Anda di halaman 1dari 3

5.

Berbicara mengenai hukum benda tidak terlepas dari kehadiran Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). UUPA
membawa perubahan besar terhadap berlakunya Buku II KUH Perdata di Indonesia.
Yakni pada dictum UUPA yang mencabut buku II KUH Perdata yang mengatur
mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya, kecuali
ketentuan-ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada saat UUPA mulai
berlaku.

Dicabutnya ketentuan-ketentuan dalam Buku II KUH Perdata tersebut merupakan


perwujudan dari upaya unifikasi hukum agraria di Indoensia. Karena sebelum
berlakunya UUPA, hukum agraria di Indonesia bersumber kepada hukum barat dan
hukum adat. Adapun akibat dari berlakunya UUPA terhadap Buku II KUH Perdata
adalah sebagai berikut:3

1. ada pasal-pasal yang masih berlaku penuh.


2. Ada pasal-pasal yang menjadi tidak berlaku.
3. Ada pasal-pasal yang masih berlaku tetapi tidak penuh.
Pasal-pasal yang masih berlaku penuh adalah sebagai berikut:4

1. Pasal 505, serta Pasal 209 – Pasal 518 yang mengatur mengenai benda bergerak.
2. Pasal 612 dan Pasal 613 yang mengatur mengenai penyerahan benda bergerak.

Mengenai benda diatur dalam Buku II Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata, disingkat KUH Per). Sesuatu yang unik dari Buku II KUH Perdata
adalah dimasukkannya pengaturan mengenai waris ke dalam bagian ini. Padahal
hukum waris sangat erat kaitannya dengan hukum orang yang diatur dalam Buku I
KUH Perdata. Keberadaan hukum waris dalam Buku II tidak lain karena para
pembentuk undang-undang beranggapan bahwa hak waris adalah hak kebendaan, atau
lebih tepatnya hak kebendaan atas boedel dari orang yang meninggal dunia.1Pakar lain
mengemukakan pendapat bahwa hukum waris diatur dalam Buku II karena pewarisan
merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak milik yang diatur dalam Buku II2.

Berbicara mengenai hukum benda tidak terlepas dari kehadiran Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). UUPA
membawa perubahan besar terhadap berlakunya Buku II KUH Perdata di Indonesia.
Yakni pada dictum UUPA yang mencabut buku II KUH Perdata yang mengatur
mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya, kecuali
ketentuan-ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada saat UUPA mulai
berlaku.

Dicabutnya ketentuan-ketentuan dalam Buku II KUH Perdata tersebut merupakan


perwujudan dari upaya unifikasi hukum agraria di Indoensia. Karena sebelum
berlakunya UUPA, hukum agraria di Indonesia bersumber kepada hukum barat dan
hukum adat. Adapun akibat dari berlakunya UUPA terhadap Buku II KUH Perdata
adalah sebagai berikut:3

1. ada pasal-pasal yang masih berlaku penuh.


2. Ada pasal-pasal yang menjadi tidak berlaku.
3. Ada pasal-pasal yang masih berlaku tetapi tidak penuh.
Pasal-pasal yang masih berlaku penuh adalah sebagai berikut:4

1. Pasal 505, serta Pasal 209 – Pasal 518 yang mengatur mengenai benda bergerak.
2. Pasal 612 dan Pasal 613 yang mengatur mengenai penyerahan benda bergerak.
3. Pasal 826 dan Pasal 827 yang mengatur mengenai bewoning.
4. Pasal 830 – Pasal 1130 yang mengatur mengenai waris.
5. Pasal 1131 – Pasal 1149 yang mengatur mengenai piutang yang diistimewakan
(privilege).
6. Pasal 1150 – Pasal 1160 yang mengatur mengenai gadai.
Pasal-pasal yang menjadi tidak berlaku adalah:5

1. Pasal-pasal yang mengatur mengenai benda tidak bergerak yang hanya


mengatur mengenai hak atas tanah.
2. Pasal-pasal yang mengatur mengenai cara memperoleh hak milik atas tanah.
3. Pasal 621 – Pasal 623 yang mengatur mengenai pemberian penegasan hak atas
tanah yang menjadi wewenang Pengadilan Negeri.
4. Pasal-pasal yang mengatur mengenai penyerahan benda-benda tidak bergerak
5. Pasal 673 mengenai kerja rodi.
6. Pasal 625 – Pasal 672 yang mengatur mengenai hak dan kewajiban pemilik
pekarangan yang bertetangga.
7. Pasal 674 – Pasal 710 yang mengatur mengenai pengabdian pekarangan
(erfdienstbaarheid).
1. Pasal 711 – Pasal 719 yang mengatur mengenai hak opstal.
2. Pasal 720 – Pasal 736 yang mengatur mengenai hak erfpacht.
3. Pasal 737 – Pasal 755 yang mengatur mengenai bunga tanah dan hasil
sepersepuluh.
Selain itu ketentuan-ketentuan di luar Buku II KUH Perdata yang berhubungan dengan
pasal-pasal tersebut juga tidak berlaku. Sedangkan pasal-pasal yang masih berlaku tapi
tidak penuh adalah:6

1. Pasal-pasal mengenai benda pada umumnya.


2. Pasal 503 – Pasal 505 mengenai cara membedakan benda.
3. Pasal 529 – Pasal 568 mengenai benda sepanjang tidak mengenai tanah.
4. Pasal 570 yang mengatur tentang hak milik sepanjang tidak mengenai tanah.
5. Pasal 756 yang mengatur tentang hak memungut hasil (vruchgebruuk)
sepanjang tidak mengenai tanah.
6. Pasla 818 yang mengatur mengenai hak pakai sepanjang tidak mengenai tanah.
7. Pasal 1162 – Pasal 1232 yang mengatur menganai hipotik sepanjang tidak mengenai
tanah.

Anda mungkin juga menyukai