Skor IPSS 7 atau di bawah 7, pada umumnya memilih
watchfull waiting sekalipun prostata mereka membesar. Perlu diingat, bagaimanapun
obstruksi traktus urinaria dapat memperlihatkan pembesaran prostat sekalipun tidak
mempunyai gejala, maka ada beberapa resiko dengan pilihan ini, walaupun itu kecil.
3. Tabel score gejala Hiperplasti prostat benigna :
Tidak Kurang Kurang Setengah Lebih dari Hampir
sama dari 1 dari 5 dari setengah selalu
sekali setengah
1. Berapa sering 0 1 2 3 4 5
anda merasa bak
tidak tuntas setiap
habis bak sejak
bulan lalu?
2. Setelah 1 bulan 0 1 2 3 4 5
yang lalu,berapa
sering anda
kembali bak
kurang dari 2 jam
dari bak
seblumnya?
3 Setelah 1 bulan 0 1 2 3 4 5
yang lalu, berapa
sering anda
terhenti saat bak
dan kembali bak
lagi beberapa saat
kemudian saat
bak?
4. Setelah 1 0 1 2 3 4 5
bulan yang
lalu,berapa sering
anda sulit saat
menahan bak
5. Setelah 1 0 1 2 3 4 5
10
bulan yang lalu,
berapa sering
pancaran urin
anda lemah?
6. Setelah 1 0 1 2 3 4 5
bulan yang
lalu,berapa sering
anda mengedan
saat mulai bak?
7. Setelah 1 0 None 1 Time 2 Time 3 Time 4 Time 5 Time
bulan yang
lalu,berapa sering
anda terbangun
saat tidur (malam)
untuk bak?
4. Laboratorium
Biasanya tidak ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang berarti, keculi bila
ada gangguan
Fungsi ginjal (ureum dan creatinin yang meninggi) atau infeksi (urine
keruh/pyuria, bacteriuria).
5. X-Ray
Foto BNO/ foto polos abdomen biasanya normal,tetapi mungkin ditemukan batu
Pyetografi intravena dapat menunjukan hydronephrosis, hydroureter dan atau
pembesaran prostat ke arah intravesical (buli-buli terangkat lebih tinggi dari batas
atas symphisis pubis)
Pada urethrocystography dapat terlihat vesico urethral reflux.
6. Instrumentasi
Catneterisasi buli-buli setelah penderita kencing menunjukan residual urine,
jumlahnya menetukan tingkat demompensasi buli-buli terhadap obstruksi yang
terjadi, tetapi bukan terhadap pembesaran prostat.
Cystoscopy memperlihatkan adanya pembesaran lobus-lobus prostat dan
perubahan-perubahan yang timbul pada dinding/mukosa buli-buli
7. Sonografi
11
Transractal sonoggrafi dari prostat dapat menunjukan besarnya prostat secara
akurat
5.2 DIAGNOSA BANDING BPH:
Carcinoma prostat
Neurogenic bladder
Penggunaan obat-obatan yang berlebihan/lama seperti :
- Ganghonic blocking agents
- Parasympatolytics
- Transquilizers
Contractur baddar neck (akibat prostatitis)
Acute prostatitis
KOMPLIKASI
Obstruksi dan residual urin terutama pada vesika dan infeksi prostat, yang mana
mungkin sulit untuk dihilangkan. Pada beberapa pasien mungkin diikuti dengan refluks
vesikoureteral, pielonephritis.
Obstruksi mungkin terutama pada perkembangan vesical diverticula. Sisa infeksi
urin mungkin membantu terbentuknya kalkuli.
BAB VII
12
PENGOBATAN DAN PROGNOSIS
:
6.1 PENGOBATAN
1. Konservatif.
2. Operatif.
Yang panting dan sulit adalah menilai/menentukan kapan penderita harus
dioperasi.
1 Terapi konservatif:
•Ada yang menganjurkan untuk melakukan sexual Intercourse secara teratur atau
dengan massage prostat dangan interval waktu 2 minggu
•Bila ada prostisis massage 1 x seminggu selama 3 minggu dan diberikan
antibiotika/antimikroba,
•Setiap minum jangan terlalu banyak.
•Pemberian antiandrogen(estrogen)
•Catherisasi terutama jika terjadi acute retensi bila tetap tak bisa buang air kecil harus
dipasang retensi catheter.
2 Terapi Operatif
6.2 Prognosis
Umumnya baik
DAFTAR PUSTAKA
13
1. David c. Sabiston.Jr, M.D; BUKU AJAR BEDAH (ASSENTIALS OF SURGERY);
VOLUME 2; Penerbit buku kedokteran EGC;Jakarta; 2002.
2. F. Charles Brunicardi, M.D F.A.C.S; Dana k. Andersen, M.D; Timothy r. Billiar, M.D;
David l. Dunn, M.D. Ph.D; John g. Hunter,M.D F.A.C.S; Raphel e. Pollok, M.D Ph.D
F.A.C.S; SCHWARTZ’S PRINCIPLES OF SURGERY; Eight edition; The McGraw hill
companies,ins; United states of America;2005.
6. Sjam Schidajat R dan Jongidewim, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran
EGC 1997 : 1059-65
8. Tambajung, dr. jan, Wonodirekso, dr. Sugito, Buku Ajar Histologi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Edisi V, 1996 : BAB 16:532.
14