Anda di halaman 1dari 19

BULETIN

SIMULASI PERAN INDUSTRI FARMASI (SPIF)


PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER
FAKULTAS FARMASI, UNIVERSITAS ANDALAS
Kelompok : 1 group 2
Kelas/Angkatan : apoteker II/ 2013-2014
Zat aktif : Ketoprofen
Bentuk Sediaan : Suppositoria
Hari/Tanggal/Pukul Presentasi : Senin/22 April 2013/ 13.00 WIB

PT Andalas Farma, Tbk


Padang, Sumatera Barat
Pengesahan
Tulis nama dan tanda tangan
1 Manager R & D

2 Bagian Formulasi

1. Suryati Ayu, S,Farm

2. Eka Mai Gusti, S,Farm


3 Bagian Metode 1. Rizka Yolanda, S,Farm
Analisis/
Uji Stabilitas

2. Tsamaratur Rahmi, S,Farm

4 Bagian
Kemasan/Registrasi
Budi Satria, S,Farm

Form A Studi Pustaka Output: Disain Bentuk Sediaan Obat

PT Andalas Farma, Tbk


Padang, Sumatera Barat

A.1 Identitas obat

a. Struktur molekul

b. Rumus molekul : C16H14O3


c. Bobot molekul : 254,3
d. Pemeriaan : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir
tidak berbau
A.2 Sifat fisiko kimia obat

a. Titik lebur : 93-96℃


b. pKa : 4,5 (Kasim, et al, 2003).
c. Koefisien partisi (oktanol/air) : Ketoprofen memiliki koefisien partisi oktana/ PBS pH
7,4 = 0
d. Stabilitas : Sediaan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, telindung dari cahaya, panas dan lembab pada suhu kamar (25°C), masa kadaluarsa
adalah3 tahun sejak diproduksi.
e. Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan
dalam eter, praktis tidak larut dalam air (Ditjen POM,1995).
f. Bentuk/sifat kristal atau amorf
g. Sifat turunan seperti mikroskopis (ukuran partikel, kerapatan bulk, sifat alir, sifat
kompresi, kompaktibilitas dengan eksipien)
h. Titik didih : 431.316°C at 760 mmHg

A.3 Data farmakokinetik obat

Ketoprofen cepat diabsorbsi, tetapi waktu paruhnya pendek. Obat ini dimetabolisme
secara lengkap di hati, meskipun 90% terikat dengan protein plasma. Obat ini tidak mengubah
aktivitas warfarin atau digoksin. Sebaliknya pemberian bersama probenesid akan meningkatkan
kadar ketoprofen dan memperpanjang waktu paruh plasmanya. (Katzung,1998).

A.4 Data farmakodinamik obat


a. Indikasi : nyeri dan radang pada penyakit rematik dan gangguan
otot skelet lainnya, dan setelah pembedahan ortopedik, gout/pirai akut, disminorea.
b. Mekanisme kerja : menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat
kerja enzim cyclooxygenase (COX), COX-1 dan COX-2.
c. Efek samping : Gangguan GI, misalnya dyspepsia, mual, muntah, diare,
nyeri abdomen, konstipasi, pusing, sakit kepala, gangguan daya penglihatan, ruam dan
gangguan ginjal.
d. Kontraindikasi : pasien yang mengidap tukak lambung aktif, pasien dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau NSAID lainnya termasukmereka yang
kena serangan asma, angioderma, urtikaria atau rhinitisnya dipicu oleh asetosal dan
NSAID lainnya.
e. Interaksi
 Obat antikoagulan dan antitrombosis: sedikit memperpanjang waktu prothrombin
dan waktu thromboplastin parsial. Jika pasien menggunakan antikoagulan
(warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase). Waktu prothrombin harus
dimonitor
 Lithium: meningkatkan toksisitas lithium
 Obat yang terikat pada protein plasma: menggeser ikatan dengan protein plasma,
sehingga dapat meningkatkan munculnya efek samping
 Obat diretik: meningkatkan resiko kerusakan ginjal
 NSAIDs: meningkatkan efek samping
 Probenesid: meningkatkan toksisitas ketorolac
 Metotreksal: meningkatkan toksisitas metotreksat dengan menurunkan eliminasi
diginjal.
f. Posologi

