Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA

NY. S UMUR 37 TAHUN P2A0 Akseptor Baru KB AKDR

DI PUSKESMAS II BATURADEN

DISUSUN OLEH

RAHMASARI ARDIYANTINI

P17424312083

TINGKAT II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEBIDANAN PURWOKERTO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode tertentu mungkin tidak
dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional kb.
Kontrasepsi IUD adalah satu rekomendasi yang dibuat untuk mengurangi
dampak bertambahnya penduduk secara tidak merata, dengan berbagai keuntungan
dan kerugian yang ditawarkan kepada masyarakat. dari hal tersebut maka penulis
memutuskan untuk mengambil kasus di puskesmas II sumbang, untuk mendaptakan
informasi lebih lengkap dan agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara tepat.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan kebidanan pada keluarga berencana
secara tepat
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu membuat diagnose pada keluarga berencana
b. Mahasiswa mampu membuat planning
c. Mahasiswa mampu membuat evaluasi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Program KB
1. Pengertian
Pengetian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
2. Tujuan Program KB
Secara umum tujuan 5 tahun ke depan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB di muka adalah “membangun
kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB
Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan
keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.”
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi
perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun
keluarga kecil berkualitas sedangkan tujuan program Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) adalah untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna
meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya, untuk mempersiapkan
kehidupan dalam mendukung upaya meningkatkan kualitas generasi
mendatang.
Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas
adalah untuk membina kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan
dan mutu pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan dan
ketahanan keluarga terutama yang diselenggarakan oleh institusi
masyarakat di daerah perkotaan dan pedesaan, sehingga membudidaya dan
melembaganya keluarga kecil berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-
tujuan tersebut berkaitan erat dan merupakan kelanjutan dari tujuan
program KB tahun 1970, yaitu:
1. Tujuan demografis berupa penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50 %
dari kondisi TFR 1970
2. Tujuan filosofi berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
a. Perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum
diinginkan
1. Pengaturan jarak dan usia melahirkan
2. Penggunaan kontrasepsi rasional, efektif dan efisien
3. Pelayanan KB bagi keluarga miskin
4. Keterlibatan pria dalam perencanaan kehamilan dan
keterlibatan pria dalam KB
b. Penurunan kehamilan di kalangan PUS muda.
c. Meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak
1. Pengaturan usia melahirkan yang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua
2. Pengaturan jarak antara kehamilan
3. Peningkatan keterlibatan pria dalam kehamilan dan perawatan
anak
4. Peningkatan menyusui eksklusif
5. Pencegahan dan perlindungan HIV dan AIDS
d. Meningkatkan kesehatan dan kepuasan seksual
1. Kondom fungsi ganda (dual protection)
2. Program Universal Precaution untuk pencegahan HIV dan
AIDS dalam program KB
3. Penggunaan kontrasepsi pada PUS yang ingin menunda anak
pertama
4. Pelayanan terintegrasi dan deteksi dini kanker alat reproduksi.
B. Pengertian AKDR
1 Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversible dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduktif (Saefuddin,2003)
2 AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari
plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung
hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai
benang (Handayani, 2010).
3 AKDR adalah suatu usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung
secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga
rahim (Prawirohardjo, 2005)

C. Mekanisme kerja IUD menurut ( Hanafi, 2010 )


Mekanisme kerja IUD yang pasti dari IUD belum diketahui :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi
3. Gangguan/ terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam
endometrium
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri
6. Untuk IUD yang mengandung Cu
a. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium
b. Mengganggu metabolisme glikogen
7. Untuk IUD ynag mengandung hormon progesterone
a. Gangguan proses pematangan proliferatif- sekretoir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental/ tebal karena pengaruh
progestin
D. Keuntungan dan Kerugian AKDR
1. Adapun keuntungan AKDR, yaitu :
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
b. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan )
c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak
perlu diganti)
e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi diingat ingat
f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
i. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau seudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
k. Dapat digunakan sampai menopause( 1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
l. Tidak ada interaksi dengan obat obat
m. Membantu mencegah kehamilan ektopik
2. Adapun kerugian AKDR, yaitu :
a. Efek samping yang umum terjadi :
1. Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama dan berkurang
setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spooting antar menyusui)
4. Saat haid lebih sedikit
b. Komplikasi lain :
1. Merasakan sakit kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
3. Perforasi dinding uterus ( sangat jarang apabila pemasangannya
benar )
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR. PRP dapat memacu infertilitas
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 hari
8. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan )
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi
AKDR untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya
kedalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan hal ini.

E. Persayaratan Pemakaian dari AKDR menurut ( Dyah, Noviawati , 2009 )


1. Yang dapat menggunakan :
a. Usia Reproduktif
b. Keadaan nullipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Resiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metode hormonal
i. Tidak meyukai untuk mengingat-ngingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat
kontrasepsi darurat)
2. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
c. Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis, servisistis)
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri
f. Penyakit trofoblas yang ganas
g. Diketahui menderita TBC Pelvic
h. Kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

F. Efektifitas AKDR
1. AKDR post plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi,
perforasi dan perdarahan
2. Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi ( 6 – 10 % ) dan ini harus disadari oleh
pasien, bila mau akan dapat dipasang lagi
3. Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko
ekspulsi, oleh karena itu diperlukan pelatihan
4. Kontraindikasi pemasangan post plasenta ialah ketuban pecah lama,
infeksi intrapartum, perdarahan post partum

G. Cara Kerja AKDR/IUD Menurut ( Saefudin, 2010)


1. Meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai
ke rahim, endometrium belum siap untuk menerima nidasi hasil konsepsi
2. Menimbulkan reaksi mikro infeksi, sehingga terjadi penumpukan sel darah
putih, yang melarutkan blastokista
3. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
H. Pemeriksaan Lanjutan (follow Up Care)
Biasanya peserta diharapkan memeriksakan kembali haid pertama (4-6
minggu), setelah itu pemeriksaan berkala dilakukan bila ada masalah/
komplikasi / efek samping.
Beberapa hal yang dilakukan pada pemeriksaan lanjutan :
1. Memperhatikan dan menjawab segala pertanyaan akseptor.
2. Bila peserta puas dengan pemakaian IUD dan tidak ada kontra indikasi
untuk melanjutkan pemakaian : ingatkan untuk kembali periksa, bila ada
komplikasi atau keluhan.
3. Jadwalkan untuk kembali 12 bulan.
4. Ingatkan setiap kunjungan tahunan saat mengganti IUD.

I. Efek Samping Pemasangan IUD Menurut (Hanafi, 2010)


1. Pendarahan :
a. Gejala /Keluhan
Keluarnya darah dari liang vagina di luar haid dan jumlah kecil berupa
bercak-bercak (spotting) atau dalam jumlah berlebihan (metrorhagia).
Pendarahan ini dapat pula terjadi masa haid dalam jumlah berlebihan
(menontrorhagia).
b. Penanggulangannya :
1. Konseling beri penjelasan bahwa perdarahan ringan biasanya
terjadi pada awal pemasangan. Selama haid. Perdarahan lebih
banyak dari pada biasanya hal ini tidak berbahaya.
2. Pemberian preparat besi : 1x1 tablet perhari.
3. Bila pendarahan banyak sekali keguguran rujuk ke RS dan ganti
cara KB.
2. Keputihan
a. Gejala /Keluhan :
1. Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi
cairan rahim yang berlebihan
2. Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa
gatal dan tidak terasa panas.
b. Penanggulangan :
1. Berikan konseling sebelum pemasangan AKDR.
2. Pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan ekstrat
beladona 10 mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut.
3. Bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya disebabkan
oleh infeksi.
3. Ekspulsi
a. Gejala/ keluhan :
Terasa adanya AKDR dalam liang senggama yang menyebabkan rasa
tak enak bagi wanita. Dapat terjadi ekspulsi sebagian atau seluruhnya.
Biasanya terjadi pada waktu haid.
b. Penanggulangannya :
1. Konseling : menjelaskan kepada pasien bahwa ekspulsi mungkin
saja terjadi pada pemakai AKDR (5%), hal ini disebabkan oleh
tidak sesuainya ukuran AKDR yang terpasang.
2. Melepas AKDR dan mengganti dengan ukuran yang sesuai.
4. Nyeri
a. Gejala / keluhan :
nyeri pada waktu pemasangan AKDR waktu haid dan saat senggama.
b. Penanggulangan :
1. Konseling : jelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh kontraksi yang
berlebihan dari rahim dan bersifat sementara dan mudah diatasi.
2. Tindakan Medis :
a. Inspeculo : apakah ada cairan keputihan yang berbau, erosi
pada portio.
b. Pemeriksaan dalam : apakah terdapat tanda-tanda radang di
rahim. Bila terdapat tanda-tanda radang, AKDR harus segera
dilepas. Apabila benang AKDR terlalu panjang dipotong. Nyeri
dapat pula disebabkan oleh ekspulsinya AKDR.
c. Pemberian obat analgesic
5. Infeksi
a. Gejala / Keluhan
Adanya rasa nyeri didaerah perut bagian bawah. Bila disertai demam,
keputihan berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu bersenggama/
periksa dalam.
b. Penanggulangan :
1. Rujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
2. Bila tidak dapat diatasi AKDR dilepas dang anti dengan cara
kontrasepsi lain.
6. Translokasi
 Translokasi adalah pindahnya AKDR dari tempat seharusnya. Hal ini
dapat disertai gejala maupun tidak. Dapat disertai perdarahan maupun
tidak, sehingga gejala dan keluhannya bermacam-macam. Dalam
pemeriksaan dalam, benang AKDR tidak teraba dan pada pemeriksaan
Sonde, AKDR tidak terasa / tersentuh, untuk mengetahui lebih jelas
posisi IUD dilakukan rontgen atau USG.
 Penanggulangan :
1. Konseling : menjelaskan kepada akseptor bahwa hal tersebut
mungkin saja terjadi. Penyebabnya dapat karena kelainan rahim,
kesalahan teknis dalam pemasangannya.
2. Rujuk ke RS untuk pemeriksan lebih lanjut dan pengangkatan IUD.
BAB IV

PEMBAHASAN

I. Subjektif
Teori : Secara teori data subjektif pada ibu klien meliputi identitas pasien (
ibu dan suami ), alasan datang, keluhan utama, data keluarga,
riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, riwayat kesehatan (
sekarang, dahulu dan keluarga ), riwayat perkawinan, riwayat kb,
pada pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Praktek : Dalam praktek di lapangan telah dilakukan pengumpulan data
subyektif pada Ny. B umur 37 tahun secara keseluruhan telah
dilakukan tindakan
Pembahasan : tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

II. Objektif
Teori : secara teori data objektif yang dikaji pada ibu hamil meliputi
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

Praktek : pada prakteknya dilakukan pengumpulan data objektif pada Ny. S


Umur 37 Tahun P2a0 Akseptor Baru Kb Akdr

Pembahasan : tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

III. Analisa
Teori : secara teori data subjektif dan objektif dikaji secara lengkap karena
untuk menegakkan diagnose pada ibu hamil

Praktek :pada praktek telah dilakukan pengumpulan data subjektif dan objektif
secara lengkap sehingga ditegakkan diagnose kebidanan Ny. S Umur
37 Tahun P2a0 Akseptor Baru Kb Akdr

Pembahasan : tidak ada kesenjangan antara teori dan prakrik


IV. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disesuaikan dengan teori. Adapun asuhan yang telah dilaksanakan
yaitu :
1. Memberitahukan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi
baik dan dapat memperoleh pelayanan KB AKDK
2. Memberikan informed consent
3. Memberikan pendidikan kesehatan KB AKDK
4. Melakukan tindakan pemasangan KB AKDK

Adapun hasil yang diperoleh setelah pemberian asuhan kebidanan, yaitu :

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan


2. Ibu dan keluarga menyetujui informed consent
3. Ibu paham dengan penjelasan yang diberikan
4. Telah dilakukan pemasangan KB AKDK
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. S Umur 37 Tahun P2a0
Akseptor Baru Kb Akdr dengan menerapkan manajemen kebidanan tujuh langkah
varney dapat diambil kesimpulan :
1. Pengkajian data didapatkan bahwa Ny. S Umur 37 Tahun P2a0 Akseptor Baru Kb
Akdr
2. Intrepetasi data didapatkan diagnose kebidanan pada Ny. S Umur 37 Tahun P2a0
Akseptor Baru Kb Akdr. Masalah yang timbul tidak ada
3. Diagnose potensial yang ditetapkan tidak ada
4. Perencanaan tidakan telah sesuai dengan teori yaitu Memberitahukan hasil
pemeriksaan,Melakukan informed consent,Memberikan pendkes KB AKDK,
Melakukan tindakan pemasangan KB AKDK
5. Pelaksanaan dapat dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun
karena adanya dukungan keluarga
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan masukan berupa :
1. Masyarakat
Diharapkan agar lebih banyak mencari informasi dan pro aktif terhadap
pelaksanaan kb berencana
2. Tenaga kesehatan
Diharapkan agar memberi penyuluhan dan meningkatkan kualitas pelayanan
supaya terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Bari, Abdul. 2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2,Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Ida, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Kb, Edisi 2, Jakarta : Buku
Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai