i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Sistem
Integumen Konsep Dasar Penyakit Dan Asuhan Keperawatan Luka Bakar tepat
waktu dan sesuai dengan harapan. Makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu berkat
kerjasama di kelompok penulis.
Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan
pemikiran ke dalam Makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan
guna penyempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat
menajadi pedoman dalam membuat asuhan keperawatan sehingga tercipta suatu
asuhan keperawatan yang holistic dan menjadikan pasien sebagai focus asuhan
keperawatan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
D. Metode Penulisan............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7
I. KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................................................7
A. Definisi............................................................................................................................7
B. Epidemologi Luka Bakar................................................................................................7
C. Etiologi Luka Bakar........................................................................................................9
D. Klasifikasi Luka Bakar....................................................................................................9
E. Patofisiologi Luka Bakar..............................................................................................14
F. Manifestasi Klinis Dari Luka Bakar.............................................................................19
G. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang Dari Luka Bakar..................................................19
H. Penatalaksanaan Dari Luka Bakar................................................................................21
I. Prognosis Luka Bakar...................................................................................................23
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................24
A. Pengkajian........................................................................................................................24
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................30
C. Intervensi.......................................................................................................................44
D. Evaluasi.........................................................................................................................58
BAB III PENUTUP.................................................................................................................59
A. SIMPULAN.....................................................................................................................59
B. SARAN............................................................................................................................59
DAFTAR ISI............................................................................................................................60
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka
bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup
kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%
mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan
waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah
komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan
hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau
yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis
dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan
yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar
daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau
tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien
1
dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar
sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan
berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi
organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan
sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan
pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian
bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain,
kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan
fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka
panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar luka bakar ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan luka bakar ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
I. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dasar penyakit dan proses asuhan keperawatan pada luka
bakar.
I. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari luka bakar
2. Mengidentifikasi epidemologi dari luka bakar
3. Mengidentifikasi etiologi dari luka bakar
4. Mengidentifikasi klasifikasi dari luka bakar
5. Mengidentifikasi patofisiologi dari luka bakar
6. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari luka bakar
7. Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostic/penunjang dari luka bakar
8. Mengidentifikasi penatalaksanaan dari luka bakar
9. Mengidentifikasi prognosis dari luka bakar
10. Mengidentifikasi proses keperawatan dari luka bakar
2
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode-metode tertentu untuk
mengumpulkan beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan data
dilakukan dengan metode dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang
memuat materi yang terkait dengan Laporan Pendahuluan dengan Luka Bakar.
Sumber tersebut melalui beberapa buku keperawatan dan juga melalui internet. Data
yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang telah
diperoleh secara sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun
atas kalimat-kalimat
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah
RSUD Dr.Soetomo, 2001). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi (Moenajat, 2001). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh perpindahan energi
dari sumber panas ke tubuh (Effendi, 1999).
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma panas,
elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998). Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan
oleh panas, kimia atau radio aktif (Wong, 2003). Luka bakar disebabkan oleh perpindahan
energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan
radiasi elektro magnetic. (Effendi. C, 1999). Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit
yang disebabkan oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi.
4
pasien dengan luka bakar meninggal, dan sekitar satu juta akan mempertahankan cacat
substansial atau permanen yang dihasilkan dari luka bakar mereka.
Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu
27,6% (2012) di RSCM dan 26,41% (2012) di RS Dr. Soetomo (Martina & Wardhana,
2013). Data epidemiologi dari unit luka bakar RSCM pada tahun 2011-2012 melaporkan
jumlah pasien luka bakar sebanyak 257 pasien. Dengan rerata usia adalah 28 tahun ( range :
2,5 bulan – 76 tahun), dengan rasio laki- laki : perempuan adalah 2,7 : 1. Luka bakar api
adalah etiologi terbanyak (54,9 %), diikuti air panas (29,2%), luka bakar listrik (12,8%), dan
luka bakar kimia (3,1%). Rerata luas luka bakar adalah 26% (range 1-98%). Dan rerata lama
rawatan adalah 13,2 hari. Angka mortalitas sebanyak 36,6% pada pasien dengan rerata luas
luka bakar 44,5%, dengan luas luka bakar > 60 % semuanya mengalami kematian.
Berdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004 diperkirakan 310.000
orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia kurang dari 20 tahun. Luka
bakar karena api merupakan penyebab kematian ke-11 pada anak berusia 1 – 9 tahun. Anak
– anak beresiko tinggi terhadap kematian akibat luka bakar, dengan prevalensi 3,9 kematian
per 100.000 populasi. Luka bakar dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup (WHO,
2008). Di Amerika Serikat, luka bakar menyebabkan 5000 kematian per tahun dan
mengakibatkan lebih dari 50.000 pasien di rawat inap (Kumar et al., 2007). Di Indonesia,
prevalensi luka bakar sebesar 0,7% (RISKESDAS, 2013).
Secara global, 96.000 anak–anak yang berusia di bawah usia 20 tahun mengalami
kematian akibat luka bakar pada tahun 2004. Frekuensi kematian lebih tinggi sebelas kali di
negara dengan pendapatan rendah dan menengah dibandingkan dengan negara dengan
pendapatan tinggi sebesar 4,3 per 100.000 orang dan 0,4 per 100.000 orang. Kebanyakan
kematian terjadi pada daerah yang miskin, seperti Afrika, Asia Tenggara, dan daerah Timur
Tengah. Frekuensi kematian terendah terjadi pada daerah dengan pendapatan tinggi, seperti
Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2008).
5
C. Etiologi Luka Bakar
Menurut Wong 2003, luka bakar dapat disebabkan oleh ;
6
Gambar 1. Luka bakar derajat I
7
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein
pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
8
Ada dua hal penting untuk mengetahui keparahan luka bakar yaitu area dan kedalaman
luka bakar. Faktor mortalitas dari luka bakar adalah :
Usia pasien
Persentase dari Total Body Surface Area (%TBSA) yang terbakar
Semakin luas area permukaan tubuh yang terbakar, semakin hebat tingkat mortalitas.
Penanganan akurat dari area luka bakar memerlukan metode yang memberi estimasi
mudah ukuran luka bakar sebagai persentase dari luas permukaan tubuh.
Dalam Rule of Nines, Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Ini memperbolehkan ekstensi luka bakar yang bisa diestimasi secara akurat. Sebagai
tambahan, untuk perhitungan area luka bakar, ini berguna untuk menghitung area yang
tidak terbakar dan untuk memeriksa jika dijumlahkan menunjukkan hasil 100%. Metode
estimasi luka bakar kecil adalah dengan menggunakan area permukaan palmar (jari dan
telapak tangan) dari tangan pasien, terhitung sebagai 1% TBSA. Metode ini berguna pada
luka bakar yang kecil dan menyebar yang tidak termasuk dalam Rule of Nines.
Pada anak, kepala dan leher lebih besar daripada orang dewasa, dan kaki lebih kecil.
Pada anak umur 1 tahun, penambahan ukuran kepala dan leher 18 % dari total permukaan
tubuh sedangkan masing-masing kaki sekitar 14%. Setiap tahun diatas kehidupan pertama,
ukuran kepala menurun secara relatif sekitar 1% dan masing-masing kaki bertambah 0,5%
pada perbandingan total luas permukaan tubuh.
9
Gbr. Rule Of Nine Pada Orang Dewasa Gbr. Rule Of Nine Pada Anak
10
mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah
terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang
pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian
kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah
yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran
plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.
serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering
didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran
plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.
11
Pergeseran Vaskuler ke Hemokonsentrasi Interstitial ke Hemodilusi.
cairan insterstitial. oedem pada vaskuler.
ekstraseluler. lokasi luka bakar.
12
Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan
nitrogen. jaringan, nitrogen negatif. jaringan, nitrogen
Kehilangan kehilangan negatif.
protein dalam protein,
jaringan, lebih immobilitas.
Banyak
kehilangan dari
masukan.
Respon stres Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres karena
trauma, renal berkurang. sifat cidera luka.
Peningkatan berlangsung lama
Produksi dan terancam
13
Eritrosit Terjadi karena Luka bakar Tidak terjadi Hemokonsentrasi
panas, pecah termal. pada hari-hari
menjadi fragil. pertama.
14
Pathway
15
F. Manifestasi Klinis Dari Luka Bakar
Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan
(adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan
(seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam
keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati),
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu
1. Laboratorium
16
turun dapat terjadi sehubungan dengan
cairan.
17
respon stress.
luka bakar.
18
Modifikasi Formula Baxter untuk anak-anak adalah:
- Replacement : 2cc/ KgBB/ % luas luka bakar + Kebutuhan faali
RL: Dextran : 17:3
- Kebutuhan faali : Umur sampai 1 tahun 100cc/ KgBB
Umur 1-5 tahun 75cc/ KgBB
Umur 5-15 tahun 50cc/ Kg BB
Sesuai dengan anjuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan
diberikan dalam bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam
bentuk koloid. Ringer laktat dan koloid diberikan bersama dalam botol yang
sama. Dalam 8 jam pertama diberikan ½ jumlah total ciran dan dalam 16 jam
berikutrnya diberikan ½ jumlah total cairan.
Formula tersebut hanyalah suatu pedoman, suatu estimasi yang kasar.
Jangan sekalikali fanatik terhadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi
melalui tanda-tanda klinis penderita dan laboratorium apakah cairan yang
diberikan sudah memadai.
2. Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau
kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara perlahan atau hati-
hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipokloride,
profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka
dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan
penggunaan zat antimikroba.
3. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di
bagian bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement
secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan
4. Obat-obatan
a. Antibiotika : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian
19
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai hasil kultur.
b. Analgetik : Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida : Kalau perlu
Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka yang lebih
besar, usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Adanya trauma inhalasi atau
trauma signifikan lain seperti fraktur tulang panjang dan komorbiditas berat (penyakit
jantung, diabetes, gangguan psikiatri dan keinginan untuk bunuh diri) juga
Selain itu juga dapat digunakan metode skoring Baux termodifikasi untuk
memprediksi persentase mortalitas trauma luka bakar. Rumus Baux adalah umur +
persentase area luka bakar + (17 x (trauma inhalasi, 1 = ya, 0 = tidak) (Osler et al.,
2010).
