Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PEN DAH ULUAN

Latar belakang
Praktikum hidrolika II ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengerti tentang
materi yang telah dipelajari, baik di ruang kuliah maupun dari literature di
perpustakaan, dan perhitungan yang telah diperoleh di laboratorium. Praktikum ini
merupakan salah satu syarat dari mata kuliah hidrolika. Mengingat bahwa praktikum
yang kami laksanakan ini mempunyai keterbatasan keterampilan, maka data yang telah
diperoleh belumlah akurat sehingga perlu ditinjau lagi. Pelaksanaan praktikum ini
sedikitnya telah memberikan gambaran yang jelas tentang teori-teori yang telah kami
terima selama ini. Praktikum berlangsung pada tanggal 28 Oktober, 06 dan 29
November 2010 di Lab Hidroteknik Fakultas Teknik Unsyiah.
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini terdiri dari 5 (lima) macam
percobaan, yaitu :
1. Percobaan Hydrosratic Pressure
2. Percobaan Metacentric Height
3. Percobaan Orifice and Jet
4. Percobaan Osborne Reynolds
5. Percobaan Visualisasi Aliran.
BAB II
PERCOBAAN HYDROSRATIC PRESSURE

A. Tujuan
Untuk menentukan titik pusat tekanan pada bidang permukaan yang terendam
sebagian oleh zat cair.

B. Peralatan
1. Hydrostatic Pressure Apparatus F1-12
2. Hydraulic Bench F1 - 10
3. Beban / anak timbangan
4. Air
5. Serbet / kain lap
6. Alat tulis
7. Mistar.

Patok Indikasi Kuadrant Sekrup Poros/Sumbu


Keseimbangan Pengikat
Indication
Lengan
Timbangan
Penyeimbang yang
dapat digeser
Peletakan
Beban Skala
Permukaan Air Permukaan Kuadrant
Anak Timbangan
(Beban) Keran Pembuang
(Drain Cock)
Nivo Kotak
Gambar 2.1. Hydrostatis Pressure Apparatus (F1-12)
Kaki/Penyeimbang
Dimana :
L = Jarak tumpuan ke titik beban a = jarak adjustable counterbalance
d = kedalaman bidang permukaan ke bidang permukaan Hydrostatic
Hydostatic Pressure Aparatus Pressure Aparatus
m = jumlah beban b = lebar bidang permukaan
y = tinggi muka air Hydostatic Pressure Aparatus

C. Ringkasan Teori
1  y
m.L = ρgby2  a  d  
2  3
m gb  y
= a  d  
y2 2L  3

m gb gb
= a  d - y atau
y2 2L 6L
m gb gb
= - y+ a  d
y2 6L 2L

D. Langkah Percobaan
1. Siapkan peralatan yang akan dipergunakan.
2. Ukur L, a, b, dan d pada permukaan quadrant.
3. Letakkan lengan neraca di atas ujung runcing (pada porosnya).
4. Letakkan lengan neraca pada ujung lengan neraca.
5. Geser penyeimbang hingga lengan neraca menjadi horizontal.
6. Hubungkan selang dari keran pembuang ke tempat pembungan air.
7. Tutup keran pembuang. Isi air ke dalam tangki hingga mencapai sisi
terbawah quadrant.
8. Letakkan sebuah anak timbangan pada piringannya. Lalu masukkan air ke
dalam tangki hingga lengan neraca menjadi setimbang.
9. Catat posisi muka air dalam quadrant dan berat anak timbangan pada
piringannya.
10. Ulangi langkah yang sama untuk masing-masing penambahan berat.
11. Untuk pengosongan tangki, pindahkan setiap anak timbangan satu-persatu.
Kemudian setimbangkan lengan neraca dengan pengurangan air secara
perlahan.
12. Setelah setimbang, catat berat dan muka air untuk setiap pengurangan anak
timbangan.
13. Ulangi langkah yang sama untuk tiap-tiap pengurangan anak timbangan.

E. Analisa Data

Pengisian Tangki Pengosongan


Rata-rata
Tangki
Y2 m/y2
Beban, Tinggi Beban, Tinggi m y
m y m y
0 0,0 170 8,8 0 0,0 0,00 0,000
20 3.0 130 7,6 20 3.0 9.00 2.222
60 5.1 110 7.0 60 5.1 26.01 2.307
110 7.0 60 5.1 110 7.0 49.00 2.245
130 7,6 20 3.0 130 7,6 57.76 2.251
170 8,8 0 0,0 170 8,8 77,44 2,195

Ukuran alat yang digunakan :


b = 7.5 cm
L = 27.5 cm
d = 10 cm
a = 10 cm
γ = 1000 kgf/m3
gb  .b
Slope kurva hitungan adalah - =- = - 0.0455 grf/cm3
6L 6L
Perpotongan dengan sumbu y adalah
gb  .b 1x 7,5
(a + d) = (a + d) = 2 x 27,5 (10 +10) = 2.2727 grf/cm2
2L 6L
Parameter Teori Percobaan
Slope - 0.04545 - 0.0476
Intrcept 2.727 2.5785

F. Grafik

2,46230  2,15029
Slope = 2,85  9,40
= - 0.0476 grf/cm3

Slope = - 0.0476 grf/cm3

G. Kesimpulan
1. Pada percobaan di laboratorium, terjadi perbedaan antara hasil percobaan
dengan teori.
2. Hasil teori menunjukkan tinggi slope sebesar -0.0455 grf/cm 3 sedangkan di
grafik sebesar -0.0476 grf/cm3 dan hasil teori untuk intercept sebesar 2.727
grf/cm2 sedangkan di grafik sebesar 2.5785 grf/cm2.
3. Selain belum terlatih untuk menggunakan alat tersebut secara cermat.
Kesalahan terjadi akibat keterbatasan alat dan waktu yang tersedia.

H. Waktu Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari jum’at, 28 Oktober 2011 pada pukul 1330 – 1400
WIB.
BAB III
PERCOBAAN METACENTRIC HEIGHT

A. Tujuan
Untuk menghitung stabilitas benda terapung

B. Peralatan
1. Metacentric Height Apparatus F1-14
2. Penggaris
3. Bak atau ember penampung air.
4. Benang
5. Air
6. Alat tulis

Tiang Ponton

350 mm
Massa Sorong
(Sliding Mass)
Plumb Line

Adjustable Mass Skala Derajat

Ponton

l = 350 mm b = 200 mm

Gambar Tampak Samping Metacentric Gambar Tampak Depan


Height Apparatus Metacentric Height Apparatus

C
r G
G d B
B S
S/2 O
'
b
x
Gambar Dimensi Metacentric Height Apparatus
C. Ringkasan Teori
I
BM = GM = BM – (OG – OB)
V
1
I = Lb3 GM = BM + OB – OG
12
GM = BM – BG
I  d
GM = - y 
V  2

D. Langkah Percobaan
1. Timbang adjustable mass.
2. Pasang ponton dan timbang.
3. Posisikan sliding mass ( massa sorong ) pada tiang ponton.
4. Aturlah ketinggian sliding mass dari dasar ponton sesuai tinggi yang
ditentukan.
5. Seimbangkan titik berat ponton keseluruhan.
6. Letakkan ponton pada bak yang telah di isi air.
7. Geser adjustable mass hingga berada pada posisi netral.
8. Periksa bidang referensi nol antara benang dengan skalanya.
9. Geser adjustable mass arah kanan dari pusat untuk setiap penambahan 10
mm. Tulis besar sudut yang dibuat pada setiap pergeseran adjustable mass.
10. Ulangi untuk pergeseran adjustable mass kearah kiri.
E. Analisa Data
Dimensi ponton :
 Panjang ( l ) = 350 mm
 Lebar ( b ) = 200 mm
 Tinggi ( d ) = 75 mm
 Berat ponton ( W ) = 1,476 kg
 Berat adjustable mass ( w ) = 0,305 kg
 Jarak sliding mass dari dasar ponton = 340 mm
 Tinggi ponton yang tidak terkena air ( r ) = 50 mm
 Tinggi ponton yang terkena air ( s ) = 25 mm
 Jarak titik berat ponton dari dasar = 100 mm
Perhitungan GM berdasarkan perputaran ponton :
Berat ponton = 1,476 kg
Berat adjustable mass = 0,305 kg
w.x
GM = W .tg

Dimana :
w = Berat moveable mass
W = Massa ponton terpasang
x = Perpindahan berat
tg θ = sudut perputaran terhadap dx
GM = tinggi metasentrum

BM = radius metasentrum = I
V
OB = tinggi pusat apung diukur dari dasar ponton
OG = tinggi pusat berat diukur dari dasar ponton.

Sisi Kanan Sisi Kiri

Jarak Tinggi Jarak Tinggi


Moveable Metasentric Moveable Metasentric
Sudut Sudut
Mass dari w.x Mass dari GM =
(derajat) GM = W .tg (derajat)
Sumbu Sumbu w.x
(mm) (mm) W .tg

10 1,6 62,36754 10 1,9 54,04879


20 3,5 60,02465 20 4,0 55,87755
30 5,1 59,23409 30 5,5 56,46936
40 6,8 58,79453 40 7,2 56,71861
50 8,3 58,47776 50 8,8 56,81423
60 9,9 58,20989 60 10,1 56,82066
70 11,7 57,95963 70 11,4 56,76582
Dari tabel diatas, maka kita mengambil rata-rata kemiringan sudut dan rata-rata
tinggi metasentric sebagai berikut :

Kemiringan Sudut Tinggi Metasentric


Rata-rata (derajat) Rata-rata (mm)

1,75 57,91112
3,75 57,87653
5,30 57,81887
7,00 57,73809
8,55 57,63418
10,00 57,50706
11,55 57,35670

Perhitungan GM berdasarkan dimensi pontoon :


S = d–r = 75 – 50 = 25 mm

OB = S = 25 = 12,5 mm
2 2

I = 1 3
= 1 3
mm4
12 l b 12 (350) (200) = 233333333,33
V = lbS = 350 x 200 x 25 = 1750000 mm3
I 233333333,33
BM = = = 133,333 mm
V 1750000
GM = BM + OB – OG
= 133,333 + 12,5 –100
= 45,833 mm

Dari hasil perhitungan di atas didapat GM bernilai positif, maka kondisi ponton
dalam keadaan stabil.
F. Grafik

G. Kesimpulan
1. Posisi metasentrum tergantung dari posisi titik berat ponton yang terendam
(B) dan titik berat ponton keseluruhan (G).
2. Tinggi metasentrum berubah dengan perubahan sudut kemiringan.
Tinggi metasentrum pada teori adalah 56,958 mm, sedangkan tinggi
metasentrum di grafik adalah 57,95 mm.
3. Posisi benda stabil bila GM bernilai positif, posisi benda dikatakan netral
bila GM bernilai 0, dan benda tidak stabil bila GM bernilai negatife.

H. Waktu Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari sabtu, 30 Oktober 2010 pada pukul 1400 – 1445
WIB.

BAB IV
PERCOBAAN ORIFICE AND JET

A. Tujuan
Untuk menentukan hubungan antara tinggi air dengan pancaran melalui suatu
lubang kecil dan untuk menentukan kecepatan (Cv) pada lubang kecil.

B. Peralatan
1. Hydraulic Bench F1-10
2. Orifice and Jet Apparatus F1-17
3. Stopwatch
4. Plat Orifice diameter 3 mm dan 6 mm
5. Pipa pelimpah (Overflow)
6. Kertas millimeter
7. Air
8. Alat tulis.

Skala
Tangki Utama
Pipa Pelimpah yang Penjepit Kertas
dapat disesuaikan Bakcboard/Papan
560 mm

Baut Pengunci
Jarum Pengukur
Pipa Pembuangan
Air

Pipa Inlet Kaki/Penyangga


Penahan
700 mm
Mur
Lapisan Lubang
Berbentuk Cincin "O"

Gambar 5.1 Orifice and Jet Apparatus

C. Ringkasan Teori
x = V.t …………… (1)

y = 1 2
2 gt …………… (2)

atau t2 = 1
2
Kemudian nilai t disubtitusikan ke dalam persamaan (1), sehingga diperoleh :
gx 2
V =
2y

Dimana telah diketahui V teori dan Vth = 2 gh

Cv = V/Vth
gx 2
Cv = 2y
2 gh

x2
Cv =
4hy

4hyC2v = x2
x2
= 4Cv2 y
h
x2
Plot vs y
h

D. Langkah Percobaan
1. Hubungkan peralatan ke bench. Pastikan pipa pembuangan masuk ke tangki
penampungan air.
2. Horizontalkan peralatan dengan penyesuaian pada kakinya.
3. Tempatkan lembaran kertas pada papan (blackboard), kemudian jepit kertas
tersebut dengan penjepit kertas (paper clam).
4. Naikkan pipa peluap, buka keran pengontrol, tambahkan air ke dalam
tangki utama.
5. Stel keran sehingga air tepat meluap masuk ke peluapan.
6. Atur tinggi head (h) pada skala yang telah ditentukan.
7. Taksir posisi vena contracta secara visual dan catat jarak dari orifice.
8. Sesuaikan masing-masing jarum secara bergiliran untuk mendapatkan
lintasan pancaran, tandai posisi atas dari masing-masing jarum pada kertas
di blackboard.
9. Ulangi untuk berbagai nilai h dengan mengatur peluap. Ulangi dengan
menggunakan pelat orifice yang lain.

E. Hasil Percobaan
Lubang Φ 3 mm
Head Tinggi Jarak X2 X2/h
Cv V
h (mm) Y(mm) X (mm) (mm2) (mm)
0 0 0 0 0 0,000
3 50 2500 9,434 0,768 1750,893
12 100 10000 37,736 0,852 1942,441
26 150 22500 84,906 0,904 2060,270
265 44 200 40000 150,943 0,926 2111,656
67 250 62500 235,849 0,945 2155,200
98 300 90000 339,623 0,936 2133,315
135 350 122500 462,264 0,936 2133,539
170 400 160000 603,774 0,942 2148,597
Rata-rata 0,901 2054,489

Lubang Φ 6 mm
Head Tinggi Jarak X2 X2/h
Cv V
h (mm) Y(mm) X (mm) (mm2) (mm)
0 0 0 0 0 0
4 50 2500 9,434 0,687 1566,046
10 100 10000 37,736 0,821 1871,783
18 150 22500 84,906 0,921 2101,071
265 41 200 40000 150,943 0,948 2161,349
64 250 62500 235,849 0,952 2171,715
90 300 90000 339,623 0,950 2167,089
125 350 122500 462,264 0,954 2175,132
160 400 160000 603,774 0,956 2180,909
Rata-rata 0,899 2049,387

Harga Cv diperoleh berdasarkan perhitungan table diatas.


V = Cv 2 gh

x x2
Cv = 2 hy atau = 4 Cv2 y
h

F. Grafik

 Diameter 3 mm

Slope = 0,2804
1 1
Cv = 2 Slope = 2 0,2804 = 0,944

 Diameter 6 mm
Slope = 0,2703
1 1
Cv = 2 Slope = 2 0,2703 = 0,962

G. Kesimpulan
1. Pada jarak yang sama, semakin kecil diameter orifice maka ketinggian yang
dibutuhkan semakin kecil pula.
2. Pada diameter lubang 3 mm, setelah dirata-ratakan diperoleh koefisien
kecepatan Cv sebesar 0,901 sedangkan Cv teori sebesar 0,944.
3. Pada diameter lubang 6 mm, setelah dirata-ratakan diperoleh koefisien
kecepatan Cv sebesar 0,899 dan Cv teori sebesar 0,962.

H. Waktu praktikum
Praktikum dilakukan pada hari sabtu, 06 November 2010 pada pukul 1100 – 1200
WIB.

BAB V
PERCOBAAN OSBORNE REYNOLDS
A. Tujuan
1. Untuk mengamati aliran laminer (Re < 2000).
2. Untuk mengamati aliran transisi ( Re = 2000-4000)
3. Untuk mengamati aliran turbulen (Re > 4000).

B. Peralatan
1. Hydraulic Bench F1-10
2. Osborne Reynolds Apparatus F1-20
3. Tinta
4. Stop watch, 1 buah
5. Gelas ukur
6. Alat tulis.
Reservoir

tinta

Pipa Pelimpah Keran Pengatur Pipa


Pelimpah
Jarum Pengarah
Jarum Pengarah Tinta Keran Pengatur
Tangki Utama
Reservoir
tinta
Kelereng (Gundu)
Keran Pengatur
Tangki
Kelereng
Pipa Pengamatan
(Flow Visualisation
Pipa Inlet
Kaki/Penyangga
Pipa Pengamatan
Aliran tinta
(Flow Visualisation Pipe)

Keran Pengatur Air Pipa Inlet

Kaki/Penyangga

Gambar Osborne Reynold’s Apparatus

C. Ringkasan Teori
Aliran laminer merupakan kondisi steady dimana seluruh garis aliran mengikuti
lintasan paralel. Pada kondisi ini zat warna diindikasikan sebagai inti yang padat.
Aliran turbulen merupakan kodisi unsteady dimana garis aliran saling
mempengaruhi, menyebabkan bidang geser menjadi hancur dan terjadi pencampuran
antara fluida. Pada kndisi ini zat warna menyebar seperti tercampur.
Aliran transisi merupakan aliran yang berada di antara laminar dan turbulen.
Aliran ini telihat menuju dispersi sepeti aliran turbulen

VxD 
Re = dengan v = 
v

 Aliran Laminer  Re < 2000


 Aliran Transisi  2000 < Re< 4000
 Aliran Turbulen  Re > 4000

D. Langkah Percobaan
1. Letakkan peralatan Osborne reynold di antara hydraulic bench.
2. Hubungkan pipa inlet ke bench feet.
3. Isi reservoir dengan tinta.
4. Rendahkan penyuntik zat warna sehingga terletak tepat pada corong inlet.
5. Tutup katup kontrol air. Buka katup inlet dan perlahan- lahan isi tangki
utama hingga ketinggian pelimpah, kemudian tutup katup inlet.
6. Atur katup pengontrol air untuk mengalirkan air ke pipa visualisasi.
7. Biarkan peralatan lebih kurang 10 menit sebelum beralih ke langkah
selanjutnya.
8. Ukur suhu air
9. Buka katup inlet perlahan-lahan sehinga air menetes dari pipa outlet.
10. Tutup kembali pengontrol air.
11. Buka perlahan-lahan katup pengontrol dan atur katup kontrol zat warna
sehingga terjadi aliran lambat dengan zat warna.
12. Amati zat warna pada pipa pengamatan sehingga kita dapat melihat jenis
aliran yang tejadi.
13. Hitung debit aliran dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai volume tertentu. Pada percobaan digunakan volume.
14. Ulangi langkah-langkah di atas untuk kondisi aliran yang lain.

E. Analisa Data
 Diameter pipa pengamatan, = 10mm
 Kekentalan kinematik air, = 0,9055 x 10-6 m2/dt (diambil pada suhu
kamar, 25 °C).

Kondisi zat
Volume Air Waktu Debit,Q Kec, V
warna secara Re
( ml ) (detik) (m3/d) ( m2/d )
visual
Laminer 230 82,33 2,794 x 10-4 0,033 359,987

Transisi 230 20,33 1,131 x 10-3 0,202 2230,704

Turbulen 230 7,00 3,286 x 10-3 0,372 4113,541

F. Kesimpulan
1. Hasil dari percobaan ini sesuai dengan dasar teori yang ada tentang
bilangan Reynolds.
2. Angka Reynolds dari hasil percobaan didapat:
 LAMINER ( 359,987 < 2000 )
 TRANSISI ( 2000 < 2230,704 < 4000 )
 TURBULEN ( 4113,541 > 4000 )

3. Zat warna yang digunakan dapat menjadi parameter langsung dalam


menentukan jenis aliran secara fisik meskipun hasilnya belum tentu sesuai
dengan teori.
H. Waktu Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari Sabtu, 06 November 2010 pada pukul 0900 –
1100 WIB.

BAB VI
PERCOBAAN VISUALISASI ALIRAN
A. Tujuan
Untuk mengamati Profil muka air dengan berbagai bentuk hambatan.
1. Visualisasi aliran tanpa penghalang.
2. Visualisasi aliran dengan penghalang ambal lebar (normal).
3. Visualisasi aliran dengan penghalang ambal lebar terbalik.
4. Visualisasi aliran dengan penghalang ambal tipis.
5. Visualisasi aliran dengan pintu air.

B. Peralatan
 Flume TFC 1 unit
 Ambal lebar dan ambal tipis
 Air
 Kertas kalkir
 Alat tulis
 Stopwatch
 Isolasi

C. Langkah Kerja

1. Ukur slope dengan menggunakan selang ukur yang telah dimasukkan air
tanpa ada udara yan terperangkap di dalam selang.
2. Tempelkan kalkir pada bagian luar saluran tepatnya di daerah penghalang
(daerah pengamatan)
3. Tempatkan penghalang atau hambatan pada bagian sekat di tengah – tengah
flume ( model saluran ). Langkah ini tidak dilakukan pada visualisasi aliran
tanpa hambatan.
4. Hidupkan pompa dan atur ketinggian muka air yang diinginkan.
5. Gambarkan bentuk aliran sesuai dengan ketinggian air di bagian hulu yang
dimaksud.
6. Catat volume dan waktu untuk perhitungan debit aliran.
7. Ulangi langkah 2 sampai 5 untuk setiap penambahan
8. Apabila telah selesai dengan 1 hambatan, maka ulangi langkah di atas
untuk jenis hambatan yang lain.

D. Visualisasi Melalui Ambal Lebar


Tujuan:
Pengamatan aliran air melalui ambal lebar
 Slope = 1 / 200
 Head hulu = 14
 Tinggi tailgate = 6

Langkah Percobaan
a. Tempatkan ambal lebar di tengah flume;
b. Hidupkan hidraulic bench dan catat ketinggian air dihulu saluran;
c. Pasang kertas kalkir pada dinding luar kaca flume, yang direkatkan dengan
isolasi;
d. Plotting pada kertas kalkir kedudukan platform, weir dan muka air;
e. Ukur ketinggian air di beberapa titik dengan menggunakan alat ukur ketinggian
air dan plot pada kertas kalkir;
f. Tutup lobang pada tangki penampung dengan penyumbat lubang. Catat volume
dan waktu untuk memperoleh kecepatan aliran.

Hasil Percobaan
Volume (L) Waktu (dt) Debit (L/dt)
5 5,5 0,91
5 3,7 1,35
5 4 1,25
Rata – rata 1,17

Kesimpulan
Di depan ambal lebar terjadi rongga udara mulai dari ujung atas ambal lebar
hingga ke bagian tengah ambal.

E. Visualisasi Melalui Ambal Lebar Terbalik


Tujuan:
Pengamatan aliran air melalui ambal lebar terbalik
 Slope = 1 / 200
 Head hulu = 14
 Tinggi tailgate = 6

Langkah Percobaan
a. Tempatkan ambal lebar dengan posisi terbalik di tengah flume;
b. Hidupkan hidraulic bench dan catat ketinggian air dihulu saluran;
c. Pasang kertas kalkir pada dinding luar kaca flume, yang direkatkan dengan
isolasi;
d. Plotting pada kertas kalkir kedudukan platform, weir dan muka air;
e. Ukur ketinggian air di beberapa titik dengan menggunakan alat ukur
ketinggian air dan plot pada kertas kalkir;
f. Tutup lobang pada tangki penampung dengan penyumbat lubang. Catat
volume dan waktu untuk memperoleh kecepatan aliran.

Hasil Percobaan
Volume (L) Waktu (dt) Debit (L/dt)
5 3,8 1,32
5 4 1,25
5 3,8 1,32
Rata – rata 1,30

F. Visualisasi Aliran Melalui Ambal Tipis


Tujuan:
Pengamatan aliran air melalui ambal tipis
 Slope = 1 / 200
 Head hulu = 14
 Tinggi tailgate = 5,5

Langkah Percobaan
a. Tempatkan ambal tipis di tengah flume;
b. Hidupkan hidraulic bench dan catat ketinggian air dihulu saluran;
c. Pasang kertas kalkir pada dinding luar kaca flume, yang direkatkan dengan
isolasi;
d. Plotting pada kertas kalkir kedudukan platform, weir dan muka air;
e. Ukur ketinggian air di beberapa titik dengan menggunakan alat ukur
ketinggian air dan plot pada kertas kalkir;
f. Tutup lobang pada tangki penampung dengan penyumbat lubang. Catat
volume dan waktu untuk memperoleh kecepatan aliran.

Hasil Percobaan
Volume (L) Waktu (dt) Debit (L/dt)
5 3,9 1,28
5 4,9 1,02
5 4 1,25
Rata – rata 1,18

G. Visualisasi Aliran Melalui Pintu Sorong


Tujuan:
Pengamatan aliran air melalui pintu sorong
 Slope = 1 / 200
 Head hulu = 14
 Tinggi tailgate = 5,5

Langkah Percobaan
a. Tempatkan pintu sorong di tengah flume;
b. Hidupkan hidraulic bench dan catat ketinggian air dihulu saluran;
c. Pasang kertas kalkir pada dinding luar kaca flume, yang direkatkan dengan
isolasi;
d. Plotting pada kertas kalkir kedudukan platform, weir dan muka air;
e. Ukur ketinggian air di beberapa titik dengan menggunakan alat ukur ketinggian
air dan plot pada kertas kalkir;
f. Tutup lobang pada tangki penampung dengan penyumbat lubang. Catat volume
dan waktu untuk memperoleh kecepatan aliran.

Hasil Percobaan
Volume (L) Waktu (dt) Debit (L/dt)
5 5,3 0,94
5 5,5 0,90
5 4,5 1,11
Rata – rata 0,98

H. Visualisasi Aliran Melalui Bebas Hambatan


Tujuan:
Pengamatan aliran air melalui bebas hambatan
 Slope = 1 / 200
 Head hulu = 4
 Tinggi tailgate = 5,5

Langkah Percobaan
a. Hidupkan hidraulic bench dan catat ketinggian air dihulu saluran;
b. Pasang kertas kalkir pada dinding luar kaca flume, yang direkatkan dengan
isolasi;
c. Plotting pada kertas kalkir kedudukan platform, weir dan muka air;Tutup
lobang pada tangki penampung dengan penyumbat lubang. Catat volume dan
waktu untuk memperoleh kecepatan aliran.
Hasil Percobaan
Volume (L) Waktu (dt) Debit (L/dt)
5 2,9 1,72
5 2,9 1,72
5 3,1 1,61
Rata – rata 1,68

I. Kesimpulan

1. Pada percobaan aliran dengan penghalang ambal lebar (normal), terbentuk


kolom udara di bawah aliran ketika melewati penghalang yang disebut loncatan
air.
2. Pada percobaan aliran dengan penghalang ambal lebar terbalik.
3. Pada percobaan aliran ambal tipis, ketinggian pemukaan air di hulu hingga
hampir mendekati penghalang relatif sama, namun ketika memasuki daerah
penghalang, maka muka air sedikit mengalami kenaikan. Air langsung jatuh
ketika melewati penghalang tanpa terjadi loncatan air.
4. Pada percobaan aliran dengan penghalang pintu air.
5. Melalui percobaan aliran bebas hambatan, maka dapat disimpulkan bahwa
ketinggian air di hulu lebih besar dari ketingian air di hilir. Hal ini diakibatkan
karena air mengalir tidak secara alami, tetapi dengan bantuan alat sehingga air
mengalir tidak mengalami gaya gravitasi.

J. Waktu praktikum

Praktikum dilakukan pada hari Senin, 29 November 2010 pada pukul 1000 –
1200 WIB

Anda mungkin juga menyukai