Anda di halaman 1dari 42

CASE PRESENTATION

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF TERHADAP


KASUS GIZI BURUK PADA AN. JF
PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Periode Kepaniteraan 18 Maret 2019 – 18 Mei 2019

HALAMAN JUDUL
Oleh :

Dhian Septiani Pratiwi

30101407164

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019

1
HALAMAN PENGESAHAN
CASE PRESENTATION
DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF TERHADAP
KASUS GIZI BURUK PADA AN. JF
PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG
Oleh :
Dhian Septiani Pratiwi
30101407164
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Pandanaran Semarang.
Telah Disahkan
Semarang, April 2019
Disahkan Oleh:

Mengetahui,

Pembimbing Puskesmas Pembimbing Bagian IKM

Lani Ariyani, S.Gz dr. Joko Wahyu Wibowo, M.Kes

Kepala Puskesmas Pandanaran Kepala Bagian IKM FK Unissula

dr. Antonia Sadniningtyas Dr. Siti Thomas Z, S.KM, M.Kes.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
kasus “DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF
TERHADAP KASUS GIZI BURUK PADA AN.JF PUSKESMAS
PANDANARAN SEMARANG.” Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-
tugas dalam rangka menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Siti Thomas Zulaikhah, S.KM, M.Kes, selaku Kepala bagian IKM FK
Unissula Semarang.
2. dr. Joko Wahyu Wibowo, M.Kes selaku pembimbing case presentation
penulis.
3. dr. Antonia Sadniningtyas, selaku Kepala Puskesmas Pandanaran Semarang.
4. Lani Ariyani, S.Gz selaku pembimbing di Puskesmas Pandanaran Semarang.
5. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Pandanaran atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan.Karena itu kami sangat
berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus diagnosis holistik
dalam layanan kedokteran keluarga terhadap kasus Gizi buruk di Puskesmas
Pandanaran Semarang dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, April 2019

Penulis

2
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
BAB I ……………… ............................................................................................. 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
2.1 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.1. Tujuan 6
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................. 6
1.2. Manfaat ....................................................................................... 7
1.2.1. Manfaat bagi Mahasiswa ................................................ 7
1.2.1.1. Meningkatkan pengetahuan mengenai ilmu kesehatan
masyarakat khususnya tentang Gizi buruk .................... 7
1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat ................................................. 7
BAB II ANALISA SITUASI .................................................................................. 9
2.1. Cara dan Waktu Pengamatan ...................................................... 9
2.2. Laporan Hasil Pengamatan ......................................................... 9
2.2.1 Identitas Pasien .................................................................. 9
2.2.2 Anamnesis Holistik .......................................................... 10
2.2.3 Data Keluarga ............................................................... 12
2.2.4. Diagnosis Holistik .......................................................... 18
2.2.5 Usulan Terapi Komprehensif .......................................... 19
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 23
3.1 Analisa Penyebab Masalah ........................................................ 23
3.2 USG (Urgency, Seriusness, Growth) ......................................... 26
3.3 Plan of Action (POA) ................................................................. 27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 31
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 31
4.2. Saran . 31

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat

perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan

gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. 1

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,

atau nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang

belum terselesaikan sampai saat ini. Gizi buruk dapat terjadi pada semua

kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan pada kelompok bayi

dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang

optimal (golden period) sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak

dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada

kualitas generasi penerus. 2

Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum

menggembirakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut

antara lain adalah tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan

sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku

keluarga dalam meilih, mengolah, dan membagi makanan di tingkat rumah

tangga, ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar serta ketersediaan

4
dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang

berkualitas.3

Status gizi balita dapat diukur dengan indeks berat badan per umur (BB/U),

tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi badan (BB/TB).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 didapatkan hasil

persentase gizi buruk sebesar 3,4% menurut indeks BB/U pada balita 0-59

bulan. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil tahun 2015, yaitu

sebesar 3,9%. Sedangkan hasil penimbangan status gizi pada balita 0-23

bulan menurut indeks BB/U tahun 2016 adalah 3,1% gizi buruk, hasil ini

relatif sama dengan hasil tahun 2015 yaitu 3,2%.4

Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2017, didapatkan

prevalensi gizi buruk sebesar 922 balita yang mengalami gizi buruk

menurut indeks BB/U.5 Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya

yaitu tahun 2016 dan 2015 prevalensi gizi buruk tampak turun, yaitu tahun

2015 sebesar 922 balita menjadi 982 tahun 2016. Akan tetapi prevalensi

tersebut masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, khususnya di Jawa

Tengah.