20
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS,
dan informan apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari
klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi
anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi
terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena
jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan
menentukan intervensi yang tepat dalam pendekatan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri
dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri
harus diperhatikan paliatif, region, severe, time, quality (p,q,r,s,t). Sesak nafas yang
timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas,
bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan
ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan
alkohol.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga
mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan.
21
6. Pengkajian Sistem (B1-B6)
a. B 1 (Breathing)
Inspeksi ; apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu
nafas dan peningkatan frekuensi pernafasan.
Palpasi ; taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi ; bunyi nafas tambahan seperti ronkhi karena peningkatan produksi
secret.
b. B 2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan syok hipolemik. Tekanan darah
normal, peningkatan heart rate, adanya anemis karena hancurnya eritrosit
c. B 3 (Brain)
a) Tingkat kesadaran Compos mentis, pada keadaan lanjut mengalami penurunan
menjadi letargi, stupor dan semikomatosa.
b) Fungsi serebri Mengalami perubahan pada gaya bicara, ekspresi wajah dan
aktivitas motorik.
c) Pemeriksaan saraf cranial
(1) Saraf I ; tidak ada kelainan, fungsi penciuman normal.
(2) Saraf II ; ketajaman penglihatan normal.
(3) Saraf III, IV dan VI ; dengan alasan yang tidak diketahui, klien mengalami
fotofobia atau sensitive berlebih pada cahaya.
(4) Saraf V ; reflek masester meningkat. Mulut mecucu seperti mulut ikan (gejala
khas tetanus)
(5) Saraf VII ; pengecapan normal, wajah simetris
(6) Saraf VIII ; tidak ditemukan tuli konduktif dan persepsi.
(7) Saraf IX dan X ; kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut
(trismus).
(8) Saraf XI ; didapatkan kaku kuduk. Ketegangan otot rahang dan leher
(mendadak)
(9) Saraf XII ; lidah simetris, indra pengecap normal
d) Sistem motorik Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi
mengalami perubahan.
e) Pemeriksaan refleks Refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau
periosteum derajat refleks pada respon normal.
f) Gerakan involunter Tidak ditemukan tremor, Tic, dan distonia. Namun dalam
keadaan tertentu terjadi kejang umum, yang berhubungan sekunder akibat area fokal
kortikal yang peka.
d. B 4 (Bladder) Penurunan volume haluaran urine berhubungan dengan penurunan
perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
22
e. B 5 (Bowel) Mual muntah karena peningkatan asam lambung, nutrisi kurang karena
anoreksia dan adanya kejang (kaku dinding perut / perut papan. Sulit BAB karena
spasme otot.
f. B 6 (Bone) Gangguan mobilitas dan aktivitas sehari-hari karena adanya kejang
umum
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok
kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
7) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
8) Abdomen
23
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
9) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
10) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
11) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik)
12) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut
kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut
ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya
kesembuhan luka
1 Grade I :
Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna
merah pada kulit tidak ada vesikel, tanpa odema, nyeri dan biasanya sembuh tanpa
adanya pengobatan dalam waktu 3-7 hari.
2 Grade II :
24
Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan,
intersisiel. Timbul rasa nyeri yang hebat, biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa disertai
jaringan parut bila tidak terjadi infeksi
3 Grade III :
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering, keluhan
nyeri berkurang karena jaringan lemak, otot terkena. Biasanya penyembuhan agak
lama 1bulan atau lebih dan terdapat jaringan granulasi
4 Grade IV :
Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka kering,
warna merah, putih, hitam / coklat, tidak nyeri pada grade ini. Kesembuhannya lama
dan memerlukan tindakan skin graft.
Adapun data pengkajian pasien luka bakar tergantung pada tipe, berat dan permukaan
tubuh yang terkena, antara lain :
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang cidera, kulit
putih dan dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.
3. Integritas ego
Tanda dan Gejala : Kecacatan, kekuatan, menarik diri
4. Eliminasi
Tanda : diuresis, haluaran urine menurun fase darurat, penurunan motilitas usus.
5. Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksi, mual dan muntah
6. Neurosensori
Gejala : area kebas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, aktivitas kejang, paralisis (Cidera aliran
listrik pada aliran saraf)
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri, panas
8. Pernafasan
Gejala : Cidera inhalasi (terpajan lama)
Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas atas stridor bunyi nafas gemiricik, ronkhi
secret dalam jalan nafas
9. Keamanan
25
Tanda : distruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti : lepuh, ulkus,
nekrosis atau jaringan parut tebal.
26
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
b. Batasan Karakteristik
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Perubahan ekskursi dada
3) Mengambil posisi tiga titik
4) Bradipneu
5) Penurunan tekanan ekspirasi
6) Penurunan ventilasi semenit
7) Penurunan kapasitas vital
8) Dipneu
9) Peningkatan diameter anterior-posterior
10) Pernapasan cuping hidung
11) Ortopneu
12) Fase ekspirasi memanjang
13) Pernapasan bibir
14) Takipneu
15) Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas
c. Faktor yang Berhubungan
1) Ansietas
2) Posisi tubuh
3) Deformitas tulang
4) Deformitas dinding dada
5) Keletihan
6) Hiperventilasi
7) Sindrom hipoventilasi
8) Gangguan muskuloskeletal
9) Kerusakan neurologis
10) Imaturitas neurologis
11) Disfungsi neuromuskular
12) Obesitas
13) Nyeri
14) Keletihan otot pernapasan
15) Cedera medula spinalis
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Factor risiko:
2. Kehilangan volume cairan aktif
3. Kurang pengetahuan
4. Usia lanjut
5. Kegagalan fungsi regulator
6. Status hipermetabolik
7. Penyimpangan absorpsi
3. Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri Akut)
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of
Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
27
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6
bulan
b. Batasan Karakteristik
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung
4) Perubahan frekuensi pernapasan
5) Laporan isyarat
6) Diafroesis
7) Perilaku distraksi (mis, berjalan modar mandir, mencari orang lain
dan/atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8) Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah)
9) Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
10) Sikap melindungi are nyeri
11) Fokus menyempit (mis,gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14) Sikap tubuh melindungi
15) Dilatasi pupil
16) Melaporkan nyeri secara verbal
17) Fokus pada diri sendiri
18) Gangguan tidur
c. Faktor yang Berhubungan
Agens cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik, psikologis.
4. Kerusakan Integritas Kulit
a. Definisi :
Perubahan / gangguan epidermis dan atau dermis
b. Batasan Karateristik :
1) Kerusakan lapisan kulit (dermis)
2) Gangguan permukaan kulit (epdermis)
3) Invasi struktur tubuh
c. Faktor yang berhubungan :
1) Ekternal
a) Zat kimia,radiasi
b) Usia yang ekstrim
c) Kelembapan
d) Hipertermia,hipotermia
e) Faktor mekanik
f) Medikasi
g) Lembab
h) Imobilitas fisik
2) Internal
a) Perubahan status cairan
b) Perubahan pigmentasi
c) Perubahan turgor
d) Faktor perkembangan
e) Kondisi ketidakseimbangan nutrisi
28
f) Penurunan imunologis
g) Penurunan sirkulasi
h) Kondisi gangguan metabolik
i) Gangguan sensasi
j) Tonjolan tulang
5. Resiko Infeksi
a. Definisi :
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
b. Faktor-faktor resiko
1) Penyakit kronis
a) Diabetes melitus
b) Obesitas
2) Pengetahuan yang tidak cukup untuk mengindari pemanjanan patogen
3) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
a) Gangguan peritalsis
b) Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur
invasif
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Pecah ketuban lama
f) Merokok
g) Stasis cairan tubuh
h) Trauma jaringan (mis.,trauma destruksi jaringan)
4) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imunosupresi (mis., imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal
termasuk imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal,
imunomudulator)
c) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
6) Pemanjanan terhadap patogen lingkungan meningkat
7) Wabah
8) Prosedur invasif
9) Malnutrisi
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan Otak
a. Definisi :
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu
kesehatan
b. Batasan Karakteristik :
1) Masa tromboplastin parsial abnormal
2) Masa protrombin abnormal
3) Sekmen ventrikel kiri akinetik
4) Ateroklerosis aerotik
5) Diseksi arteri
6) Fibrilasi atrium
7) Miksoma atrium
8) Tumor otak
9) Stenosis karotid
10) Aneurisme serebri
11) Koagulopati (mis. Anemia sel sabit)
12) Kardiomiopati dilatasi
13) Embolisme
29
14) Trauma kepala
15) Hierkolesterolemia
16) Hipertensi
17) Endokarditis infeksi
18) Katup prostetik mekanis
19) Stenosis mitral
20) Neoplasma otak
21) Baru terjadi infak miokardium
22) Sindrom sick sinus
23) Penyalahgunaan zat
24) Terapi trobolitik
25) Efek samping terkait terapi (bypass kardiopulmunal,obat)
7. Risiko ketidakefektifan perfusi ginjal
a. Definisi :
Berisiko terhadap penurunan sirkulasi darah ke ginjal yang dapat mengganggu
kesehatan
b.Faktor Risiko
1) Sindrome kompartemen abdomen
2) Usia lanjut
3) Nekrosis kortikal bilateral
4) Luka bakar
5) Pembedahan jantung
6) Bypass kardiopulmunal
7) Diabetes melitus
8) Pajanan terhadap toksin
9) Jenis kelamin wanita
10) Glomeluronefritis
11) Hipertensi
12) Hipoksemia, hipoksia
13) Infeksi (mis.,sepsis ,infeksi likal)
14) Interstitial nephritis
15) Keganasan
16) Hipertensi malignan
17) Asidosis metabolic
18) Multitrauma, Polinefritis
19) Stenosis arteri renalis
20) Penyakit ginjal (ginjal polikistik)
21) Merokok
22) Penyalahgunaan zat
23) Sindrome respon inflamasi sistemik
24) Efek samping terkait terapi (mis., obat, pembedahan) emboli vascular
25) Vaskulitis
8. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Batasan Karakteristik :
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menghindari makanan
4) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
30
8) Bising usus hiperaktif
9) Kurang makanan
10) Kurang informasi
11) Kurang minat pada makanan
12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
13) Kesalahan konsepsi
14) Kesalahann informasi
15) Membran mukosa pucat
16) Ketidakmampuan memakan makanan
17) Tonus otot menurun
18) Mengeluh gangguan sensasi rasa
19) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
20) Cepat kenyang setelah makan
21) Sariawan rongga mulut
22) Steatorea
23) Kelemahan otot pengunyah
24) Kelemahan otot untuk menelan
c. Faktor-faktor yang berhubungan :
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
4) Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5) Ketidakmampuan menelan makanan
6) Faktor psikologis
9. Ansietas
a. Definisi :
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi
bencana
b. Batasan Karakteristik :
Menurut NANDA,2012 batasan karakteristik dari ansietas adalah sebagai
berikut
1) Perilaku
a) Penurunan produktivitas
b) Gerakan yang irelevan
c) Gelisah
d) Melihat sepintas
e) Insomnia
f) Kontak mata yang buruk
g) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup
h) Agitasi
31
i) Mengintai
j) Tampak waspada
2) Afektif
a) Gelisah
b) Kesedihan yang mendalam
c) Distress
d) Ketakutan
e) Perasaan tidak adekuat
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Peningkatan kewaspadaan
h) Iritabilitas
i) Gugup
j) Senang berlebihan
k) Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
l) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
m) Bingung
n) Menyesal
o) Ragu/tidak percaya diri
p) Khawatir
3) Fisiologis
a) Wajah tegang
b) Tremor tangan
c) Peningkatan keringat
d) Peningkatan ketegangan
e) Gemetar
f) Tremor
g) Suara bergetar
4) Simpatik
a) Anoreksia
b) Eksitasi kardiovaskuler
c) Diare
d) Mulut kering
e) Wajah merah
f) Jantung berdebar-debar
g) Peningkatan tekanan darah
h) Peningkatan denyut nadi
32
i) Peningkatan reflex
j) Peningkatan frekuensi pernapasan
k) Pupil melebar
l) Kesulitan bernapas
m) Vasokonstriksi superficial
n) Kedutan pada otot
o) Lemah
5) Parasimpatik
a) Nyeri abdomen
b) Penurunan tekanan darah
c) Penurunan denyut nadi
d) Diare
e) Vertigo
f) Letih
g) Mual
h) Gangguan tidur
i) Kesemutan pada ekstremitas
j) Sering berkemih
k) Anyang-anyangan
l) Dorongan segera berkemih
6) Kognitif
a) Menyadari gejala fisiologis
b) Bloking pikiran
c) Konfusi
d) Penurunan lapang persepsi
e) Kesulitan berkonsentrasi
f) Penurunan kemampuan untuk belajar
g) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
h) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
i) Lupa
j) Gangguan perhatian
k) Khawatir
l) Melamun
m) Cenderung menyalahkan orang lain
33
c. Faktor yang Berhubungan :
Menurut NANDA 2012-2014 faktor yang berhubungan dari ansietas adalah
sebagai berikut
1) Perubahan dalam :
a) Status ekonomi
b) Lingkungan
c) Status kesehatan
d) Pola interaksi
e) Fungsi peran
f) Status peran
2) Pemajanan toksin
3) Terkait keluarga
4) Herediter
5) Infeksi/kontaminan interpersonal
6) Penularan penyakit interpersonal
7) Krisis maturasi
8) Krisis situasional
9) Stress
10) Penyalahgunaan zat
11) Ancaman kematian
12) Ancaman pada :
a) Status ekonomi
b) Lingkungan
c) Status kesehatan
d) Pola interaksi
e) Fungsi peran
f) Status peran
g) Konsep diri
13) Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
14) Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
15) Kebutuhan yang tidak dipenuhi
10. Gangguan citra tubuh
a. Definisi :
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik dan individu
b. Batasan karakteristik :
1) Prilaku mengenali tubuh individu
2) Prilaku menghindari tubuh individu
3) Prilaku memantau tubuh individu
4) Respon nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh
34
5) Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
6) Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan
tentang tbuh individu
7) Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan pandangan
tentang tubuh individu dalam penampilan
c. Faktor yang berhubungan:
1) Biofisik
2) Budaya
3) Kognitif
4) Tahap perkembangan
5) Penyakit
6) Cedera
7) Perseptual
8) Psikososial
9) Spiritual
10) Pembedahan
11) Trauma
12) Terapi penyakit
11. Defisiensi Pengetahuan
a. Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
b. Batasan Karakteristik
1) Perilaku hiperbola
2) Ketidakakuratan mengikuti perintah
3) Ketidakakuratan melakukan tes
4) Perilaku tidak tepat (misalnya: histeris, bermusuhan, agitasi, apatis)
5) Pengungkapan masalah
c. Faktor yang Berhubungan
1) Keterbatasan kognitif
2) Salah interpretasi informasi
3) Kurang pajanan
4) Kurang minat dalam belajar
5) Kurang dapat mengingat
6) Tidak familier dengan sumber informasi
12. Penurunan Curah Jantung
a. Definisi:
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh.
b. Batasan Karakteristik:
1. Perubahan frekuensi/irama jantung
a. Aritmia
b. Bradikardia, takikardia
c. Perubahan EKG
d. Palpitasi
2. Perubahan pre load
a. Penurunan tekanan vena sentral (CVP)
b. Penurunan tekanan arteri paru (PAWP)
c. Edema, keletihan
d. Peningkatan CVP dan PAWP
e. Distensi vena jugular
f. Murmur
35
g. Peningkatan berat badan
3. Perubahan afterload
a. Kulit lembab
b. Penurunan nadi perifer
c. Penurunan resistensi vascular paru
4. Perubahan kontraktilitas
a. Batuk, crackle
b. Penurunan indeks jantung
c. Ortopnea
d. Bunyi S3 dan S4
5. Perilaku
a. Ansietas, gelisah
13. Hambatan mobilitas fisik
Adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah
Batasan karakteristik:
a. Kesulitan membolak-balik posisi
b. Dispnea setelah beraktivitas
c. Perubahan cara berjalan
d. Gerakan bergetar
e. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
f. Pergerakan lambat
g. Pergerakan tidak terkoordinasi
Factor berhubungan:
a. Intoleran aktivitas
b. Ansietas
c. Penurunan ketahanan tubuh
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan kekuatan otot
f. Kaku sendi
g. Nyeri
h. Malnutrisi
i. Gaya hidup monoton
14. Risiko jatuh
Adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik
Factor risiko
Dewasa
a. Riwayat jatuh
b. Penggunaan alat bantu
c. Kursi roda
Kognitif
Penurunan status mental
Lingkungan
a. Lingkungan yang tidak terorganisasi
b. Pengekangan
Medikasi
a. Agens antihipertensi
b. Agens antiansietas
c. Diuretic
36
d. Hipnotik
e. Obat penenang
Fisiologis
a. Sakit akut
b. Anemia
c. Arthritis
d. Neoplasma
e. Kesulitan melihat
f. Kesulitan mendengar
g. Gangguan keseimbangan
h. Kondisi postoperatif
i. Neuropati
j. Penurunan kekuatan ekstremitas
37
C. Intervensi
38
pasien terhadap oksigenasi
39
1 2 3 4 5 Pertahankan catatan intake dan
- Keseimbangan input output yang akurat
dan output cairan Monitor masukan makanan /
selama 24 jam cairan dan hitung intake kalori
1 2 3 4 5 harian
Electrolyte balance Kolaborasi pemberian cairan IV
- Penurunan sodium Berikan cairan
serum Berikan diuretik sesuai interuksi
1 2 3 4 5 Electrolyte management
- Peningkatan sodium - Pertahankan pemberian
serum cairan IV
1 2 3 4 5 - Monitor ketidaknormalan
- Peningkatan klorida
hasil elektrolit serum
serum - Monitor hilangnya banyak
1 2 3 4 5
cairan (diare, drainase)
- Penurunan klorida
serum
1 2 3 4 5
- Peningkatan kalsium
serum
1 2 3 4 5
- Penurunan kalsium
serum
1 2 3 4 5
- Peningkatan
magnesium
1 2 3 4 5
- Penurunan
magnesium
1 2 3 4 5
Keterangan:
skala 1 = penyimpangan
parah
skala2 = penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
skala 5 = tidak ada
penyimpangan
3. Risiko NOC : NIC :
Ketidakefektifan Circulation status Circulatory care: arterial – venous
perfusi jaringan - TD sistol insuficiene
otak 1 2 3 4 5 Hitung ABI
40
- TD diastole Monitor edema dan nadi perifer
1 2 3 4 5 Monitor tingkat kesadaran dan
- MAP GCS pasien
1 2 3 4 5 Monitor peningkatan leukost dan
- Saturasi oksigen
peningkatan suhu tubuh
1 2 3 4 5
Intrakranial Pressure (ICP)
- CRT
1 2 3 4 5 Monitoring (Monitor tekanan
Keterangan: intrakranial)
skala 1 = penyimpangan Berikan informasi kepada
parah keluarga
skala2 = penyimpangan Monitor tekanan perfusi serebral
substansial Catat respon pasien terhadap
skala 3 = penyimpangan stimuli
sedang Monitor tekanan intrakranial
skala 4 = penyimpangan
pasien dan respon neurology
ringan
skala 5 = tidak ada terhadap aktivitas
penyimpangan Monitor intake dan output cairan
Monitor vital signs
4. Resiko infeksi NOC : NIC :
Risk control Infection Control (Kontrol infeksi)
- Mencari informasi Bersihkan lingkungan setelah
mengenai factor dipakai pasien lain
risiko infeksi Pertahankan teknik isolasi
1 2 3 4 5 Batasi pengunjung bila perlu
- Mengidentifikasi Instruksikan pada pengunjung
factor risiko untuk mencuci tangan saat
1 2 3 4 5 berkunjung dan setelah
- Monitor factor risiko berkunjung meninggalkan pasien
lingkungan Gunakan sabun antimikrobia
1 2 3 4 5
untuk cuci tangan
- Monitor factor risiko
Cuci tangan setiap sebelum dan
individu/
sesudah tindakan kperawtan
perseorangan
Gunakanbaju, sarungtangan
1 2 3 4 5
sebagai alat pelindung
Keterangan:
Pertahankan lingkungan aseptik
Skala 1: tidak pernah
dilakukan selama pemasangan alat
Skala 2: jarang dilakukan Ganti letak IV perifer dan line
Skala 3: dilakukan kadang- central dan dressing sesuai
kadang dengan petunjuk umum
Skala 4: sering dilakukan Gunakan kateter intermiten untuk
Skala 5: selalu dilakukan menurunkan infeksi kandung
kencing
41
Knowledge: Infection Tingktkan intake nutrisi
Management Berikan terapi antibiotik bila
- cara penularan perlu
infeksi
1 2 3 4 5 Infection Protection (proteksi
- Mempraktikkan cara terhadap infeksi)
mencegah penularan Monitor tanda dan gejala infeksi
1 2 3 4 5 sistemik dan lokal
- Menjelaskan tanda Monitor hitung granulosit, WBC
dan gejala infeksi Monitor kerentanan terhadap
1 2 3 4 5
infeksi
- Melakukan
Batasi pengunjung
pengobatan terhadap
Saring pengunjung terhadap
infeksi
penyakit menular
1 2 3 4 5
Partahankan teknik asepsis pada
- Follow up diagnose
pasien yang beresiko
infeksi
1 2 3 4 5 Pertahankan teknik isolasi k/p
Keterangan: Berikan perawatan kuliat pada
Skala 1: tidak tahu area epidema
Skala 2: pengetahuan Inspeksi kulit dan membran
terbatas mukosa terhadap kemerahan,
Skala 3: pengetahuan panas, drainase
sedang Ispeksi kondisi luka / insisi
Skala 4: pengetahuan bedah
substantial
Dorong masukkan nutrisi yang
Skala 5: tahu detail
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
5. Nyeri NOC : NIC :
a. Pain level (level Pain Management
nyeri): Lakukan pengkajian nyeri secara
- Klien tidak melaporkan komprehensif termasuk lokasi,
adanya nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
1 2 3 4 5 kualitas dan faktor presipitasi
- Klien tidak merintih Observasi reaksi nonverbal dari
42
ataupun menangis ketidaknyamanan
1 2 3 4 5 Gunakan teknik komunikasi
- Klien tidak terapeutik untuk mengetahui
menunjukkan ekspresi pengalaman nyeri pasien
wajah terhadap nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi
1 2 3 4 5 respon nyeri
- Klien tidak tampak Evaluasi pengalaman nyeri masa
berkeringat dingin lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
Keterangan: kesehatan lain tentang
Skala 1: parah ketidakefektifan kontrol nyeri
Skala 2: substansial masa lampau
Skala 3: sedang
Bantu pasien dan keluarga untuk
Skala 4: ringan
Skala 5: tidak mencari dan menemukan
1 dukungan
b. Pain control (kontrol Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri): Pilih dan lakukan penanganan
- Klien dapat mengontrol nyeri (farmakologi, non
nyerinya dengan farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menggunakan teknik
menentukan intervensi
manajemen nyeri non
Ajarkan tentang teknik non
farmakologis
farmakologi
1 2 3 4 5
Kontrol lingkungan yang dapat
- Klien dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
menggunakan
ruangan, pencahayaan dan
analgesik sesuai
kebisingan
indikasi
Berikan analgetik untuk
1 2 3 4 5
- Klien melaporkan mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri terkontrol
nyeri
Keterangan: Tingkatkan istirahat
Skala 1: tidak pernah Kolaborasikan dengan dokter
dilakukan jika ada keluhan dan tindakan
Skala 2: jarang dilakukan nyeri tidak berhasil
Skala 3: dilakukan kadang- Monitor penerimaan pasien
kadang tentang manajemen nyeri
Skala 4: sering dilakukan
Skala 5: selalu dilakukan Analgesic Administration
1
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
43
Cek instruksi dokter tentang jenis
2 obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
44
Kulit intak (tidak ada
eritema dan nekrosis)
1 2 3 4 5
Keterangan:
skala 1 = penyimpangan
parah
skala2 = penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
skala 5 = tidak ada
penyimpangan
7. Gangguan Citra NOC Label : NIC Label :
Tubuh Body Image Body Image Enhancement
- Klien mengatakan bisa Kaji harapan citra tubuh klien
menerima kondisi yang berdasarkan tahap
fisiknya perkembangan.
1 2 3 4 5 Bantu klien untuk mendiskusikan
- Klien mengungkapkan penyebab perubahan karena
kesesuaian antara body penyakitnya.
reality, body ideal, dan
Monitor frekuensi pernyataan
body presentation mengkritik diri.
1 2 3 4 5 Identifikasi strategi koping yang
- Puas dengan fungsi
digunakan klien dalam merespon
tubuh
perubahan penampilan.
1 2 3 4 5
Bantu klien dalam
Keterangan: mengidentifikasi bagian tubuh
Skala 1: tidak pernah yang dipersepsikan positif.
positif Fasilitasi kontak dengan individu
Skala 2: jarang positif yang memiliki perubahan pada
Skala 3: kadang-kadang citra tubuh yang sama dengan
positif klien.
Skala 4: sering positif
Identifikasi support
Skala 5: selalu positif
groups/keluarga untuk klien.
45
1 2 3 4 5 Jelaskan patofisiologi dari
- Tanda dan gejala penyakit dan bagaimana hal ini
penyakit berhubungan dengan anatomi
1 2 3 4 5 dan fisiologi, dengan cara yang
- Komplikasi yang
tepat.
potensial terjadi Gambarkan tanda dan gejala
1 2 3 4 5
- Manfaat manajemen yang biasa muncul pada
penyakit penyakit, dengan cara yang tepat
1 2 3 4 5 Gambarkan proses penyakit,
- Factor penyebab dengan cara yang tepat
penyakit Identifikasi kemungkinan
1 2 3 4 5 penyebab, dengna cara yang
tepat
Keterangan: Sediakan informasi pada pasien
Skala 1: tidak tahu tentang kondisi, dengan cara
Skala 2: pengetahuan yang tepat
terbatas Hindari harapan yang kosong
Skala 3: pengetahuan
Sediakan bagi keluarga informasi
sedang
Skala 4: pengetahuan tentang kemajuan pasien dengan
substantial cara yang tepat
Skala 5: tahu detail Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
46
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
47
1 2 3 4 5 memar, penyembuhan luka yang
- Rasio berat badan dan buruk)
tinggi badan - Identifikasi abnormalitas rambut
1 2 3 4 5 (kering, rapuh, rontok)
- Hidrasi - Identifikasi abnormalitas kuku
1 2 3 4 5 (bentuk sendok, rapuh,
Ket :
berpuncak runcing)
skala 1 = penyimpangan
- Pantau mual dan muntah
parah
- Pantau intake dan diet kalori
skala 2 = penyimpangan
- Tentukan rekomendasi sumber
substansial
skala 3 = penyimpangan energy (diet yang diperbolehkan,
sedang tergantung kondisi pasien : usia,
skala 4 = penyimpangan berat badan, jenis kelamin,
ringan aktivitasfisik)
skala 5 = tidak ada - Identifikasi perubahan aktivitas
penyimpangan akibat kelelahan
2. Nutritional Status : - Pantau tipe dan jumlah latihan
Nutrient Intake biasa
- Intake kalori - Pantau status mental (bingung,
1 2 3 4 5 depresi, cemas)
- Intake protein - Mulai pengobatan atau rujukan,
1 2 3 4 5
bila diperlukan
- Intake karbohidrat
2. Nutrition Management
1 2 3 4 5
- Tentukan status nutrisi pasien
- Intake vitamin
- Identifikasi alergi makanan atau
1 2 3 4 5
- Intake mineral intoleransi
1 2 3 4 5 - Beritahu pasien tentang
ket : kebutuhan nutrisi (diskusi
skala 1 = tidak adekuat panduan diet dan piramida
skala 2 = sedikit adekuat makanan)
skala 3 = cukup - Tentukan banyaknya kalori dan
skala 4 = penyimpangan tipe nutrisi yang diperlukan
ringan - Sesuaikan diet (sediakan
skala 5 = adekuat makanan tinggi protein,
mengurangi atau menambah
kalori, mengurangi atau
menambah vitamin, mineral, dan
suplemen)
- Rawat kebersihan mulut pasien
sebelum makan
- Kelola pengobatan/medikasi
sebelum makan
- Pantau intake dan diet kalori
48
- Pantau gejala kelebihan atau
kekurangan berat badan
Instruksikan pasien untuk
memantau intake dan diet kalori
49
1 2 3 4 5 mengurangi stress dan depresi
- Kekuatan nadi radialis yang dapat memperburuk kondisi
kiri jantung
1 2 3 4 5
Tissue perfusion:
Pulmonary
- Tekanan arteri paru
1 2 3 4 5
- Irama pernafasan
1 2 3 4 5
- Frekuensi pernafasan
1 2 3 4 5
- Saturasi oksigen
1 2 3 4 5
- Ph arteri
1 2 3 4 5
12 Hambatan NOC : NIC :
. mobilitas fisik Joint Movement Exercise therapy : ambulation
Kriteria hasil: 1. Monitoring vital sign
1. Leher sebelm/sesudah latihan dan lihat
1 2 3 4 5 respon pasien saat latihan
2. Punggung 2. Konsultasikan dengan terapi
1 2 3 4 5 fisik tentang rencana ambulasi
3. jari-jari kanan sesuai dengan kebutuhan
1 2 3 4 5 3. Bantu klien untuk menggunakan
4. jari-jari kiri tongkat saat berjalan dan cegah
1 2 3 4 5 terhadap cedera
5. bahu kann 4. Ajarkan pasien atau tenaga
1 2 3 4 5 kesehatan lain tentang teknik
6. bahu kiri
ambulasi
1 2 3 4 5 5. Kaji kemampuan pasien dalam
7. tumit kanan
mobilisasi
1 2 3 4 5 6. Latih pasien dalam pemenuhan
8. tumit kiri
kebutuhan ADLs secara mandiri
1 2 3 4 5
sesuai kemampuan
9. lutut kanan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
1 2 3 4 5
mobilisasi dan bantu penuhi
10. lutut kiri
kebutuhan
1 2 3 4 5
ADLs
1. Berikan alat Bantu jika klien
Ket :
skala 1 = penyimpangan memerlukan.
parah 2. Ajarkan pasien bagaimana
skala 2 = penyimpangan merubah posisi dan berikan
50
substansial bantuan jika diperlukan
skala 3 = penyimpangan
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
skala 5 = tidak ada
penyimpangan
51
D. Evaluasi
52
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung
ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia,
serta sengatan matahari.
B. SARAN
a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan luka
bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan
keperawatan.
b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan
penyakit ini.
c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat
dan tepat.
53
DAFTAR ISI
54
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit
55
56
57
58