KIMIA KLINIK
(CARDIAC MARKER)
OLEH
NUNUNG AGUSTINA
P27834118098
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada memerlukan diagnosis yang cepat
dan akurat. Konfirmasi dan identifikasi adanya infark miokard akut (IMA) adalah hal yang
mendasar, karena berkaitan dengan penempatan dan perawatan pasien secara tepat. Tujuan
diagnosis yang cepat dan akurat adalah untuk segera memberikan terapi semua pasien IMA
dengan intervensi yang tepat. Terapi trombolisis dan atau angioplasti koroner segera pada
pasien IMA terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas. Terapi trombolisis dalam satu jam
pertama setelah onset nyeri menurunkan mortalitas sampai 90%, sedangkan pada 10 hingga
Diagnosis IMA didasarkan atas didapatkannya dua atau lebih dari 3 kriteria yaitu: adanya
nyeri dada, perubahan elektrokardiografi (EKG) dan peningkatan petanda biokimia. Tetapi
kriteria diagnostik ini mempunyai keterbatasan. Banyak pasien salah didiagnosis sebagai IMA
atau sebaliknya, didiagnosis bukan IMA. Didapatkan kira-kira 5% pasien dengan IMA
secara tidak disengaja dipulangkan atau dikeluarkan dari perawatan intensif. Kondisi ini
disebabkan hanya sekitar 22% pasien IMA yang mempunyai tanda dan gejala yang tipikal.
Dalam suatu penelitian didapatkan, sekitar 70% sampai 80% pasien yang didiagnosis IMA
mengeluh nyeri dada iskemik pada saat datang. Ternyata hanya 25% pasien mengalami infark,
30% dengan angina tidak stabil (ATS) dan sisanya adalah pasien yang mungkin tidak perlu
rawat inap.
Diagnosis IMA pada pasien tua biasanya sulit karena seringkali dengan gejala yang
minimal dan tidak khas. EKG kurang sensitif terhadap IMA, karena sebagian besar pasien
menderita IMA tanpa elevasi segmen ST. Laporan tentang akurasi EKG pada diagnosis IMA
berkisar antara 18-93% tergantung pada apakah pemeriksaan tunggal atau serial dan apakah
Selama lebih dari 20 tahun, standard emas untuk mendeteksi IMA adalah pengukuran
creatine kinase isoen- zyme MB (CK-MB) dalam serum. Peningkatan maupun penurunan CK-
MB serial sangat berkaitan dengan IMA. Tetapi petanda enzim ini tidak kardiospesifik, dapat
meningkat pada trauma otot, tidak cukup sensitif untuk memprediksi IMA pada 0-4 jam
setelah nyeri dada dan tidak mendeteksi jejas pada pasien dengan onset IMA yang lama. Di
samping itu CK-MB juga tidak bisa mendeteksi adanya jejas miokard yang kecil, yang berisiko
Keterbatasan CK-MB membuat petanda biokimia yang banyak diteliti dan lebih disukai
untuk mendeteksi adanya kerusakan otot jantung adalah troponin jantung (T atau I). Troponin
jantung hampir spesifik absolut terhadap jaringan miokard dan mempunyai sensitivitas yang
tinggi, bahkan dapat menunjukkan adanya nekrosis miokard yang kecil (mi- croscopic zone).
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien dengan IMA non-Q atau ATS, troponin serum
dapat digunakan untuk stratifikasi risiko mortalitas dan kejadian kardiak jangka pendek dan
jangka lama. Penggunaan TnI/ TnT belum dipakai secara rutin di rumah sakit di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Creatin Kinase
CK-MB menjadi suatu alat yang penting dalam mengevaluasi suatu Infrack Miokardial
dan sindroma koroner akut. CK-MB adalah 1 dari 3 isoenzim dimerik yang terdiri dari
aktivitas total CK. Seluruh sitoplasmik CK disusun oleh sub unit M dan/atau B yang saling
berhubungan membentuk isoenzim CK-MM, CK-MB, dan CK-BB. CK-MM sebagian besar
berada di otot lurik, keduanya yaitu pada otot skelet dan miokard.
CK-MB adalah bentuk jaringan dan awalnya dilepaskan oleh miokardium setelah MI.
Kemudian berubah di serum menjadi isoform CK-MB1. Hal ini terjadi segera setelah gejala
terjadi. Pada pasien yang memiiiki penyakit jantung, sebagai contoh: jantung koroner, infark
miokard, sterosis aorta, penyakit pembuluh darah koroner (CAD), atau keduanya, isoenzim
CK-MB sekitar 20% lebih dari total CK di dalam jaringan, dimana kandungan CK-MB hanya
0-3% dari total CK di otot skeletal. Hal ini patut diperhatikan bahwa pada individu normal
memiliki presentase CK-MB yang lebih rendah sekitar 1,1 %. "Total CK" mengenai aktivitas
Saat ini, CK-MB telah dianggap penanda biokimia yang unggul pada trauma miokard,
sebagai contoh telah menjadi dasar perbandingan penanda lainnya. Meskipun CK-MB
memiliki nilai diagnostik yang spesifik untuk trauma miokard, otot skeletal memiliki
keduanya yaitu aktivitas total CK yang tinggi per gramnya dan mungkin memiliki lebih dari
3 % CK-MB. Potensial yang non spesifik ini, terjadi pada sebagian pasien dengan trauma otot
dengan nilai terendahnya 2% dan tingginya 5% bergantung pada variabilitas keduanya, dalam
peningkatan dan penurunan CK-MB pada pengukuran secara serial merupakan patognomonis
membutuhkan 3-4 jam setelah onset gejala dan tetap meningkat kira-kira 65 jam pasca infark.
CKMB mass dilaporkan pada 50% diagnosis IM setelah 3 jam pasca onset dan lebih dari 90%
setelah 6 jam. Untuk diagnosis dengan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, sampel serial
Sensitivitas CK-MB sangat baik (hampir 100%) dengan spesifisitas agak rendah.
CKMB, isoensim dari CPK, memiliki tingkat spesifisitas yang lebih tinggi dari CPK.
Peningkatan CK-MB isoenzim dapat menandakan terjadinya kerusakan otot jantung. CK-
MB juga dapat meninggi pada kasus-kasus bukan MCI atau non-coronary obstructive
CKMB sebagai standard emas diagnosis IMA mempunyai keterbatasan, yaitu tidak
kardiospesifik, dapat meningkat pada trauma otot, tidak cukup sensitif untuk
memprediksi IMA pada 0-4 jam setelah nyeri dada dan tidak mendeteksi jejas pada pasien
dengan onset infark yang lama. Adanya nekrosis miokard yang kecil tidak terdeteksi pada
EKG maupun oleh CK-MB dan menunjukkan risiko tinggi IMA dan kematian mendadak
Yang terpenting adalah mengetahui kapan kedua ensim ini akan meningkat, kapan
puncaknya, dan kapan akan kembali normal, sehingga pemeriksaan yang dilakukan
memiliki nilai diagnostik dan tidak sia-sia dilakukan. Contohnya, akan percuma jika
2. Tes CK-MB
kerusakan otot serius dan / atau untuk mendiagnosa rhabdomyolysis jika seseorang
memiliki tanda-tanda dan gejala, seperti kelemahan otot, nyeri otot, dan urin gelap. Urine
mungkin gelap karena adanya mioglobin, zat lain yang dirilis oleh otot-otot yang rusak
yang dapat merusak ginjal. CK dapat diatur dengan sendirinya atau bersama dengan tes
kimia darah lainnya seperti elektrolit, BUN atau kreatinin (untuk mengevaluasi fungsi
ginjal). Jika kadar CK tinggi dan lokasi kerusakan otot tidak jelas, maka seorang praktisi
kesehatan dapat menggunakan isoenzim CK atau CK-MB sebagai tes tindak lanjut, untuk
membedakan antara tiga jenis (isoenzim) CK: CK-MB (ditemukan terutama di otot
jantung), CK-MM (ditemukan terutama di otot rangka), dan CK-BB (ditemukan terutama
di otak, dalam darah, terutama dari otot-otot halus, termasuk di usus, rahim atau plasenta).
Tes CKPM dapat dilakukan dengan metode Kimia Klinik. Prinsip dari tes CKMB
ini merupakan penggunaan reagen kimia untuk penentuan kuantitatif isoenzim creatine
kinase-MB dalam serum dan plasma manusia dengan Beckman Coulter AU analisis.
Daftar lengkap parameter uji dan prosedur operasional dapat ditemukan di Panduan
Sub unit CK–MM dihambat oleh antibodi spesifik dan hanya aktivitas sub unit CK-
MB yang setara dengan setengah aktivitas iso enzim MB yang diperiksa dengan
cara kinetik enzimatik. Creatin phosphat dan ADP dengan adanaya enzim creatin kinase
akan berubah menjadi creatin dan ATP, dimana ATP ini bersama glukosa oleh enzim
atas linearitas harus diencerkan dan diulang. Sampel dapat diencerkan, diulang dan
REPEAT.
Kapasitas penghambatan antibodi anti-CK-M adalah > 99% pada tingkat CK-
c. Persiapan Reagen
R1: Pastikan Transfer lengkap R1-2 ke R1-1 dengan menuangkan suatu aliquot
dari buffer R1-1 ke R1-2, dicampur perlahan, kemudian ditransfer seluruh isi kembali
R2: Reagen siap digunakan dan dapat ditempatkan secara langsung di papan
1) Reagen yang belum dibuka stabil sampai tanggal kedaluwarsa yang tercetak
2) Reagen yang telah dibuka stabil selama 30 hari bila disimpan dalam
Kadar CK yang tinggi, atau yang meningkat dari sampel pertama ke kedua,
secara umum menunjukkan bahwa telah ada beberapa kerusakan otot baru-baru ini
Tingkat CK yang normal dapat menunjukkan bahwa belum ada kerusakan otot
atau yang terjadi beberapa hari sebelum pengujian. peningkatan kadar CK secara
normal dapat dilihat setelah latihan berat seperti di angkat berat, olahraga kontak,
antara CK-MB dengan CK total. Apabila kadar CK-MB dalam serum melebihi 6 –
10 % dari CK total, dan tes-tes tersebut diperiksa selama 36 jam pertama setelah
3. Spesimen
Spesimen yang digunakan untuk uji CK dan CK-MB adalah serum atau plasma
heparin dari darah vena. Pengambilan darah untuk uji CK dan CK-MB sebaiknya
dilakukan sebelum dilakukan injeksi intra muscular (IM). Sampel serum atau plasma
harus bebas dari hemolisis (untuk mencegah pencemaran oleh adenilat kinase) dan
disimpan dalam keadaan beku apabila tidak langsung diperiksa. Serum atau plasma dapat
digunakan untuk imunoassay CK-MB; antigen stabil pada suhu kamar selama beberap
jam sampai beberapa hari, walaupun anlisis harus segera dilakukan untuk menghasilkan
4. Nilai Rujukan
DEWASA
- Pria : 5 – 35 µg/ml, 30 – 180 IU/l, 55 – 170 U/l pada suhu 37°C (satuan SI)
- Wanita : 5 – 25 µg/ml, 25 – 150 IU/l, 30 – 135 U/l pada suhu 37°C (satuan SI)
ANAK
5. Masalah Klinis
(IMA)
Infark miokardium akut (IMA), cedera iskemik berat; olah raga berat, taruma, cedera
infark paru; edema paru (beberapa pasien); hipotiroidisme; psikosis agitatif akut.
dan pasca bedah, aktifitas berat, injeksi IM, hipokalemia, hemofilia, hipotiroidisme.
b. CK-MB : Infark miokardium akut, angina pektoris berat, bedah jantung, iskemia
c. CK-BB : CVA, perdarahan subaraknoid, kanker pada otak, cedera otak akut, sindrom
B. Troponin T
Troponin T merupakan protein jantung yang di ketahui sebagai tanda paling spesifik
dan sensitif pada saat ini. Troponin T dalam darah terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk
bebas dan bentuk terikat. Karena berada dalam dua bentuk ini maka gambaran kadar troponin
T setelah serangan IMA menjadi bifasik yaitu terdapat dua puncak pada grafik yang
yang bebas dalam sarkoplasma masuk dalam darah dan ketika fraksi bebas habis terjadi
penurunan Troponin T plasma secara cepat. Sementra itu Troponin T yang terikat pada
filamen aktin akan mengalami proses dissosiasi. Akibatnya terjadi pelepasan Troponin T dan
masuk ke dalam darah sekali lagi. Karena konsentrasi Troponin T yang terikat pada filmen
aktin jumlahnya jauh lebih besar dari Troponin T bebas maka penurunan kadar Troponin
plasma sangat lambat. Kenaikan konsentrasi yang begitu lama sangat bermanfaat untuk pasien
yang tidak periksa pada waktu permulaan Infark Miokard akut oleh karena pada waktu itu
kadar aktifitas enzim CK dan Enzim CKMB dalam plasma sudah menunjukan harga normal.
Pada orang sehat TnT tidak dapat di deteksi atau terdeteksi dalam kadar yang sangat
rendah dalam serum. Pada penelitian terhadap 112 orang sehat didapatkan 76% TnT serum
tidak terditeksi, 20% TnT lebih kurang 0,05% ng/ml dan 4% TnT serum antara 0,05 ng/ml–
0,1ng/ml. Oleh karena itu troponin T dalam sirkulasi merupakan pertanda yang sangat sensitif
Pada IMA TnT dalam serum mulai meningkat dalam 1 minggu sampai 10 jam (median
4 jam) setelah serangan IMA dan pada beberapa penderita kenaikan kadar ini dapat
berlangsung lebih dari 3 minggu. Katus dkk, mendapat 5% dari penderita IMA menunjukan
kadar Tnt terjadi 3 jam setelah serangan IMA dan peningkatan kadar TnT ini bertahan sampai
lebih 130 jam. Murray pada penelitiannya mendapatkan bahwa TNT dapat di deteksi 3 – 4
jam setelah kerusakan miokard dan kadar TnT tetap meningkat dalam serum, 1 sampai 2
minggu. Karena peningkatan kadar IMA terjadi pada waktu yang cukup cepat dan peningkatan
ini berlangsung cukup lama maka pemeriksaan kadar TnT merupakan metode yang sensitif
dan spesifik untuk diagnosis dini IMA dan juga untuk diagnosis IMA pada penderita yang
1. Struktur Troponin T
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filamen tipis aparatus
kontraktil otot bergaris. Terdiri dari 3 subunit, yaitu troponin T (39 kDa), troponin I (26
kDa), dan troponin C (18 kDa). Tiap-tiap komponen troponin memainkan fungsi yang
dan troponin T mengatur ikatan troponin pada tropomiosin. Setiap subunit troponin
mempunyai berbagai isoform tergantung pada tipe otot dan dikode oleh sebuah gen yang
berbeda. Isoform yang spesifik kardiak dan otot bergaris diekspresikan pada otot jantung
dan otot bergaris pada dewasa. Struktur asam amino troponin T dan I yang ditemukan
pada otot jantung berbeda dengan struktur tropo- nin pada otot skeletal, sedangkan struktur
Subunit troponin T (TnT) dan troponin I (TnI) mem- punyai isoform jantung, slow
and fast twitch skeletal. Susunan asam amino subunit TnT isoform fast twitch pada otot
skeletal dan isoform jantung berbeda. Perbedaan isoform tersebut terletak pada residu asam
amino 6-11. Sedangkan isoform slow twitch skeletal TnT diduga identik dengan isoform
jantung, sehingga sering terjadi reaksi silang. TnI mempunyai 3 isoform yaitu 1 isoform
jantung dan 2 isoform otot skeletal (masing-masing 1 isoform slow-twitch dan fast twitch
otot skeletal). Ketiga bentuk isoform TnI tersebut dikode oleh 3 gen yang berbeda.
Isoform otot jantung TnI menunjukkan perbedaan 40% dengan isoform TnI otot skel- etal.
Manusia mempunyai 31 gugus asam amino yang membentuk TnI dengan gugus terminal
N-nya tidak ditemui pada isoform TnI otot skeletal. Perbedaan asam amino tersebut
dipakai sebagai dasar untuk pembuatan reagen yang spesifik untuk otot jantung.
Dalam makalah ini akan di utarakan prosedur pengukuran kadar troponin T saja, sebab
sudah lebih banyak di ketahui mengenai manfaat troponin T sebagai petanda infark
dalam penelitian.
Ada dua cara pengukuran kadar troponin T plasma yaitu secara Elisa (prinsip Biotin
Pemeriksaan kadar TnT Elisa dengan prinsip Sandwich menggunakan teknik biotin
penderita dan larutan inkubasi yang antara lain mengandung anti berlabel biotin dan anti
biotin TnT berlabel enzim. Biotin akan berikatan dengan streptavidin. Selanjutnya TnT
yang terdapat pada serum penderita akan berikatan dengan anti TnT berlabel dengan anti
TnT berlabel Biotin yang terikat streptavidin pada satu sel dan pada sisi lainnya berikatan
dengan anti TnT berlabel enzim. Setelah itu tabung di cuci dengan larutan pencuci dan
kemudian ditambahkan subtrat ABTS dan H2O2. bila dalam serum penderita terdapat TnT
yang dapat di baca dengan fotometer pada panjang gelombang 405 nm, pemeriksaan TnT
Setelah alat dinyalakan masukkan selang – selang yang tersedia kedalam tabung –
tabung yang berisi reagensi menurut urutan yang ditunjukan pada layar monitor. Pipet
masing – masing 200 uL 6 standar, 2 kontrol Tnt dan sampel yang akan di periksa masing
– masing ke dalam tabung streptavidin. Selanjutnya alat akan bekerja secara otomatis
sampai didapatkan hasil pada kertas printer berupa kadar TnT dalam satuan ng/mL.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan TnT secara Elisa ini minimal 2 jam.
prinsip sandwich dan hasil dinyatakan secara kualitatif. Pada Trop- T RA terdapat dua
monoclonal anti bodi spesifik yang berbeda label. Satu di antaranya berlabel emas dan
yang lainnya berlabel biotin. Bila terdapat TnT dalam plasma akan berkaitan dengan kedua
itu akan melalui zona deteksi di mana biotin pada kompleks sandwich berikatan dengan
sreptavidin yang terdapat pada garis signal dan tabel emas pada kompleks sandwich akan
membentuk garis yang berwarna merah. Antibody berlabel emas yang berlebih akan
berkaitan dengan TnT sintetik yang terdapat pada garis kontrol dan memberikan warna
letakan mendatar, lalu diteteskan darah Na2EDTA sebanyak 150 uL dengan pipet yang
telah disediakan pada kit. Kemudian di tutup dengan stiker yang telah tersedia pula.
Setelah 20 menit hasil pemeriksaan di baca. Adanya garis merah pada zona deteksi baik
jelas maupun samar dinyatakan positif. Keabsahan dari pemeriksaan di tandai dengan
adanya garis kontrol yang berwarna merah. Batas nilai ambang minimal untuk deteksi TnT
PENUTUP
A. Kesimpulan
CK-MB juga dapat meninggi pada kasus-kasus bukan MCI atau non-coronary obstructive
setelah IM membutuhkan 3-4 jam setelah onset gejala dan tetap meningkat kira-kira 65 jam
pasca infark. CKMB mass dilaporkan pada 50% diagnosis IM setelah 3 jam pasca onset dan
lebih dari 90% setelah 6 jam. Untuk diagnosis dengan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi,
Spesimen yang digunakan untuk uji CK dan CK-MB adalah serum atau plasma heparin
dari darah vena. Sampel serum atau plasma harus bebas dari hemolisis (untuk mencegah
pencemaran oleh adenilat kinase) dan disimpan dalam keadaan beku apabila tidak langsung
diperiksa.
Sub unit CK–MM dihambat oleh antibodi spesifik dan hanya aktivitas sub unit CK-MB
yang setara dengan setengah aktivitas iso enzim MB yang diperiksa dengan cara kinetik
enzimatik. Creatin phosphat dan ADP dengan adanaya enzim creatin kinase akan berubah
menjadi creatin dan ATP, dimana ATP ini bersama glukosa oleh enzim heksokinase diubah
menjadi glukosa-6-phosphat dan ADP. Glukosa-6-phosphat bersama NADP oleh enzim G-6-
P-DH akan diubah menjadi gluconat-6-phosphat dan NADPH. Aktivitas CK-B sebanding
dengan perubahan NADP. Hasil yang terukur kemudian dikonversikan dengan CKMB. Nilai
Troponin adalah protein pengatur yang ditemukan di otot rangka dan jantung. Tiga
subunit yang telah diidentifikasi termasuk troponin I (TnI), troponin T (TnT), dan troponin C
(TnC). Gen yang mengkode isoform TnC pada otot rangka dan jantung adalah identik. Karena
itulah tidak ada perbedaan struktural diantara keduanya. Walaupun demikian, subform TnI
dan TnT pada otot rangka dan otot jantung berbeda dengan jelas, dan immunoassay telah
didesain untuk membedakan keduanya. Hal ini menjelaskan kardiospesifitas yang unik
Troponin bukanlah marker awal untuk myocardial necrosis. Uji troponin menunjukkan
hasil positif pada 4-8 jam setelah gejala terjadi, mirip dengan waktu pengeluaran CK-MB.
Meski demikian, mereka tetap tinggi selama kurang lebih 7-10 hari pasca MI.
untuk pasien dengan ACS. Terdapat hubungan antara level TnI atau TnT dengan tingkat
mortalitas dan adverse cardiac event pada ACS. Mereka telah menjadi cardiac
http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=public&key=MTc4LTE
0\SensitivitasdanSpesifisitasTroponinTdanIpadaDiagnosisInfarkMiokardAkut_2.pdf