Berdasarkan rekapitulasi kasus Gizi di Puskesmas Pandanaran tahun 2018

dari bulan Januari – Desember berjumlah 17 balita dari total balita sebanyak

1789 di tahun 2018. Dari uraian di atas, penulis bermaksud memperoleh

informasi mengenai faktor faktor yang berpengaruh terhadap kasus gizi

buruk di wilayah binaan Puskesmas Pandanaran.

5
2.1 Rumusan Masalah
Bagaimana diagnosis holistic dan terapi komperhensif terhadap penyakit

Gizi buruk pada bayi A di Puskesmas Pandanaran?

1.1. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap Gizi buruk berdasarkan pendekatan Trilogi

Epidemiologi

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor host yang

mempengaruhi terjadinya Gizi buruk pada An.JF di wilayah

kerja Puskesmas Pandanaran Semarang.

1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor agent yang

mempengaruhi terjadinya Gizi buruk pada An.JF di wilayah

kerja Puskesmas Pandanaran Semarang.

1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya Gizi buruk pada An. JF di wilayah

kerja Puskesmas Pandanaran Semarang.

6
1.2. Manfaat

1.2.1. Manfaat bagi Mahasiswa

1.2.1.1.Meningkatkan pengetahuan mengenai ilmu kesehatan masyarakat

khususnya tentang Gizi Buruk

1.2.1.2.Meningkatkan pengetahuan mengenai faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian Gizi Buruk

1.2.1.3.Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan

masalah sampai pembuatan plan of action.

1.2.1.4.Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di

lapangan.

1.2.1.5.Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu

kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

1.2.1.6.Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang

ilmu kesehatan masyarakat.

1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat

1.4.2.1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan

khususnya penyakit Gizi Buruk

1.4.2.2. Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk

memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.

1.4.2.3 Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai Gizi Buruk

sehingga dapat mengaplikasikan dalam proses penyembuhan

ataupun pencegahannya

7
1.4.3 Manfaat bagi tenaga kesehatan

Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan

masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif kaitannya dengan

Gizi Buruk.

8
BAB II
ANALISA SITUASI

2.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Pengambilan kasus gizi buruk pada pasien dilakukan berdasarkan data

pasien di puskesmas Pandanaran. Data diperoleh dari wawancara dengan

pasien, observasi langsung (home visite), dan catatan medik selama pasien

berobat. Anamnesa dan pemeriksaan holistik dilakukan di rumah pasien pada

tanggal 15 April 2019. Kunjungan rumah untuk mengamati kondisi

lingkungan,perilaku pasien dan keluarga pasien di Jl.Bulustalam 3B No.353

RT07/RW01 Bulustalam, Semarang Selatan . intervensi dilakukan pada tanggal

16 April 2019.

2.2. Laporan Hasil Pengamatan

2.2.1 Identitas Pasien

Nama : An. JF

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 31-01-15

Umur : 4 tahun 3 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : belum sekolah

Alamat : Jl.Bulustalam 3B No.353 RT07/RW01

Bulustalam, Semarang Selatan

Kewarganegaraan : WNI

Cara pembayaran : BPJS PBI

9
2.2.2 Anamnesis Holistik ( Alloanamnesis pada keluarga pasien)

A. ASPEK 1: Personal

Keluhan utama : Berat badan terlalu kecil

Harapan : Orang tua pasien berharap berat badan anaknya

dapat normal seperti pada anak seumurannya.

