Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI LANSIA
1. Lansia
Menurut Hardywinoto dan Setabudhi (dalam Surbakti, 2008: 15)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah
kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Sejalan dengan itu, Word
Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa lansia adalah mereka
yang berusia  60 ke atas.
Menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pada BAB
I pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas. Constantinides, 1994 (dalam Surbakti, 2008: 15)
mengemukakan bahwa pada lansia akan terjadi menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Berdasarkan defenisi di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa
lansia dapat didefenisikan sebagai seseorang yang telah berusia  60 ke atas
dan terjadinya kehilangan kemampuan jaringan atau ketidaknormalan
fungsinya sehingga tidak mampu memperbaiki kerusakan yang terjadi
pada komponen- komponen penyusun jaringan tersebut.
2. Penggolongan Lansia
Menurut WHO, 1993 lansia digolongkan ke dalam empat kelompok
yakni meliputi: (1) Usia pertengahan (45 - 59 tahun), (2) Lansia (60 - 74
tahun), (3) Lansia tua (75 – 90 tahun), dan (4) Usia sangat tua ( > 90 tahun).
Sementara itu, menurut Depkes RI, 1994 lansia digolongkan menjadi tiga
kelompok yakni: (1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), (2) Kelompok lansia
(65 tahun ke atas), dan (3) Kelompok lansia resiko tinggi ( > 70 tahun), (dalam
Surbakti, 2008: 15).
3. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Suatu proses yang dapat dihindari yang berlangsung secara terus-
merus dan berkesinambungan yang selnjutnya menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya
mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes
RI, 1998 dalam Mardiana,2011: 10).
Menurut Nugroho, (dalam Afriyanti, 2009: 18) menjelaskan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah sebagai
berikut:
a) Perubahan fisik, yakni seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem
pendengaran, system penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi,
sistem pencernaan, system endokrin, sistem integument, dan
muskuloskeletal.
b) Perubahan mental, yakni dipengaruhi oleh beberapa faktor berawal dari
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan
lingkungan. Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental pada
memori dimana kenangan jangka panjang lebih dominan dibandingkan
kenangan jangka pendek. Intelegensi akan menurun dengan bertambahnya
usia seseorang. Beberapa perubahan seperti perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi dan keterampilan serta perubahan daya imajinasi.
c) Perubahan psikososial, yakni seperti pensiun maka lansia akan mengalami
berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan, merasakan atau
sadar akan kematian, kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu,
perubahan dalam carahidup yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit
kronis dan ketidakmampuan.
B. DEFINISI REMATIK (ARTRITIS REUMATOID)
1. Rematik ( Artritis Reumatoid )
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998)
mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung
sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial
dari sendi diartroidial.
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi,
hal. 165 )
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism(Encok),
arthritis(radang sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah
osteoarthritis,arthritis goud, dan rheumatoid artirtis yang menyebabkan
pembengkakan benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara serentak.
( Utomo.2005 )
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit
yangdikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan
jaringan lunak (Soumya, 2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2
bagian, yang pertama diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia
mengefek rangkapendukung (supporting framework) tubuh dan organ-organ
internalnya. Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini
adalah osteoartritis, gout, danfibromialgia. Golongan yang kedua pula dikenali
sebagai penyakit autoimun karenaia terjadi apabila sistem imun yang biasanya
memproteksi tubuh dari infeksi danpenyakit, mulai merusakkan jaringan-
jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakityang dapat digolongkan dalam
golongan ini adalah rheumatoid artritis,spondiloartritis, lupus eritematosus
sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008)
Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
penyakit Reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
peradangan pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi
dan deformitas serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi
yang akhirnya semakin lama akan semakin parah.
2. Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non
artikular . Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan
rematik yang berlokasi pada persendian . diantarannya meliputi arthritis
rheumatoid,osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra
artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar
persendian diantaranya bursitis,fibrositis dan sciatica (hembing,2006 dalam I
wayan ).
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
1) Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan
gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
2) Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan
seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa
kelemahan umum cepat lelah.
3) Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri
dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher,
bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut
sekitar 50 tahun ke atas.
4) Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat
pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.
3. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1) Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur
diatas 60 tahun.
2) Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih
sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis
lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis
misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-
sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada
sendi-sendi tersebut, dan anak- anaknya perempuan cenderung mempunyai
tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis.
4) Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam
dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada
orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5) Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada
pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula).
4. Tanda Dan Gejala Reumatik
1) Nyeri pada anggota gerak
2) Kelemahan otot
3) Peradangan dan bengkak pada sendi
4) Kekakuan sendi
5) Kejang dan kontraksi otot
6) Gangguan fungsi
7) Sendi berbunyi(krepitasi)
8) Sendi goyah
9) Timbunya perubahan bentuk
10) Timbulnya benjolan

