Anda di halaman 1dari 16

TERMINAL TIPE A DI KABUPATEN DEMAK

Dengan Pendekatan Desain Green Terminal

Muhammad Fathun Najib1), Adi Sasmito2), Iwan Priyoga3)


Universitas Pandanaran
Jl. Banjarsari Barat No. 1, Pedalangan, Banyumanik, Semarang
1)
najibfathun@gmail.com
2)
adi.sasmito59@gmail.com
3)
masiw_pr@yahoo.com

Asbtrak

Moda transportasi pada zaman sekarang bukanlah hal yang baru, karena
hampir tiap hari masyarakat menggunakannya. Moda transportasi merupakan
alat/teknik/cara untuk melawan jarak/mempersingkat jarak yang dipergunakan
oleh menusia dalam menjalankan segala macam dan bentuk aktivitas
kehidupannya. Sistem transportasi merupakan kegiatan profesional yang tidak
dibatasi oleh batas geografi, kegiatan lalu lintas tertentu dan moda transportasi.
Mengingat kabupaten Demak berperan sebagai kota penyangga dan
dilewati jalan Deandels, maka tidak mengherankan jika sebagian besar
masyarakat Jawa Tengah bagian utara (Muria) memiliki pekerjaan di kota
Semarang, Jakarta maupun Surabaya. Keberadaan terminal bus tipe A di Demak
dirasakan sangat vital dan mendesak bagi para penumpang angkutan darat ini.
Dengan adanya fenomena tersebut maka perlu perencanaan Terminal Tipe A di
Kabupaten Demak sebagai pengganti Terminal Tipe B Bintoro, sehingga mampu
menjamin kelancaran dan kenyamanan pergerakan manusia dan atau barang antar
wilayah, baik menggunakan intra moda maupun antarmoda dalam kawasan kota
dan daerah sekitarnya.
Kata kunci: Terminal Tipe A, Interchange Moda Transpostasi.

PENDAHULUAN karena itu diperlukan strategi guna


menarik dan mendukung
Secara geografis Kabupaten Demak pertumbuhan kota, minimal mampu
terletak sangat strategis, baik secara menampung arus pergerakan regional
regional maupun nasional. Kabupaten Jawa Tengah, maupun nasional.
ini dari segi transportasi merupakan Kondisi Terminal Bintoro
titik tengah jalur pada pantai utara Demak, saat ini juga sudah tidak
Jawa dari barat ke timur maupun dimungkinkan kembali untuk
sebaliknya. Hal ini memberi dikembangkan ataupun direnovasi.
keuntungan dari kedudukan Letak tapak terminal saat ini sudah
Kabupaten Demak sebagai kota berada di tengah Kota Demak karena
penyangga Ibukota propinsi Jawa perkembangan Kota yaitu kurang dari
Tengah bahwa Kota Semarang akan satu kilometer dari alun-alun Masjid
menjadi simpul jasa dan distribusi Agung Demak. Usia Terminal
yang akan terus berkembang. Oleh Bintoro lebih dari 25 tahun, sehingga

1
dari fasilitas dan kualitas pelayanan kendala dan prospek Terminal
sudah tidak layak. Kenyataannya, Bus di Kabupaten Demak.
Terminal Bintoro yang notabene
terminal tipe B telah melayani bus- Dasar pendekatan
bus AKAP yang akan menuju ke perencanaan dan perancangan
Jakarta. Fasilitasnya pun telah jauh arsitektur ini di maksudkan sebagai
dari standar yang ada dan telah tidak acuan yang dipakai untuk menyusun
cukup dalam menampung penumpang landasan program perencanaan dan
yang ada. Kualitas bangunan yang perancangan Terminal Tipe A di
ada di Terminal Bintoro juga sudah Kabupaten Demak. Dasar pendekatan
jelek dan rusak. tersebut adalah:
Berdasarkan kajian di atas, maka 1. Pendekatan aspek fungsional
perlu adanya perencanaan 2. Pendekatan aspek teknis
pembangunan Terminal di Kabupaten 3. Pendekatan aspek kinerja
Demak yang memiliki ketersediaan 4. Pendekatan aspek arsitektur
lahan yang cukup bagi terminal bus 5. Pendekatan aspek kontekstual
dengan fasilitas yang dapat
menunjang pelayanan bagi Dari pendekatan perancangan di
kenyamanan pengguna jasa terminal atas di harapkan dapat tersusun
dan bersifat terbuka (menerima) sebuah perancangan terminal tipe A
kontekstual dalam merespon yang dapat memenuhi semua
lingkungan sekitar. Perencanaan kebutuhan dan kegiatan yang ada
pembangunan Terminal di Kabupaten didalamnya.
Demak akan sangat bermanfaat secara
keruangan apabila diletakkan pada Hal-hal yang menjadi dasar
bagian timur terluar Kota Semarang, perancangan itu antara lain :
khususnya di Kabupaten Demak.  Analisa tapak meliputi site,
pencapaian dan sirkulasi.
Ruang Lingkup  Analisa bangunan meliputi
kebutuhan ruang, besaran ruang,
1. Ruang Lingkup Substansial bentuk massa bangunan,
Merencanakan dan merancang penampilan bangunan.
Terminal Bus di Kabupaten  Penunjang bangunan, yang
Demak menjadi Terminal dengan meliputi persyaratan fisik dan
klasifikasi terminal Tipe A yang utilitas bangunan.
memfasilitasi semua kegiatan
yang ada di area tersebut. Maksud dan Tujuan
Sehingga diharapkan kedepannya
menjadi terminal yang memenuhi Maksud dari perancangan ini
standar perencanaan dan adalah untuk memberikan solusi
perancangan terminal bus yang untuk mengatasi permasalahan yang
telah ditentukan. ada di Terminal Bintoro saat ini
sehingga dapat berfungsi
2. Ruang Lingkup Spatial sebagaimana semestinya sebagai
Ruang Lingkup Spatial sebagai terminat Tipe A di kabupaten
Meliputi aspek kontekstual tapak Demak.
dengan memperhatikan potensi, Tujuan dalam perancangan ini
adalah mencari, menggali,

2
mengelompokkan dan 1. Teknologi transportasi modern
mengidentivikasikan permasalahan sudah mampu untuk diterapkan
dalam koridor aspek-aspek dalam perencanaan dan
perencanaan dan perancangan perancangan terminal bus di
Arsitektur serta merumuskan demak.
pemecahan yang terkait dengan 2. Penyediaan lahan tidak ada
perencanaan dan perancangan sebuah masalah.
bangunan Terminal Tipe A di 3. Struktur dan daya dukung tanah
kabupaten Demak. dianggap memenuhi syarat teknis
pembangunan terminal.
Batasan dan Anggapan 4. Jaringan utilitas yang dibutuhkan
dianggap sudah tersedia dan tidak
Batasan perencanaan Terminal Tipe ada masalah.
A ini adalah : 5. Persentase pertumbuhan
1. Pembahasan yang dilakukan penumpang dan angkutan
hanya pada ruang lingkup disiplin dianggap stabil.
ilmu arsitektur. 6. Data angka yang tidak bisa
2. Peraturan bangunan disesuaikan ditentukan sevara pasti
dengan peraturan yang berlaku ditetapkan dengan pendekatan
pada lokasi tapak yang akan asumsi berdasarkan wawancara
dibangun terminal bus. atau analisa banding
3. Penentuan lokasi terminal bus
ditinjau berdasarkan TINJAUAN TEORI
pertimbangan faktor yang
mempengaruhi dalam persyaratan Faktor Perancangan Faktor
terminal bus dengan penentu perancangan Terminal
memperhatikan Rencana Umum Terpadu ini adalah sebagai berikut:
Tata Ruang Kota (RUTRK) 1. Bagaimana mengorganisasikan
4. Perencanaan fisik diprediksi untuk ruang secara optimal yang terdiri
memenuhi kebutuhan sampai dari berbagai aktivitas yang ada,
dengan 20 tahu yang akan datang sehingga tercipta hubungan antar
sampai tahun 2030. kelompok ruang yang efektif,
5. Perencanaan pembangunan efisien dan mempunyai
terminal mangacu pada pola fleksibilitas tinggi serta saling
sirkulasi jalan yang telah ada menunjang antara fungsi yang
maupun yang direncanakan. satu dengan yang lain.
6. Standar-standar perencanaan dan 2. Terminal Tipe A ini harus bisa
prancangan menggunakan studi menampung serta memenuhi
literatur, studi banding maupun semua kepentingan di dalamnya.
analisis logis. 3. Pola sirkulasi yang jelas dan
7. Teknologi dan perlengkapan membedakan antara masing –
bangunan disesuaikan dengan masing fungsi bangunan tersebut.
kemajuan teknologi saat ini. 4. Struktur kolom yang menerus dari
bawah menjadi pertimbangan
Dalam menyederhanakan dalam penentuan luasan.
pembahasan digunakan anggapan-
anggapan sebagai berikut :

3
Kegiatan Dan Pelaku Kegiatan perancangan arsitektur. Dasar
pendekatan tersebut adalah sebagai
Ada beberapa Kegiatan dan Pelaku berikut:
kegiatan yang ada Terminal Terpadu
Jawa Tengah yaitu sebagai berikut : Pendekatan aspek fungsional
1. Pengunjung Ada beberapa macam Dasar pendekatan fungsional
pengunjung yang datang dan pergi bertitik tolak pada pelaku aktivitas,
maupun untuk sekedar transite di jenis aktivitas, proses aktivitas, jenis
lihat dari tujuannya antara lain: fasilitas, kapasitas dan besaran ruang
mencari informasi keberangkatan guna menciptakan wadah yang
bus, membeli ticket maupun fungsional dan efektif untuk semua
keperluan lainnya. kegiatan dan persyaratan bangunan.
2. Tamu Adalah pengunjung yang
mempunyai kepentingan khusus Pendekatan Aspek Fisiologis
dengan pengelola terminal. Pendekatan perancangan
3. Pengelola Adalah kelompok Terminal Tipe A sebagai bangunan
individu/personel yang komersil yang multifungsi.
mempunyai tugas mengelola,
mengurusi dan mengoperasikan Pendekatan Aspek Psikologis
kegiatan yang ada, pengelola Aspek psikologis menyangkut
disini dibagi dalam dua kategori kejiwaan yang dipengaruhi oleh
yaitu pengelola gedung, dan suasana, sirkulasi antar ruang,
pengelola khusus. kebutuhan privasi, skala dan proporsi,
dan warna.
METODOLOGI
Pendekatan Perilaku
Dalam perancangan Terminal Pendekatan perilaku Terminal
Terpadu Jawa Tengah diperlukan Tipe A ini adalah perilaku
landasan konseptual yang akan pengunjung terminal/ penumpang dan
melandasi perancangan fisik pengelola masing – masing.
bangunan. Adapun konsep tersebut
akan dijabarkan sebagai berikut: Pendekatan Pelaku Kegiatan
 Terminal Terpadu ini merupakan Terbagi dalam 3 macam pelaku
penggabungan dari beberapa kegiatan yaitu:
fungsi atau kebutuhan serta 1. Pengunjung
bangunan penunjang yang Berdasarkan kepentingan
mawadahi dari ketiga fungsi pengunjung dapat dibedakan
tersebut. dalam beberapa kategori yaitu:
 Lingkup kegiatan meliputi jasa penumpang dan tamu pengelola.
jual beli tiket, mencari informasi 2. Staf karyawan Ada 3 kelompok
keberangkatan, dan keperluan staff pengelola dalam satu
yang lainnya. bangunan ini yaitu staff karyawan
pengelola dan karyawan biro
Acuan yang dipakai untuk penjualan ticket dan bengkel.
menyusun landasan program 3. Pengelola Gedung Terdiri dari
perencanaan dan perancangan petugas security, pertamanan,
Terminal Tipe A ini adalah dasar mechanical engineering.
pendekatan perencanaan dan