A.5 Produk inovator


a) Merek :
b) Nama pabrik : PT Andalas Farma, Tbk
c) Bentuk sediaan : Supositoria
d) Kekuatan sediaan :
e) Indikasi : terapi simptomatik untuk AR, spondilitis ankilosa, gout akut, OA
f) Aturan pakai : 1 supp pada malam hari
g) Kemasan : Supositoria 100 mg
h) Golongan obat : NSAIDs
i) Harga : Supp 100 mg x 2 x 5 (Rp75.000).

A.6 Produk kompetitor (sumber buku ISO terbaru)


a) Jumlah total competitor : 23
b) Bentuk sediaan lain yang beredar (dengan zat aktif yang sama): tablet, suspensi,
supositoria, topical (gel), injeksi.
c) Harga tertinggi yaitu
 Tablet salut yaitu Rp.2.128 Merek Ovurilla E (Pabrik Nufarindo)
 Tablet biasa Rp.2100 Merek Pronalges (Pabrik Dexa Medica)
 Suppositoria Rp.18.000 Merek Profika (Pabrik Ikhaparmindo)
 Ampul yaitu Rp.23.375 Merek Gatofen (Pabrik Graha Farma)
d) Harga terendah
 Tablet Salut yaitu Rp.640 Merek Ketoprofen Hexpharm (Pabrik Hexpharm)
 Tablet Biasa yaitu Rp.540 Merek Nasaflam (Pabrik Fahreinhet)
 Suppositoria yaitu Rp.9.000 Merek Nazopel (Pabrik Novell Pharma)
 Ampul yaitu Rp.4.725 Merek Ketopren Hexpharm (Pabrik Hexpharm)

A.7 Bentuk sediaan obat (BSO) yang dirancang berdasarkan data di atas
a. Bentuk sediaan obat (BSO): Suppositoria
b. Alasan pemilihan BSO
1. Pertimbangan farmasetika/biofarmasetika

2. Pertimbangan farmakokinetik
Menghindari terjadinya iritasi pada lambung, dapat menghindari kerusakan obat
oleh enzim pencernaan, langsung dapat masuk ke saluran pembuluh darah sehingga akan
memberikan efek yang lebih cepat dibanding obat per oral, Menghindari biotransformasi
hati / sirkulasi portal
3. Pertimbangan farmakodinamik

b. Kekuatan sediaan
c. Kemasan
d. Rencana nama merek

A.8 Formula teroritis


a. Formula (dibuat dalam bentuk tabel dengan kolom no, nama zat, jumlah)
No Nama Bahan Fungsi Bahan Jumlah Produksi 20 Suppositoria
Tiap Tiap Batch
Suppositoria
1. Ketoprofen Zat aktif 0,1 g 2g
2. Poli etilen glikol (PEG) 1000 Komponen basis 1,728 g 34,56 g
3. Poli etilen glikol (PEG) 4000 Komponen basis 0,072 g 1,44 g
4. Tween 80 Surfaktan 0.04 g 0,8 g

b. Fungsi masing-masing komponen zat tambahan dalam formula

A.9 Pembuatan produk skala lab

A.10 Evaluasi produk skala lab

Pengesahan
1 Disusun oleh
Bagian Formulasi
2 Disetujui oleh
Manager R&D

Form B Pengembangan Metode Analisis Output : Metode Uji Mutu Produk Ruahan
PT Andalas Farma, Tbk
Padang, Sumatera Barat

B.1 Uji fisik 1 (misalnya uji waktu hancur)


a. Persyaratan (tulis referensinya kalau ada, misalnya FI IV, dll)
b. Cara penetapan (Tulis referensinya kalau ada, misalnya FI IV atau USP 29, dll)

B.2 Uji fisik 2 (misalnya uji kekerasan), dst


B.3 Uji kimia 1 (misalnya uji disolusi)
a. Persyaratan (tulis referensinya, misalnya FI IV, dll)
b. Cara penetapan (Tulis referensinya, misalnya FI IV atau USP 29, dll)

Contoh:
Uji Disolusi Kapsul Tetrasiklin 250 MG
Persyaratan : Nilai Q tidak kurang dari 80%
Metode : Spektrofotometri (FI IV)
Media Disolusi : 900 ml air
Alat : Tipe 2 (paddle), 100 rpm selama 45 menit
Penetapan :
a. Penyiapan larutan pembanding
1. Timbang seksama 140 mg Tetrasiklin HCl PK, larutkan dalam labu ukur 100 ml air, kocok
dan cukupkan volumenya hingga garis tanda, kocok.
2. Pipet 10 ml larutan tersebut di atas ke dalam labu ukur 50 ml, tambahkan air hingga garis
tanda, kocok.
b. Penyiapan larutan uji
1. Siapkan alat, isi masing-masing labu dengan larutan media disolusi dan atur suhu media 37 ±
0,5 °C
2. Masukkan kapsul Tetrasiklin HCl 250 mg, masing-masing 1 kapsul pada tiap labu disolusi
3. Segera celupkan ke enam paddle secara serentak ke dalam media disolusi
4. Hidupkan alat dengan kecepatan 100 rpm
5. Setelah 45 menit, matikan alat, sedot cairan dalam masing-masing labu menggunakan
autosampler atau menggunakan disposable syringe
6. Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu ukur 10 ml, tambahkan air hingga garis tanda
c. Cara penetapan kadar terdisolusi
Ukur serapan 1 cm larutan uji dan larutan pembanding pada panjang gelombang maksimum 276
nm, menggunakan blanko air.

d. Perhitungan kadar terdisolusi


Kadar Tetrasiklin HCl yang terlarut per kapsul dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kadar=𝐴𝑢𝐴𝑠𝑥𝐵𝑊𝑆5010𝑥100𝑥𝐾𝑊𝑆100x10/5𝑥𝑉𝐾𝑇x100%
Keterangan:
Au = serapan larutan uji
As = serapan larutan pembanding
BWS = Berat Tetrasiklin HCl PK yang ditimbang (140 mg)
50/10 x 100 = Faktor pengenceran
10/5 = Faktor pengenceran
KWS = Kadar Tetrasiklin HCl PK
V = Volume media disolusi dalam ml (900 ml)
KT = Kandungan Tetrasiklin HCl yang seharusnya (klaim di etiket)
yaitu 250 mg
B.4 Uji kimia 2 (misalnya penetapan kadar), dst
B.5 Uji mikrobiologi, dst

Pengesahan
1 Disusun oleh
Bagian Formulasi
2 Disetujui oleh
Manager R&D

Form C
Pengembangan Kemasan
Output: Disain Kemasan

PT Andalas Farma, Tbk


Padang, Sumatera Barat

C.1 Disain kemasan primer


Tampilkan gambar wadahnya, misalnya botol, vial, ampul, tube, blister,
strip, dll
C.2 Disain kemasan sekunder
Gambar sketsa kotak yang digunakan seperti kotak botol, kotak tube, dll
C.3 Disain brosur
Buat rancangan brosurnya dengan isian informasi yang lengkap
C.4 Disain etiket (bila perlu)
Buat rancangan etiket misalnya etiket untuk botol, dll.

Pengesahan
1 Disusun oleh
Bagian Formulasi
2 Disetujui oleh
Manager R&D

Form D
Uji Stabilitas
Output: Metode Uji Stabilitas

PT Andalas Farma, Tbk


Padang, Sumatera Barat

D.1 ALAT DAN KONDISI UJI (SUHU DAN KELEMBABAN)

 Uji Kisaran Leleh


Uji ini disebut juga kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran waktu
yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penanggas air
dengan temperatur tetap (37oC). Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kisaran leleh
sempurna dari suppositoria adalah suatu Alat Disintegrasi Tablet USP (Teori Praktek Famasi
Industri, Leon Lachman, 1989, hal. 1191-1192 ).
 Uji Pencairan atau Waktu Melunak
Ini dapat dilaksanakan dalan berbagai temperatur dari 35,5 sampai 37oC sebagai suatu
pemeriksaan pengawasan mutu, dan dapat juga dikaji sebagai suatu ukuran kestabilan fisika
terhadap waktu. Suatu penanggas air dangan elemen pendingin dan pemanas harus digunakan
untuk menjamin pengaturan panas dangan perbedaan tidak lebih dari 0.1oC.
Uji melunak untuk mengukur waktu yang diperlukan suppositoria rektal untuk mencair
dalam alat yang disesuaikan dengan kondisi in vivo.
 Uji Kehancuran

Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau kerapuhan
suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berdinding rangkap
dimana sppositoria yang diujikan ditempatkan. Pada suhu 37oC.

 Uji Dissolusi
Metoda dayung pada suhu 370 + 0.50 C.

D.2 JUMLAH SAMPEL UJI

 Uji Pemerian
10 supositoria dilakukan pemeriksaan pemerian secara organoleptis meliputi bentuk,
warna, dan permukaan supositoria.
 Uji Keseragaman Bobot
Menimbang sebanyak 20 supositoria secara acak.
 Uji Kisaran Leleh
3 supositoria dilakukan uji kisaran leleh.
 Uji Faktor Kerapatan
Memasukkan kedalam cetakan supositoria zat aktif sampai padat, setelah itu dikeluarkan
lalu ditimbang, dan dilakukan perlakuan yang sama terhadap seluruh basis yang digunakan.

D.3 METODE UJI

 Appearance / Pemerian

Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat didalam basis suppo.suppo dibelah

secara longitudinal kemudian dibuat secara visual pada bagian internal dan bagian eksternal dan

harus nampak seragam.penampakan permukaan serta warna dapat digunakan untuk

mengevaluasi ketidakadaan :
 Celah

 Lubang

 Pengembangan lemak

 Migrasi senyawa aktif (Pharmaceutical Dosage From Disperse SystemVolume 2,

Herbert A.Lieberman,1989,hal.552).

 Keragaman Bobot

Timbang masing-masing suppo sebanyak 20, diambil secara acak. Lalu tentukan bobot

rata-rata. Tidak lebih dari 2 suppo yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari %

deviasi, yaitu 5% (BP 2002, Appendix XII H, A.253, FI IV 1995 hal.999).

 Uji Kisaran Leleh


Suppositoria dicelupkan seluruhnya dalam penanggas air yang konstan, dan waktu yang
diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna atau menyabar dalam air disekitarnya diukur.
Pola pelepasan obat secara in vitro diukur dengan menggunakan alat kisaran leleh yang sama.
Jika volume air yang mengelilingi suppositoria diketahui, maka dengan mengukur alikuot air
untuk masa obat yang dikandung pada bagian interval dalam periode meleleh, untuk kurva waktu
terhadap kadungan obat (pola pelepasan obat in vitro) dapat digambar.
 Uji Waktu Melunak
Suatu modifikasi dari metode yang dikembangkan oleh Krowezynski adalah uji
suppositoria yang akhir lain yang berguna. Uji tersebut terdiri dari pipa-U yang sebagian
dicelupkan ke dalam debagian penanggas air yang bertemperatur konstan. Penyampitan pada
satu sisi menahan suppositoria tersebut pada tempatnya dalam pipa. Sebuah batangan dari kaca
ditempatkan di bagian atas suppositoria, dan waktu yang diperlukan batangan untuk melewati
suppositoria sampai penyempitan tersebut dicatat sebagai ”waktu melunak”.
Suatu penyari melalui selaput semiparmiabel, yakni pipa selofan, diikat pada kedua ujung
kondensor dengan masing-masing ujung pipa terbuka. Air pada 37oC disirkulasi melalui
kondensor tersebut pada laju sedemikian rupa, sehingga separuh bagian bawah pipa selofan
kempis dan separuh bagian atas terbuka. Tekanan hidrostatis air dalam alat tersebut kira-kira nol
ketika pipa tersebut mulai kempis. Bila temperatur air dibuat stabil pada 37oC, suppositoria
turun., dan waktu tersebut diukur untuk suppositoria meleleh dengan sempurna dalam pipa
tersebut.
 Uji Kehancuran

Cek apakah alat yang digunakan sudah dalam keadaan vertikal atau belum. Alat

dipanaskan sampai suhunya 25⁰ C. Sediaan yang akan diuji telah diletakkan dalam suhu yang

sesuai dengan suhu yang akan digunakan minimal 24 jam. Tempatkan sediaan diantara kedua

penjepit dengan bagian ujung menghadap ke atas. Tunggu selama 1 menit dan tambahkan

lempeng 200 g pertama. Tunggu lagi selama 1 menit dan tambahkan lempeng berikutnya. Hal

tersebut diulang dengan cara yang sama sampai sediaan hancur. Massa yang dibutuhkan

menghancurkan sediaan (termasuk massa awal yang terdapat pada alat). Hal-hal yang perlu

diperhatikan:

 Apabila sediaan hancur dalam 20 detik setelah pemberian lempeng terakhir maka

massa yang terakhir ini tidak masuk dalam perhitungan.

 Apabila sediaan hancur dalam waktu antara 20 dan 40 detik setelah pemberian

lempeng terakhir maka massa yang dimasukkan ke dalam perhitungan hanya

setengah dari massa yang digunakan, misal 100 gram.

 Apabila sediaan belum hancur dalam waktu lebih dari 40 detik setelah pemberian

lempeng terakhir maka seluruh massa lempeng terakhir dimasukkan ke dalam

perhitungan. (BP2002, A334, Teori dan Praktek Farmasi Indonesia, Leon

Lachman, 1989, hal.1192-1193)

 Uji Ukuran Partikel atau Penghabluran

Penghabluran dikhawatirkan terjadi, jika bahan obat melarut dalam masa basis

suppositoria yang dipanaskan dan pada saat pendinginannya atau juga pada saat
penyimpanannya mengalami pengaruh kelarutan. Dibuat penampang melintang tipis dari

suppositoria dan ukuran partikelnya diukur dibawah mikroskop dengan bantuan mikrometer

okuler yang telah ditera. Pada penyimpanan suppositoria, pengujian diulangi dalam interval

waktu yang teratur.

 Uji Distribusi Bahan Obat

Untuk menguji kandungan bahan obat dari suppositoria dalam suatu bact (keseragaman

kandungan), diambil sejumlah suppositoria yang mewakili bach tersebut lalu ditimbang.

Kadungan bahan obatnya ditentukan dengan metode yang cocok dan prosentual penyimpangan

dari kandunga seharusnya, dutentukan. Dengan cara yang sama dapat diuji distribusi bahan aktif

dalam suppositoria menurut segmentasinya (melintang terhadap sumbu panjang). Hasil yang

diperoleh menginformasikan tentang sedimentasi dari bahan padat selama penuangan

danpembekuan leburan.

 Uji Disolusi

Supositoria diuji disolusinya dengan alat uji disolusi dengan metode dayung. Alat
disolusi diatur suhunya 37 + 0.5oC dengan kecepatan 100 rpm. Media disolusi yang digunakan
adalah dapar fosfat sebanyak 500 ml. Sampel diambil 10 ml setiap selang waktu 2 menit. Setiap
pengambilan sample diganti lagi dengan volume yang sama. Sampel yang diperoleh diukur
absorbansinya dan dihitung kadarnya terhadap kadar zat aktif dalam supositoria.

1. Pengujian jarak lebur (macromelting range test).

Pengukuran waktu yang diperlukan supositoria untuk meleleh saat dicelupkan dalam penangas
air bersuhu 37oC.

2. Uji penetrasi
Untuk mengontrol kualitas supositoria atau mengukur stabilitas fisik terhadap waktu. Supositoria
ditempatkan dalam suatu chamber yang dicelupkan dalam penangas air 37oC. Permukaan atas
supositoria ditempatkan suatu tungkai yang akan menembus supo setelah supositoria meleleh.
Pada uji penetrasi: dilakukan pengukuran waktu yang diperlukan oleh tungkai untuk menembus
supositoria.

D.4 ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN UMUR SIMPAN OBAT

Menurut panduan ICH, CPMP dan FDA

 Negara zona ilim I dan II, uji jangka panjang 250C± 2 dan 60 % ± 5 RH. Studi real time :

kondisi penyimpanan eksperimen sedekat mungkin dengan kondisi distribusi praktis

seperti yang disarankan yaitu 300C ± 2 dan 35 % ± 5 RH.

 Negara zona iklim III dan IV, uji jangka panjang 300C ± 2 dan 70 % ± 5. Uji dipercepat

400C ± 2 dan 75 % ± 5 RH. Kondisis antara 300C ± 2 dan 60 % ± 5 RH.

 Suhu uji dipercepat sekuranng-kurangnya 150 > dari kondisi uji jangka panjang.

 Menurut WHO uji dipercepat hanya > 100C dari kondisi penyimpanan jangka panjang

dan kondisi penyimpanan untuk negara zona I dan II adalah 250C / 60 % RH, 300C / 60

% RH dan 400C / 75 % RH untuk semua bentuk sediaan.

Parameter pengujian

 Penentuan kadar

 Sifat organoleptik

 Sifat fisika dan kimia, mikobiologi

 Spesifik : disolusi sediaan padat

Pengesahan
1 Disusun oleh
Bagian Formulasi
2 Disetujui oleh
Manager R&D

Form E
Uji BE
Output: Protokol Singkat Uji BE

PT Andalas Farma, Tbk


Padang, Sumatera Barat

E.1 Pendahuluan
E.2 Tujuan Penelitian
E.3 Metode Penelitian
a. Disain
b. Subyek

E.4 Analisis obat


E.5 Perhitungan parameter bioavalabilitas obat dalam darah

E.6 Analisis statistic

Pengesahan
1 Disusun oleh
Bagian Formulasi
2 Disetujui oleh
Manager R&D

Form F
Registrasi Obat
Output: Nomor Registrasi Obat

PT Andalas Farma, Tbk


Padang, Sumatera Barat

F.1 Nomor Registrasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

F.2 Penjelasan masing-masing digit


Digit 1 :
Digit 2 :
dst

Pengesahan
1 Disusun oleh
Bagian Formulasi
2 Disetujui oleh
Manager R&D

Form G
Trial Skala Produksi
Output: Catatan Pengolahan Bets

PT Andalas Farma, Tbk CATATAN No.: 04.01.02


Padang, PENGOLAHAN BETS Tanggal berlaku
Sumatera Barat SUPPOSITORIA
KETOPROFEN 100 MG
Mengganti,
No:
Tanggal berlaku

Disusun oleh: Disetujui oleh:


Bagian Formulasi Manager Produksi Manager QC

Tanggal: Tanggal : Tanggal:


Kode Produk Nama Produk No. Bets Besar Bets Bentuk Sediaan

Kemasan Tanggal mulai pengolahan Tanggal selesai pengolahan

1. Komposisi
2. Spesifikasi
3. Peralatan
4. Penimbangan
5. Prosedur Pengolahan
6. Rekonsiliasi

Pemeriksaan Proses Pengolahan Peninjauan Catatan Pengolahan Bets

Bagian Formulasi Manager Produksi Manager QC


Tanggal: Tanggal: Tanggal:

Form H
Trial Skala Produksi
Output: Catatan Pengemasan Bets

PT Andalas Farma, Tbk CATATAN No:


Padang, PENGEMASAN BETS Tanggal berlaku
Sumatera Barat

Mengganti,
No:
Tanggal berlaku

Disusun oleh: Disetujui oleh:


Bagian Formulasi Manager Produksi Manager QC

Tanggal: Tanggal : Tanggal:


Kode Produk Nama Produk No. Bets Besar Bets Bentuk Sediaan

Kemasan Tanggal mulai pengemasan Tanggal selesai


pengemasan
1. Penerimaan bahan pengemas
2. Prosedur pengemasan primer (misalnya pengisian untuk sirup atau stripping untuk
tablet, dll)
3. Prosedur pengemasan sekunder
4. Hasil obat jadi
5. Pelulusan oleh pengawasan mutu

Pemeriksaan Proses Pengemasan Peninjauan Catatan Pengemasan Bets

Bagian Formulasi Manager Produksi Manager QC


Tanggal: Tanggal: Tanggal:

Anda mungkin juga menyukai