Anda di halaman 1dari 28

UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

I. KOMPETENSI UMUM

Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian nilai MIC

dan pengujian koefisien fenol pada suatu densifektan.

II. KOMPETENSI KHUSUS

Untuk menentukan nilai MIC dan membandingkan daya kerja

dengan fenol 5 % berdasarkan koefisien fenol.

III. PRINSIP

Untuk menentukan nilai Minimal Inhibitory Concentration

(MIC) dan koefisien fenol dari sampel desinfektan yaitu Super pell

dengan menggunakan bakteri uji Basillus subtilis.

IV. LANDASAN TEORI

Dalam kehidupan sehari – hari penilaian sesuatu sidinfektan

sering dinyatakan sebagai “kuat”, “lemah”, atau “sedang”. Penilaian ini

sering didasarkan atas pengertian yang berbeda di antara para

pemakai, ada yang menilai suatu disinfektan kuat karena baunya, ada

pula yang mendasarkan karena rasa nyeri bila diletakkan di atas luka,

atau kerjanya korosif an sebaginya. Jarang sekali orang awam

menghubungkannya dengan sifat mikrobisida atau toksisitas bagi

manusia dan hewan. Sebenarnya nilai sesuatu zat yang digunakan

sebagai disinfektan tergantung pada sejumlah faktor yang boleh

dkatakantidak ada satupun disinfektan dapat memenuhi seluruhnya

(Irianto, 2006).

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang

dapat menyebabkan infeksi. Meskipun dengan melakukan disinfeksi

dapat mencapai keadaan steril, namun tidak seharusya terkandung

arti sterilisasi. Disinfeksi biasa dilaksanakan dengan menggunakan

zat–zat kimia seperti fenol, formadehilda, klor, iodium, atau subiinat.

Pada susu, disinfeksi bukan dimaksudkan untuk mematikan sel-

selvegetatif yang lebih sensitif tetapi bukan sppora – sporanya yang

tahan panas (Irianto, 2006).

Kefektifan suatu desinfektan yang dapat larut dalam air dan terdiri

dari turunan (golongan) senyawaan fenol dapat diuji dengan

penentuan koefisien fenol. Pengujian ini tidak dilakukan berdasarkakn

pembandingan dengan fenol murni dalam keadaan yang sama

(Irianto, 2006).

Desinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme

yang bersifat patogen yang bersifat patogen yang sering digunakan

adalah dengan cara kimia atau fisik, cara ini ditujukan untuk

pemakaian pada benda mati. Semua disinfekstansia efektif terhadap

sel vegetatif, tetapi tidak selalu efektif terhadap sporanya (Djide,

2008).

Desinfeksi merupakan proses yang mematikan semua

mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Desinfeksi

mempunyai daya kerja terhadap bentuk vegetatif dari mikroorganisme,

tetapi belum tentu mematikan sporanya (Hastowo, 1992).

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

Disinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh

mikroba pathogen pada benda-benda, misalnya pada lantai, runagan,

meja operasi, dan sebagainya. Tindakannya disebut desinfeksi

(Hasdianah).

Koefisen fenol dihitung sebagai rasio pengenceran tertinggi dari

disinfektan (X) yang diuji, yang tidak mematikan organisme uji dalam

waktu 5 menit (dalam medium pembiakan ada pertumbuhan), tetapi

mematikan organismeuji dalam waktu 10 menit (tidak ada

pertumbuhan dalam medium pembiakan terhadap pengenceran fenol

dalam keadaan fenol dalam keadaan dan waktu yang sama (Irianto,

2006).

Perhitungan koefisien fenol dilakukan sebagai berikut (Radji,

2011):

𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖


𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖
𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Penjelasan hasil uji koefisien fenol adalah sebagai berikut (Radji,

2011) :

 Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan faktor 20

menghasilkan angka yanglebih kecil dari angka pengenceran yang

tertera pada etiket, pengenceran disinfektan tidak memenuhi

syarat.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

 Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan faktor 20

menghasilkan angka yang sesuai dengan angka pengenceran

yang tertera pada etiket, pengenceran disinfektan tersebut

memenuhi syarat.

 Jika koefisien fenol yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, sampel

yang diuji bukan termasuk disinfektan.

