Anda di halaman 1dari 57

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen
1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &
Massey, 1999 dalam Nursalam 2007). Manajemen juga diartikan sebagai
suatu organisasi bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam
banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan.
Manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun
teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai
hasil kegiatan yang maksimal. (Suyanto, 2008: 2).
Manajemen (Hersey dan Blanchard, 2002) adalah suatu proses
melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
kerja sama dengan orang lain dan merupakan suatu serangkaian kegiatan
(termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian,
pimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi
(tenaga kerja, keuangan, fisik, dan informasi yang bertujuan untuk
mencapai sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan organisasi dengan

9
10

pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan


personalia/kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta
pengawasan.
2. Prinsip Manajemen
Prinsip Manajemen ada 14 yaitu :
a. Pembagian kerja.
b. Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab.
c. Disiplin.
d. Kesatuan komando.
e. Kesatuan arah.
f. Meletakkan kepentingan individu di bawah kepentingan bersama.
g. Kompensasi yang adil.
h. Sentralisasi.
i. Rantai skala.
j. Tertib.
k. Adil.
l. Kestabilan personalia.
m. Inisiatif.
n. Esprit de corps
3. Sumber Daya di Perusahaan
Dalam perusahaan, sumber daya dapat dibagi menjadi lima (5M) :
a. Menurut George R. Terry (1998) : Man, Materials, Machines,
Methods, Money.
b. Menurut Sunyoto (2012) : Manajemen pada dasarnya memiliki 6 unsur
yaitu sering disingkat dengan (6M) yaitu : men (manusia), money,
methode, materials, machines, dan market.
B. Konsep Manajemen Keperawatan
1. Definisi
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk
11

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada


pasien / keluarga / masyarakat. (Suyanto, 2008: 5).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2007).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah
yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari
manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang
sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun banyak orang dalam
perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab
dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan
(Swansburg, 2000).
Pada hakekatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara professional yang akhirnya keduanya saling menopang.
Sebagaimana dalam proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan
terdiri dari: pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil.
2. Filosofi dan Misi
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang
keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang
digunakan untuk berfikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam,
2002). Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/rumah sakit
ditekankan pada :
a. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan
kehidupannya.
b. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama,
suku, ras, warna kulit, status dan jenis kelamin.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan indvidu.
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan lain.
12

e. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan sumber daya


yang ada dalam mencapai tujuan organisasi, perlunya evaluasi secara
terus-menerus terhadap semua pelayanan keperawatan yang diberikan.
Visi adalah perawat/manajer keperawatan harus mempunyai suatu
pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses
perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, sosial, ekonomi, politik yang akan berdampak pada pelayanan
kesehatan.
Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu
menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan
indonesia agar terus berjalan dan berkesinambungan.
Rumus sukses untuk mencapai visi dan misi :

S = V + M1 + M2

SV + M1 = Serba Tanggung
V + M2 = Melamun
M1Keterangan
+ M2 = Sampat: ditempat yang salah
Keterangan
S : Sukses
V : Visi
M1 : Misi
M2 : Motivasi
3. Proses Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian-Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin
berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan
komplikasi, agumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen
13

keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan


ekonomis bagi semua kelompok pasien.

Proses Keperawatan

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Gambar 2.1. Proses manajemen yang mendukung proses keperawatan


(Gillies,1996:2)
Pengumpulan Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan
data Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat
pelayanan diruangan atau sebagian pendekatan system yang
disampaikan oleh Gillies (1989).

Masukan Proses Hasil


14

Gambar 2.2. Sistem Manajamen Keperawatan (modifikasi gillies, 1996)


b. Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa
yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan (Siagian, 2001).
a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
b) Menegakan tujuan
c) Mengalokasikan anggaran belanja
d) Memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan
e) Membuat pola struktur organisasi
f) Menegakan kebijaksanaan
g) Operasional untuk mencapai visi misi yang ditetapkan.
2) Tujuan perencanaan menurut Douglas:
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai
sasaran dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
15

c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan


fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu elemen perubahan
f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebbutuhan
untuk berubah
g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif
3) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang
1) Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
(1) Sensus pasien harian
(2) Kapasitas tempat tidur
(3) BOR
(4) Rata- rata lama dirawat
(5) Kecenderungan populasi pasien
(6) Perkembangan teknologi
(7) Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
(1) Internal : strength, weakness
(2) Eksternal : opportunity, threats
c) Pengorganisasian data
d) Pembuatan rencana
c. Pengorganisasian
1) Definisi
16

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan


orang-orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung
jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah
ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati) Sedangkan Szilagji
(dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian
merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan
usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja
dan komunikasi. Tiga aspek penting dalam pengorganisasian
meliputi :
a) Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi
yang dikembangkan secara efektif
b) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka
kerja dalam organisasi
c) Struktur kerja organisasi termasuk kelompok
kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang
berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara
komunikasi yang efektif antar perawat.
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian
a) Pembagian kerja
b) Pendelegasian tugas
c) Koordinasi
d) Manajemen waktu
3) Pengorganisasian di ruang rawat
a) Struktur organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur
bentuk dan bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat
digunakan tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang
ingin dicapai. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan
pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur organisasi
tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi
raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri
17

Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur
rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur
struktur organisasi ruang rawat.
b) Pengelompokan kegiatan
Manager keperawatan dalam hal ini kepala ruangan
bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang
ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu
mengkatagorikan klien yang ada diunitkerjanya. Menurut Kron
(1987) kategori klien didasarkan atas: Tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan
mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya
anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang
dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit.Terapi
yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa
rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas
kombinasi kategori diatas.

d. Pelaksanaan
1) Kepemimpinan
a) Definisi
Kepemimpinan merupakan suatu hubungan secara
sosial dimana satu kelompok memiliki suatu kemampuan yang
lebih besar untuk mempengaruhi perilaku orang yang lain
daripada untuk dipengaruhi oleh orang lain (Gillies).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
kepemimpinan antara lain :
(1) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan menentukan pola pikir dan
wawasan seseorang. Hal tersebut tidak kita pungkiri,
termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya tentang
kepemimpinan. Selain itu tingkat pendidikan juga
18

merupakan bagian dari pengalaman kerja (Rakhmat, 1999


dalam Rohayani, 2007).
(2) Lama bekerja di organisasi
Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang
akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan
jabatan. Pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat
dialami oleh seseorang hanya apabila dijalani proses belajar
dan berpengalaman, dan diharapkan orang yang
bersangkutan memiliki sikap kerja yang positif ke arah
positif (Rakhmat, 1999 dalam Rohayani, 2007).

(3) Lama menjabat pada jabatan


sekarang
Seperti halnya dengan lama bekerja di organisasi,
lama menjabat pada jabatan sekarang juga berkaitan dengan
penyesuaian jabatan, penyesuaian diri sendiri terhadap
pekerjaan atau jabatan itu sendiri, terhadap jam kerja,
terhadap personal lain terutama terhadap bawahannya
(Rakhmat, 1999 dalam Rohayani, 2007).
Merton mengungkapkan kepemimpinan yang efektif
dapat memenuhi empat keadaan yaitu :
(1) Seseorang akan mengerti apabila menerima suatu
komunikasi.
(2) Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan
yang diminta oleh komunikasi tadi.
(3) Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah
sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang baik.
(4) Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan
nilai organisasi.
Menurut Mcgregor, 4 variabel untuk memahami
kepemimpinan :
(1) Karakteristik pimpinan
(2) Sikap, kebutuhan dan karakteristik bawahan
19

(3) Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah


sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang baik
(4) Keadaan ekonomi, ekonomi, dan politik lingkungan
b) Pengembangan teori kepemimpinan
(1) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai suatu cara
penampilan karakteristik atau tersendiri. Menurut Follet
(1940 dalam Nursalam, 2003). Gaya didefinisikan sebagai
hak istimewa yang tersendiri dari si ahli dengan hasil akhir
yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan.
Gillies (1970 dalam Nursalam, 2002). menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan
perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam
kehidupannya, oleh karena itu kepribadian seseorang akan
mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
(a) Menurut Tannenbau & Warrant H Schmitdt
 Terdapat 2 titik ekstrim : atasan dan bawahan
 Dipengaruhi faktor manajer, bawahan dan situasi
(b) Menurut likert
 Otoriter eksploratif
 Authoritative
 Konsultatif
 Partisipatif

(c) Teori X dan Y ( douglas dan mcgregor)


 Teori X
Teori X mengasumsikan bahwa itu tidak
menyukai pekaryaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak
perubahan dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin.
 Teori Y
Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab,
20

mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu


berimajinasi dan kreatif.
Dari teori ini gaya kepemimpinan dibedakan
menjadi 4 macam yaitu :
 Gaya kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan
menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan teori X.
 Gaya kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini
hampir sama dengan gaya kepemimpinan dikatator
namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
berada ditangan pemimpina, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan
pelakasanaan dari teori X.
 Gaya kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan
dalam pengambilan sebuah keputusan yang
dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan
teori Y.
 Gaya kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat
karena segala keputusan diserahkan pada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y
(Azwar, 1996).
(d) Menurut Robert house
 Directive
 Supportive
 Partisipative
 Achievement oriented
(e) Hersey & Blnchard
 Intruksi
 Konsultatif
21

 Partisipasi
 Delegasi

(f) Menurut Ronal Lippit & Rapiph K white


 Otoriter
Gaya kepemimpinan ini pimpinan akan
bertindak sendiri dan memberitahukan kepada para
bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan
tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan
sebagai pelaksana karena mereka tidak dilibatkan
sama sekali dalam proses pengambilan keputusan
tersebut. Gaya kepemimpinan ini mempunyai ciri
sebagai berikut :
 Wewenang mutlak pada pimpinan
 Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
 Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
 Komunikasi berlangsung satu arah dari
pimpinan kepada bawahan
 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara ketat
 Prakarsa harus selalu dari pimpinan
 Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk
memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
 Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
 Lebih banyak kritik daripada pujian
 Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari
bawahan tanpa syarat
 Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan
hukuman
 Kasar dalam bersikap
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya
dipikul oleh pimpinan
 Demokratis
22

Kepemimpinan gaya demokratis adalah


kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Berbagai kegiatan yang akan
dilakukan bersama-sama antara lain pemimpin dan
bawahan. Gaya kepemimpiinan ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
 Wewenang pimpinan tidak mutlak
 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagai
wewenang kepada bawahan
 Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan
 Komunikasi berlangsung timbal-balik
 Pengawasan dilakukan secara wajar
 Prakarsa dapat datang dari bawahan
 Banyak kesempatan dari bawahan untuk
menyampaikan saran dan pertimbangan
 Tugas-tugas kepada bwahan diberikan dengan
lebih bersifat permintaan dari pada instruktif
 Pujian dan kritik seimbang
 Pimpinan mendorong prestasi sempurna para
bawahan dalam batas masing-masing
 Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara
wajar
 Pimpinan memperhatikan perasaan dalam
bersikap dan bertindak
 Terdapat suasana saling percaya, saling
menghormati dan menghargai
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi di
tanggung secara bersama-sama
Pada gaya kepemimpinan ini bawahan
dilibatkan dalam setiap kebijakan yang diambil,
sehingga timbul suatu kepuasan berorganisasi.
Perawat pelaksana dalam hal ini sebagai bawahan
dari kepala ruangan akan merasakan bahwa
kehadirannya dibutuhkan dalam lingkungan
23

kerjanya sehingga akan memungkinkan akan


meningkatnya tingkat produktivitasnya.
 Liberal
Kepemimpinan gaya Liberal atau Laissez
Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan
dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaannya
dilakukan lebih banyak diserahkan kepada
bawahannya. Gaya kepemimpinannya ini bercirikan
sebagai berikut:
 Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya
kepada bawahan
 Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh
bawahan
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila
diperlukan bawahan
 Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
bawahan
 Prakarsa selalu berasal dari bawahan
 Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
 Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan
kelompok
 Kepentingan pribadi lebih penting daripada
kepentingan kelompok
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul
oleh perorangan
Pada gaya kepemimpinan ini terlihat bahwa
keterlibatan bawahan sangat tinggi untuk
menentukan alur kerja organisasi sehingga pada satu
kondisi akan sangat menguntungkan bagi para
bawahan (perawat pelaksana) dimana mereka dapat
mengeksplorasikan dirinya untuk aktualisasi
dirinya, tetapi dilain pihak untuk para perawat yang
kurang mempunyai kemampuan memadai akan
24

sedikit mendapatkan kebingungan akibat tidak


adanya/kurangnya supervisi dan pengarahan dari
atasan.
(g) Berdasarkan kekuasaan dan wewenang
 Otoriter
 Demokratis
 Partisipatif
 Bebas tindak
2) Komunikasi
a) Definis
i
Komunikasi adalah alat atau cara seseorang mengirim
pesan ke orang lain dan mengharapkan respon dari orang
tersebut (Johnson, 1981). Dalam kontek manajemen manajer
mengirimkan berita kepada bawahannya baru dapat dikatakan
berkomunikasi bila bawahannya menerima dan mengerti pesan
yang disampaikan dan memiliki persepsi yang sama diantara
keduanya.
Tujuan Komunikasi menurut Effendy (2000) tujuan
komunikasi ada 4, yaitu :
(1) Mengubah sifat orang
(2) Mengubah opini atau pendapat/pandangan
(3) Mengubah perilaku
(4) Mempengaruhi
Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan
komunikasi digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi
pikiran, pengertahuan dan perilaku bawahan dalam upaya
untuk mencapai tujuan organsasi secara efektif dan efisien.
b) Hambatan Komunikasi
Secara objektif hambatan yang secara tidak disengaja
keberadaannya (faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu
yang tidak tepat, media tidak cocok). Secara subjektif
hambatan yang secara sengaja dibuat sehingga menimbulkan
gangguan (pertentangan kepentingan, prejudis, iri hati).
(1) Faktor komunikator
25

(a) Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi


pesan
(b) Penggunaan media tidak tepat
(c) Tidak bisa memanipulasi kondisi lingkungan yang tidak
kondusif
(d) Kurang kemampuan dalam merumuskan tujuan
komunikasi ke dalam pesan yang disampaikan
(2) Faktor komunikan
(a) Selektifitas
(b) Antisipasi terhadap isi pesan
(c) Komunikan mempunyai anggapan-anggapan tertentu
terhadap komunikator
(3) Faktor Pendukung
(a) Komunikator
 Kepercayaan terhadap komunikator, faktor ahli
dalam bidangnya, faktor apakah komunikator adalah
orang yang dipercaya atau tidak
 Daya tarik komunikator
(b) Komunikan
 Komunikan benar-benar mengerti isi pesan
 Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa
keputusan itu sesuai dengan tujuannya
 Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa
keputusan itu bersangkutan dengan kepentingan
dirinya
 Komunikan mampu menepati baik secara mental
maupun secara fisik.
Teknik komunikasi efektif manajer dengan bawahan
model OHIO state:
Pertimbangan tinggi (PT)
PT – SR PT – ST
Partisipasi Selling
PR – SR PR – ST
Delegasi Telling

Struktur tugas tinggi (ST)


26

Hersey dan Blanchard (1977) menggunakan teori


kepemimpinan situasional untuk menggolongkan dan
menjelaskan kata kerja aktif dari tiap perilaku pemimpin :
(1) Telling :
(a) Digunakan untuk kondisi struktur tugas tinggi dan
pertimbangan rendah
(b) Komunikasi satu arah
(c) Manajer memerintahkan bawahan tentang apa,
bagaimana, dimana, bawahan harus melakukan
tugasnya.
(2) Selling :
(a) Digunakan pada struktur tugas tinggi dan pertimbangan/
hubungan rendah
(b) Sebagian besar arahan masih dibuat oleh manajer
(c) Komunikasi dilakukan dengan dua arah
(3) Partisipasi :
(a) Digunakan pada struktur tugas rendah dan
pertimbangan/ hubungan tinggi
(b) Pimpinan dan bawahan bersama-sama membuat
keputusan melalui komunikasi dua arah
(c) Manajer hanya memfaasilitasi karena bawahan
memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam
menyelesaikan masalah yang ada

(4) Delegasi :
(a) Digunakan pada struktur tugas rendah dan
pertimbangan/ hubungan rendah
(b) Bawahan diberi kesempatan untuk memainkan
kemampuan yang dimilikiny
(c) Dituntut bawahan memiliki kemampuan tinggi dalam
menyelesaikan masalah.
c) Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat
menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang
mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima
27

maksud dan tujuan pemberi pesan.Pesan dapat berupa pesan


verbal, tertulis, ataupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan
suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana komunikasi
dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan
dan penerima pesan, sedangkan factor eksternal meliputi:
keadaan cuaca, suhu, factor kekuasaan, dan waktu. Kedua
belah harus peka terhadap factor internal dan eksternal, seperti
persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan
eksternal yang ada.

Factor internal
Komunikator

Factor eksternal

Tertulis

Verbal Pesan

Non-verbal

Gambar 2.3. Diagram proses komunikasi (Marquis & Huston, 1998: 290)
Factor internal

d) Komunikan Prinsip
Faktor eksternal
komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah
sangat kompleks, manajer harus dapat melaksanakan
komunikasi melalui beberapa tahap di bawah ini (Nursalam,
2007):
(1) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk
pemahaman tentang siapa yamg akan terkena dampek dari
pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan
28

komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara


manajer dan staf.
(2) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi
sebagai bagian proses yang tak terpisahkan dalamkebijakan
organisasi. Jika bagian lainnya akan terkena dampak akibat
komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang isi
komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang
kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau
tindakan.
(3) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
(4) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi
dapat diterima secara akurat. Salah satu cara untuk
melakukannya pada proses ini adalah meminta penerima
oesan untuk mengulangi pesan atau instruksi yang
disampaikan
(5) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang
penting bagi manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah
menerima semua informasi yang disampaikan orang lain,
dan menunjukan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap
pesan yang disampaikan.
e) Model komunikasi menurut Nursalam tahun 2007:
(1) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting
dalam organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan
individu/staf, setiap organisasi telah mengembangkan
metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaaan
pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat
menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus
terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya pada stafnya.
Menurut Asosiasi pendidikan kesehatan di Amerika (1988)
komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi
meliputi:
(a) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum
memulai menulis
29

(b) Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu


dipertimbangkan dampaknya
(c) Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata.
Tulisan yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan
memungkinkan untuk dibaca orang lain
(d) Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak
penting. Temukan cara yang baik untuk
menggambarkan inti tulisan, sehingga orang lain mudah
mengerti.
(2) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal
kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun
informal.Mereka juga melakukan komunikasi secara verbal
pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam
kelompok dan presentasi secara formal (Nursalam, 2007).
Tujuan komunikasi verbal adalah “assertiveness”.
Pelaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang
memberikan kesempatan individu untuk mengekspresikan
perasaannya secara langsung, jujur dan dengan cara yang
sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi. Hal yang harus dihindari pada komunikasi
secara asertif adalah pasif dan agresif, khususnya agresif
yang tidak langsung.Komunikasi pasif terjadi jika individu
tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan
berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif terjadi jika
individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan
(Nursalam 2007).
(3) Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap
tubuh atau body language.Komunikasi non verbal meliputi
komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau
disampaikan, maka komunikasi non verbal lebih
30

mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi


verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang membahayakan
jika komunikasi nonverbal disalah artikan tanpa adanya
penjelasan secara verbal (Nursalam 2007). Manajer yang
efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal,
agar individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan
secara jelas (Nursalam 2007).

MISI ORGANISASI
(terbaik dalam pelayanan
dan penilaian)

Penampilan praktik yang


terbaik

pendidikan penghargaan komunikasi

struktur budaya teknologi

TUJUAN : TUJUAN : TUJUAN :


Fokus pada pasien Untuk mendukung
Peningkatan struktur dan orang, dan nilai- komunikasi dalam
kesehatan pasien dan nilai budaya pengambilan
organisasi dalam keputusan dan
meningkatkan meningkatkan
kepuasan pasien dan benchmarking
kepuasn pasien dan
perawat PENCAPAIAN : staf
PENCAPAIAN : Sistem kepuasan staf
Struktur implementasi PENCAPAIAN :
Strategi manajemen
fokus kepada klien System pembayaran
tentang nilai-nilai
Struktur strategi Jaringan dengan
Perkembangan filosofi
manajemenstrateg mobile phone
RS
is dalam jurnal
implementasi
Struktur/bagian
31

Gambar 2.4. Diagram Strategi Komunikasi Yang Terbaik Dalam Praktik


Keperawatan

3) Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini
termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu
(Stoner & freeman, 1995)
a) Berdasarkan isinya
(1) Need hierarchy (maslow)
Fisiologi = Gaji pokok
Aman = Perencanaan reguler (gaji)
Kasih sayang = Kerjasama secara tim
Harga diri = Pencapaian posisi
(2) ERG theory (clayton alderfer)
E : Existence (fisiologi dan aman)
R : Relatedness (kasih sayang)
G : Growth (harga diri dan aktualisasi)
(3) Two factor (frederick herzberg)
Motivators : kepuasan kerja
Hygiene : lingkungan yang kondusif
(4) Learned theory (Mc clelland)
Affilition : Bersahabat
Power : Memerintah orang lain
Achievement : Suka tantangan, kompetisi dan
menyelesaikan masalah secara efektif.

b) Berdasarkan prosesnya
(1) Equity theory (adams) = Berdasarkan nilai-nilai dan
keadilan terhadap karyawan.
(2) Expectancy theory
32

4) Evaluasi
Tujuan evaluasi yaitu untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat
dan mendukung dalam pelaksanaan. Stratregi dalam mencapai
kualitas pelayanan:
a) TQM
(1) Menseleksi kesempatan
(2) Mendefinisikan masalah khusus
(3) Mengidentifikasi sebab dari akr masalah
(4) Memilih, menguji dan mengimplementasikan dalam upaya
perbaikan
b) Benchmarking
Benchmarking terjadi ketika sebuah organisasi
mengidentifikasi kelemahan dan membandingkan dengan
organisasi yang lain yang telah mencapai tingkat ideal (Dale,
1994 dalam Nasution, 2001)
(1) Internal benchmarking
(2) Competitive benchmarking
(3) Functional benchmarking
(4) Generic benchmarking
C. Konsep Manajemen Unit
1. Manajemen Unit
Menurut Nursalam (2007), manajemen unit terdiri dari:
a. Ruangan
1) Sarana Ruangan : Lingkungan kerja untuk pencapaian proses
manajerial keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara
keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat
tidur dan kamar mandi klien, ruang peralatan, ruang perawat/nurse
station berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan +
ruang tamu + kamar mandi + ruang peralatan, ruang ganti perawat +
kamar mandi perawat ruang konferensi, mushola, ruang
administrasi, ruang spoolhoek, dapur dan gudang serta depo farmasi.
2) Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan ruang
operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
3) Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.
33

4) Kondisi: pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar ruangan


sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai
dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih,
pintu fleksibel dapat dilalui brankard, bersih, tidak licin.
Perbandingan kamar mandi dengan klien sesuai, lantai tidak licin,
bersih, letak terjangkau oleh klien. Kasur bersih, dapat dirubah
posisinya, terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu
delivery klien, sampiran ada pada setiap tempat tidur klien. Terdapat
papan penunjuk arah.
b. Alat dan bahan
1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya): laken, boven laken, sarung
bantal, sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju klien, waslap,
taplak meja, alas baki, handuk, sarung buli-buli, sarung O2, gorden,
dan vitrage.
2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): bak instrumen (besar,
sedang, kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis, gunting
(jaringan, hecting, perban), bengkok, korentang dan tempatnya.
3) Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoscope, termometer,
4) Alat-alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel, timbangan
BB, pengukur TB, midline.
5) Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.
6) Alat transportasi: brankard, kursi roda
7) Emergency trolley
8) O2 dan manometer
9) Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H 2O2, NaCI,
cairan infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa plester,
set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag, dan obat-obatan.
10) Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring, sendok,
gelas), kompor, gayung, tempat sampah (medis, ATK, umum), kapstok
pakaian, rak handuk, keset, telepon dan white board.
11) ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem, perforator,
spidol, formulir (perencanaan, pengkajian dan implementasi) resume
klien pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu nadi, pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dan radiologi).
34

c. Hubungan perawat-klien
1) Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama perawatan
(pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.
2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang diberikan pada
klien sangat lergantung pada hubungan perawat-klien.
d. Hubungan perawat-perawat
1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
3) Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas dan
berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
e. Hubungan perawat-profesi lain
1) Bekerjsama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani
masalah tim
2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik
3) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis
4) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas
5) Saling menghargai antar profesi

f. Kepuasan kerja (Nursalam, 2007)


1) Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebihsering mangkir
danlebih besar kemungkinan mengundurkan diri.
2) Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai
kesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih panjang.
3) Kepuasan terhadap pekerjaan dibawah dalam kehidupan karyawan
diluar pekerjaan.
4) Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktivitas yang tinggi.
Beberapa Dimensi Kepuasan Kerja Perawat :
a) Dimensi upah yaitu jaminan kesehatan yang diterima oleh perawat.
b) Dimensi tuntutan tugas yaitu unsur kesesuaian antar beban kerja
diberi kepada perawat dengan waktu yang diperlukan oleh perawat
itu sendiri.
c) Dimensi kebijakan organisasi yaitu mengenai unsur kebijakan
rumah sakit terhadap penyediaan lingkungan dan prasarana guna
menunjang kelancaran dan kemudahan perawat dalam bekerja.
d) Dimensi interaksi yaitu unsur hubungan dan kerja sama antar
tenaga perawat dengan tenaga medis dan non medis.
35

e) Dimensi wewenang yaitu kesesuaian antar tanggung jawab


yang diberikan kepeda perawat dalam wewenang sebagai seorang
perawat.
f) Dimensi profesional yaitu perasaan perawat terhadap keberartian
danpentingnya pekerjaan yang mereka lakukan.
2. Kekuatan Kerja
a. Manusia / Man
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut
profesional pemula vokasional dan lain-lain). Jenis ketenagaan atau
pendidikan keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang didapat
melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan. Jumlah tenaga
profesional lainnya yang terkait meliputi : dokter, ahli gizi, petugas
lab, tenaga administrasi, dan cleaning service (Nursalam, 2007).
1) Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan
perawatan :
a) Minimal Care : 1 jam / hari
b) Intermidiate Care : 2 jam / hari
c) Maksimal Care : 2,5 jam / hari
2) Formula pembagian shift :
a) Pagi : 47 %
b) Sore : 36 %
c) Malam : 17 %
3) Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional
4) Jumlah hari libur dalam setahun :
a) Rata-rata hari minggu pertahun : 52 Hari
b) Libur Nasional : 15 Hari
c) Cuti Sakit : 7 Hari
d) Jumlah Hari Pertahun : 365 Hari
e) Jam Kerja Produktif : 7 Jam

5) Jumlah Perawat (Tenaga asuhan langsung)


Total kebutuhan jam perawatan/hari x Jumlah hari dalam setahun
(Jumlah hari dalam setahun – hari libur dalam setahun) x 7
6) Jumlah Tenaga Pendukung Asuhan
(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20 jam) x jml hari /thn
(Jml hari dlm Setahun – hari libur dlm setahun) x 7
7) Tanggung jawab dan peran perawat
36

a) Uraian tugas kepala ruangan


(1) Membaca laporan kejadian diruangan yang dibuat oleh
pelaksana pelaksana
(2) Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap status
biopsikososial spiritual pasien
(3) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pelaksana
perawatan dalam memecahkan masalah-masalah
keperawatan
(4) Membantu pelaksana perawat dalam memberikan
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapi
(5) Mengendalikan, mengatur, dan memelihara peralatan agar
dalam keadaan siap pakai serta menyusun permintaan
kebutuhan alat-alat, obat-obatan dan bahan habis pakai
(6) Mempartanggung jawabkan pelaksanaan hasil kegiatan di
ruangan
(7) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan perawatan yang
dilakukan
(8) Mengklasifikasikan/mengelompokan pasien diruangan
rawat inap menurut tingkat kegawatan, infeksi dan non
infeksi
(9) Memberikan penilaiaan pelaksanaan pekerjaan pegawai
bagi tenaga pelaksana perawatan
(10) Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat baru
atau tenaga lainnya yang akan bekerja diruang rawat
(11) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana
perawatan
(12) Memelihara hubungan baik dengan unit lain dan tim
kesehatan lainnya
(13) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan
(14) Menghadiri pertemuan berkala yang di adakan oleh ka. Sie
keperawatan dan staf, ka. Instalasi rawat inap
(15) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ka. Sie
keperawatan dan ka. Instalasi rawat inap
b) Uraian tugas clinical Instruktur
(1) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan tenaga
perawatan yang bekerja di ruangan
37

(2) Merencanakan jenis kegiatan yang akan dilakukan sesuai


dengan kebutuhan pasien
(3) Menyusun dan mengatur jadwal dinas perawat dan tenaga
lainnya
(4) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam
pelayanan diruangan
(5) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga
perawat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan
(6) Menyususn permintaan kebutuhan rutin, alat, obat, dan
bahan yang diperlukan diruangan
(7) Mengatur dan menkoordinasikan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai
(8) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan/infentaris ruangan
(9) Mengklarifikasi atau mengelompokkan pasien diruang
rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi dan non infeksi
(10) Memberi asuhan keperawatan
(11) Mengadakan kerjasama dan memelihara hubungan baik
dengan unit lain dan Ka. Instalasi
(12) Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat baru
atau tenaga lainnya yang akan bekerja diruang rawat
(13) Mengawasi dan membimbing siswa dan mahasiswa praktek
(14) Mengawasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
(15) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan tenaga
perawat

c) Penanggung jawab shift


(1) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti
secara lisan maupun tertulis pada saat penggantian dinas
(2) Memebrikan asuhan keperawatan
(3) Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
pasien untuk melaksanakan program kesehatan
(4) Menerima pasien sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku
(5) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang
ruang rawat, lingkungan, peraturan dan tata tertib
38

(6) Menciptakan hubungan baik dengan tim kesehatan lain


diunit kerja
(7) Menyiapkan dan memelihara alat keperawatan dan alat
lainnya diruang rawat inap agar selalu siap pake
(8) Melaksanakan tugas jaga pagi, sore, malem secara bergilir
sesuai dengan jadwal dinas
(9) Melaksanakan dan memelihara system perawat dan
pelaporan pelayan keperawatan yang tepat dan benar sesuai
prosedur
(10) Mengikuti pertemuan berkal yang diadakan oleh kepala
instalansi atau ruangan atau seksi keperawatan
(11) Meningkatakan pengetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan
(12) Memelihara kebersihan ruanagan dan lingkungan
(13) Melaksanakan gugus kendali mutu
(14) Memegang rahasia jabatan
d) Ketua tim
(1) Memimpin serah terima tugas anatar pelaksana
(2) Melakukan pengkajian keperawatan terhadap ststus
biopsikososisal dan spiritual
(3) Mengkoordinasikan tindakan tindakan keperawatan yang
akan dilaksankan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
pasien
(4) Bersama-sama dengan pelaksana memepersiapkan alat-lat
keperawatan atau medis
(5) Membimbing anggota tim untuk melaksankan tindakan dan
mencatat tindakan yang telah dilakukan
(6) Mengkoreksi hasil pengkajian, proses keperawatan dan
kelengkapan pendokumentasian
(7) Mengevaluasi hasil kegiatan atau tindakan keperawatan
yang telah dilakasanakan
(8) Menilai kemajuan semua psien dari hasil pengamatan
langsung atau laporan dari anggota
(9) Melaksankan tugas jaga pagi, sore dan malam secara
bergilir sesuai dengan jadwal dinas
e) Pelaksana perawat ruang rawat inap
(1) Melaksankan serah terima tugas kepala petugas pengganti
secara lisan maupun tulisan pada sat penggantian dinas
39

(2) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien


(a) Melakukan pengkajian dalam upaya menguampulkan
data dan informasi
(b) Menegakkan diagnosa keperawatan
(c) Merencanakan tindakan
(d) Melaksanakan tindakan keperawatan
(e) Melaksankan evaluasi terhadapo tindakan yang
dilakukan
(f) Mendokumentasikan hasil tindakan
(3) Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
pasien untuk melaksanakan program kesehtan
(4) Menerima pasien sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku
(5) Melaksasnkan program orientasi kepada pasien tentang
ruang rawat dan lingkungan, peraturan dan tata tertib
(6) Menyiapkan dan memelihra alat keperawatan dan alat
lainnya diruang rawat inap agar sellau siap pakai
(7) Melaksankan tugas jaga pagi, sore, malam dan hari libur
secara beregilir sesuai dengan jadawal dinas
(8) Melaksnakan dan memelihara system keperawatan dan
pelaporan pelayan keperawatan yang tepat dan benar sesuai
dengan prosedur
(9) Memebina hunbungan baik dengan unit lain dan tim
kesehtan lainnya
(10) Memelihara kebersihan ruangan dan lingkun gan
(11) Meningkatkan penegetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan
(12) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Ka.
Instalasi atau Ka. Ruangan atau CI keperawatan
(13) Melaksanakan gugus kendali mutu
(14) Memegang rahasia jabatan
b. Uang/Money
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus
jelas, dalam arti harus transparan.Untuk pengeluaran ada perencanaan
pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat
dan untuk lain-lain (Supriyatno, 2005).
c. Metode
40

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang


berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup
yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu.
1) Konsep dasar SOP dan SAK
a) Pengertian SOP
(1) Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi.
(2) SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan
yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu.
b) Tujuan SOP
(1) Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat
kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit
kerja.
(2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap
posisi dalam organisasi
(3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
dari petugas/pegawai terkait.
(4) Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
(5) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan,
duplikasi dan inefisiensi
c) Fungsi SOP :
(1) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
(2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
(3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan
mudah dilacak.
(4) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin
dalam bekerja.
(5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
d) Penerapan SOP
(1) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan
(2) SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut
sudah dilakukan dengan baik atau tidak
41

(3) Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada


perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi
lingkungan kerja.
e) Keuntungan adanya SOP
(1) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana,
menjadi alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan
pekerjaan diselesaikan secara konsisten
(2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam
bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap
pekerjaan
(3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat
trainning dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja
pegawai.
Dalam menjalankan operasional perusahaan , peran
pegawai memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat
signifikan. Oleh karena itu diperlukan standar-standar operasi
prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk
menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal
sehingga dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.
f) Pengertian SAK
Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan
yang menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap
pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien ( Gillies,
1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah
klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan
keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan
keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah
intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi
sesuai dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Tipe standar praktek keperawatan :Beberapa tipe
standar telah digunakan untuk mengarahakan dan mengontrol
praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’ yaitu
42

menguraikan praktek keperawatan yang ideal yang


menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi,
standar juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek
keperawatan berdasarkan hasil observasi pada sebagaian besar
sarana pelayanan keperawatan (Gillies 1989,h.125).
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan
untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan
dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha
pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang
diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan berguna
bagi perawat, rumah sakit/institusi, klien, profesi keperawatan
dan tenaga kesehatan lain.
d. Material
Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis:
1) Alat tenun
a) Alas baki
b) Alas brankard
c) Bantal
d) Barak scot
e) Duk bolong
f) Duk balutan
g) Duk alas
h) Gorden tebal
i) Gorden vitrase
j) Handuk
k) Kelambu
l) Laken dewasa
m) Selimut wol
n) Stik laken
o) Sarung bantal
p) Sarung penderita sampiran
q) Tutup mayat
r) Taplak meja klien
s) Waslap
t) Kasur busa dewasa
2) Alat kedokteran dan kesehatan
a) Alat mandi: waskom mandi, standar Waskom
b) Alat eliminasi: pispot, urinal, irigator, gelas ukur
c) Alat oksigenasi: manometer oksigen, roda oksigen besar, kunci
inggris, ambu bag
43

d) Pengukuran tanda-tanda vital: tensimeter, stetoskop,


termometer, timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue spatel
e) Alat transportasi: brankard, kursi roda, roda cucian
f) Machine: suction portabel, EKG, nebulizer
g) Lain-lain: vena seksi set, dressing cart, perlak, buli-buli panas,
standar infus, standar BSE, windring, stabilisator listrik
h) Dressing set: pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting benang,
gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang, kom kecil,
korentang, gunting perban, bak instrumen besar, bak instrumen
sedang, bak instrumen kecil, baki besar, bengkok besar,
bengkok sedang, gunting besar, benang, gunting jahitan
e. Marketing
Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang
perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan dan
pelayanan. Sasaran market adalah masyarakat umum (menerima klien
dengan KS, Askes, Umum dan kontraktor). Sedangkan market dalam
bidan pendidikan dan pelayanan adalah peserta didik / calon praktisi
kesehatan.
3. Manajemen Mutu
Jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah suatu proses upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan
serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai
kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran
tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
a. Pengertian Mutu
Mutu adalah konsep yang bersifat komprehensif dan multisegi,
mengukur satu atau lebih dimensi mutu, seperti diantaranya
kompetensi teknis, akses pelayanan, efektivitas, efisiensi, hubungan
interpersonal, kontinuitas, keselamatan dan fasilitas.
b. Indikator Mutu
Berdasarkan keputusan Karumkit Bhayangkara TK II ada 14
indikator mutu sebagai acuan pelayanan, diantaranya :
44

1) Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap


Ketersediaan pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan rawat inap
oleh dokter spesialis yang disediakan oleh rumah sakit sesuai
dengan kelas rumah sakit
2) Pemberian Pelayanan Dirawat Inap
Pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan tenaga perawat
yang kompeten (minimal D3)
3) Tempat Tidur Dengan Pengaman
Pengaman adalah peralatan yang dipasangkan pada tempat tidur
pasien agar tidak jatuh dari tempat tidur
4) Kamar Mandi Dengan Pengaman
Pengaman adalah pegangan tangan yang dipasang dikamar mandi
untuk membantu pasien agar tidak jatuh didalam kamar mandi
5) Dokter Penanggung Jawab Pasien Rawat Inap
Penanggung jawab rawat inap adalah dokter yang
mengkoodinasikan kegiatan pelayanan rawat inap sesuai kebutuhan
pasien
6) Jam Visit Dokter Spesialis
Visit dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiap hari
kerja sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang
menjadi tanggung jawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00 s.d
14.00
7) Kejadian Infeksi Paska Operasi
Infeksi paska operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada
semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di
rumah sakit dan ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan
(rubor), pengerasan (dolor), dan keluarnya nanah (pus) dalam
waktu lebih dari 3x24 jam
8) Angka Kejadian Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh pasien yang
diperoleh selama dirawat dirumah sakit yang meliputi, dekubitus,
flebitis, sepsis, dan infeksi luka operasi
9) Tidak Adanya Kejadian Pasien Jatuh
Kejadian pasien jatuh adalah kejaidan pasien jatuh selama dirawat,
baik akibat jatuh dari tempat tidur, kamar mandi, dsb
45

10) Pasien Rawat Inap Tuberkulosis Yang Ditangani Dengan Strategi


DOTS
Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah
pelayanan tuberkulosis dengan 5 strategi penanggulangan
tuberkulosis nasional. Penegakan diagnosis dan follow up
pengobatan pasien tuberkulosis harus melalui pemeriksaan
mikroskopis tuberkulosis, pengobatan harus menggunakan
panduan anti tuberkulosis yang sesuai dengan standar
penanggulangan tuberkulosis nasional, dan semua pasien
tuberkulosis yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan
penanggulangan tuberkulosis nasional
11) Pencatatan Dan Pelaporan TB Di Rumah Sakit
12) Kejadian Pulang Sebelum Dinyatakan Sembuh
Pulang sebelum sembuh adalah pulang atas permintaan pasien atau
keluarga pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter
13) Kematian Pasien > 48 Jam
Kematian pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah
periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit
14) Kepuasan Pelanggan Rawat Inap
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan rawat inap oleh dokter, perawat, dan kondisi
ruangan
D. Metode Tim
1. Konsep Metode TIM
a. Definisi Metode TIM
Setelah bertahun - tahun menggunakan Model
Fungsional, beberapa pimpinan keperawatan (nursing leader) mulai
mempertanyakan keefektifan model tersebut dalam pemberian asuhan
keperawatan profesional. Oleh karena adanya berbagai jenis tenaga
dalam keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang adekuat, maka
pada tahun 1950 dikembangkan Model Tim dalam pelayanan asuhan
keperawatan.
Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
46

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan


keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah
sekelompok tenaga keperawatan bekerja secara bersama-sama secara
terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat berfungsi secara
menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap
pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga setiap anggota tim
merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai
tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang
bermutu. Potensi setiap anggota tim saling komplementer menjadi
satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan
serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian asuhan
keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray
(1987) terkandung dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1) Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu
perawat profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala
Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien
dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan
penugasan kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan.
2) Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya
dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan
secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference
47

atau pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam


merencanakan dan menuliskan asuhan keperawatan dan
mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan
yang merupakan bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam
pembinaan anggotanya. Dalam model ini Ketua Tim menetapkan
anggota tim yang terbaik untuk merawat setiap pasien. Dengan
cara ini Ketua Tim membantu semua anggota tim untuk belajar apa
yang terbaik untuk pasien yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan
dan permasalahan yang dihadapi pasien.
Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat
memperoleh pengalaman praktek melakukan kepemimpinan yang
demokratik dalam mengarahkan dan membina anggotanya.
Pimpinan juga akan belajar bagaimana mempertahankan hubungan
antar manusia dengan baik dan bagaimana mengkoordinasikan
berbagai kegiatan yang dilakukan dengan beberapa anggota tim
secara bersama-sama. Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif
setiap anggota timharus mengetahui prinsip dasar administrasi,
supervisi, bimbingan dan tehnik mengajar agar dapat dilakukannya
dalam bekerjasama dengan anggota tim. Ketua Tim juga harus
mampu mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.
b. Tujuan Metode Tim, yaitu:
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
48

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang


berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002).
1) Kelebihan :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
2) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana
sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
c. Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Tim (Nursalam, 2002)
1) Tanggung jawab kepala ruangan
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua
tim, mengatur penugasan / penjadwalan.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
(a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
(b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan.
(c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
49

(d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga


yang baru masuk RS.
(e) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri.
(f) Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan.
(g) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di
rumah sakit.
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(3) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
(4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
(5) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
(6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
(7) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat,
kepada ketua tim.
(8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
(9) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c) Pengarahan
(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim.
(1) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
(2) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
(3) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
(4) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
(5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(6) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d) Pengawasan
50

(1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi


langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
(2) Melalui supervisi:
(a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki / mengawasi kelemahannya yang ada saat
itu juga.
(b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
(c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim.
(d) Audit keperawatan.
2) Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.
b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
tim dan memberikan bimbingan melaui pre atau post
conference.
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
3) Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun.
b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon pasien.
c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan.
d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman
yang kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi,
51

sore, dan malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada


jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga
keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga
keperawatan untuk 10-20 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip
oleh Douglas (1984), menunjukkan bahwa model tim bila
dilakukan dengan benar merupakan model asuhan keperawatan
yang tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan
yang bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan
dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan
bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep
tidak dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan
pre atau post conference dalam sistem pemberian asuhan
keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien
52

dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan pasien.

Gambar 2.5. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Metode Tim

2. Konsep Timbang Terima


a. Definisi Timbang Terima
Nursalam (2008) menyatakan timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien.
b. Tujuan Timbang Terima
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
2) Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c. Langkah – langkah
1) Kedua shif dalam keadaan siap.
2) Shif yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal apa yang
akan disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shif
yang selanjutnya meliputi ; kondisi, tindak lanjut, rencana kerja.
53

4) Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu – buru.


5) Secara langsung melihat keadaan klien.
d. Prosedur Timbang Terima
1) Persiapan
a) Kedua kelompok sudah siap.
b) Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
2) Pelaksanaan
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shif.
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan, rencana tindakan yang
sudah dan belum dilakukan serta hal penting lannya.
c) Hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap dicatat secara khusus untuk kemudian diserahkan
kepada perawat jaga berikutnya.
d) Hal yang perlu diberitahukan dalam timbang terima: identitas
dan diagnosa medis, masalah keperawatan, tindakan yang
sudah dan belum dilakukan, intervensi.
3. Konsep Ronde Keperawatan
a. Definisi Ronde
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
b. Tujuan Ronde
1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien.
3) Meningkatkan validitas data klien.
4) Menilai kemampuan justifikasi.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
c. Peran-Peran Dalam Metode Ronde
1) Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
54

b) Menjelaskan masalah keperawata utama.


c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2) Peran Ketua Tim Lain dan atau Konselor
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement.
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional.
d) Mengarahkan dan koreksi.
e) Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.
d. Persiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
2) Pemberian inform consent kepada klien / keluarga.
e. Pelaksanaan
1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
2) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor/
kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan
dilakukan.
4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.

f. Langkah – langkah Ronde Keperawatan


55

Gambar 2.6. Langkah-Langkah Ronde Keperawatan

g. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
4. Discharge Planning
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada
unit yang lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana
perawatan professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk
memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh
pasien dimana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu
pencegahan, teurapeutik, rehabilitative, serta perawatan rutin yang
sebenarnya (swanberg, 2000).
Rindhianto (2008) mendefinisikan discharge planning sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik,
pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse, 2000).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah
komponen sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan
umum, sehingga pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
a. Tujuan Discharge Planning
56

Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk


kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.
Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge planning/perencanaan
pulang antara lain sebagai berikut:
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan
sosial.
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau
discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins
(2009) discharge teaching harus melibatkan keluarga pasien atau
perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan home
care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien :
1) Memahami mengenai penyakitnya
2) Melakukan terapi obat secara efektif
3) Mengikuti aturan diet secara hati-hati
4) Mengatur level aktivitasnya
5) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
6) Mengenali kebutuhan istirahatnya
7) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
8) Mengetahui kapan mencari follow up care
b. Manfaat Discharge Planning
1) Bagi Pasien:
a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
57

b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan


sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur perawatannya
f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa
yang dapat dihubunginya.
2) Bagi Perawat:
a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b) Menerima informasi kunci setiap waktu
c) Memahami perannya dalam system
d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang berbeda.
f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
a. Prinsip
-Prinsip Disharge Planning
1) Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai
keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang,
nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat
segera antisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan
pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus
saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah
pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia
maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
58

5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan


kesehatan, setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan
pulang harus dilakukan.
a. Jenis-
jenis Discharge Planning
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah sakit namun
harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit, namun
apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan
dapat dilakuakan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi pasien hrus dipantau dengan melakukan kerja sama
dengan perawatan puskesmas terdekat.
b. Alur
Discharge Planning

Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkatketergantungan
Pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian administrasi Program kontol, obat, dan Lain - lain


perawatan
Gizi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh: keluarga
dan petugas
59

Gambar 2.7. Alur Discharge Planning

Keterangan:
Tabel 2.1. Tugas PP dan PA
Tugas Perawat Primer Tugas Perawat Associate
- Membuat rencana discharge planning - Melaksanakan agenda
- Membuat leaflet Discharge Planning (pada
- Memberikan konseling
- Memberikan pendidikan kesehatan saat perawatan dan saat
- Menyediakan format discharge planning perawatan diakhiri)
- Mendokumentasikan discharge planning

E. Konsep Ruangan Manajemen Askep


1. Perencanaan
a. Definisi
Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
(Siagian, 2001). Perencanaan merupakan proses pemilihan dan
pengembangan tindakan yang paling baik dan menguntungkan, serta
merupakan fungsi dasar dalam management untuk mengarahkan pada
keberhasilan pencapaian tujuan, memberi arti pada pekerjaan,
penggunaan sumber efektif dan efisien, menguasai situasi kritikal,
mengetahui kebutuhan akan perubahan (Elly dan Nurachmah, 2000).
b. Tujuan
1) Menimbulkan keberhasilan dalam mencapai tujuan
2) Bermakna pada pekerjaan
3) Penggunaan efektif personel dan fasilitas
4) Membantu koping
5) Efektif dalam biaya
60

6) Berdasarkan masa lalu dan akan datang sehingga


membantu menurunkan elemen perubahan
7) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah
8) Diperlukan untuk kontrol efektif
c. Jenis perencanaan
1) Perencanaan strategis
Dibuat oleh top Manager (Ka. Bidang Keperawatan),
bersifat strategis, berjangka panjang, mengatur kinerja bidang,
terdapat komitmen antara atasan dan bawahan
2) Perencanaan operasional
Dilakukan oleh top manager; merupakan kegiatan harian,
mingguan, dan bulanan; berjangka pendek; berasal dari tujuan
jangka panjang
3) Perencanaan bagian
Dibuat oleh beberapa kepala ruangan dan pengawas dalam
satu bagian; berjangka 5-10 tahun; tujuan untuk pemantauan dan
penilaian; pelaksanaannya semua ruangan yang terlibat.
4) Perencanaan unit
Dibuat oleh kepala ruangan; tujuan untuk bidang
keperawatan; dilaksanakan harian yaitu kegiatan askep, mingguan
yaitu program penyuluhan, dan jangka panjang

d. Kegunaan
1) Mengatasi masalah yang dihadapi
2) Mempermudah pencapaian tujuan
3) Mempermudah pembuatan kembali rencana baru
e. Keuntungan
1) Kegiatan terarah
2) Pengguanaan sumber daya lebih efisien dan efektif
3) Menurunkan resiko
4) Landasan kuat untuk pengendalian
5) Permudah evaluasi dan perbaikan kekurangan
f. Kendala
1) Kurang terampil pada perencana
2) Kesulitan memahami tujuan
3) Keraguan karena keterbatasan wewenang
4) Kurang dukungan
2. Pengorganisasian
a. Definisi
61

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokkan orang-


orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1983 dalam Juniati 1995). Sedangkan menurut Szilagji
(1983, dalam Juniati 1995) mengemukakan bahwa fungsi
pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan
koordinasi kegiatan dan usaha melalui penataan pola struktur, tugas,
otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan yang terdiri dari
beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan koordinasi
yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk
mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka
pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui
kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan
tercapai (Juniati, 1995).
Dari berbagai pengertian di atas maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa pengorganisasian merupakan langkah untuk
menetapkan, menggolongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan,
penetapan tugas-tugas dan wewenang sehingga tujuan pelayanan
keperawatan akan tercapai.
b. Fungsi pengorganisasian
Alat untuk memadukan (sinkronisasi) antara personil, finansial,
material dan tata cara.
c. Manfaat pengorganisasian
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2) Hubungan organisatoris antar orang-orang di dalam
organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
3) Pendelegasian wewenang
4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik

d. Prinsip-prinsip pengorganisasian
1) Pembagian kerja
2) Pendelegasian tugas
3) Koordinasi
62

4) Manajemen waktu
3. Pelaksanaan
a. Definisi
Menurut Nurdin Usman (2002) Pelaksanaan adalah suatu
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa
diartikan penerapan.
b. Tujuan
Tujuan dari tindakan pelaksanaan adalah untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,
dan memfasilitasi koping sehingga diperlukan partisipasi dari pasien /
klien.
c. Tahap-tahap tindakan perawatan
1) Persiapan, terdiri dari :
a) Review antisipasi tindakan keperawatan, yaitu konsisten
dengan rencana, prinsip ilmiah, sesuai kondisi klien,
menciptakan lingkungan terapeutik dan aman, pendidikan
kesehatan, sarana dan prasarana memadai
b) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan, yaitu dengan mengidentifikasi orang yang tepat
melakukan tindakan
c) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul, yaitu
resiko komplikasi sehingga dilakukan pencegahan
d) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan, yaitu waktu,
tenaga, alat
e) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif, yaitu
lingkungan fisik dan psikologis
f) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik, yaitu hak dan
kewajiban klien; hak dan kewajiban perawat/dokter; kode etik
keperawatan yaitu pertanggung jawaban moral perawat dalam
mengambil keputusan berdasarkan client's welfare, persetujuan,
penolakan, privacy dan perawat sebagai advocat terhadap klien;
63

hukum keperawata yaitu memberikan tindakan keperawatan


sesuai dengan standar keperawatan.
2) Intervensi
a) Independen
Independen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
perawat tanpa petunjuk / perintah dokter atau tenaga kesehatan
lainnya. Tipe tindakan independen, yaitu :
(1) Tindakan diagnostik: pengkajian dalam merumuskan
diagnosa keperawatan.
(2) Tindakan terapeutik: mencegah, mengurangi, mengatasi
masalah klien seperti mobilisasi.
(3) Tindakan edukatif : merubah prilaku melalui promosi
kesehatan dan pendidikan ke pada klien
(4) Tindakan merujuk : kemampuan mengambil keputusan
untuk melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain
misal adanya TTIK rujuk ke ahli saraf.
b) Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis misalnya perawatan colostomy, memberikan obat.
c) Interdependen
Interdependen merupakan kegiatan yang memerlukan
kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga
sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter
3) Dokumentasi
a) Sources oriented record
b) Problem oriented record
c) Computer assisted record
4) Evaluasi
a) Definisi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi juga
merupakan bagian integral dari setiap tahap proses
keperawatan.

b) Tujuan evaluasi
64

1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah


mencapai tujuan yang ditetapkan)
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien
mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan)
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
b) Proses evaluasi
1) Mengukur pencapaian tujuan klien
(a) Kognitif (pengetahuan) : interview (recall knowledge,
komprehensif, aplikasi fakta), tulisan
(b) Afektif (status emosional) : observasi langsung,
feedback dari rekan
(c) Psikomotor : melihat kemampuan klien dalam
melakukan sesuatu
(d) Perubahan fungsi tubuh dan gejala
2) Penentuan keputusan pada tahap evaluasi
(a) Formatif : dilakukan secara langsung setelah tindakan
dilakukan
(b) Sumatif : setelah akhir tindakan keperawatan klien
3) Komponen evaluasi
(a) Menentukan kriteria standar dan pertanyaan evaluasi :
(1) Kriteria : outcomes/kriteria hasil
(2) Standar praktek
(b) Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru :
perawat yang mengkaji dan merencanakan bertanggung
jawab dalam evaluasi
(c) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria
dan standar : kritikal thinking dalam menganalisa data
(d) Merangkum dan membuat kesimpulan : menyimpulkan
efektifitas semua tindakan yang telah dilaksanakan.
65

Anda mungkin juga menyukai