Kekhawatiran : Orang tua pasien khawatir anak nya tidak bisa

tumbuh dengan baik

B. ASPEK 2 : Anamnesis Medis Umum

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke puskesman pandanaran dengan keluhan


Pilek dan demam. Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Nafsu
makan dan menyusu pasien juga menurun sejak 1 bulan ini. Dan
dirasakan berat badan pasien tidak meningkat selama beberapa bulan
Menurut pengakuan ibu pasien, pasien tidak pernah sesak (-), keringat
malam hari (-), mual-muntah (-), batuk-batuk lama (-)
Riwayat BAB (+) normal dengan frekuensi 1-2 kali per hari
dengan konsistensi lunak dan berwarna kuning, darah (-), lendir(-).
BAK (+) normal dengan frekuensi 4-5 kali per hari berwarna kuning
jernih, darah (-).

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Sejak kecil pasien sering mengalami pilek tetapi

membaik setelah minum obat.

10
3. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit serupa.

Tidak ada keluarga yang menderita TBC. Riwayat asma pada

keluarga disangkal.

4. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya,1 kakak dan

kakeknya . Orang tua pasien bekerja sebagai penjual makanan di

rumahnya. Pasien berobat menggunakan BPJS

5. Riwayat Persalinan

Ibu pasien hamil selama 8 bulan dan ini merupakan


kehamilan ke 2. Ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya di
bidan. Riwayat sakit berat selama hamil disangkal. Riwayat
minum obat obatan selama hamil disangkal, ibu hanya
mengonsumsi obat penambah darah dari Puskesmas (+) sejak
bulan pertama kehamilan sampai menjelang persalinan. Ibu
pasien ANC sebanyak lebih 3 kali di Bidan. Selama ANC, tidak
ditemukan kelainan pada janin atau ibu (riwayat perdarahan,
muntah berlebihan, demam selama kehamilan disangkal; bidan
juga mengatakan letak dan perkembangan janin normal). Pasien
lahir spontan di IGD RSUP Karyadi, ditolong Bidan, Lahir
prematur dengan berat lahir 1.600 gram. Lahir langsung
menangis, riwayat biru setelah lahir (-), kuning setelah lahir (-).
Pasien langsung dirawat di peristi selama 1 malam.

11
6. Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan sampai saat ini pasien sudah mendapatkan

imunisasi lengkap. Saat ini ibu pasien rajin ikut serta dalam

kegiatan posyandu.

C. ASPEK 3 : Faktor Risiko Internal

1. Data Individu

Pasien berusia 4 tahun 3 bulan (51 bulan ). Berat badan


pasien 8,4 kg dan tinggi badan 88 cm. berdasarkan growth chart who
BB/U < -3 SD (gizi buruk), BB/PB < 1 SD ( kurus), PB/U < -3 SD
(sangat pendek)
Data Keluarga

No. Nama Usia Pendidikan terakhir Status


1 Ny. SA 31 SMA Ibu
2. Tn. S 42 SMA Ayah
3. An. SF 9 TK Kakak
4. An. JF 4 Tidak sekolah Pasien
5. Tn. S 56 Tidak sekolah Kakek

Tabel 2.1 Data Keluarga

12
2. Data Genetik

Gambar 2.1. Data Genetik


Keterangan:

: Laki-laki : Sudah bercerai

: Perempuan : Tinggal satu rumah

: Sudah meninggal : Pasien

3. Data Perilaku

Sejak lahir pasien mengkonsumsi ASI sampa dengan umur

1 tahun kemudian pasien meminum susu formula SGM sampai

dengan sekarang. Sehari-hari pasien sering bermain dengan

teman sabayanya. Pola makan pasien tidak teratur, terkadang

makan 2-3x sehari. Setiap kali makan pasien hanya

mengkonsumsi 2-3 suap. Menu makanan yang dikonsumsi

pasien tidak selalu mencangkup lauk, sayur dan buah-buahan.

13
Setelah mengetahui penyakitnya anaknya, ibu pasien mulai

rutin memeriksakan anaknya ke posyandu. Pengetahuan

pasien mengenai penyakit gizi buruk baik, namun

pengetahuan cara hidup bersih dan sehat, serta rumah sehat

masih kurang.

D. ASPEK 4: Faktor Resiko Eksternal

1. Lingkungan

Pasien tinggal di Jl.Bulustalam 3B No.353 RT07/RW01

Bulustalam, Semarang Selatan yang merupakan kawasan padat

penduduk, jarak antar rumah sangat berdekatan. Rumah pasien

dengan rumah tetangga kanan dan kiri saling menempel. Rumah

pasien memiliki ukuran 3m x 11m = 33m2. Rumah tersebut

memiliki 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi.

Rumah pasien memiliki tembok permanen, berlantai

keramik dan tanpa eternit. Pada ruang tamu terdapat jendela

namun tidak bisa dibuka, serta tidak terdapat jendela atau

ventilasi pada setiap kamar. Kesan pencahayaan pada ruang tamu,

kamar, dapur, dan kamar mandi sangat kurang.

Setiap kamar tidur memiliki 1 kasur yang diletakkan dilantai

dengan tumbukan pakaian dan barang-barang lainnya. Kamar-

kamar tersebut terkesan lembab dan tidak ada cahaya matahari

yang masuk ke kamar. kasur jarang dijemur dan sprai jarang

diganti. Kamar mandi terletak di bagian belakang rumah, dan

14
kurang pencahayaan, terdapat 1 WC jongkok dan 1 bak mandi.

Dapur terletak paling belakang dekat kamar mandi.

Rumah pasien dan tetangganya sangat dekat. Tetangga

pasien tidak memiliki riwayat batuk lama. Lingkungan disekitar

rumah pasien bersih. Sumber air minum dan masak menggunakan

air isi ulang, sedangkan sumber air untuk mandi dan mencuci

menggunakan air PAM.

2. Ekonomi

Orang tua pasien bekerja sebagai penjual ayam geprek di

depan rumahnya. Dinding rumah pasien terbuat dari bata dan

semen yang sebagian dicat dan sebagian tidak, lantai rumah

pasien adalah keramik dari ruang tamu sampai rumah bagian

belakang. Pasien berobat menggunakan BPJS PBI.

3. Sosial Masyarakat

Pasien dan keluarga pasien berhubungan baik dengan

tetangga sekitar rumah. Rata-rata lingkungan masyarakat pasien

adalah golongan menengah bawah.

E. ASPEK 5: Derajat Fungsional

Derajat Fungsional

1. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit

2. Mampu bermain dengan teman-teman sebayanya.

3. Mampu melakukan perawatan diri, dibantu dengan orang

tuanya

15
DERAJAT FUNGSIONAL : 4

Pemeriksaan Fisik (Tanggal : 15 April 2019)

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : baik.

Tanda Vital

a. Tekanan Darah : tidak dilakukan

b. Nadi

- Frekuensi : 80 x/menit

- Irama : Reguler

- Isi & Tegangan: Cukup

- Ekualitas : Ekual

c. Laju Pernapasan : 20 x/menit

d. Suhu : 36,5oC

e. Antropometri : BB = 8.4 kg, TB =88 cm,

BMI = 10,84 kg/m2.

f. Status gizi : very severly underweight

Status Present

a. Kepala : Mesocephale

b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

c. Kulit : Sianosis (-), Ikterus (-), Petechie (-), turgor cukup.

16
d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-

di tengah

e. Hidung : napas cuping hidung (-), deviasi septum(-), discharge(-/-)

f. Telinga : kelainan bentuk aurikula (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)

g. Mulut: Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)

h. Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

i. Tenggorok : Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), Tonsil

T1-T1 tenang.

j. Thorax

 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : ictus cordis teraba tidak kuat angkat
 Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
 Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, gallop (-), murmur (-)
- Paru :
 Inspeksi : simetris.
 Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar vesikuler, wheezing (-), )
k. Abdomen :

 Inspeksi : cembung, warna seperti kulit sekitar


 Auskultasi : bising usus (+) N
 Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar, lien, ginjal (tidak
teraba)
l. Anggota Gerak : Atas Bawah

17
Capillary refill : < 2” < 2”

Akral dingin : -/- -/-

Edem : -/- -/+

2.2.3. Diagnosis Holistik

Aspek 1: Personal

Keluhan utama Berat badan terlalu kecil

Harapan Orang tua pasien berharap berat badan

anaknya dapat nor.mal seperti pada

anakseumurannya

Kekhawatiran Orang tua pasien khawatir anak nya tidak

bisa tumbuh dengan baik

Aspek 2 : Medis Umum

Diagnosa Klinis : Gizi Buruk

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yaitu :

berat badan tidak sesuai dengan umur pasien sering flu,malas

makan. Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan pada paru dan

tidak ada tanda-tanda dari penyakit TB.

Aspek 3 : Faktor Risiko Internal

a. Pengetahuan meneganai rumah sehat kurang

b. Kebiasaan hidup yang tidak bersih dan tidak sehat

18
Aspek 4 : Faktor Risiko Eksternal

a. Kepadatan lingkungan rumah

b. Rumah yang tidak sehat

c. Kepadatan hunian rumah

d. Pencahayaan kurang

e. Ventilasi yang buruk

Aspek 5 : Derajat Fungsional

4 : Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi

sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring

2.2.4 Usulan Terapi Komprehensif

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari kasus tersebut didapakan pasien dengan

kasus Gizi buruk. Dari faktor internal diperoleh perilaku yang tidak

bersih dan sehat, status gizi yang sangat kurang. Faktor eksternal yang

didapatkan adalah rumah yang kurang sehat, ventilasi yang kurang,

pasien tinggal di daerah yang padat penduduk dan kepadatan hunian

dalam rumah.

B. Intervensi

1. Promotif

a. Patient Centered

- Edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di Rumah Tangga

- Edukasi mengenai asupan gizi yang baik

19
b. Family Focused

- Edukasi ke keluarga pasien mengenai penyakit gizi

mencangkup : definisi, tanda-tanda, pencegahan, dan

pengobatan.

- Edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di Rumah Tangga

- Edukasi mengenai rumah sehat

- Edukasi pada keluarga mengenai gizi seimbang

- Edukasi kepada keluarga pasien bagaimna cara membuat

formulasi F-100

2. Preventive

a. Patient Centered

- Pemberian susu untuk pembuatan formula F100

- Pemberian biskuit yang kaya akan protein

- Edukasi mengenai nutrisi yang baik untuk penderita TB

(tinggi protein tinggi kalori) serta konsumsi vitamin untuk

meningkatkan imunitas.

b. Family Focused

- Memberikan edukasi untuk membuka jendela setiap hari.

- Memberikan edukasi untuk selalu memantau makanan kepada

pasien

- Pemberian cara membuat F-100

20
- Edukasi makanan apasaja yang baik untuk pasien

3. Kuratif

a. Patient Centered

 Pemberian susu untuk pembuatan formulasi F100

 Pemberian biskuit protein untuk pasien

 Pemantauan konsumsi biskuit khusus untuk gizi buruk

yang di berikan oleh puskesmas

b. Family Focused

 Dukungan dan pengawasan dalam pemberian makanan

untuk penderita

 Keluarga diharapkan dapat memberikan asupan makanan

gizi tinggi kalori tinggi protein kepada pasien.

 Keluarga diharapkan selalu mengingatkan pasien untuk

beristirahat secara cukup.

21
4. Rehabilitatif

a. Patient Centered

- Pasien diharapkan dapat meminum secara teratur susu yang

diberikan

- Pasien dianjurkan kontrol ke pelayanan kesehatan untuk

memantau status gizinya

b. Family Focused

- Dukungan emosional ke penderita untuk menyelesaikan

pengobatan.

22
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Aspek Klinis


Seorang balita dibawa ibunya datang ke puskesmas Pandanaran,
Semarang dengan keluhan berat badan anaknya yang sangat kurus dan
anaknya sering mengalami pilek. Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun
terakhir. Pasien dikeluhkan mengalami pilek yang timbulnya bersamaan
dengan keluhan batuk. Nafsu makan dan menyusu pasien juga menurun sejak
1 bulan ini. Menurut pengakuan ibu pasien, pasien tidak pernah sesak (-),
demam (-), keringat malam hari (-), mual-muntah (-).
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sedang,
frekuensi nadi 108 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu aksila 36,7ºC,
BB 8.4 kg, PB 88cm, status gizi < - 3 SD (gizi buruk). Pada pemeriksaan
status lokalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan thoraks, abdomen, dan
ekstremitas dalam batas normal.
Pasien didiagnosis gizi buruk oleh karena dari hasil pemeriksaan
antropometri ditemukan BB/U <-3 SD serta tampakan yang sangat kurus
Terapi pada pasien digunakan prosedur terapi gizi buruk . Pada kasus ini,
keluarga pasien juga diberi edukasi tentang status gizi pasien.

3.2. Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat


Timbulnya suatu penyakit pada seorang individu dipengaruhi oleh
ketidakseimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. H.L. Bloom memperkenalkan paradigma hidup sehat yang
terdiri atas faktor genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau
masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor
pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Faktor-faktor
tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap munculnya suatu penyakit
dan kesehatan. Analisa munculnya penyakit gizi buruk pada pasien
berdasarkan empat faktor tersebut meliputi:

23
i. Faktor Genetik dan Biologis
- Usia
Usia bayi dan balita merupakan golden period pertumbuhan dan
perkembangan sehingga asupan makanan bergizi dan seimbang sangat
diperlukan, selain itu juga usia tersebuat sangat mudah terjadi infeksi
karena sistem imun yang belum terbentuk secara sempurna.
ii. Faktor Perilaku
- Tingkat pendidikan orang tua
Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesadaran dan perilaku masyarakat terkait kesehatan. Dalam kasus ini,
pasien tidak diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dan sudah diberikan
makanan selain ASI berupa nasi lembek pada usia 5 bulan. Pendidikan
terakhir ayah pasien adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan ibu
Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga kurang memahami pentingnya
ASI Eksklusif bagi seorang bayi serta kurangnya pengetahuan tentang gizi
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tingkat pendidikan ibu juga
akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada anak yang
menderita gizi buruk.
iii. Faktor Lingkungan
- Keadaan sosial dan ekonomi yang rendah
Keluarga pasien tergolong dalam menengah ke bawah. Dalam sehari sang
ayah hanya mendapat Rp 100.00/hari. Uang ini digunakan untuk keperluan
sekolah dan keperluan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan makan dan
minum. Jika dilihat dari jumlah, sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan
makan seimbang dan beraneka ragam.
iv. Pelayanan Kesehatan
- Kurangnya informasi mengenai gizi Keluarga pasien kurang dalam
mendapatkan informasi yang cukup mengenai gizi untuk pelayanan
masyarakat seperti posyandu serta petugas gizi bisa memberikan
penyuluhan tentang gizi saat posyandu. Dengan dilakukan upaya
penyuluhan dan penjaringan, diharapkan dapat menurunkan angka kejadian

24
gizi buruk serta jika ditemukan pasien gizi buruk dapat ditemukan pada fase
awal dan diberikan penanganan secepat mungkin.

Agent
kurangnya asupan
makanan bergizi

GIZI BURUK
Environment Host
• Tinggal Di Lingkungan Padat • kurangnya penerapan
Penduduk rumah sehat
• Kepadatan Hunian yang • Perilaku yang tidak bersih
tinggi
• Asupan gizi yang kurang
• Rumah yang tidak sehat
• Ventilasi dan pencahayaan
rumah yang tidak
memenuhi syarat

Gambar 2.2 Analisis Penyebab Masalah dengan Trias Epidemiologi

25
3.2 USG (Urgency, Seriusness, Growth)

Masalah U S G Total Priotitas

Kepadatan hunian 3 3 3 9 5

Tinggal di lingkungan padat 2 2 3 7 6


penduduk

Ventilasi tidak memenuhi syarat 5 5 4 14 1

dan pencahayaan kurang

Tidak melakukan PHBS 3 4 4 11 4

Pengetahuan mengenai rumah sehat 4 4 4 12 3


kurang

Status Gizi 3 3 4 10 4

26
Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

- Ventilasi tidak memenuhi syarat Edukasi mengenai rumah sehat


dan pencahayaan kurang

- Pengetahuan mengenai rumah sehat kurang


- Status Gizi Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit gizi buruk, pemberian
makanan yang tinggi protein dn kalori, mengajarkan cara pembuatan F100

- Tidak melakukan PHBS Edukasi mengenai PHBS

3.3 Alternatif Pemecahan Masalah

27
28
3.4 Plan of Action (POA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksa Indikator
na Keberhasilan
1 Edukasi mengenai Meningkatkan Keluarga
Edukasi
 D 15
Rumah apil - Dokter Keluarga
rumah sehat pengetahuan dan pasien pasien 2019 muda mengetahui
untuk
kemauan keluarga membuka
FK dengan jelas
pasien untuk jendela UNISSU mengenai rumah
memperbaiki LA sehat dan
rumah Edukasi meningkatkan
untuk upaya untuk
membersih mengurangi
kan rumah kelembapan
rumah
3 Edukasi keluarga Meingkatkan Pasien dan Mengajarkan Rumah 16 april Rp.52.000, Dokter Keluarga pasien
tentang pemberian asupan gizi yang Keluarga cara pasien 2019 00 Muda mengetahui cara
makanan yang baik baik dan seimbang pasien pembuatan FK pembuatan
untuk pasien gizi untuk pasien dan Unissula makanan untuk
buruk pemberian pasien
formula
F100.
Memberikan
susu dan
biskuit yang
dapat
dikonsumsi
pasien

29
4 Edukasi mengenai Meningkatkan Pasien dan  Diskusi Rumah 15 april - Dokter Keluarga
PHBS kesadaran Keluarga  Edukasi Pasien 2019 Muda mengetahui
pengetahuan pasien cuci FK dengan jelas
keluarga pasien tangan Unissula mengenai PHBS
untuk hidup bersih
dan sehat

30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa Trias Epidemiologi didapatkan gambaran faktor

yang berpengaruh pada studi kasus gizi buruk pada An.JF dengan diagnosis

gizi buruk di Puskesmas Pandanaran Semarang adalah sebagai berikut :

- Host :

o Status gizi yang kurang

- Agent : kurangnya pemberian makanan yang bergizi

- Environment :

o Kurang pencahayaan

o Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat

o Tinggal Di Lingkungan Padat Penduduk dan Sanitasi

o Kurang nya pemhaman pemberian makanan yang bergizi

4.2. Saran

a) Untuk Puskesmas

- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang gizi

- Menjalin kerjasama dengan sektor lain, contohnya dengan tokoh

masyarakat setempat. Puskesmas dapat melakukan diskusi dengan

tokoh masyarakat setempat, diharapkan tokoh masyarakat dapat

menyampaikan dan mencontohkan perilaku yang dapat meningkatkan

kesehatan di masyarakat.

b) Untuk Pasien

31
- Memotivasi pasien dan keluarga agar berperilaku hidup bersih dan

sehat

- Memotivasi pasien dan keluarga agar melakukan pemeriksaan rutin

ke posyandu maupun puskesmas

- Memotivasi keluarga pasien agar selalu mengawasi asupan makanan

untuk anaknya

- Jika didapatkan kasus seperti ini lagi segera memeriksakan ke

pelayanan kesehatan terdekat.

32
DAFTAR PUSTAKA
.
Arianato, E., 2012, Hubungan Antara Gizi Kurang Dengan Prevalensi Tuberculosis Paru

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

2010, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Depkes, RI., 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes, Jakarta.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta : Dirjen Bina

Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011

Dinkes Kota Semarang, Profil kesehatan Kota Semarang tahun 2013. Semarang: Dinkes Kota

Semarang.

Kementrian Kesehatan RI, 2018, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017.

Jakarta, 2018

Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar

Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan

Anak.

Krisnansari, Diah. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1

Price, S.A., Wilson,L.M., 2006, Patofisiologi Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6,

Volume 2, EGC, Jakarta, 183 – 184.

KEMENKES RI 2016. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2016. Available at:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-

kesehatan-Indonesia-2016.pdf

33
Rasmin, M., et al, 2008. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS Persahabatan

Januari – Juli 2008. Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of

Medicine University of Indonesia, Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia

Widoyono, 2011, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Edisi II . Erlangga, Jakarta

34
Lampiran
Lampiran 1. Dokumentasi

35
Lampiran 2. Kuesioner PHBS

No Indikator Perilaku ya tidak

1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan √

2 Asi Ekslusif √

3 Penimbangan balita √

4 Gizi keluarga/ sarapan √

5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali √

KLP Kesling

6 Air bersih √

7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban √

8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada √

tempatnya

9 Lantai rumah kedap air √

KLP GAYA HIDUP

10 Aktivitas fisik/olahraga √

11 Ada anggota keluarga yg tidak merokok √

12 Mencuci tangan √

13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari √

14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan √

Miras/Narkoba

KLP UKM

15 Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK/Dana Sehat √

16 Anggota rumah tangga melakukan PSN seminggu sekali √

Total = 8 (Sehat Utama)

36
KOMPONEN
NO RUMAH YG KRITERIA NILAI BOBOT
DINILAI
I KOMPONEN RUMAH 31
1 Langit-langit a. Tidak ada 0 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2
a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman
2 Dinding bambu/ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata
atau 2
batu yang tidak diplester/papan yang tidak kedap
air.
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata yang
diplester) 3 3
papan kedap air.
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan
tanah/plesteran 1
yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah panggung). 2 2
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 0
b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0 0
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0 0
b. Ada, lubang ventilasi < 10% dari luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas lantai 2
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas lantai
dapur 1
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari luas lantai
dapur 2
(asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust
fan
atau ada peralatan lain yang sejenis.
a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk
8 Pencahayaan membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk
membaca 1 1
dengan normal
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan
untuk 2
membaca dengan normal.

II SARANA SANITASI 25

1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0


b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi
(SGL/SPT/PP/KU/PAH). syarat kesh. 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesh. 3 3

37
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat
kesh. 4

2 Jamban (saran pembua- a. Tidak ada. 0


b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan
ngan kotoran). ke 1
sungai / kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke
sungai 2
atau kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 4
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di
3 Sarana Pembuangan halaman 0
Air Limbah (SPAL) b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak 1
sumber air (jarak dengan sumber air < 10m).
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air
(jarak 3
dengan sumber air > 10m).
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota)
untuk 4 4
diolah lebih lanjut.
4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0
Sampah/Tempat Sampah b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2 2
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3

Lampiran 3. Kriteria Rumah Sehat

38
PERILAKU
III PENGHUNI 44

1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0 0


Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2

2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0


Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1 0
c. Setiap hari dibuka 2

3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0


dan halaman b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2 2

4 Membuang tinja bayi a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0


dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 2

5 Membuang sampah a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan 0


pada tempat sampah b. Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 1
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2 2

TOTAL HASI PENILAIAN

Keterangan :
Hasil Penilaian : NILAI x BOBOT
Kriteria : 186 + 325 + 308 = 819
1) Rumah Sehat = 1068 – 1200
2) Rumah Tidak Sehat = < 1068

39
Lampiran 4;

40
41

Anda mungkin juga menyukai