Komunikasi Teraupetik Dalam Keluarga Tentang Pertolongan Pertama Pada Klien Dengan Penyakit Maag
Komunikasi Teraupetik Dalam Keluarga Tentang Pertolongan Pertama Pada Klien Dengan Penyakit Maag
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas
mata kuliah ,yaitu “keperawatan medikal bedah” . Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Definisi.............................................................................................................3
2.2 Etiologi.............................................................................................................3
2.3 Patofisiologi.....................................................................................................4
2.6 Laboraturium.................................................................................................5
2.7 Penatalaksanan..............................................................................................6
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan merupakan salah satu
kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering
disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis
akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe,
fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Apendisitis kronik
disebabkan fibrosis menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan
infiltrasi sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang. Namun dalam tiga
sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi
menjadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara
berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemologi apendisitis akut jarang
terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-
an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara
wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya
menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.
1. Tujuan Umum
1
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah diperoleh gambaran secara teoritis dalam
merawat pasien dengan apendisitis.
2. Tujuan Khusus
b. Mampu mengidentifikasi data-data yang perlu dikaji pada klien dengan apendisitis.
c. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan apendisitis.
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Masyarakat
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah
katup ileocecal (Brunner dan Sudarth, 2002).
Appendisitis adalah suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi dekat
katup ileocecal (Long, Barbara C,1996).
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering (Arif Mansjoer dkk,2000).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh
tanpa perawatan,tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing
yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan
shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2007).
2.2 Etiologi
Penyebab yang paling umum dari apendiksitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya
merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa yang menyebabkan inflamasi.
Selain itu appendiksitis juga disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hiperplasia foliksi
limfoid, fekalit, benda asing, stiktor karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya dan neoplasma
(Arief Mansjoer, 2000 : 307).
2.3 Patofisiologi
Appendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia, folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabakan obstruksi dan akan mengalami
penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa atau sumbatan. Obstruksi yang
terjadi tersebut yang menyebabakan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan meningkat akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri,
dan ulserasi mukosa. Pada saat ini terjadi appendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. sumbatan disebabkan oleh nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, dan suhu tubuh
mulai naik.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
3
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah.
Keadaan ini yang kemudian disebut dengan appendiksitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini disebut dengan appendiksitis ganggrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu
pecah akan terjadi appendiksitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat aciecum dan
usus yang berdekatan akan bergerak kearah appendiks sehingga timbul suatu masa lokal yang
dsebut infiltrat appenduraris. Peradangan appendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih
tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua atau dewasa perforasi mudah terjadi karena telah
ada gangguan pembuluh darah.
Nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau
batuk
Anorexia
Malaise
Demam tinggi
Konstipasi
Pemeriksaan darah : jumlah leukosit (biasanya akan terjadi leukositosis ringan 10.000 – 20.000/ml)
dengan peningkatan neutrofil.
Pemeriksaan urine untuk membedakan adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
Appendikografi
2.6 Laboraturium
Pemeriksaan darah : leukosit ringan umumnya pada appendicitis sederhana lebih dari 13000/mm3
umumya pada appendicitis perforasi. Hitung jenis : terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan Urin :
sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila appendiks yang
meradang menempel pada ureter atau vesika.
4
2.7 Penatalaksanaan
· Observasi
ü 8 – 12 jam setelah timbulnya keluhan, dalam tindakan ini diobservasi ketat perlu dilakukan,
pasien diminta tirah baring dan dipuasakan
ü Foto abdomen
· Antibiotik
ü Operasi Appendik
ü Pasca Operasi
· Observasi TTV
· Berikan makanan saring/cair pada keesokan harinya dan makanan berikutnya makanan lunak.
· Pada hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan klien diperbolehkan pulang.
5
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
· Riwayat kesehatan dahulu : Kaji apakah klien pernah menderita dengan nyeri pada abdomen
seperti batu uretra
· Riwayat kesehatan sekarang : Kaji adanya nyeri di daerah umbilikus dan peri umbilicus,
muntah, anorexia, malaise, demam tinggi, konstipasi, bahkan kadang-kadang terjadi diare.
- Kaji apakah ada anggota kelurga lain yang menderita penyakit hipertensi atau DM.
d. Pemeriksaan Fisik
· Suhu tubuh naik ringan pada appendiksitis ringan, suhu tubuh meninggi dan menetap atau
lebih bila terjadi perforasi
· Dehidrasi ringan sampai berat tergantung pada derajat sakitnya, dehidrasi berat pada klien
appendiksitis perforasi dengan peritonitis umum. Hal ini disebabkan kekurangan masukan, muntah,
kenaikan suhu.
A : Tympani
· Dada thoraks
P : Sonor
A : Vesikular
6
2. Diagnosa Keperawatan
· Gangguan rasa nyaman : nyeri (sedang/berat b.d terjadinya peradangan/ peningkatan asam
lambung.
· Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pengeluaran yang berlebihan ditandai dengan
mual, muntah, dan anoreksia
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi
Dx :
4. Kolaborasi
Rasional :
1. Dapat mengetahui tingkat nyeri dan dapat menentukan intervensi atau tindakan yang akan
dilakukan.
Dx :
7
- Klien tidak demam
- Luka Bersih
1. Awasi TTV
Rasional
Dx :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pengeluaran yang berlebihan ditandai dengan mual,
muntah, dan anoreksia.
KH : - Kelembaban mukosa
4. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila peamsukan per oral dimulai dan lanjutkan dengan
diet sesuai toleransi
Rasional
8
4. Impelementasi
Setelah intervensi disusun, maka dilanjutkan dengan tindakan yaitu : melaksanakan secara langsung
atau mendelegasikan dengan tenaga kesehatan lainnya yang dapat dipercaya dalam memberikan
asuhan keperawatan klien yang dilihat secara utuk dan unik atau bio-psiko dan spiritual.
5. Evaluasi
Merupakan akhir dari suatu proses keperawatan, dan merupakan penilaian dari proses keerawatan
yang telah diberikan pada klien.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyumbatan. Sisa makanan atau kotoran yang mengeras dapat terjebak di dalam lubang pada
rongga perut yang mengisi appendix anda
Infeksi. Appendicitis dapat juga dikarenakan infeksi, seperti infeksi virus gastrointestinal, atau
mungkin karena jenis pembengkakan lainnya.
Pada kedua kasus, bakteri dapat menyerang dengan cepat, menyebabkan appendix meradang dan
terisi oleh nanah. Jika tidak diobati secara benar, appendix dapat pecah.
Nyeri gatal yang dimulai dari sekitar perut dan sering manjalar ke perut bagian kanan bawah
Nyeri yang tajam pada perut bagian kanan bawah yang terjadi ketika area di tekan dan kemudian
tekanan tersebut dilepas dengan capat
Nyeri yang memburuk ketika anda batuk, berjalan atau membuat gerakan bergetar
Mual
Muntah
Demam ringan
Konstipasi
Diare
Ada cara tradisional untuk mengobati usus buntu tanpa operasi. Yang perlu anda persiapkan adalah:
Bahan:
10
- 3 ruas jari kunyit,
Caranya:
2. Tambahkan 2 sendok makan air jeruk nipis, garam, dan gula merah secukupnya, lalu tambah air
putih 1 cangkir.
4. Jangan lupa berdoa kepada Allah untuk kesembuhan penyakit usus buntu anda.
Usus buntu termasuk penyakit yang tak bisa dicegah, Hanya saja apabila ada Anda mengalami gejala-
gejala radang ini, jangan sekali-sekali minum obat pencahar. Karena tindakan ini justru bisa
menyebabkan robekan usus buntu. Cukup kompres saja daerah yang nyeri ini dengan es agar rasa
nyeri berkurang dan peradangan bisa diperlambat.
11
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut pengertian diatas dapat simpulkan bahwa apendiks adalah termasuk ke dalam salah satu
organ sistem pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat pada sekum yang berfungsi
sebagai imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut pada apendiks yang disebabkan oleh fekalit
(massa keras dari feces), tumor atau benda asing di dalam tubuh, namun ulserasi mukosa oleh
parasit E.
Histolytica juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun dapat menyebabkan
terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi makanan rendah serat dapat menyebabkan
konstipasi yang akan menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa dan
terjadilah apendisitis.
3.2 Saran
Bagi mahasiwa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit apendisitis
yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita. Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan
makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang penyakit apendisitis.
12
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta: EGC.
Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi, edisi 2. Jakarta: EGC.
Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9 . Jakarta: EGC.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, volume 2. Jakarta: EGC.
Sylvia A Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 4 buku.
Jakarta: EGC.
13