5. Patofisiologi

UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN

Kerusakan fokal tulang rawan Pembentukan tulang


baru pada sendi yang progresiftulang rawan, sendi dan tepi
sendi

Perubahan metabolism tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak

makro molekul matriks tulang rawan sendi

penurunan kadar proteoglika


Berkurangnya kadar proteoglikan

Perubahan sifat sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan

Timbul laserasi

Rueumatik

6. Penatalaksanaan Reumatik
1) Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
2) Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
3) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4) Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5) Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6) Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok
jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan
isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi.
Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
otot-otot periartikular. memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting
7) Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit.
7. Pencegahan
1) Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri ,sebaiknya berat
badan diturunkan , sehingga bila kegemukanmnegakibatkan beban pada sendi
lutut atau tulang pinggul terlalu berat.
2) Istrahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan sewaktu tidur pada
malam hari dan kurangi aktivitas berat secara perlahan lahan.
3) Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau terutaman segala
sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi makanan yang kaya akan purin misalnya
: daging , jeroan (seperti kikil), babat,usus,hati , ampela dan dll.
8. Komplikasi Artritis Reumatoid
1) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4) Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
5) Terjadi splenomegali.
6) Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
9. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid
1) Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis,Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3) Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4) Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6) Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7) Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ARTRITIS REUMATOID
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
e. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
 Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
 Riwayat keluarga dengan RA
 Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
 Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2) Pola Nutrisi Metabolik
 Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
3. Riwayat Gangguan Metabolik
1) Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
2) Pola Aktivitas dan Latihan
 Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
 Jenis aktivitas yang dilakukan
 Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
 Tidak mampu melakukan aktifitas berat
3) Pola Istirahat dan Tidur
 Apakah ada gangguan tidur?
 Kebiasaan tidur sehari
 Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
 Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
4) Pola Persepsi Kognitif
 Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
 Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
 Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
 Bagaimana hubungan dengan keluarga?
 Apakah ada perubahan peran pada klien?
5) Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
6) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
7) Pola Sistem Kepercayaan
 Agama yang dianut?
 Adakah gangguan beribadah?
 Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
C. PERENCANAAN

DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
· Kaji keluhan · Membantu dalam menentukan
nyeri, catat lokasi kebutuhan manajemen nyeri dan
dan intensitas (skala keefektifan program
0-10). Catat faktor-
faktor yang · Matras yang lembut/ empuk,
mempercepat dan bantal yang besar akan mencegah
tanda-tanda rasa pemeliharaan kesejajaran tubuh
sakit non verbal yang tepat, menempatkan stress
pada sendi yang sakit. Peninggian
Setelah dilakukan
· Berikan matras/ linen tempat tidur menurunkan
tindakan keperawatan
kasur keras, bantal tekanan pada sendi yang
selama 3×24 jam
kecil,. Tinggikan terinflamasi/nyeri
diharapkan tidak ada
linen tempat tidur
Keluhan nyeri, dengan
sesuai kebutuhan · Mengistirahatkan sendi-sendi
kriteria :
yang sakit dan mempertahankan
· Tempatkan/ posisi netral. Penggunaan brace
ü Menunjukkan nyeri
pantau penggunaan dapat menurunkan nyeri dan dapat
hilang/ terkontrol
1.Nyeri bantl, karung pasir, mengurangi kerusakan pada sendi
berhubungan gulungan trokhanter,
ü Terlihat rileks,
dengan agen bebat, brace. · Mencegah terjadinya
dapat tidur/beristirahat
pencedera, distensi kelelahan umum dan kekakuan
dan berpartisipasi
jaringan oleh · Dorong untuk sendi. Menstabilkan sendi,
dalam aktivitas sesuai
akumulasi cairan/ sering mengubah mengurangi gerakan/ rasa sakit
kemampuan.
proses inflamasi, posisi,. Bantu untuk pada sendi
destruksi sendi. bergerak di tempat
ü Mengikuti program
tidur, sokong sendi · Panas meningkatkan relaksasi
farmakologis yang
yang sakit di atas otot, dan mobilitas, menurunkan
diresepkan
dan bawah, hindari rasa sakit dan melepaskan
gerakan yang kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
ü Menggabungkan
menyentak. pada panas dapat dihilangkan dan
keterampilan relaksasi
luka dermal dapat disembuhkan
dan aktivitas hiburan
· Anjurkan pasien
ke dalam program
untuk mandi air · Meningkatkan relaksasi/
kontrol nyeri.
hangat atau mandi mengurangi nyeri
pancuran pada
waktu bangun · Meningkatkan realaksasi,
dan/atau pada waktu mengurangi tegangan otot/
tidur. Sediakan spasme, memudahkan untuk ikut
waslap hangat untuk serta dalam terapi
mengompres sendi-
sendi yang sakit · Sebagai anti inflamasi dan
beberapa kali sehari. efek analgesik ringan dalam
Pantau suhu air mengurangi kekakuan dan
kompres, air mandi, meningkatkan mobilitas.
dan sebagainya.
· Rasa dingin dapat
· Berikan masase menghilangkan nyeri dan bengkak
yang lembut selama periode akut

· Ajarkan teknik
non farmakologi
(relaksasi, distraksi,
relaksasi progresif)

· Beri obat
sebelum aktivitas/
latihan yang
direncanakan sesuai
petunjuk.

· Kolaborasi:
Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat)

· Berikan
kompres dingin jika
dibutuhkan
Setelah dilakukan · Evaluasi/ · Tingkat aktivitas/ latihan
tindakan keperawatan lanjutkan tergantung dari perkembangan/
selama 3×24 jam pemantauan tingkat resolusi dari peoses inflamasi
diharapkan mobilitas inflamasi/ rasa sakit
fisik baik dengan pada sendi · Istirahat sistemik dianjurkan
kriteria : selama eksaserbasi akut dan
· Pertahankan seluruh fase penyakit yang
2.Gangguan
ü Mempertahankan istirahat tirah penting untuk mencegah
mobilitas fisik
fungsi posisi dengan baring/ duduk jika kelelahan mempertahankan
berhubungan
tidak hadirnya/ diperlukan jadwal kekuatan
dengan deformitas
pembatasan aktivitas untuk
skeletal, nyeri,
kontraktur. memberikan periode · Mempertahankan/
penurunan,
istirahat yang terus meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot.
ü Mempertahankan menerus dan tidur kekuatan otot dan stamina umum.
ataupun meningkatkan malam hari yang Catatan : latihan tidak adekuat
kekuatan dan fungsi tidak terganmggu. menimbulkan kekakuan sendi,
dari dan/ atau karenanya aktivitas yang
kompensasi bagian · Bantu dengan berlebihan dapat merusak sendi
tubuh rentang gerak
aktif/pasif, · Menghilangkan tekanan pada
ü Mendemonstrasikan demikiqan juga jaringan dan meningkatkan
tehnik/ perilaku yang latihan resistif dan sirkulasi.
memungkinkan isometris jika
melakukan aktivitas memungkinkan · Mempermudah perawatan diri
dan kemandirian pasien. Tehnik
· Ubah posisi pemindahan yang tepat dapat
dengan sering mencegah robekan abrasi kulit
dengan jumlah
personel cukup. · Meningkatkan stabilitas (
Demonstrasikan/ mengurangi resiko cidera ) dan
bantu tehnik memerptahankan posisi sendi
pemindahan dan yang diperlukan dan kesejajaran
penggunaan bantuan tubuh, mengurangi kontraktor
mobilitas, mis,
trapeze · Mencegah fleksi leher

· Posisikan · Memaksimalkan fungsi sendi


dengan bantal, dan mempertahankan mobilitas
kantung pasir,
gulungan trokanter, · Menghindari cidera akibat
bebat, brace kecelakaan/ jatuh

· Gunakan bantal · Berguna dalam


kecil/tipis di bawah memformulasikan program
leher. latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan
· Dorong pasien individual dan dalam
mempertahankan mengidentifikasikan alat
postur tegak dan
duduk tinggi, · Menurunkan tekanan pada
berdiri, dan berjalan jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas
· Berikan
lingkungan yang · Mungkin dibutuhkan untuk
aman, misalnya menekan sistem inflamasi akut
menaikkan kursi,
menggunakan
pegangan tangga
pada toilet,
penggunaan kursi
roda.

· Kolaborasi:
konsul dengan
fisoterapi.
· Kolaborasi:
Berikan matras
busa/ pengubah
tekanan.

· Kolaborasi:
berikan obat-obatan
sesuai indikasi
(steroid).
· Dorong · Berikan kesempatan untuk
pengungkapan mengidentifikasi rasa takut/
mengenai masalah kesalahan konsep dan
tentang proses menghadapinya secara langsung
penyakit, harapan
masa depan. · Mengidentifikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi
· Diskusikan arti diri dan interaksi dengan orang
dari kehilangan/ lain akan menentukan kebutuhan
Setelah dilakukan
perubahan pada terhadap intervensi/ konseling
tindakan keperawatan
pasien/orang lebih lanjut
selama 3×24 jam
terdekat.
diharapkan gangguan
3.Gangguan Citra Memastikan · Isyarat verbal/non verbal
citra tubuh berkurang
Tubuh / Perubahan bagaimana orang terdekat dapat mempunyai
dengan criteria:
Penampilan Peran pandangaqn pribadi pengaruh mayor pada bagaimana
berhubungan pasien dalam pasien memandang dirinya sendiri
ü Mengungkapkan
dengan perubahan memfungsikan gaya
peningkatan rasa
kemampuan untuk hidup sehari-hari, · Nyeri konstan akan
percaya diri dalam
melaksanakan termasuk aspek- melelahkan, dan perasaan marah
kemampuan untuk
tugas-tugas umum, aspek seksual. dan bermusuhan umum terjadi
menghadapi penyakit,
peningkatan
perubahan pada gaya
penggunaan · Diskusikan · Dapat menunjukkan
hidup, dan
energi, persepsi emosional ataupun metode koping
kemungkinan
ketidakseimbangan pasienmengenai maladaptive, membutuhkan
keterbatasan
mobilitas. bagaimana orang intervensi lebih lanjut
terdekat menerima
ü Menyusun rencana
keterbatasan. · Membantu pasien untuk
realistis untuk masa
mempertahankan kontrol diri,
depan.
· Akui dan terima yang dapat meningkatkan
perasaan berduka, perasaan harga diri
bermusuhan,
ketergantungan. · Meningkatkan perasaan harga
diri, mendorong kemandirian, dan
· Perhatikan mendorong berpartisipasi dalam
perilaku menarik terapi
diri, penggunaan
menyangkal atau · Mempertahankan penampilan
terlalu yang dapat meningkatkan citra
memperhatikan diri
perubahan
· Memungkinkan pasien untuk
· Susun batasan merasa senang terhadap dirinya
pada perilaku mal sendiri. Menguatkan perilaku
adaptif. Bantu positif. Meningkatkan rasa
pasien untuk percaya diri
mengidentifikasi
perilaku positif yang · Pasien/orang terdekat
dapat membantu mungkin membutuhkan dukungan
koping selama berhadapan dengan proses
jangka panjang/ ketidakmampuan
· Ikut sertakan
pasien dalam · Mungkin dibutuhkan pada sat
merencanakan munculnya depresi hebat sampai
perawatan dan pasien mengembangkan
membuat jadwal kemapuan koping yang lebih
aktivitas efektif

· Bantu dalam
kebutuhan
perawatan yang
diperlukan

· Berikan bantuan
positif bila perlu.

· Kolaborasi:
Rujuk pada
konseling psikiatri,
mis: perawat
spesialis psikiatri,
psikolog.

· Kolaborasi:
Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk,
mis; anti ansietas
dan obat-obatan
peningkat alam
perasaan.
4.Defisit Setelah dilakukan · Diskusikan · Mungkin dapat melanjutkan
perawatan diri tindakan keperawatan tingkat fungsi umum aktivitas umum dengan
berhubungan selama 3×24 jam (0-4) sebelum melakukan adaptasi yang
dengan kerusakan diharapkan klien dapat timbul awitan/ diperlukan pada keterbatasan saat
musculoskeletal, mengatur kegiatan eksaserbasi penyakit ini
penurunan sehari-hari, dengan dan potensial
kekuatan, daya criteria hasil: perubahan yang · Mendukung kemandirian
tahan, nyeri pada sekarang fisik/emosional
waktu bergerak, ü Melaksanakan diantisipasi.
depresi. aktivitas perawatan · Menyiapkan untuk
diri pada tingkat yang · Pertahankan meningkatkan kemandirian, yang
konsisten dengan mobilitas, kontrol akan meningkatkan harga diri
kemampuan terhadap nyeri dan
individual program latihan. · Berguna untuk menentukan
alat bantu untuk memenuhi
ü Mendemonstrasikan · Kaji hambatan kebutuhan individual. Mis;
perubahan teknik/ terhadap partisipasi memasang kancing, menggunakan
gaya hidup untuk dalam perawatan alat bantu memakai sepatu,
memenuhi kebutuhan diri. Identifikasi menggantungkan pegangan untuk
perawatan diri. /rencana untuk mandi pancuran
modifikasi
ü Mengidentifikasi lingkungan · Mengidentifikasi masalah-
sumber-sumber masalah yang mungkin dihadapi
pribadi/ komunitas · Kolaborasi: karena tingkat kemampuan actual
yang dapat memenuhi Konsul dengan ahli
kebutuhan perawatan terapi okupasi. · Mungkin membutuhkan
diri. berbagai bantuan tambahan untuk
· Kolaborasi: Atur persiapan situasi di rumah
evaluasi kesehatan
di rumah sebelum
pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.

· Kolaborasi : atur
konsul dengan
lembaga lainnya,
mis: pelayanan
perawatan rumah,
ahli nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

https://tandyyonoputrajaya.wordpress.com/2016/12/01/laporan-pendahuluan-pada-pasien-
dengan-rematik-atritis-reumatoid/

Anda mungkin juga menyukai