Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN TANAH DAN AIR

Disusun Oleh :
Nama : Dody Dwi Prabowo
NIM : H0716039
Kelompok : 14
Coass : Cahya Ningrum K

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan tubuh alam yang berdimensi dalam dan luas, sebagai
hasil kerja gaya-gaya pembangun dan penghancur serta berfungsi sebagai
media tumbuh tanaman.Tanah dapat ditemukan disekitar kita dan mempunyai
arti yang sangat penting dalam kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui tanah
merupakan media tumbuh bagi makhluk hidup sehingga sangat berpengaruh
bagi kelangsungan hidup makhluk hidup yang hidup diatasnya. Secara fisik
tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran,
penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara.
Salah satu faktor penting penggunaan air yaitu kebutuhan air irigasi
pertanian. Air irigasi pertanian merupakan air yang digunakan untuk mengairi
pertanaman. Pentingnya pengelolaan dalam penggunaan air terutama saluran
jelas bervariasi daerah di berbagai negara. Secara geografis, misalnya,
ketersediaan air akan mengkondisikan cara di mana menggunakan pola
berkembang. Hal-hal lain yang daerah yang sama, kering dan semi-kering
memerlukan pengelolaan yang lebih besar dari penggunaan air dari yang
lembab. Kondisi ekonomi akan sering menyebabkan pengelolaan air besar atau
lebih kecil. Pengelolaan saluran irigasi dalam konteks sumber daya lingkungan
adalah setiap upaya untuk meningkatkan penggunaan air konsisten dengan
mempertahankan atau meningkatkan kualitas air. Definisi pengelolaan air
termasuk setiap tindakan yang mengoptimalkan jumlah air yang digunakan per
unit dari setiap diberikan kegiatan pertanian, konsisten dengan pemeliharaan
atau peningkatan kualitas air irigasi. Kualitas air sungai sangat dipengaruhi
oleh air yang masuk ke dalam sungai yang berasal dari daerah tangkapan,
aktivitas manusia di daerah tangkapan dapat mempengaruhi kualitas air yang
masuk ke dalam sungai.
Praktikum Pengelolaan Tanah dan Air berisi 3 acara. Acara 1 yaitu
pengolahan tanah dan penanaman bertujuan untuk memberikan pengetahuan
agar mahasiswa trampil dalam mengelola tanah atau lahan yang berkaitan
dengan kebutuhan air tanaman. Acara 2 yaitu efisiensi saluran irigasi bertujuan
untuk memberikan pengetahuan agar mahasiswa trampil dalam menghitung
efisiensi penyaluran air irigasi. Acara 3 yaitu kualitas air irigas bertujuan untuk
memberikan pengetahuan agar mahasiswa trampil menghitung serta
mengetahui kualitas suatu air irigasi.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Acara 1 Pengolahan Tanah dan Penanaman


1. Waktu dan tempat, Alat dan Bahan
a) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum acara 1 Pengolahan Tanah dan Penanaman
dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2018 pukul 05.30 WIB-selesai
di Laboratorium Pertanian Jumantono, Karanganyar.
b) Alat dan Bahan
Alat:
1) Petak lahan seluar 2x1,8 meter
2) Mulsa jerami
3) Mulsa plastik hitam perak
4) Pupuk kandang
5) Kapur
6) Benih kedelai
7) Pasak
Bahan
1) Meteran
2) Gelas ukur plastic (250 ml)
3) Alat tulis
4) Baskom
5) Cangkul
6) Cetok
7) Kaleng susu (yang sudah dipotong)
2. Metode Praktikum
a) Pengelolaan tanah
Pengelolaan tanah dilakukan dengan mencangkul pada kedalaman
olah, kemudian menaburkan pupuk dan meratakannya.
b) Pembuatan petak dan pemasangan mulsa
Pembuatan petak dengan ukuran 2x1,8 m dan mulsa dipasang
sesuai perlakuan.
c) Penanaman
Menanam biji kedelai 3 biji ke lubang tanam dengan jarak yang
telah ditentukan (20 cm x 30 cm).
d) Penyiraman dan pengukuran kadar lengas
Penyiraman dan pengukuran kadar lengas dilakukan 3 kali dalam
satu minggu (Senin, Kamis dan Sabtu) dengan menggunakan aplikasi
cropwatt.
e) Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan seminggu 3 kali yaitu pengukuran
kadar lengas, pH, dan tinggi tanaman.

