Abstrak
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Kabupaten
Karanganyar pada bulan Januari 2016 ditemukan sebagian besar pasien penderita penyakit
Diabetes Mellitus(DM) tipe II kurang patuh terhadap pengelolaan penyakit DM tipe II terutama
tentang dietnya, dan masih terdapatnya sebagian pasien penderita penyakit DM tipe II yang
tidak melakukan kontrol gula darah, adapun pasien yang melakukan kontrol gula darah tetapi
tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Akibatnya pasien yang pernah dirawat, kembali
lagi untuk dirawat karena gula darah yang terlalu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet penderita
Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Metode dalam penelitian ini adalah korelasional
dengan Pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes
mellitus tipe II yang dirawat di RSUD Kabupaten Karanganyar pada bulan Juli - Agustus 2016
dengan sample kira-kira 30 orang dengan teknik pengambilaninsidental sampling. Analisa data
menggunakan analisis Chi Kuadrat (χ2) dengan taraf signifikasi (α = 0,05). Dari hasil uji analisa
bivariat didapatkan p value 0,010 yang berartip <0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Simpulan yaitu Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet penderita
diabetes mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Karanganyar.
Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Diet, Diabetes Mellitus tipe II
Relation between family support and patients’ obedient for diet on Diabetes mellitus type II
patients in RSUD Karanganyar
Abstract
Based on preliminary research done in RSUD Karnganyar ward in January 2016, it was
found that most of Diabetes mrellitus type II patients had low obedient toward DM type II
management especially for diet. There werw some DM type II patients who did not control their
blood sugar, while the patients who contrlled thir blood sugar were not on the schedule given.
As a fact patients who had ever hospitasmple.ize as the ad were back again to hospital because
of high blood sugar. The aim of this research was to identify the relation between family support
and patients’ obedient for diet on Diabetesmellitus type II patients in RSUD Karanganyar.
This research was quantitative. The method was correlation with cross sectional design.
Population of this research was Diabetes mellitus type II patients in RSUD Karanganyar during
July – August 2016 with 30 people as the ssample. It was decided using incidental sampling.
Data analysis used chi square analysis (X2) with significant level (a=0.05). The result of
bivariat analysis test was found p value 0.010. It meant p<0.05 so that Ho was rejected and Ha
was accepted.
The conclusion was relation between family support and patients’ obedient for diet on
Diabetes mellitus type II patients in RSUD Karanganyar.
Pendidikan terakhir
Tabel 4.4 Dukungan keluarga Frekuensi Persentase
Distribusi Frekuensi Responden Cukup 19 63,3
Berdasarkan Pada Pendidikan Terakhir Baik 11 36,7
penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD
Karanganyar (n = 30) Total 30 100
Jenis Pendidikan Frekuensi Persentase Berdasarkan tabel menunjukan bahwa
Tidak sekolah 10 33.3 keluarga sudah cukup mendukung dalam
SD 14 46.7 kepatuhan diet pada penderita Diabetes
SMP 5 16.7 Mellitus tipe II. Dari table terdapat 19
SMA 1 3.3
(63,3%) keluarga sudah cukup mendukung,
Total 30 100.0
bahkan terdapat 11(36,7%) keluarga yang
sudah berpartisipasi baik dalam mendukung
kepatuhan diet pada penderita Diabetes antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
Mellitus tipe II. diet penderita Diabetes Mellitus tipe II Di
RSUD Karanganyar.
Gambaran kepatuhan diet penderita
Diabetes Mellitus tipe II
PEMBAHASAN
Kepatuhan Diet
Penderita Diabetes Distribusi Karakteristik Responden
Mellitus Tipe II Frekuensi Persentase Umur
Patuh 24 80.0
Hasil penelitian ini menunjukkan
Tidak Patuh 6 20.0
Total 30 100.0 bahwa kecenderungan orang yang menderita
Berdasarkan tabel mayoritas responden diabetes yaitu pada umur lebih dari 35
patuh dalam menjalani diet Diabetes tahun. Dari tabel 4.1 diatas sebanyak 28
Mellitus Tipe II dari 30 reponden sebanyak (93,3%) responden berumur > 35 tahun.
24 (80,0%). Hanya 6 (20,0%) responden Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang tidak patuh menjalani diet. Awad (2011) yang menunjukkan
Tabel 4.8 peningkatan jumlah pasien Diabetes
Tabel silang antara dukungan keluarga Mellitus tipe II pada pasien yang berumur
dengan kepatuhan diet penderita Diabetes
Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar lebih dari 50 tahun. Hasil Riskesdas tahun
Kepatuhan
Dukungan 2007 juga menunjukkan bahwa jumlah
Tidak Total p X2
keluarga
patuh Patuh penderita Diabetes Mellitusdi Indonesia
Kuran 0 0 0 0,010 0,05
g (00.0%) (00.0%) (00.0%)
semakin meningkat seiring dengan
Cukup 3 (15.8%) 16 19 meningkatnya umur.
(84.2%) (63.3%)
Baik 3 8 11 Hasil yang sama juga diperoleh pada
(27.3%) (72.7%) (36.7.%) penelitian yang dilakukan oleh Zahtamal
Total 6 24 30
(20.0%) (80.0%) (100.0%) (2007) terhadap 152 responden yang
menunjukkan bahwa hubungan antara umur
Dari table 4.8 diatas dapat di lihat
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe II
Sebanyak 16 (84,2%) responden sudah
pada pasien yang dirawat di RSUD Arifin
patuh terhadap diet penderita diabetes tipe II
Achmad Provinsi Riau bermakna secara
karena mendapat cukup dukungan dari
statistik, dimana orang yang berumur ≥ 45
keluarga. Sebanyak 8 (72.7%) responden
tahun memiliki risiko 6 kali lebih besar
sudah patuh terhadap diet penderita diabetes
terkena penyakit Diabetes Mellitus tipe II
karena dukungan dari keluarga juga sudah
dibandingkan dengan orang yang berumur
baik. Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa
kurang dari 45 tahun. Penelitian Iswanto
nilai p-value sebesar 0,010. Karena nilai
(2004) juga menemukan bahwa ada
signifikansi 0,010 < 0,05 maka Ho ditolak
hubungan yang signifikan antara umur
dan Ha diterima sehingga terdapat hubungan
dengan kejadian diabetes mellitus. Adanya mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan
proses penuaan menyebabkan berkurangnya hal tersebut merupakan salah satu faktor
kemampuan sel β pancreas dalam risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.
memproduksi insulin (Sunjaya, 2009). Jumlah lemak pada laki-laki dewasa
Selain itu pada individu yang berusia lebih rata-rata berkisar antara 15-20% dari berat
tua terdapat penurunan aktivitas badan total, dan pada perempuan sekitar 20-
mitokondriadi sel-sel otot sebesar 35%. Hal 25%. Jadi peningkatan kadar lipid (lemak
ini berhubungan dengan peningkatan kadar darah) pada perempuan lebih tinggi
lemak di otot sebesar 30% dan memicu dibandingkan pada laki-laki, sehingga faktor
terjadinya resistensi insulin. risiko terjadinya Diabetes Mellitus pada
Hal ini dilaporkan juga oleh Wimpie perempuan lebih tinggi dibandingkan pada
(2000) yang mendapatkan bahwa 35-75% laki-laki (Imam Soeharto, 2003).
pria diabetes mengalami peningkatan Pekerjaan
dengan bertambahnya usia yaitu dari 9% Ditinjau dari jenis pekerjaan responden,
pada usia 20-29 tahun dan meningkat yang terbanyak adalah responden yang
menjadi 95% pada usia 70 tahun memiliki pekerjaan sebagai buruh dan
(PERKENI, 2000). Umur ≥ 60 tahun swasta masing masing 11 responden
berkaitan dengan terjadinya diabetes karena ((36.7%).Hal ini dapat terjadi karena
pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis banyaknya tekanan/stres dan minimnya
menurun karena terjadi penurunan sekresi aktifitas. Sehingga untuk memenuhi tenaga
atau resistensi insulin sehingga kemampuan yang dibutuhkan para pekerja akan makan
fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa terutama makanan yang manis manis
darah yang tinggi kurang optimal (Hastuti, sebagai sarana untuk memenuhi kecukupan
2008). energinya. Hasil penelitian ini sejalan
Jenis kelamin dengan Penelitian yang dilaksanakan oleh
Berdasarkan table 4.2 diatas dari 30 Balkau et al (2008), pada 13 kota di Eropa
responden sebagian besar dapat dijumpai disimpulkan bahwa akumulasi aktivitas fisik
pada perempuan sebanyak 21(70%) sehari-hari merupakan faktor utama yang
dibandingkan laki-laki 9(30%). Hal ini menentukan sensitivitas insulin. Dalam
disebabkan karena pada perempuan penelitian ini, sebagian besar responden
memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat kelompok kasus memiliki pekerjaan sebagai
trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan buruh dan swasta. Kadar gula darah yang
dengan laki-laki, dan juga terdapat normal cenderung meningkat secara
perbedaan dalam melakukan semua aktivitas bertahap setelah mencapai usia 50 tahun.
dan gaya hidup sehari-hari yang sangat Untuk menurunkan kadar gula darah
tersebut perlu dilakukan aktivitas fisik Diabetes Mellitusdengan kejadian Diabetes
seperti berolahraga, sebab otot Mellitus.
menggunakan glukosa yang terdapat dalam Orang yang tingkat pendidikannya
darah sebagai energi (Adib, 2011). tinggi biasanya akan memiliki banyak
Jenis pekerjaan juga erat kaitannya pengetahuan tentang kesehatan. Dengan
dengan kejadian Diabetes adanya pengetahuan tersebut oarang akan
Mellitus.Pekerjaan seseorang mempengaruhi memiliki kesadaran dalam menjaga
tingkat aktivitas fisiknya.Kebanyakan kesehatannya (Irawan, 2010). Pendidikan
responden adalah kelompok buruh dan sebagian besar responden adalah tamat SD.
swasta.Variabel pekerjaan ini memiliki Dalam analisis, variabel pendidikan dibuat
kaitan dengan aktifitas fisik.Bekerja sebagai menjadi dua kategori yaitu rendah dan
buruh dan swasta belum tentu memiliki tinggi.Pendidikan rendah yaitu bila
aktivitas fisik yang tinggi. Ada pula ibu responden berpendidikan antara tidak pernah
rumah tangga belum tentu memiliki aktivitas sekolah sampai tamat SMP.Sementara itu,
fisik yang rendah, justru melakukan pendidikan tinggi yaitu bila responden
berbagai aktivitas yang tinggi seperti seperti berpendidikan antara tamat SMA sampai
menyapu, memasak dan mencuci. dengan tamat perguruan tinggi.Dalam
Pendidikan analisis, terlihat bahwa sebagian besar
Dari segi tingkat pendidikan, sebagian responden berpendidikan rendah.
besar responden adalah lulusan SD (46,7%), Lama menderita Diabetes Mellitus tipe II
hanya 1 (3,3%) yang lulus SMA. Penelitian Jika seseorang baru menderita ataupun
ini kurang sesuai dengan penelitian yang sudah lama menderita diabetes Mellitus, hal
dilakukan oleh Lubis (2012) yang ini merupakan sebuah stressor bagi dirinya
menunjukkan hasil bahwa persentase tingkat karena berbagai komplikasi yang dapat
pendidikan terakhir responden yang paling terjadi seperti retinopati, nefropati diabetik,
besar adalah lulusan SMA/sederajat. dan neuropati diabetik. Respon emosional
Semakin tinggi tingkat pendidikan berarti kemudian akan muncul terhadap diri
ada kemungkinan semakin baik pula penderita diabetes mellitus yang merupakan
pengetahuan seseorang dalam mencegah ungkapan dari perasaan sedih, frustasi, takut,
terjadinya peyakit termasuk Diabetes khawatir, cemas akibat menderita penyakit
Mellitus tipe II, begitupun sebaliknya.Hal ini Diabetes Mellitus tipe II (Smeltzer dan
sejalan dengan hasil penelitian Zahtamal Bare,2008). Reaksi-reaksi psikis yang
(2007) yang menunjukkan bahwa terdapat muncul merupakan masalah lain bagi
hubungan antara pengetahuan tentang perawat disamping masalah diabetes
Mellitus itu sendiri, yang selanjutnya akan pengangkatan, dan mereka hidup dalam
mempengaruhi penanganan penderita. suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
Hasil penelitian tersebut menunjukan lain, dan di dalam perannya masing-masing
bahwa penderita diabetes Mellitus yang menciptakan serta mempertahankan
terlalu lama bisa menyebabkan terjadi kebudayaan.
komplikasi serius. Hal tersebut sesuai Menurut Friedman (1981) dalam
dengan Soegondo (2009) yang mengatakan Setiadi (2008) membagi 5 tugas keluarga
secara epidemiologis diabetes Mellitus tipe dalam bidang kesehatan yang harus
II seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan dilakukan, yaitu : mengenal gangguan
onset atau mulai terjadinya diabetes Mellitus perkembangan kesehatan setiap anggotanya,
jangka waktu yang terlalu lama 7 tahun mengambil keputusan untuk melakukan
sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga tindakan yang tepat, memberikan perawatan
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kepada anggota keluarganya yang sakit dan
kasus tidak terdeteksi ini. yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
karena cacat dan usianya yang terlalu muda,
Hubungan dukungan keluarga dengan mempertahankan suasana rumah yang
kepatuhan diet penderita Diabetes menguntungkan kesehatan dan
Mellitus tipe II perkembangan kepribadian anggota
Hasil penelitian yang dilakukan keluarganya, mempertahankan hubungan
menunjukkan bahwa dukungan keluarga timbal balik antara anggota dan lembaga-
sangatlah bermakna bagi pasien untuk patuh lembaga kesehatan, yang menunjukkan
berobat atau patuh menjalankan terapi, pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
karena fungsi keluarga sangat penting dalam kesehatan yang ada.
setiap aspek perawatan kesehatan keluarga Hasil penelitian didapatkan dukungan
mulai dari strategi-strategi hingga fase keluarga yang dimiliki adalah cukup,
rehabilitasi terhadap penderita. Dari table dukungan keluarga ini dapat berasal dari
4.9 dapat penulis sampaiakn bahwa lebih hubungan darah, hubungan perkawinan atau
dari 72.7% penderita yang mendapat pengangkatan, hal ini disebabkan oleh
dukungan keluarga akan patuh terhadap sumber dukungan keluarga yang ada.
pengobatan. Pada umumnya di Indonesia, Dukungan keluarga dalam hal ini seperti
seseorang tinggal bersama-sama dengan pada saat anggota keluarga yang menderita
keluarganya. Menurut Chayatin (2009), penyakit Diabetes Mellitus mengalami
keluarga adalah dua atau lebih dari dua keluhan ketika kadar gula meningkat atau
individu yang tergabung karena hubungan menurun, keluarga dapat saling membantu
darah, hubungan perkawinan atau untuk memberikan perawatan, serta
memberikan motivasi pada pasien Diabetes paling banyak pasien Diabetes Mellitus yaitu
Mellitus dalam menjalankan terapi. sebagai buruh dan swasta, sehingga lebih
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan banyak waktu luang untuk mengontrol diet
dan perubahan-perubahan yang dialami dalam melaksanakan pencegahan penyakit
anggota keluarganya. Perubahan sekecil Diabetes Mellitus karena tidak terpancang
apapun yang dialami anggota keluarga oleh waktu untuk bekerja dan dapat ijin
secara tidak langsung menjadi perhatian sewaktu-waktu.
anggota keluarga lainnya. Apabila
menyadari adanya perubahan perlu dicatat SIMPULAN
kapan terjadinya, perubahan yang terjadi, 1. Sebanyak 19 (63,3%) responden
dan seberapa besar perubahannya. mendapatkan cukup dukungan dari
Hasil penelitian didapatkan kepatuhan keluarga dan 11 responden mendapatkan
diet yang dilakukan pasien adalah patuh dukungan yang baik dari keluuarga
sebesar 24 responden (80.0%), hal ini untuk mendukung penyembuhan
disebabkan oleh beberapa faktor yang penyakitnya.
mempengaruhi kepatuhan. Faktor yang 2. Sebanyak 24 (80,0%) patuh dalam
mempengaruhi kepatuhan salah satunya menjalani diet sebagai penderita
adalah dukungan dari keluarga, dengan Diabetes Mellitus Tipe II dan hanya 6
adanya dukungan dari keluarga yang kurang, (20,0%) responden yang tidak patuh
penderita akan merasa kurang senang dan menjalani diet.
tentram, karena itu kepercayaan diri 3. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-
penderita untuk menghadapi atau mengelola value sebesar 0,010. Karena nilai
penyakitnya masih kurang. Namun hasil signifikansi 0,010 < 0,05 maka Ho
penelitian paling banyak menderita Diabetes ditolak dan Ha diterima sehingga
Mellitus ±2-4 tahun, tentunya pasien terdapat hubungan antara dukungan
Diabetes Mellitus yang sering berobat dan keluarga dengan kepatuhan diet
sering mendapatkan informasi penyuluhan penderita Diabetes Mellitus tipe II Di
tentang diet dan komplikasi yang terjadi RSUD Karanganyar.
secara langsung, keluarga dan pasien akan
mengambil keputusan untuk melakukan SARAN
tindakan atau memberi dukungan kepada 1. Keluarga diharapkan ikut serta dalam
pasien Diabetes Mellitus dengan lebih pengelolaan penyakit diabetes terutama
memperhatikan pencegahan Diabetes dalam memberi dukungan kepada pasien
Mellitus. Hal ini juga dipengaruhi oleh agar senantiasa mematuhi diet untuk
pekerjaan pasien yang menurut penelitian penderita Diabetes Mellitus.
2. Bagi pemberi Pelayanan Kesehatan The McGraw-Hill Companies. p. 2275-
2299.
lebih intensif melakukan sosialisasi dan
penyuluhan kesehatan tentang
Irfan Arief. 2011. Risiko Baru Penyakit
pengelolaan penyakit diabetes dengan
Kardiovaskuler. Ethical Digest
mengikutsertakan keluarga. Selain itu
Jin, Kafil. 2012. Gambaran Dukungam
diharapkan juga melakukan skrinning
Keluarga dan Perilaku Perawatan Diri
untuk penyakit diabetes agar dapat Pasien Diabetes Mellitus dalam
Pengelolaan Kadar Glukosa Darah di
diketahui lebih awal, sehingga
Klinik Dokter Keluarga Korpagama
pencegahan komplikasi dapat dilakukan Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran UGM
lebih dini.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Riset Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Salemba Medika.
Aditama, W., 2011. Hubungan Self-care,
Pratita. 2012. Hubungan Dukungan
Self-Efficacy dan Social Support
Pasangan Dan Health Locus Of
terhadap Pengendalian Kadar Gula
Control Dengan Kepatuhan Dalam
Darah (HbA1c) Penderita Diabetes
Menjalani Proses Pengobatan Pada
Mellitus Tipe 2di Puskesmas
Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2.
Banyudono 1 dan Ngemplak Kabupaten
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Boyolali. Tesis. Universitas Gadjah
Surabaya Vol.1 No.1.
Mada.