Keefektian mematikan mikroorganisme dari suatu disinfektan

dapat ditentukan dengan penyampuran biakan mikroorganisme

apasaja yang harus dimusnahkan, kemudian menentukan waktu yang

diperlukan oleh disinfektan untuk mematikan organisme tersebut. Hal

ini dapat dilakukan dalam keadaan yang telah dibakukan secara teliti,

yaitu dengan medium pembiakan yang susunannya sudah ditetapkan,

suhu dan jumlah bakteri yang suah diketahui dengan resistensi yang

konstan, sehingga diperoleh hasil yang tepat dan dapat diulang

kembali (reproducible) (Irianto, 2006).

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

V. METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

autoklaf, botol pengencer, incubator, lampu spiritus, ose bulat,

rak tabung, spoit 1 ml, spoit 5 ml, dan tabung reaksi.

2. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

aquadest steril, biakan Bacillus subtilis, fenol 5%, kapas

medium nutrien broth, sampel Vixal®

B. Cara Kerja

1. Penyiapan Medium NB (Nutrien Broth)

Ditimbang bahan-bahan kemudian dimasukkan semua

bahan kedalam erlenmeyer lalu dilarutkan dalam air suling

hingga 500 ml. Ditutup medium tersebut dengan kapas dan

disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit,

kemudian disimpan dilemari pendingin.

2. Pembuatan fenol 5%

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunkan. Ditimbang

fenol sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu

ukur 100 ml. Dicukupkan bolumenya sampai 100 ml dengan

aquadest.

3. Pengenceran Vixal®

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

Disiapkan alat dan bahan. Dibuat pengenceran Vixal® dalam

tabung reaksi dengan perbandingan 1:20, 1:40, 1:60, 1:80,

1:160, 1:320, 1:590, 1:1280 dan 1:14, 1:20, 1:26, 1:32, 1:38.

4. Pembuatan larutan baku fenol

Disiapkan alat dan bahan. Dibuat pengenceran baku fenol

dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1:80, 1:90, 1:100.

5. UJI MIC (Minimal Inhibitory Concentration)

Disediakan 7 buah tabung steril, dan diisi 9,5 ml medium NB

steril kedalam tabung pertama dan 5 ml ke dalam tabung

lainnya. Ditambahkan ke dalam tabung pertama sampel

disinfektan akan diuji. Diambil dengan pipet steril 5 ml dari

tabung pertama dan dimasukkan ke dalam tabung kedua,

dicampurkan sampai homogen. Diperoleh pengenceran

pertama yakni 1:20. Kemudian diambil lagi 5 ml dari tabung

kedua ini dan dimasukkan ke dalam tabung ketiga dan

seterusnya sampai ada tabung ke sepuluh, setelah

dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan dibuang.

Dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung 1 ose suspensi biakan

bakteri. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 37 oC dan

diamati pertumbuhan bakteri setelah 1 x 24 jam.

6. Uji Fenol

a. Disinfektan Vixal®

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Disiapkan 5 tabung reaksi yang berisi pengenceran sampel

1:16, 1:20, 1:26, 1:32, 1:38 (deret 1), dan 15 tabung yang

berisi 15 ml medium Nutrien Broth (NB) yang dibagi menjadi

3 seri (deret II, deret III, deret IV) masing-masing 5 tabung.

Ke dalam tabung ke-1 dari deret 1 dimasukkan suspensi

biakan bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30

detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret 1 dimasukkan

suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30

detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4 dari

deret 1, kemudian diistirahatkan selama 3 menit dan

dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air es. Ke dalam

tabung ke-1 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari

tabung ke-1 deret 1, kemudian didiamkan selama 30 detik.

Ke dalam tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose

larutan dari tabung ke-2 deret 1, kemudian didiamkan

selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-

3, ke-4, dan ke-5 dari deret II, kemudian diistirahatkan

selama 3 menit. Ke dalam tabung ke-1 deret III, dimasukkan

1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan

selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret III,

dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I,

kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

dilakukan pada tabung ke-3, ke-4 dan ke-5 dari deret III,

kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Ke dalam tabung

ke-2 dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-

2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang

sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret

IV, kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Semua tabung

dari deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam

inkubator pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Diamati

perubahan yang terjadi berupa kekeruhan medium.

b. Larutan baku fenol

Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Disiapkan 3

tabung reaksi yang berisi pengenceran sampel 1:80, 1:90,

dan 1:100 (deret 1), dan 9 tabung yang beirisi 5 ml medium

Nutrien Broth (NB) yang dibagi menjadi 3 deret(deret II, III,

dan IV) masing-masing 3 tabung. Ke dalam tabung ke-1 dari

deret I dimasukkan suspensi baktrei sebanyak 1 ose

kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari

deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose

kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari

deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose ml

kemudian diistirahatkan 4 menit dan dimasukkan ke dalam

wadah berisi air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II,

dimasukan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret

II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret I,

kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3

dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-3

deret I, kemudian diistirahatkan 4 menit. Ke dalam tabung

ke-1 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-

1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam

tabung ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan

tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.

Ke dalam tabung ke-3 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari

larutan tabung ke-3 deret, kemudian diistirahatkan 4 menit.

Ke dalam tabung ke-1 dari deret IV, dimasukkan 1 ose

larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan

selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret IV,

dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I,

kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3

dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-3

deret I, kemudian diistirahatkan 4 menit. Semua tabung dari

deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam inkubator

pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

VI. HASIL

a. Gambar

1. Uji MIC

Hasil Uji MIC

2. Uji desinfektan

Hasil Uji desinfektan 1:14


pada menit ke 5,10, dan 15.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

Hasil Uji desinfektan


Hasil Uji desinfektan
1:20 pada menit ke
1:26 pada menit ke
5,10, dan 15.
5,10, dan 15.

Hasil Uji desinfektan Hasil Uji desinfektan


1:32 pada menit ke 1:38 pada menit ke
5,10, dan 15. 5,10, dan 15.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

3. Uji fenol

Hasil Uji fenol 1:80


pada menit ke 5,10,
dan 15.

Hasil Uji fenol 1:90


pada menit ke 5,10,
dan 15.

Hasil Uji fenol 1:100


pada menit ke 5,10,
dan 15.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

a. Data Pengamatan

1. Data Pengamatan UJI MIC (Minimal Inhibotory Concentration)

No Pengenceran Pengamatan Keterangan

1 1 : 20 - Jernih

2 1 : 40 + Keruh

3 1 : 80 + Keruh

4 1 : 160 + Keruh

5 1 : 320 + Keruh

6 1 : 590 + Keruh

7 1 : 1280 + Keruh

Keterangan:

(-) = Jika tidak ada pertumbuhan

(+) = Jika ada pertumbuhan

2. Data Pengamatan Koefisien fenol

a. Sampel Uji Vixal®

Hasil Pengamatan

Pengenceran Waktu Kontak


NO
tabung 5’ 10’ 15’

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 : 14 + + - + + - - + - + - +

2 1 : 20 + + + + + + - + - + + -

3 1 : 26 + + + + + - + + - + + +

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

4 1 : 32 + + - + - + - + - + + +

5 1 : 38 + - + + - + + + - + + +

Keterangan:

(-) = Jika tidak ada pertumbuhan

(+) = Jika ada pertumbuhan

b. Larutan baku fenol

Hasil Pengamatan
Pengenceran
No Waktu Paruh
tabung
5’ 10’ 15’

1 1 : 80 + - -

2 1 : 90 + + -

3 1 : 100 + - -

Keterangan : (-) = Jika tidak ada pertumbuhan

(+) = Jika ada pertumbuhan

VII. PEMBAHASAN

Disinfektansia adalah bahan atau zat yang akan digunakan

untuk menghilangkan atau menghancurkan bakteri, baik bakteri

patogen atau nonpatogen, terutama bakteri yang membahayakan

(Patogen). Istilah ini pada umumnya digunakan dalam proses

membebaskan benda-benda mati atau infeksi, dan aman untuk

dipakai dalam bidang industri ataui pada rumah sakit atau industri

makanan/minuman dan industri farmasi lainnya.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu desinfektan adalah :

1. Waktu dan lamanya kontak dengan mikroba

2. Suhu desinfektan

3. Konsentrasi desinfektan

4. Jumlah dan tipe dari mikroorganisme

5. Keadaan bahan yang didesinfektan

Pada percobaan ini dilakukan uji MIC, untuk mengetahui nilai

konsentrasi terkecil dari suatu disinfektansia atau antiseptika yang

masih dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Untuk uji MIC digunakan medium Nutrient Broth (NB). Medium

ini digunakan untuk membiakkan bakteri karena terdiri dari ekstrak

beef yang berfungsi sebagai sumber energi dan karbon untuk

pertumbuhan bakteri, pepton sebagai sumber utama senyawa organik

nitrogen, vitamin dan karbohidrat, dan aquadest sebagai pelarut untuk

menghomogenkan medium dan sumber O2.

Pertama-tama disediakan 10 tabung steril, dan diisi medium NB

9,5 mL ke dalam tabung pertama dan 5 mL pada tabung yang lainnya,

kemudian diberi label dari tabung pertama sampai kesepuluh.

Kemudian diambil smpel Vixal sebanyak 0,5 mL kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama, dihomogenkan

(pengenceran 1 : 20). Dari pengenceran 1 : 20, diambil 5 ml dengan

menggunakan spoit yang telah disterilkan terlebih dahulu dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua lalu dihomogenkan

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

(pengenceran 1 : 40). Dilakukan pengerjaan yang sama untuk

pengenceran 1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1 : 640, 1 : 1280, Selanjutnya

dimasukan 0,2 ml suspense biakan bakteri Basillus subtilis ke dalam

masing-masing tabung reaksi. kemudian dihomogenkan.

Diinkubasikan di inkubator pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam. Lalu

diamati kekeruhan yang terjadi.

Dari hasil percobaan ini diperoleh hasil bahwa pada

pengenceran 1 : 20 tidak terjadi kekeruhan. Kekeruhan terjadi pada

pengenceran 1 : 40 sampai pengenceran terakhir, yaitu 1 : 1280. Hal

ini menunjukkan bahwa pada pengenceran tersebut sampel Vixal

masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Basillus subtilis.

Berarti nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) untuk sampel

Vixal adalah 1 : 20.

Nilai koefisien fenol adalah perbandingan pengenceran tertinggi

desinfektansia dengan pengenceran tertinggi baku fenol 5%, dimana

pengenceran tersebut dapat mematikan bakteri uji dalam kontak

waktu 10 menit, tetapi tidak mematikan bakteri uji dalam waktu kontak

5 menit.

Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien fenol

dimana pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan daya

mematikan dari suatu antiseptik yaitu apakah memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan sebagai antiseptik yang baik atau tidak. Dalam

penentuan nilai koefisien fenol ini yang digunakan sebagai sampel

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

adalah desinfektan Vixal yang telah ditentukan nilai Minimum

Inhibitory Concentration (MIC) nya yaitu konsentrasi terendah

antiseptik yang masih mampu menghambat pertumbuhan mikroba.

Penentuan nilai koefisien fenol ini dilakukan dengan membandingkan

daya mematikan antiseptik Vixal dengan daya mematikan terhadap

larutan baku fenol 5 % dengan menggunakan mikroba uji Bacillus

subtilis.

Adapun persyaratan hasil dari uji koefisien fenol adalah :

a. Jika diperoleh koefisien fenol lebih kecil dari 0,005 maka contoh

yang diperiksa bukan termasuk antiseptik atau desinfektansia.

b. Jika diperoleh koefisien fenol kurang dari 1 berarti bahan tersebut

adalah sama atau kurang efektif daripada fenol. Dan jika diperoleh

koefisien fenol lebih besar dari 1 berarti bahwa bahan kimia

tersebut lebih efektif dari fenol di bawah kondisi test yang sama.

c. Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan faktor 20

menghasilkan angka yang lebih kecil dari angka pengenceran

yang tertera pada etiket, maka pengenceran antiseptik atau

deinfektan tidak memenuhi syarat.

d. Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan factor 20

menghasilkan angka sesuai dengan angka pengenceran yang

tertera pada etiket, maka pengenceran antiseptik atau

desinfektansia tersebut memenuhi syarat.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

Pada percobaan koefisien fenol dilakukan untuk mengetahui pada

konsentrasi rendah sebuah desinfektan bisa membunuh

mikroorganisme.sampel yang digunakan tersebut ternyata merupakan

sampel yang efektif untuk membunuh mikroorganisme ini bisa di lihat dari

koefisien fenol yang di dapatkan yaitu 0,26.

VIII. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan diperoleh hasil bahwa produk desinfektan

vixal merupakan desinfektan yng efektif, dimana dapat diligat dari

koefisien fenol dibawah dari 1 yaitu 0,26 sehingga memenuhi syrat

sebagai desinfektan yang efektif.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014.”Analisi Mikrobiologi Farmasi”UMI:Makassar.

Djide, Natsir. 1979.Mikrobiologi farmasi dasar.Unhas : Makassar

Hasdianah. 2001. Mikrobiologi. Mahasiswa Kebidanan,


Keperawatan, Dan Kesehatan Masyarakat : Numed

Koes, irianto. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme.


Yrama Widya; Bandung.

Maksum, Radji 2011. Buku Ajar Mikrobiolog kedokterani. EGC;


Jakarta.

Waluyo, Lud. 2003. “Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi” .


Umm.Press.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

X. LAMPIRAN

A. Skema Kerja

a. UJI MIC (Minimal Inhibitory Concentration)

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

b. Pengujian koefisien fenol sampel vixal

Vixal Suspensi biakan 0,02 ml

direndam dalam
air es
1:16 1:20 1:26 1:32 1:38

5 ml NB 5 menit

5 ml NB 10 menit

5 ml NB
15 menit

INKUBASI 1 X 24 JAM

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

c. Pengujian koefisien fenol bahan baku fenol

Suspensi biakan 0,02


ml

Fenol 5%
Direndam dalam air es

4 menit

1:80 1:90 1:100

5 ml NB 4 menit

5 ml NB
4 menit

5 ml NB

4 menit

INKUBASI 1 X 24 JAM

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

B. Uraian Bakteri

Bacilus subtilis (Buchanan, 1974):

Kingdom : Prokariotik

Divisi : Protophyta

Class : Schmycomycetes

Ordo : Eubacteriales

Family : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Species : Bacillus subtilis

Morfologi (Pelczar, 1986):

Kuman ini berbentukbatang lurus, tidak bercabang dan

menghasilkan endospora, Gram (+) berukuran 1,5 x 4,5, sendiri-

sendiri atau tersusun dalam bentuk rantai bergerak dan bulu

bersimpai. Tumbuh pada agar darah membentuk zona hemofilia

yang lebih lebar. Dapat juga tumbuh pada kaldu agar gizi dan lain-

lain. Koloni pada nutrien agar, bundar atau tidak beraturan,

permukaan suram, menjadi tebal, dan tidak tembus pandang.

Beberapa jenis membuat hemosili yang dapat larut. Kuman ini

bersifat patogen oportunis menyebabkan infeksi pada telur dan

septicemia. Dapat mencemari botol transfusi darah sehingga

melisiskan sel darah.

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

C. Uraian Bahan

1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol

RM/BM : C2H5OH/46,07

Pemerian :Cairan tidak berwarna, jernih mudah

menguap, bau khas, rasa panas, mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap.

Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter P

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai disinfektan

2. Aquadest (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau

tidak berasa

Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba dan pelarut

medium

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

3. Extract beef (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : BEEF EXTRAK

Nama lain : Kaldu nabati dan kaldu hewani

Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah

Kelarutan : Larut dalam air dingin

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba

4. Pepton (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi :PEPTON

Nama lain : Pepton kering

Pemerian : Serbuk kuning kemerahan sampai coklat, bau

khas, tidak busuk

Kelarutan :Larut dalam air, memberikan larutan berwarna

coklat kekuningan yang bereaksi agak asam,

tidak larut dalam etanol (95%) P dan dalam

eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

D. Uraian Sampel

Vixal®

Nama Produk : VIXAL

Bahan aktif : HCl 17%

Netto : 500 ml

Kegunaan : Pembersih lantai

Perhatian : Hati-hati dalam penggunaan; Iritasi pada mata

dan kulit; Hindari kontak dengan mata

Produksi :PT Budi Nusa Tataprima Lebah Abang, Bekasi

untuk PT Unilever Indonesia Tbk.

Depkes RI PKD 20304400379

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

E. Perhitungan

1. Perhitungan Baku Fenol 5%

a. 1:80
1 𝑥 1
x 5 = 80
80

𝑥 1
= 80
100

x = 1,25 ml

b. 1:90
1 𝑥 1
x 5 = 90
90

𝑥 1
= 90
100

x = 1,1 ml

c. 1:100
1 𝑥 1
x 5 = 100
100

𝑥 1
= 100
100

x = 1 ml

2. Perhitungan desinfektan

a. 1:16

1
𝑥 5 = 0,35
16

b. 1:20

1
𝑥 5 = 0,25
20

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

c. 1:26

1
𝑥 5 = 0,19
26

d. 1:32

1
𝑥 5 = 0,15
32

e. 1:38

1
𝑥 5 = 0,13
38

3. Perhitungan nilai Kf

Nilai Kf = FP(+)10’(-)5 disenfektan


FP(+)10’(-)5 baku fenol

Kf =

Kf
Nilai koefisien fenol listerin
Nilai Kf =

NURMIATI RAMLI ST. MARYAM


150 2012 0011

Anda mungkin juga menyukai