B. Acara 2 Efisiensi Saluran Irigasi


1. Waktu dan Tempat, Alat dan Bahan
a) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum acara 2 Efisiensi Saluran Irigasi dilaksanakan pada hari
Minggu, 22 April 2018 pukul 05.30-07.30 WIB di saluran irigasi
sekunder dan tersier di Mojolaban.
b) Alat dan Bahan
1) Current meter
2) Sepatu boot
3) Tali
4) Meteran
5) Stopwatch
6) Pelampung
7) Saluran irigasi sekunder dan tersier
2. Metode Praktikum
a) Memilih 2 saluran terbuka, masing-masing pada saluran sekunder dan
tersier
b) Mengukur kecepatan aliran air (V dalam m/det) menggunakan current
meter di titik awal (Q in) dan debit di titik berikutnya yang diasumsikan
sebagai titik akhir (Q out) saluran. Lalu mengukur dan mencatat
jaraknya.
c) Mengukur kecepatan aliran pada tiga titik (tengah, dan 2 pada pinggir
saluran), melakukan sebanyak 3 kali ulangan, lalu menghitung rata-
ratanya.
d) Pengukuran kecepatan aliran pada saluran tersier menggunakan metode
pelampung karena terbatasnya jumlah current meter.
e) Mencatat ketinggian penampang melintang (d rata-rata) dan lebar saluran
(w), lalu menghitung luas penampang (A).
A (m2) = d rata-rata x w
Dimana : d rata-rata (m) = (d1 + d2 + d3) / 3

C. Acara 3 Kualitas Air Irigasi


1. Waktu dan Tempat, Alat dan Bahan
a) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum acara 3 Kualitas Saluran Irigasi dilaksanakan pada hari
Minggu, 22 April 2018 pukul 05.30-07.30 WIB di saluran irigasi primer
di Mojolaban dan pada hari Senin, 23 April 2018 pukul 11.00-12.00 WIB
di Laboratorium Fisika Tanah Fakultas Pertanian UNS.
b) Alat dan Bahan
Alat:
1) Water sampler
2) pH meter
3) Thermometer
4) Ember kapasitas 10 liter
5) Botol 1,5 L
6) Pengaduk
7) Oven
8) Cawan alumunium
9) Timbangan analitik
Bahan:
1) Sampel air
2. Metode Praktikum
a) Mengambil sampel air pada saluran irigasi primer dan saluran drainase.
Pada saluran primer sampel air diambil di tiga titik, yaitu pada bagian
tengah dan 2 pada bagian tepii saluran, masing-masing tepi kanan dan
kiri.
b) Mengambil contoh air di masing-masing titik dengan menggunakan
water sampler. Mencatat ketinggian air di saluran dan turunkan water
sampler sampai ½ ketinggian air. Khusus untuk saluran drainase,
pengambilan air menggunakan gayung/ciduk karena dangkal sampai
sekitar 1 liter.
c) Saat pengambilan air dilakukan pengukuran pH dengan pH stik dan
pengukuran suhu.
d) Mengkomposit air yang diambil dari ketiga titik ke dalam ember dan
setelah diaduk kemudian dimasukkan ke dalam botol kapasitas 1,5 L.
e) Membawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan sedimennya.
f) Mengaduk (mengocok) air selama ± 30 menit.
g) Menimbang berat cawan alumunium sebelum digunakan (a)
h) Air yang telah homogen kemudian diambil ± 100 ml dimasukkan ke
dalam cawan alumunium kemudian dioven pada suhu 105oC sampai
mengerim (sekitar 48 jam).
i) Menimbang berat keseluruhan setelah dioven (b).
j) Menghitung berat sedimen (b-a).
k) Menghitung konsentrasi sedimen dengan persamaan:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Konsentrasi sedimen (gram/l) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝐿)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Acara 2 Efisiensi Saluran Irigasi


1. Debit pada Saluran Sekunder
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Efesiensi Saluran Irigasi Sekunder
D v
Lebar Q
Salura Pos Kedalaman V rata- rata- Efisiens
Saluran rata-rata
n isi (m) (m/s) rata rata i
(m) (m3/s)
(m) (m/s)
Atas 1. 0,42m 1. 0,358
(a)= 2m 0,432
2. 0,75m 2. 0,338
In Bawah 0,59 0,363 0,3608
0,429
(b) = 3. 0,6m
1,37 m 3. 0,378
0,245
Sekun
20,37 %
der Atas 1. 0,52m 1. 0,373
(a)= 1,42 0,382
2. 0,5m 2. 0,429
Bawah 0,51
Out 0,290 0,392 0,2873
(b) = 3. 0.52m 3
1,44 m 3. 0,459
0,421

Sumber: Laporan Sementara


Analisi Data
a. Saluran sekunder In
1) Lebar saluran atas (a) = 2m
Lebar saluran bawah (b) = 1,37m
2) Kedalaman (1) = 0,42m
Kedalaman (2) = 0,75m
Kedalaman (3) = 0,6m
3) RPM
Permukaan 1a = 361
Setengah permukaan 1b = 447
Permukaan 2a = 337
Setengah permukaan 2b = 444
Permukaan 3a = 384
Setengah permukaan 3b = 229
4) Kecepatan aliran
v = 0,000854 C + 0,005
v permukaan 1a = 0,0008546x361+0,05 = 0,358m/s
v setengah permukaan 1b = 0,0008546x447+0,05 = 0,432m/s
v permukaan 2a = 0,0008546x337+0,05 = 0,338m/s
v setengah permukaan 2b = 0,0008546x444+0,05 = 0,429m/s
v permukaan 3a = 0,0008546x384+0,05 = 0,378m/s
v setengah permukaan 3b = 0,0008546x229+0,05 = 0,245m/s
5) Kedalaman rata-rata
0,42+0,75+0,6
D rata-rata = = 0,59 𝑚
3

6) v rata-rata
0,358+0,432+0,338+0,429+0,378+0,245
v rata-rata = = 0,363𝑚/𝑠
6

7) Q rata-rata
𝑎+𝑏 2+1,37
A= × 𝐷 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = × 0,59 = 0,994m2
𝑎 2

Q rata-rata = A x v
= 0,994 x 0,363 = 0,3608 m3/s
b. Saluran sekunder Out
1) Lebar saluran atas (a) = 1,42m
Lebar saluran bawah (b) = 1,44m
2) Kedalaman (1) = 0,52m
Kedalaman (2) = 0,5m
Kedalaman (3) = 0,52m
3) RPM
Permukaan 1a = 378
Setengah permukaan 1b = 389
Permukaan 2a = 444
Setengah permukaan 2b = 282
Permukaan 3a = 479
Setengah permukaan 3b = 435
4) Kecepatan aliran
v = 0,000854 C + 0,005
v permukaan 1a = 0,0008546x378+0,05 = 0,373m/s
v setengah permukaan 1b = 0,0008546x389+0,05 = 0,382m/s
v permukaan 2a = 0,0008546x444+0,05 = 0,429m/s
v setengah permukaan 2b = 0,0008546x282+0,05 = 0,290m/s
v permukaan 3a = 0,0008546x479+0,05 = 0,459m/s
v setengah permukaan 3b = 0,0008546x435+0,05 = 0,421m/s
5) Kedalaman rata-rata
0,52+0,5+0,52
D rata-rata = = 0,513 𝑚
3

6) v rata-rata
0,373+0,382+0,429+0,290+0,459+0,421
v rata-rata = = 0,392𝑚/𝑠
6

7) Q rata-rata
𝑎+𝑏 1,42+1,44
A= × 𝐷 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = × 0,513 = 0,733m2
𝑎 2

Q rata-rata = A x v
= 0,733 x 0,392 = 0,2873 m3/s
Efisiensi
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡
× 100%
𝑄𝑖𝑛
0,3608 − 0,2873
= × 100% = 20,37%
0,3608
2. Debit pada Saluran Tersier
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Efesiensi Saluran Irigasi Tersier
D v
Lebar Q
Salura Po Kedalam V rata- rata- Efisiens
Saluran rata-rata
n sisi an (m) (m/s) rata rata i
(m) (m3/s)
(m) (m/s)
1. 0,16m 1. 0,4
2. 0,2m 2. 0,59 0,18
In 0,53 0,047
3. 0,2m 3. 0,45 6
Tersier 0,48 -0,01%
1. 0,16m 1. 0,4
2. 0,22m 2. 0,59 0,18
ou 0,55 0,048
3. 0,17m 3. 0,45 3

Sumber: Laporan Sementara


Analisis Data
a. Lebar Saluran
Lebaran saluran In = 0,53m
Lebaran saluran Out = 0,55m
b. Kedalaman
In (1) = 0,16m Out (1) = 0,16m
In (2) = 0,22m Out (2) = 0,22
In (3) = 0,2m Out (3) = 0,17
c. Panjang saluran = 1 m
d. Waktu yang ditempuh
1. 2,5 s
2. 1,7 s
3. 2,2 s
e. Kecepatan aliran
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
v = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
1
v1 = 2,5 = 0,4 𝑚/𝑠
1
v2 = 1,7 = 0,59𝑚/𝑠
1
v3 = 2,2 = 0,45𝑚/𝑠

f. Kedalaman rata-rata
0,16+0,59+0,2
D rata-rata In = = 0,186 𝑚
3
0,16+0,22+0172
D rata-rata Out = = 0,183 𝑚
3

g. Kecepatan rata-rata
0,4+0,59+0,45
v rata-rata = = 0,48𝑚/𝑠
3

h. Q rata-rata
Q rata-rata =Axv
Q rata-rata In = 0,53x0,186x0,48 = 0,047 m3/s
Q rata-rata Out = 0,55x0,183x0,48 = 0,048 m3/s
Efisiensi
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡
× 100%
𝑄𝑖𝑛
0,047 − 0,048
= × 100% = −0,1%
0,047
Pembahasan
Sistem irigasi menurut Sudjarwadi (2007) diartikan sebagai satu
kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya
penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem
irigasi diantaranya adalah : a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air
permukaan, air bawah permukaan), b) kondisi fisik dan kimiawi
(topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan), c) kondisi
biologis tanaman, dan d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya,
ekonomi).
Beberapa saluran irigasi yang ada dalam suatu sistem irigasi
sebagai berikut :
a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir.
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks tersier terakhir.
Menurut Hasibuan (2009) pengukuran debit pada saluran sekunder
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung dengan menggunakan sekat ukur, dan secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan mengukur luas saluran dan mengatur aliran air.
Kecepatan aliran air (V) dapat diukur dengan berbagai cara seperti
menggunakan metode pelampung, current meter, atau dengan
menggunakan persamaan.
Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran
yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca
pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun
langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu
dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat
untuk tiap–tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung,
kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan faktor
koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler
pada detecting unit dapat berupa: mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan
ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur
(Abdullah 2012).
Saluran tersier pengukuran kecepatan menggunakan metode bola
mengapung atau metode apung yang dialirkan mulai Qin sampai Qout
dan dihitung waktu tempuhnya menggunakan stopwatch. Asdak (2007)
menyatakan, pengukuran debit aliran sungai yang paling sederhana dapat
menggunkan metode apung (floating method). Caranya dengan
menempatkan bola pingpong di permukaan aliran sungai untuk jarak
tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut
untuk bergerak dari sisi titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang
telah ditentukan.
Praktikum acara Efisiensi Saluran Irigasi dilakukan pada saluran
irigasi sekunder dan tersier yang berada di Mojolaban. Praktikum
dilaksanakan untuk mengetahui efisiensi saluran irigasi yang ada pada
daerah tersebut dalam mengairi lahan pertanian yang ada disekitarnya.
Pengamatan dilakukan pada saluran irigasi sekunder dan tersier. Saluran
sekunder adalah saluran primer yang terbagi sehingga pada saluran
sekunder, lebar saluran atas dan bawah adalah 2 m dan 1,37 m pada
posisi in. Lebar saluran atas dan bawah 1,42 m dan 1,44 m pada posisi
out. Saluran tersier merupakan saluran sekunder yang terbagi sehingga
luas saluran tersier lebih sempit daripada saluran sekunder yaitu 0,53 m
pada posisi in dan 0,55 pada posisi out.
Kedalaman saluran sekunder pada posisi in bagian pinggir yaitu
0,42 m dan 0,6 m, kedalaman bagian tengah adalah 0,75 m sehingga rata-
ratanya adalah 0,59 m, pada posisi out kedalaman bagian pinggir kanan
dan kiri sama yaitu 0,52 m pada bagian tengah 0,5 m sehingga diperoleh
rata-rata yaitu 0,5133 m. Kedalaman saluran tersier pada posisi in di
bagian pinggir 0,16 m dan 0,2 m, pada bagian tengah 0,2 m sehingga
diperoleh nilai rata-rata yaitu 0,186 m, kedalaman posisi out di bagian
pinggir 0,16 m dan 0,17 m pada bagian tengah 0,22 m sehingga diperoleh
rata-rata 0,183 m. Berdasarkan hasil pengukuran kedalaman pada bagian
pinggir dan tengah saluran irigasi sekunder dan tersier dapat diketahui
perbedaan kedalaman yang cukup signifikan pada saluran irigasi
sekunder, hal tersebut menunjukkan luas penampang yang lebih besar
untuk menampung air dari hulu seperti sungai maupun waduk.
Penghitungan kecepatan aliran air pada saluran irigasi sekunder
menggunakan alat current meter dan tersier menggunakan metode
pelampung yaitu menggunakan bola pingpong sebagai pelampung dan
stopwatch sebagai pencatat waktu. Kecepatan aliran pada saluran
sekunder yang dihitung pada tiga tempat dengan berada di atas
permukaan air dan setengah permukaan air. Hasil yang didapatkan pada
permukaan 1a 0,358 m/s, 0,338 m/s, dan 0,378 m/s. Sedangkan
perhitungaan yang didapatkan di setengah permukaan air yaitu 0,423 m/s,
0,429 m/s, dan 0,245 m/s sehingga diperoleh kecepatan rata-rata yaitu
0,363 m/s. Kecepatan aliran air pada saluran out di permukaan yaitu
0,373 m/s, 0,429 m/s, 0,459 m/s dan pada setengah permukaan yaitu
0,382 m/s, 0,290 m/s, dan 0,421 m/s sehingga diperoleh rata-rata 0,392
m/s. Kecepatan aliran air pada saluran tersier dihitung dengan medote
pelampung yaitu menggunakan bola pingpong. Kecepatan aliran air yang
diperoleh pada saluran in dan out sama yaitu 0,4 m/s, 0,59 m/s dan 0,45
m/s, sehingga diperoleh kecepatan rata-rata sebesar 0,48 m/s.
Penghitungan debit air (Q) dapat dilakukan dengan cara
mengalikan kecepatan rata-rata (V rata-rata) dan luas penampang basah
saluran (A). Saluran sekunder diperoleh nilai Qin yaitu 0,59 m3/s dan
Qout 0, 513 m3/s sehingga didapatkan Qin rata-rata 0,3608 m3/s dan rata-
rata Qout 0,2873 m3/s. Saluran tersier diperoleh nilai rata-rata Qin yaitu
0,047 m3/s dan nilai rata-rata Qout 0,048 m3/s. Dari hasil penghitungan
tersebut dapat diketahui bahwa debit air pada saluran sekunder pada
posisi in lebih besar daripada posisi out. Hal ini dikarenakan pada posisi
in menuju posisi out terdapat tumbuhan-tumbuhan yang menahan air
sehingga debit air yang mengalir dari posisi out lebih kecil daripada
posisi in. Berbeda halnya dengan saluran tersier, pada posisi in debit air
sama dengan debit air pada posisi out, hal ini disebabkan oleh luas
penampang pada saluran tersier sama dan lebih kecil dibanding saluran
sekunder. Selain itu, pada saluran tersier tidak terdapat tumbuhan-
tumbuhan yang mengganggu atau menahan air yang mengalir dari posisi
in.
Efisiensi saluran irigasi dapat diketahui dengan mengurangi debit
air pada posisi in dengan debit air pada posisi out, kemudian membagi
hasil pengurangan tersebut dengan debit air pada posisi in dan
mengalikan 100%. Nilai efisiensi pada saluran sekunder sebesar 20,37%
dan pada saluran tersier sebesar -0,01%. Nilai efisiensi pada saluran
sekunder dan tersier cukup rendah, hal tersebut ditunjukkan oleh nilai
efisiensi saluran yang kurang dari 50%.
Hal-hal yang dapat menyebabkan efisiensi saluran irigasi rendah
adalah luasan saluran dan kedalaman saluran. Hal tersebut berpengaruh
pada kecepatan aliran air dan debit air yang dapat ditampung pada
saluran tersebut. Tujuan dari saluran irigasi adalah mengefisienkan
penyaluran air menuju lahan-lahan pertanian. Hal yang diharapkan dari
saluran irigasi adalah kemampuan menyalurkan air yang tinggi pada
luasan saluran yang lebih sempit, sehingga adanya irigasi tidak
mengurangi sumber daya lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian.
C. Acara 3 Kualitas Air Irigasi
1. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Perhitungan Kualitas Air Irigasi
No Macam pH Daya Suhu (a) (b) Sedi Konsent
Saluran Hantar gram gram men rasi
Irigasi Listrik (gra (g/l)
m)
1 Primer 6 128,5 310C 38,882 38,969 0,087 1,74
Sumber: Laporan Sementara
Anilisis Data
a = 38,882 gram
b = 38,969 gram
V = 50 ml
a. Sedimen
Sedimen = b – a
= 38,969 – 38,882
= 0,087 gram
b. Konsentrasi
𝑆𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛
Konsentrasi = 𝑉 𝑎𝑖𝑟
0,087𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 1,74 𝑔𝑟/𝑙
0,05 𝑙
Pembahasan
Kadar keasaman atau kebasaan air irigasi dinyatakan sebagai pH
(<7,0 asam; > 7,0 basa). pH rendah akan menyebabkan korosi pada
sistem irigasi. Sedangkan pH tinggi > 8,5 sering disebabkan kehadiran
konsentrasi bikarbonate (HCO3-) dan carbonate (CO32-) atau disebut
alkalinitas. Karena tingginya karbonat, ion-ion kalsium dan magnesium
mengakibatkan pelepasan mineral dan menyisakan sodium sebagai ion
dominan di larutan tanah. Keasaman (pH) menunjukkan tinggi rendahnya
ion hidrogen dalam air. Nilai pH sangat penting diketahui karena banyak
reaksi kimia dan biokimia terjadi pada tingkat pH tertentu, seperti proses
nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Effendi 2003). Pengaruh kondisi
pH pada perairan terhadap aspek kesehatan manusia, dimana jika
mengkonsumsi air pada pH kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2 akan
menyebabkan beberapa persenyawaan kimia berubah menjadi racun
(Zulkarnaen 2005).
Pada praktikum ini, diukur nilai pH pada saluran primer dan
mendapatkan nilai pH sebesar 6. pH 6 masih menunjukkan pH yang
mendekati netral. Sampah yang ada di aliran sungai tidak terlalu
mempengaruhi kualitas air sehingga pH yang dimiliki dari setiap sungai
masih mendekati pH netral. Air yang mendekati netral masih dapat
digunakan untuk pengairan pembudidayaan tanpa perlakuan khusus yang
mengharuskan air yang mengalir adalah air yang aman terhadap tanaman
dan terbebas dari bahan meracun. Terjadinya perubahan keasaman pada
air limbah, baik ke arah asam (pH turun) maupun ke arah basa (pH naik),
akan mengganggu kehidupan ikan dan hewan air serta pH <4 dapat
menyebabkan kematian tumbuhan, karena tidak dapat beradaptasi
terhadap pH rendah (Effendi 2003).
Parameter yang mempengaruhi kualitas air irigasi untuk tanaman
adalah:
a. Salinitas
Masalah salinitas terjadi jika kuantitas garam pada air
irigasi cukup besar sehingga akumulasi garam di daerah perakaran
tanaman akan sedemikian rupa sehingga tanaman tidak mampu lagi
mengisap air (lengas) tanah di daerah perakaran. Penurunan isapan
air oleh akar menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman
sehingga gejalanya seperti kekurangan air (tanaman layu). Tanaman
mengisap sebagian besar air dari bagian atas zone perakaran,
sehingga kondisi salinitas di bagian ini sangat berpengaruh daripada
di bagian bawah zone perakaran. Mengelola bagian atas perakaran
dengan proses pencucian (leaching) menjadi sangat penting untuk
lahan berkadar garam tinggi.
b. Permeabilitas
Laju infiltrasi tanah akan berkurang akibat dari kandungan
garam tertentu atau kekurangan garam tertentu dalam air irigasi.
Faktor yang berpengaruh adalah: (a) kandungan Na relatif terhadap
Ca dan Mg, (b) kandungan bikarbonat dan karbonat, dan (c) total
kandungan garam dalam air.
c. Toksisitas atau keracunan terhadap Boron (B), Chlorida (Cl) dan
Natrium (Na).
Suhu air yang ideal bagi organisme adalah tidak terjadi perbedaan
suhu yang tidak mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC).
Pada saluran primer suhu sebesar 310C. Besarnya suhu juga dipengaruhi
oleh waktu pengukuran, intensitas cahaya.
Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman minimal
1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini
terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air
dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena masuknya panas dari
cahaya matahari ke dalam yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu
yang vertikal. Pada kedalaman airnya kurang dari dua meter biasanya
terjadi strasifikasi suhu yang tidak stabil.
Kualitas air ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan
bahan kimia yang terlarut di dalam air tersebut. Sedimen dan unsur hara
yang diperlukan tanaman dapat terangkut melalui angin (wind erosion),
air (water erosion), pengolahan tanah (tillage erosion), dan perpindahan
masa tanah (mass movement) yang dapat menimbulkan masalah
lingkungan dan pertanian, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.
Banyaknya konsentrasi endapan (sedimen) kandungan sedimen dalam air
irigasi akan mempengaruhi tekstur, permeabilitas serta kesuburan tanah,
mempengaruhi daya tampung saluran sehingga meningkatkan biaya
untuk pemeliharaan saluran. Banyaknya unsur-unsur kimia serta mikroba
dapat menjadi tolok ukur tingginya pH dilingkungan tersebut. Unsur
kimia dan mikroba dapat mempengaruhi kesesuaiannya untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman maupun sifat kimiawi tanah.
Tingginya angka sedimentasi akan mempengaruhi zat-zat yang
terkandung dalam air tersebut. Hal tersebut juga akan mempengaruhi
tingkat kekeruhan air tersebut semakin keruh berarti tingkat sedimentasi
juga akan semakin tinggi (Sukristiyonubowo, 2008)
Pengukuran tingkat sedimentasi dapat dilakukan dengan cara
mengoven sampel air dari saluran primer tersebut selama 2 x 24 jam dan
diperoleh nilai (b) yaitu sebesar 38,969 gr. Sebelum melakukan
pengovenan, wadah air ditimbang sebagai nilai (a) yaitu sebesar 38,882
gr. Tingkat sedimentasi dapat dihitung dengan mengurangkan berat
wadah yang diisi air setelah dioven dan berat wadah sebelum diisi air dan
emmbagi dengan volume air yang dioven dengan satuan liter. Agar tidak
diperoleh nilai negative maka sebelum menimbang wadah kosong,
dilakukan pengovenan terlebih dahulu selama kurang lebih seperempat
jam, agar air yang ada pada wadah hilang dan diperoleh berat wadah
sesungguhnya. Pengukuran tingkat sedimentasi pada saluran primer
didapatkan hasil sebesar 0,087 gr.
Saluran primer memiliki sedimentasi sedikit akibat saluran primer
merupakan saluran utama dan lebar penampang yang lebih besar
sehingga material yang ada mudah terangkut menuju saluran sekunder.
Rata-rata tingkat konsentrasi sedimentasi pada saluran primer
pengukuran adalah 1,74 g/l.
Sifat air irigasi yang terpenting yang mempengaruhi kesesuaiannya
untuk irigasi adalah
a. Konsentrasi total garam terlarut,
b. Perbandingan natrium terhadap kation lainnya,
c. Konsentrasi unsur-unsur secara potensial merupakan racun bagi
tanaman, dan,
d. Konsentrasi bikarbonat sehubungan dengan konsentrasi kalsium dan
magnesium.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2012. Analisis Efisiensi Dan Kehilangan Air Pada Jaringan Utama
Daerah Irigasi Air Sagu. Jurnal Teknik Sipil. 1(1):80-93.
Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Hasibuan, A. 2009. Efisiensi Air Irigasi dan Drainase pada Tanaman Padi Sawah.
Jurnal Agrikultura. 2 (4) : 22-34
Sudjarwadi. 2007. Teori Dan Praktek Irigasi. Yogyakarta : Pusat Antar
Universitas Ilmu Teknik UGM
Sukristiyonubowo. 2008. Mobilitas Sedimen dan Hara pada Sistem Sawah
Berteras dengan Irigasi Tradisional. Jurnal Tanah dan Iklim. 2(8): 39-54
Zulkarnaen. 2005. Kajian Kualitas Air Sungai Kuantan Ditinjau dari Parameter
Fisika, Kimia dan Biologi di Kota Kecamatan Kuantan Tengah kabupaten
Kuantan Singingi Riau. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai