Anda di halaman 1dari 11

1.

Jalan dan Jembatan

Definisi Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Jalan merupakan sebuah fasilitas yang dibuat untuk mempermudah transportasi
melalui jalur darat. Jalan sudah ada sejak zaman manusia purbayang digunakan untuk
berpindah tempat telusuri hutan. Dalam perkembangannya pada zaman dahulu
manusia hanya mengenal jalan yang terbuat dari tanah dan hanya bisa di lalui dengan
berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kuda. Hingga saat ini manusia
membutuhkan jalannya tidak hanya untuk dilalui oleh pejalan kaki namun juga oleh
kendaraan dengan roda. Perkembangan selanjutnya manusia mampu jalan dengan
perkerasan beton dan aspal.
Ada beberapa fungsi jalan menurut klasifikasi :

1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
5. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
6. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
7. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
8. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
9. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Definisi Jembatan

Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transfortasi


melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan adalah
suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan
yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur
sungai saluran irigasi dan pembuang. Jalan ini yang melintang yang tidak sebidang
dan lain – lain.

Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan


komunikasi / transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam
lingkungannya.
Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada
konstruksi yang mutakhir.
Beberapa jenis jembatan dan fungsinya :

1. Jembatan Kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan yang berbahan kayu. Jembatan ini biasanya
mempunyai panjang relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan.
Meskipun terlihat sederhana, proses pembuatan struktur jembatan kayu harus
memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika) agar jembatan yang
dibuat menjadi lebih kokoh.

2. Jembatan Pasangan Batu dan Batu Bata


Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang konstruksi utamanya
terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan dengan batu dan bata, konstruksi
jembatan umumnya dibuat melengkung. Namun sayangnya, seiring perkembangan
zaman jembatan ini sudah tidak digunakan lagi.

3. Jembatan Beton Bertulang dan Jembatan Beton Pratekan


Jembatan ini biasanya digunakan untuk bentang jembatan yang pendek. Namun,
seiring dengan perkembangan zaman ditemukan beton pratekan. Adanya beton
pratekan memungkinkan bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah.

4. Jembatan Baja
Jembatan ini berbahan dasar baja sebagai bahan konstruksi utamanya. Jembatan ini
umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang yang panjang dengan beban
yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton pratekan, penggunaan jembatan baja
banyak digunakan dan bentuknya lebih bervariasi, karena dengan jembatan baja
bentang yang panjang biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih sedikit.

5. Jembatan Komposit
Jembatan komposit merupakan sebuah jembatan yang dibuat dari perpaduan dua
bahan yang sama ataupun berbeda dengan mempertimbangkan sifat kedua bahan
tersebut sehingga dihasilkan struktur jembatan yang lebih kuat.
Fungsi Sosial Jembatan
Fungsi utama sebuah jembatan adalah untuk menghubungkan dua wilayah yang
berbeda. Setelah itu, dengan adanya jembatan dapat menimbulkan berbagai macam
kemajuan di kedua wilayah tersebut, baik di bidang transportasi, ekonomi, budaya,
dan bidang-bidang lainya. Selain berfungsi untuk menghubungkan dua wilayah,
jembatan berfungsi untuk mengatasi rintangan baik berupa air atau kemacetan.
Fungsi lainnya adalah dapat dijadikan sebagai tempat pariwisata. Keindahan
konstruksi sebuah jembatan dapat menarik perhatian para wisatawan. Apalagi jika
jembatan tersebut dikelola dengan baik dan didukung dengan keindahan alam di
sekitarnya jembatan akan semakin memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Jika banyak
wisatawan yang datang, tentunya hal itu dapat membantu perekonomian masyarakat
di sekitarnya.

2. Bagian – bagian Jalan

Rumaja (Ruang Manfaat Jalan) ~ ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi


jalan, yang meliputi badan jalan, bahu jalan,jalur lalu lintas, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamanan jalan (PP No. 34 tahun 2006, Bab III, pasal 34.1)

1. Badan Jalan adalah jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu
jalan, termasuk jalur pejalan kaki, bahu jalanhanya diperuntukkan bagi
layanan lalu lintas dan angkutan jalan serta pengamanan konstruksi jalan
2. Bahu jalan adalah bagian dari daerah manfaat jalan yang berdampingan
dengan jalur lalu lintas yang digunakan utnuk menampung kendaraan berhenti
dalam keperluan darurat, dan diperlukan juga untuk mendukung bagian
samping konstruksi jalan
3. Jalur Lalu lintas adalah bagian jalur jalan yang direncanakan
khusus(perkerasan) untuk lintasan kendaraan roda empat
4. Saluran Tepi jalan adalah saluran yang hanya diperuntukkan bagi
penampungan dan penyaluran air agar badan jalan bebas dari
pengaruh/genangan air
5. Ambang Pengamanan Jalan adalah berupa bidang tanah dan/atau konstruksi
bangunan pengaman yang berada diantara tepi badan jalan dan batas
ruangmanfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan konstruksi
Rumija (Ruang Milik Jalan) ~ terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar ruamh manfaat jalan (PP No. 34 tahun 2006, Bab III, Pasal 39,1)
Rumija minimal harus memiliki lebar :

1. Jalan bebas hambatan 30 meter


2. Jalan raya 25 meter
3. Jalan sedang 15 meter
4. Jalan kecil 11 meter

Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan) ~ adalah ruang tertentu diluar ruang milik
jalan yang penggunaannya ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan (PP No. 34
tahun 2006, Bab III, Pasal 44.1)
Ruang Pengawaan jalan ditentukan dari tepi jalan yang paling rendah sebagai beriku

1. Jalan Arteri 15 meter


2. Jalan Kolektor Primer 10 meter
3. Jalan Lokal Primer 7 meter
4. Jalan Lingkungan Primer 5 meter
5. Jalan Arteri Sekunder 15 meter
6. Jalan Kolektor Sekunder 5 meter
7. Jalan Lokal Sekunder 3 meter
8. Jalan Lingkungan sekunder 2 meter
9. Jembatan 100 meter
3. Sistem penyelenggaraan jalan kegiatan pengaturan/ pembinaan/
pembangunan/ pengawasan
4. Kegiatan yang diperlukan pada tahap pembangunan jalan

Pekerjaan Pembersihan

Lahan yang ditentukan untuk pembangunan jalan tentu memiliki beragam


kondisi. Ada yang hanya ditumbuhi rumput saja, tetapi banyak pula yang dipadati
semak belukar dan pepohonan. Untuk itulah pekerjaan pembersihan harus
dilakukan. Pekerjaan pembersihan meliputi penebangan pepohonan, pembersihan
semak belukar dan menggali akar-akar tanaman supaya tidak tumbuh kembali.

Gimbalan rumput sebaiknya tidak dibuang begitu saja. Gimbalan rumput bisa
digunakan untuk menutup bahu jalan. Jika rumput-rumput tersebut kelak bisa
tumbuh dengan baik, maka rerumputan itu akan berfungsi sebagai pelindung erosi
khususnya di area miring dan bahu-bahu jalan.

Pekerjaan pembersihan ini tak hanya berlaku untuk tumbuh-tumbuhan saja, tetapi
juga untuk bongkahan-bongkahan batu yang berukuran besar dan mengganggu
pelaksanaan pembangunan jalan. Bongkahan batu-batu tersebut dipindahkan
dengan cara didorong, atau dipecahkan sehingga menjadi batu-batu berukuran
kecil. Acapkali pekerjaan membersihkan batu-batu ini memakan waktu yang
cukup lama dan tenaga yang besar.

Setelah dibersihkan, terkadang tahapan pembuangan permukaan tanah diperlukan.


Khususnya di wilayah-wilayah banjir yang memiliki tumpukan endapan lumpur
dan lembah-lembah sungai. Pembuangan permukaan tanah ini diperlukan agar
permukaan tanah memiliki kekuatan daya dukung yang baik untuk pembangunan
jalan.

Pekerjaan Tanah

Sesudah tahapan pembersihan selesai dilakukan, selanjutnya perlu dilakukan


pekerjaan tanah. Pekerjaan tanah terdiri dari penggalian drainase dan pengurugan
pada tempat-tempat yang membutuhkan urug atau timbunan. Pekerjaan tanah ini
bertujuan untuk membentuk badan jalan. Untuk mendapatkan penimbunan
berkualitas baik, perlu diperhatikan supaya semua tanah benar-benar dipadatkan.
Sebaiknya penimbunan dilakukan lapisan demi lapisan dengan ketebalan 15cm.
Lapisan demi lapisan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum ditambahkan
dengan lapisan berikutnya.
Pada pekerjaan tanah ini, jarak pemindahan tanah yang hendak digunakan untuk
penimbunan akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan juga
lama waktu pengerjaannya. Jika jarak tanah urug dekat, maka proses penimbunan
akan berjalan lebih cepat. Sebaliknya, bila jarak pemindahan tanah urug jauh,
maka waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan tanah ini bisa lebih lama.

Setelah itu, barulah dilakukan penggalian saluran-saluran di samping kiri dan


kanan jalan. Tanah galian saluran bisa diletakkan di bagian tengah jalan dan
diratakan sehingga terbentuk bahu jalan. Kemudian tanah di badan jalan diratakan
dan dipadatkan. Sebaiknya tanah disiram dengan air agar kadar air selama
pemadatan benar-benar terjaga.

Bila pemadatan selesai dilakukan, perlu pengukuran ulang untuk memastikan


ketinggian badan jalan telah sesuai dengan standar yang berlaku. Jika ternyata
ketinggian badan jalan belum tercapai atau berlebihan, maka perlu dilakukan
penyesuaian supaya diperoleh ketinggian yang benar-benar sesuai dengan standar.

Pekerjaan Drainase

Drainase di jalan raya memegang peranan penting untuk menjaga daya tahan
jalan. Sebab air bisa merusak jalan dengan cara menyapu permukaan jalan atau
yang disebut erosi dan mengurangi daya dukung badan jalan. Karena itulah sangat
penting membangun sistem drainase yang baik.

Sistem drainase pada jalan raya harus mendukung agar air bisa mengalir keluar
dari permukaan jalan, saluran pinggir jalan yang dapat menampung aliran air dari
permukaan jalan, saluran air di sisi luar jalan yang mampu menampung air agar
tidak masuk ke ruas jalan, dan berupa gorong-gorong di bawah ruas jalan yang
mengalirkan air melintasi ruas jalan.

Selain saluran air yang baik, erosi di jalan raya juga bisa dicegah dengan
mendirikan tanggul-tanggul penahan air. Tanggul penahan air ini berfungsi
mengurangi laju aliran air dan menahan lumpur-lumpur. Perlu juga dibuat saluran
pembuangan sehingga jalan memiliki kepastian pembuatan di luar saluran-saluran
yang terdapat di jalan.
Perkerasan Badan Jalan

Perkerasan badan jalan atau dikenal dengan istilah gravelling dilakukan untuk
membuat lapisan permukaan badan jalan yang kuat. Permukaan badan jalan yang
kuat harus mampu menahan segala cuaca, panas maupun hujan serta tak
mengalami perubahan saat menerima beban. Selain itu, permukaan badan jalan
yang kuat akan membuat air sulit untuk masuk.

Perkerasan badan jalan ini dilakukan dengan memberi lapisan batuan alam.
Adapun tingkat ketebalannya antara 15cm sampai dengan 20cm sebelum tahap
pemadatan. Material yang digunakan dalam tahapan gravelling ini idealnya
memiliki kandungan tiga material utama yakni batu, pasir dan tanah liat dengan
komposisi batu 35% sampai 65%, pasir 20% sampai 40%, dan tanah liat 10%
sampai 25%.

Pekerjaan Pemadatan

Tahapan pemadatan menjadi salah satu tahapan penting untuk menjadikan tanah
semakin kuat. Pemadatan dilakukan untuk mengurangi volume lapisan tanah dan
mendorong partikel tanah semakin padat. Setidaknya terdapat empat metode dasar
pemadatan yakni penumbukan lapisan tanah secara mekanis ataupun secara
manual, mesin roller, pemadatan dengan menggunakan getaran, dan pemadatan
alami.

Penumbuk atau pemukul tergolong sebagai alat pemadat yang murah dan mudah
digunakan. Kelemahannya, penggunaan alat ini membuat pekerjaan pemadatan
berlangsung lebih lama. Alat penumbuk ini terbuat dari tongkat pemegang dengan
beton atau besi cor di bagian ujungnya. Alat ini dioperasikan dengan cara
diangkat dan dijatuhkan di permukaan tanah berulang-ulang sehingga lapisan
tanah benar-benar padat. Alat ini umumnya memiliki bobot antara 6 Kg sampai 8
Kg.

Sedangkan roller penggilas bisa menjangkau area pemadatan yang lebih luas
dibandingkan alat penumbuk atau pemukul. Roller penggilas ini ada yang
memiliki drum ganda dan ada pula dengan drum tunggal. Roller penggilas ini
mampu menghasilkan pemadatan yang berkualitas baik dengan bobot pemberat
sampai dengan 1 ton atau bahkan lebih.
Sementara itu roller getar mempunyai kelebihan mampu memadatkan lebih dalam
dibandingkan dengan roller penggilas. Pada penggunaan alat ini perlu
diperhatikan mengenai kestabilan kecepatannya untuk mendapatkan hasil
pemadatan yang baik. Efek getaran sepenuhnya bergantung pada jenis material
dan intensitas getaran.

Selain menggunaan alat-alat pemadatan tersebut, pemadatan juga bisa saja


dilakukan secara alami. Pemadatan alami dijalankan dengan membiarkan tanah
dalam jangka waktu tertentu. Tanah nantinya secara alami akan menjadi padat
karena terguyur hujan dan dilintasi kendaraan. Pemadatan seperti ini memang
terbilang murah, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama.

Nah, sampai di sini tahapan pembangunan jalan telah menghasilkan lapisan


pondasi bawah badan jalan yang kuat sesuai perencanaan. Tetapi tahapan ini
bukanlah tahapan yang terakhir. Masih ada tahapan berikutnya yakni tahapan
perkerasan jalan. Pada tahapan ini, dilakukan penghamparan aspal yang sudah
dicairkan terlebih dahulu dengan cara dipanaskan. Sesudah aspal dihamparkan
dengan ketebalan sesuai ketentuan, maka selanjutnya dilakukan tahapan
pemadatan lagi dengan menggunakan alat-alat bantu pemadatan. Setelah itu
barulah diperoleh jalan yang siap untuk digunakan sebagai perlintasan kendaraan.
Demikianlah teknik pelaksanaan pembangunan jalan dari awal hingga akhir.

Anda mungkin juga menyukai