4
Pendekatan Kelompok Kegiatan mempertimbangkan kegiatankegiatan
Terdiri dari beberapa kelompok yang dilakukan.
kegiatan, antara lain:
1. Kelompok Aktivitas Utama HASIL PEMBAHASAN
Aktivitas jasa perjalanan,
perbelanjaan, biro jasa pembelian Konsep Aspek Teknis
ticket dan pengelolaan. Aktivitas utama yang
2. Kelompok Aktivitas Pengelola berlangsung dalam terminal terpadu
Meliputi aktivitas administrasi ini adalah aktivitas jasa pelayanan
dan aktivitas intern pengelola. perjalanan, biro penjualan ticket,
3. Kelompok Aktivitas Perlengkapan perbelanjaan makanan dan
Kelompok aktivitas yang perkantoran, oleh karena itu
melengkapi aktivitas utama yang pendekatan sistem struktur dan modul
terdiri dari aktivitas perkantoran yang tepat untuk mewadahi semua
dan jasa. aktivitas ini.
4. Kelompok Aktivitas Pelayanan 1. Struktur
Meliputi aktivitas pelayanan Berkaitan dengan fungsi, massa
ibadah (mushola), pelayanan dan estetika bangunan yang akan
toilet, pelayanan mekanikal diciptakan sebagai struktur yang
elektrikal serta workshop. kuat, yaitu dengan penataan
5. Kelompok Aktivitas Pendukung massa bangunan dengan denah
Kelompok aktivitas yang diagonal untuk sebuah terminal
mendukung seluruh aktivitas yang dan penyesuaian fungsi dan
terjadi dalam pusat perbelanjaan kebutuhannya.
terdiri dari aktivitas pendukung 2. Bahan Bangunan,
keamanan, pemeliharaan, bongkar Pemilihan bahan bangunan dalam
muat barang dan aktivitas perencanaan terminal terpadu ini
pendukung bagi karyawan. harus memperhatikan beberapa
6. Kelompok Aktivitas Parkir ketentuan sebagai berikut :
Meliputi parkir bus AKAP, bus  Bahan untuk bagian Lantai dan
AKDP,bus kota, angkot, taksi dan aspal harus terbuat dari bahan
kendaraan pribadi. yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna-terang, dan
Pendekatan Hubungan Ruang mudah dibersihkan, Lantai yang
Ditentukan untuk dapat selalu kontak dengan air harus
memperoleh letak dan kedekatan mempunyai kemiringan yang
antara ruang satu dengan lainnya. cukup ke arah saluran
Hubungan ruang ditentukan pembuangan air limbah.
berdasarkan organisasi ruang dan  Bahan untuk Dinding
sirkulasi ruang pelaku kegiatan permukaannya harus kuat, rata,
(pengunjung, dan karyawan). berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak
Pendekatan Kapasitas Dan luntur serta tidak menggunakan
Besaran Ruang cat yang mengandung logam
Ditentukan untuk memperoleh berat.
besaran ruang standart dalam  Penghawaan alamiah harus dapat
pembagian ruang, dengan menjamin aliran udara di dalam
dengan baik, terutama area

5
basement. Luas penghawaan umum. pendekatan ruang hanya
alamiah minimum 15% dari luas dilakukan pada ruang-ruang tertentu
lantai. Bila penghawaan alamiah yang memerlukan persyaratan khusus
tidak dapat menjamin adanya yaitu:
pergantian udara dengan baik, 1. Basement Harus memperhatikan
ruang harus dilengkapi dengan sirkulasi yang baik kemudahan
penghawaan buatan/mekanis aksesbililiti, pencahayaan alami,
 Penutup Atap harus kuat, tidak penghawaan alami dan buatan.
bocor, dan tidak menjadi tempat 2. Kamar Hotel Merupakan privasi
perindukan serangga, tikus, dan pengunjung, pencahayaan dan
binatang penganggu lainnya. penghawaan menggunakan alami
Ketinggian yang lebih dari 10 dan buatan, penghawaan alami
meter harus dilengkapi penangkal diperoleh dari jendela yang bisa di
petir buka dari dalam kamar.
 Plafon harus kuat, berwarna 3. Ruang administrasi Ruang direksi
terang, dan mudah dibersihkan, terpisah oleh partisi dengan ruang
tingginya minimal 3,00 meter dari staf, penggunaan penghawaan
lantai Kerangka Plafon harus kuat sentral, pencahayaan kombinasi
dan bila terbuat dari kayu harus antara alami dengan buatan.
anti rayap
 Konstruksi. beranda dan talang Rencana Sirkulasi
harus sedemikian sehingga tidak Perancangan Terminal Terpadu
terjadi genangan air yang dapat harus memperhatikan sirkulasi yang
menjadi tempat perindukan benar-benar nyaman, karena dalam
nyamuk Aedes. satu gedung terdapat berbagai macam
 Pintu harus kuat, cukup tinggi, kepentingan, disinilah dituntut proses
cukup lebar, dan dapat mencegah yang cukup rumit, diantara hal-hal
masuknya serangga, tikus, dan yang harus di perhatikan antara lain:
binatang pengganggu lainnya. 1. Sirkulasi Ruang Luar, perlu
adanya pembedaan terhadap
Konsep Aspek Kinerja sirkulasi bus, mobil serta roda dua
Perancangan Terminal Tipe A yang akan parkir. Sirkulasi
memerlukan suatu kelengkapan pengunjung dan sirkulasi
fasilitas bangunan yang digunakan pengelola, sirkulasi pengunjung
untuk menunjang tercapainya unsur- dari pintu masuk utama (ME) dan
unsur kenyamanan, keselamatan, sirkulasi servis dan perawatan
kemudahan, komunikasi dan masuk dari pintu masuk kedua
mobilitas dalam bangunan. Oleh (SE).
karena itu perlu pendekatan sistem 2. Sirkulasi Dalam Bangunan,
utilitas bangunan. hendaknya menggunakan
Sirkulasi Vertikal dengan tangga
Rencana Persyaratan Ruang dan lift. Serta eskalator untuk
Rencana persyaratan ruang mall, Sirkulasi horizontal dengan
meliputi persyaratan fisik, koridor dan pintu.
penghawaan, pencahayaan serta
akustik ruang. karena beberapa
ruangruang yang ada merupakan
ruang yang tidak diperbolehkan untuk

6
Rencana Utilitas konstektual juga menjadi konsep dari
Perencanaan utilitas dalam perencanaan Terminal Tipe A.
terminal terpadu yang di rancang
antara laian : Rencana Massa Bangunan
1. Sistem jaringan listrik, Massa bangunan menyesuaikan
menggunakan tenaga listrik utama dari konsep, dimana analisa site,
dari PLN, candangan dari standby klimatologi dan zooning menjadi
emergency power/genset. landasan dalam bentuk bangunan.
2. Sistem jaringan air bersih, Konsep Site dan Tapak Dari hasil
menggunakan jaringan air bersih skooring 3 lokasi, di dapat site
dari PDAM dan sumur artetis. terpilih berada di Jl. Lingkar Demak.
Penyaluran dengan cara Down Site sekarang adalah sebuah
Feed Distribution. persawahan. Sesuai dengan hasil
3. Sistem penghawaan/pengkodisian penilaian tapak dimana site terpilih
udara, menggunkan penghawaan adalah di jalan utama Semarang –
alami dan buatan, kecuali koridor Kudus, dengan batas-batas:
luar dan bagianbagian tertentu  Utara = Jl. Lingkar Demak
yang hanya menggunakan dengan lebar ±16m, Hotel
penghawaan alami. Amantis dan permukiman warga
4. Jaringan  Timur = Jl. Diponegoro lebar ±
penerangan/pencahayaan, dalam 8m, lahan kosong/persawahan
bangunan menggunakan  Selatan = Permukiman warga
penerangan alami dan buatan.  Barat = Lahan
5. Sistem komunikasi, menggunakan kosong/persawahan
telekomunikasi ekstern dan intern.
6. Jaringan air kotor, menggunakan Luas tapak ±20 Ha, maka dapat
saluran langsung ke saluran kota dihitung dengan peraturan setempat
untuk kegitan yang menghasilkan yang berlaku antara lain yaitu :
limbah bersih. Instalasi  LUAS TAPAK = 20 Ha
Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 KDB = 80 %
untuk limbah yang terkontaminasi
oli dan sebagainya dari limbah  Sedangkan Garis Sempadan
bengkel, menggunkan sistem Bangunan (GSB) dengan panjang
Waste Oxidation Ditch Treatment 16 meter dari as jalan.
System (kolam oksidasi limbah).  Area Penghijauan : 30% x
7. Pengelolaan sampah, pemisahan 200.000M2 =60.000m2
sampah organik dan non organik.
8. Jaringan pemadam kebakaran.  Total Area Sirkulasi dan Parkir :
9. Jaringan penangkal petir. 80.000m2
 Area Terbangun : 60.000m2
Konsep Aspek Arsitektural  Total Luasan Bangunan :
Rencana Arsitektural 140.000m2
Karena mewadahi beberapa
 Ketinggian Lantai : 140.000 /
fungsi maka fungsional bangunan
lebih diutamakan, akan tetapi aspek 60.000 = ±2 lantai

7
1. Site Plan

2. Denah Bangunan Utama Terminal

8
3. Denah & Roof plan Hall Kedatangan

4. Denah Keberangaktan

9
5. Potongan A - A, B - B, C - C, D- D

6. Potongan LA – LA, LB – LB, MD – MD, PA – PA.

10
7. Tampak samping, Tampak depan Hall kedatangan dan Tampak depan
Bangunan utama terminal

8. Detail Platform keberangkatan, denah istrahat pengelola dan kru

11
9. Denah Klinik dan potongan

10. Tampak depan klinik, tampak depan ruang istirahat pengelola/Kru

12
11. Tampak depan terminal (3D)

12. Perspektif

13
13. Interior I

14
14. Interior II

15
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari beberapa uraian tersebut


diatas dapat disimpulkan bahwa
pembangunan dengan konsep
Terminal Terpadu Jawa Tengah
sangat efektif untuk kota-kota besar
di Indonesia, karena selain efisiensi
luas lahan juga mampu menyediakan
keperluan hidup manusia, sehingga
kota lebih maju dan berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Karyono, Tri Harso. 2005. Fungsi


Ruang Hijau Kota Ditinjau dari
Aspek Keindahan,
Kenyamanan, Kesehatan dan
Pengehematan Energi.
Karyono, Tri Harso. 2010. Green
Architecture: Pengantar
Pemahaman Arsitektur Hijau di
Indonesia. Rajawali Pers.
Lippsmeier, Georg. 1999. Bangunan
Tropis. Jakarta: Erlangga.
Morlok, Edward K. 1988. Pengantar
Teknik dan Perencanaan
Transportasi. Jakarta: Erlangga.
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia. 1995. Keputusan
Mentri Perhubungan Nomor 31
tentang Terminal Tranportasi
Jalan. Jakarta.
Neufert, Emst. 1996. Data Arsitek
Edisi 33 Jilid 1. Erlangga.
Jakarta
Neufert, Emst. 1996. Data Arsitek
Edisi 33 Jilid 2. Erlangga.
Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai